II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio L)

I. PENDAHULUAN. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi dalam usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus) Klasifikasi ikan patin menurut Ghufran (2010) sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan budidaya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan komoditas perikanan yang sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut (Saanin, 1984 dalam Mones, 2008):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias mossambicus dan lele lokal Taiwan spesies Clarias fuscus. Perkawinan

I. PENDAHULUAN. Aeromonas salmonicida adalah salahsatu jenis dari bakteri Aeromonas sp. Secara

I. PENDAHULUAN. Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

I. PENDAHULUAN. Aeromonas salmonicida merupakan jenis bakteri Aeromonas sp, yang

I. PENDAHULUAN. terutama untuk beberapa pasar lokal di Indonesia. Ikan mas atau yang juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komoditas udang Vannamei ( Litopenaeus vannamei) merupakan udang asli

BAB I. PENDAHULUAN. yang bernilai ekonomis adalah ikan Nila (Orcochromis niloticus). Budidaya ikan

TINJAUAN PUSTAKA Identifikasi dan Klasifikasi Lele Dumbo ( Clarias gariepinus )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut : Ordo : Ostariophysi. Sub Ordo : Cyprinoidea. Famili : Cyprinidae

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan air tawar

marcescens bersifat tidak patogen. Bakteri ini berwarna kemerahmerahan

BAB I PENDAHULUAN. relatif mudah, dapat memanfaatkan berbagai jenis bahan sebagai makanannya,

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh

TERUMBU KARANG JUGA BISA SAKIT LHO...!!!

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. patin termasuk komoditi yang memiliki prospek cerah untuk dibudidayakan. Hal

I. PENDAHULUAN. tinggi. Budidaya ikan mas telah lama berkembang di Indonesia, karena selain

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Klebsiella pneumoniae. Gamma Proteobacteria Enterobacteriaceae. Klebsiella K. pneumoniae. Binomial name Klebsiella pneumoniae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RABBIT FEVER?? Francisella tularensis

BAB I PENDAHULUAN. ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan lele lokal (Bachtiar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya lele dumbo tergolong mudah dan pertumbuhannya relatif cepat.

: Vibrio vulnificus. Klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok

Rickettsia prowazekii

TINJAUAN PUSTAKA. : Nephelium lappaceum. seperti Filipina, Malaysia dan negara-negara Amerika Latin. Pertumbuhan

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)

I. PENDAHULUAN. masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kaktus adalah nama yang diberikan untuk anggota tumbuhan berbunga family

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah: zat organik yang terdiri dari 1 atom oksigen dengan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu. memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Potensi budidaya ikan air tawar di Indonesia sangat baik, mengingat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas (C. carpio) menurut Saanin (1984) adalah sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. adanya perubahan kondisi kesehatan ikan baik akibat faktor infeksi

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu

Nama : Tiwi Anggraini NIM : Kelas : C PENYAKIT LEGIONAIRE

TINJAUAN PUSTAKA. Taiwan pada tahun 1969, merupakan salah satu ikan budidaya air tawar yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bilogi Ikan Patin (Pangasionodon hypophthalmus) Klasifikasi ikan patin menurut Rainboth (1996) dalam Savela (2004), adalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Penyakit ini juga dikenal sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil,

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perikanan pada posisi yang penting sehingga menyebabkan intensifikasi yang

METODOLOGI UMUM. KAJIAN ECP BAKTERI S. agalactiae MELIPUTI

METODE PENELITIAN. Pemilihan Ikan Uji dan Bakteri (Patogen dan Probiotik)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ikan Gurami ( Osphronemus gouramy) Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Rickettsia typhi Penyebab Typhus Endemik

BAB I PENDAHULUAN. tawar yang cukup digemari masyarakat Indonesia. Ikan ini memiliki nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif pada pengecatan gram

Pseudomonas fluorescence Bacillus cereus Klebsiella cloacae (Enterobacter cloacae) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan yang memiliki bunga banyak, serta daun dari bunga bakung ini memilki

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

I. PENDAHULUAN. Salah satu ikan air tawar yang terus dikembangkan di Indonesia yaitu ikan mas.

Penambahan jumlah sel pada bakteri dilakukan secara biner (membelah diri) yaitu dari 1 sel membelah menjadi 2 sel yang identik dengan sel induk

Teknik Identifikasi Bakteri

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al.

tumbuhan (nabati). Ayam broiler merupakan salah satu produk pangan sumber

PATOGENISITAS MIKROORGANISME

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan air tawar yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan ikan konsumsi air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tawas dapat digunakan sebagai pengering / pengawet, juga membersihkan

Uji Organoleptik Ikan Mujair

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

Gambar 9a-d. Gejala Klinis Penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia)

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika atau klasifikasi lele dumbo menurut Saanin (1984/1995)

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Isolasi dan identifikasi bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aeromonas salmonicida 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi A. salmonicida A. salmonicida merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek, tidak motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif, oxidase positif, menghasilkan enzim galatinase, tampak seperti rantai berpasangan, berwarna putih, berbentuk bulat (circulair) dengan permukaan cembung (convex) (Anonim, 2007). Gambar 1. Aeromonas salmonicida (Sumber: Cipriano and Bullock, 2001) Keterangan gambar : A OM R PM B : A-Layer (Dinding sel) : Outer membrane (Membran luar) : Rigid layer (Membran kaku) : Plasma membrane (Membran plasma) : Pili like appendages (Kaki jalan berupa Pili)

Cipriano dan Bullock (2001) menyebutkan bahwa A. salmonicida diklasifikasi sebagai berikut : Superkingdom : Bacteria Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Proteobacteria : Gammaproteobacteria : Aeromonadales : Aeromonadaceae : Aeromonas : A. salmonicida Bakteri A. salmonicida memiliki banyak subspesies yang masing masing memberikan sifat dan patogenitas yang berbeda. Selain membagi secara taksonomi, A. salmonicida juga dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan karakteristiknya yaitu tipikal dan atipikal (Cipriano dan Bullock, 2001). Strain tipikal mempunyai karakteristik yang homogen sifat morfologi dan biokimianya. Strain atipikal mempunyai karakteristik memiliki banyak variasi dari sifat fisiologi, biokimia dan serologi serta ketahanan terhadap antibiotik (Cipriano dan Bullock, 2001). 2.1.2 Karakteristik A. salmonicida Anonim (2007) menyebutkan bahwa sifat biokimia A. salmonicida adalah : anaerob fakultatif, oxidase (+), katalase (+), dan sedikit menghasilkan asam pada gula tertentu. Morfologi koloni bakteri A. salmonicida pada medium standar (TSA dan BHIA) :

Warna Bentuk Permukaan Uji Biokimia : Putih : Bulat (Circulair) : Cembung (Convex) : menghasilkan in ndol dan laktosa, menghasilkan enzim gelatinase Pada medium Furunculosis Agar (FA) membentuk pigmen, terutama untuk subspesies salmonicida Bakteri ini tidak dapat hidup lama tanpa inangnya dan suhu optimal bagi pertumbuhannya antara 22 28 o C, sedangkan pada suhu 35 o C pertumbuhannya terhambat. Bakteri ini dapat dijumpai di lingkungan air tawar maupun air laut dan dikenal sebagai penyebab penyakit furunculosis (Cipriano dan Bullock, 2001). 2.1.3 Gejala Klinis Infeksi A. salmonicida Ciri-ciri ikan yang terserang bakteri A. salmonicida menunjukkan gejala warna tubuh ikan yang berubah menjadi agak gelap, kemampuan berenang ikan menurun, sirip menjadi geripis, ikan kehilangan nafsu makan, kulit ikan melepuh, insang terlihat pucat keputih-putihan, mata ikan menjadi agak menonjol, dan terjadi pendarahan pada kulit dan insang. Bila dibedah, maka organ-organ dalam seperti usus, ginjal, hati dan limpa akan terlihat mengalami pendarahan (Kordi dan Ghufran, 2004). Gejala klinis yang tampak ketika Aeromonas sudah menyerang sistemik (internal), dapat menyebabkan dropsy atau hydrops. Dropsy terjadi ketika aliran cairan tubuh

terhenti dan merembes keluar dari kapiler dan masuk ke dalam jaringan, rongga tubuh dan rongga mata. Diagnosa berdasarkan sisik yang berdiri atau menggembang yang biasanya disebabkan kerusakan pada hati dan ginjal (Masada, 2000; Handayani dan Samsudari, 2005). 2.2 Vaksinasi Vaksin adalah satu antigen yang biasanya berasal dari suatu jasad patogen yang telah dilemahkan atau dimatikan, ditujukan untuk meningkatkan ketahanan (kekebalan) ikan atau menimbulkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit tertentu. Sedangkan vaksinasi merupakan salah satu upaya penanggulangan penyakit pada hewan (termasuk ikan) dengan cara pemberian vaksin ke dalam tubuh hewan agar memiliki ketahanan terhadap serangan penyakit (Ghufran dan Kordi, 2004). Syarat dari suatu vaksin adalah harus bersifat immunogen, artinya harus dapat merangsang dalam pembentukan antibodi yang bertujuan untuk mendapatkan kekebalan secara aktif, dimana antigen tersebut akan merangsang sel limfoid membentuk antibodi (Atmomarsono et al., 2004). Radji (2010) menyebutkan bahwa vaksin yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai beikut: a. vaksin harus efektif dalam merangsang sistem imun sehingga dapat memepertahankan tubuh dari serangan mikroorganisme patogen. b. vaksin harus stabil dan imunogenesitasnya tidak mudah berkurang

c. vaksin mudah didapat dengan harga yang terjangkau d. vaksin memenuhi persyaratan kualitas mutu yang baik dan aman untuk digunakan. Ghufran dan Kordi (2004) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi vaksinasi pada ikan antara lain: 1. Temperatur, karena pada temperatur yang rendah, produksi antibodi lambat 2. Umur dan berat ikan, vaksinasi jangan dilakukan pada ikan yang umurnya kurang dari 2 minggu dan berat badannya kurang dari 1 gram. Lio-po et al., (2002) mengatakan bahwa vaksinasi dilakukan tergantung dari spesies ikan, ukuran, model budidaya, penyakit dan umur ikan. Ada 4 metode pemberian vaksin yaitu : 1. Perendaman. Metode pemberian vaksin dengan cara ini biasanya dilakukan pada ikan yang berukuran kecil. Namun metode perendaman membutuhkan biaya yang tinggi. Antigen akan diambil melalui insang, kulit dan linea lateralis serta masuk melalui mulut dengan cara ditelan. 2. Spray atau penyemprotan. Vaksinasi melalui penyemprotan merupakan variasi dari vaksinasi perendaman. Metode ini dapat digunakan pada ikan yang berukuran lebih besar dari ikan yang divaksin dengan metode perendaman. Penyemprotan dilakukan di bawah insang dengan menyemprotkan dua kali atau lebih tetapi tidak lebih dari sepuluh menit. 3. Peroral. Vaksinasi dengan metode ini dilakukan dengan dicampurkan pada bahan makanan. Metode ini banyak memberikan keuntungan seperti tidak

meninggalkan bekas luka pada ikan, menghindari resiko stress, dapat memilih waktu pemberian vaksin yang tepat dan aman bagi pemberi vaksin serta tidak ada penyebaran infeksi setelah selesai dilakukan pemberian vaksin. 4. Injeksi atau penyuntikan. Metode penyuntikan sering digunakan pada industri salmon. Satu suntikan dapat menaikkan imunitas ikan hingga dapat dilakukan pemeriksaan bersamaan dengan pemberian vaksin, mengetahui jumlah ikan yang divaksin, monitoring untuk abnormalitas, serta dapat mengetahui tandatanda penyeakit yang timbul. 2.3 Gliserol Gliserol ialah suatu trihidroksil alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon (Poedjiadi, 1994). Gliserol mempunyai sifat fisik berbentuk cairan kental bening atau kuning pucat dan tidak berbau serta mempunyai titik lebur atau cair 17,8 o C, titik didih 290 o C, suhu kritis yang dapat merusak 492,2 o C, tekanan kritis yang dapat merusak 42,5 atm (David, 2006). HO CH 2 HO CH HO CH 2 Gambar 2. Gliserol (Sumber: Poedjiadi, 1994) Fungsi dari gliserol antara lain digunakan sebagai media untuk melindungi kerusakan bahan yang disimpan dengan metode pendinginan, misalnya dalam pembekuan darah ataupun jaringan tubuh yang lain. Gliserol berperan sebagai komponen antifreeze dalam suatu campuran atau larutan (Anonim, 2006a).

Lee (2001) menyatakan bahwa gliserol akan mencegah kerusakan pada proses pembekuan karena gliserol akan menurunkan suhu pembekuan. Gliserol biasanya digunakan dalam proses cryopreservation (penyimpanan dalam suhu dingin) maupunkultursel untuk melindungi sel dari kontaminasi dan dapat mencegah perubahan genetik pada sel tersebut (Anonim, 2006c). Gliserol juga dapat mencegah kerusakan sel pada proses pendinginan dan thawing. Gliserol merupakan bahan penetrating cryoprotectant, yaitu merupakan bahan pelindung dalam proses cryopreservation yang melindungi bahan secara intraseluler maupun ekstraseluler (Lee, 2001). David (2006) juga menyebutkan bahwa gliserol dapat digunakan sebagai pengawet yang dapat mempertahankan kualitas bahan karena sifatnya yang stabil.