BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB III METODE PENELITIAN

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF ANTARA GURU MURID. DI MTs SUNAN KALIJAGA KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

Analisis Tindak Tutur Bahasa Jawa di Pasar Sampang Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu metode

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. merupakan cara untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan semula suatu

BAB I PENDAHULUAN. interaksi jual-beli. Hal ini dapat ditemukan dalam setiap transaksi jual-beli di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

III. METODE PENELITIAN. deiksis pada wacana tulis dalam Kakilangit pada majalah Horison edisi 2012.

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA WACANA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki tataran tertinggi yang lebih luas cakupannya dari

Jurnal Ilmiah. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB III METODE PENELITIAN

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. (SMA) Muhammadiyah 1 Karanganyar yang beralamat di Jl. Brigjen Slamet

BAB I PENDAHULUAN. Adverbia yang menirukan bunyi atau suara disebut giseigo, sedangkan adverbia yang

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan bagian yang berisi penjelasan tentang tahap-tahap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari sering menemukan banyak tanda,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian terhadap tindak tutur komisif penjual dan pembeli cabai di Pasar

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kegiatan, peradaban kebudayaan manusia. Bahasa adalah alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi khalayak agar bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan. Slogan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

AHMAD KHOIRUL ANWAR NIM A

PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB III KERANGKA TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang terbaik untuk meneliti suatu hal ialah metode yang dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mendeskipsikan tindak tutur dalam berkomunikasi

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kekuasaan. Bahasa-bahasa para politisi tersebut yang. pesan yang disampaikan dapat sampai pada sasaran.

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Hubungan langsung akan terjadi sebuah percakapan antarindividu

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM TUTURAN PERANGKAT DESA PECUK KECAMATAN MIJEN KABUPATEN DEMAK

REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian diperlukan dalam pencapaian sasaran penelitian, seperti yang ditegaskan oleh Sudaryanto (1992:25) bahwa metode dalam penelitian sangat dibutuhkan karena metode berfungsi untuk menuntun seorang peneliti menuju pembenaran atau penolakan hipotesisnya atau menuntun tujuan penelitian. Metode penelitian merupakan alat, prosedur dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian. (T.Fatimah, 2006 : 4). A. Jenis Penelitian Suatu jenis penelitian disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat dalam suatu penelitian. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Edi Subroto (2007:8) berpendapat bahwa penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan lebih mengutamakan proses daripada hasil. Edi Subroto (2007:5) juga menegaskan bahwa metode kualitatif yaitu metode penelitian yang tidak didesain atau dirancang menggunakan prosedur-prosedur statistik. Penelitian kualitatif menurut Edi Subroto (2007:8), mencatat secara teliti semua fenomena kebahasaan yang senyatanya ada, meneliti, dan memerikan sistem bahasa berdasarkan data yang sebenarnya. Sudaryanto (1992:62) menerangkan bahwa istilah deskriptif berarti bahwa penulisan yang dilakukan semata-mata hanya didasarkan pada fakta atau fenomena yang ada, sehingga hasilnya adalah varian bahasa yang mempunyai sifat pemaparan apa adanya. Dengan demikian, hasil analisisnya akan berbentuk deskripsi fenomena tuturan-tuturan yang mencerminkan penerapan dari beberapa jenis tindak tutur dalam proses jual beli barang di Surakarta. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan pragmatik yaitu pendekatan yang mendasarkan diri pada reaksi atau tanggapan menurut mitra bicara (Edi Subroto, 2007:65). Penulis menggunakan pendekatan pragmatik untuk menjawab permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dan juga untuk menginterpretasikan maksud tuturan yang diujarkan sehingga jelas maksudnya. 46

47 B. Data dan Sumber data Sumber data merupakan asal muasal data penelitian itu diperoleh (Sudaryanto, 1990:33). Dari sumber itu peneliti dapat memperoleh data yang dimaksud dan yang diinginkan. Adapun sumber data penelitian ini adalah dialog antara penjual dengan pembeli pada proses jual beli di pasar tradisional Surakarta. Data merupakan bahan jadi penelitian, bukan bahan mentah penelitian. Data sebagai objek penelitian secara umum adalah informasi atau bahasa yang disediakan oleh alam yang dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti. Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan dan (dalam arti luas) yang harus dicari dan disediakan dengan sengaja oleh peneliti yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti (Sudaryanto, 1990:34). Data itulah yang diuraikan dalam analisis. Data dijaring dari sampel penelitian. Menurut Sudaryanto sebagai bahan jadi, data dapat diterjemahkan sebagai objek plus konteks. Data dalam penelitian ini adalah dialog yang didalamnya terdapat tuturan yang mencerminkan penerapan tindak tutur, prinsip kerja sama atau prinsip kesantunan dalam proses jual beli di pasar tradisional Surakarta beserta konteksnya, yang diambil pada bulan November 2012 hingga Maret 2013. Pasar yang menjadi tempat pengambilan data adalah pasar-pasar tradisional yang berada di wilayah Surakarta, seperti Pasar Nusukan, Pasar Ledoksari, Pasar Mojosongo, Pasar Gedhe, dan Pasar Klewer. C. Populasi dan Sampel Populasi adalah objek penelitian. Dalam penelitian linguistik, populasi pada umumnya ialah keseluruhan individu dari segi-segi tertentu bahasa (Edi Subroto, 2007:36). Populasi dalam penelitian ini berupa keseluruhan tuturan yang mencerminkan penerapan jenis-jenis tindak tutur dalam proses jual beli pada beberapa pasar yang terdapat di Surakarta. Tuturan dalam proses jual beli yakni tuturan yang berisi anjuran, permintaan, penawaran, penolakan, terima kasih, pemberitahuan dan lain sebagainya. Sampel merupakan sebagian dari keseluruhan populasi yang memberi gambaran akan populasi. Sampel dapat pula diartikan sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian langsung. Sampel hendaknya mewakili atau dianggap mewakili populasi secara keseluruhan (Edi Subroto, 2007:36). Sampel harus mewakili populasi dalam arti

48 sampel harus bersifat representatif. Sampel bersifat representatif apabila terdiri dari unsur-unsur yang mewakili keseluruhan sifat populasi, walaupun jumlahnya jauh lebih sedikit. Dalam penelitian ini pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel bertujuan (purposive sample), dalam arti pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan dari penelitian ini sendiri. Sampel jenis ini ukuran tidak jadi masalah, hanya saja sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa sampel dalam penelitian ini adalah dialog antara penjual dan pembeli yang mencerminkan penerapan jenis-jenis tindak tutur pada proses jual beli di beberapa pasar tradisional di Surakarta (Pasar Nusukan, Pasar Ledoksari, Pasar Mojosongo, Pasar Gedhe, dan Pasar Klewer) yang diambil pada bulan November 2012 hingga Maret 2013. D. Metode dan Teknik Penyediaan Data Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data-data yang berkualitas dan kualitas data itu sendiri sangat ditentukan oleh alat pengambilan datanya. Pemerolehan data pada penelitian ini dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa. Metode yang demikian sering disebut dengan metode simak atau penyimakan karena memang berupa penyimakan yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 2001: 133). Berdasarkan pengertian tersebut pemerolehan data pada penelitian ini dilakukan dengan menyimak dan mengamati setiap tuturan yang terjadi selama proses jual beli berlangsung. Pada praktiknya, metode simak diwujudkan dengan teknik dasar dan teknik lanjutan. Adapun teknik dasar dari metode simak yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sadap, teknik ini diwujudkan dengan menyadap pembicaraan (penggunaan bahasa) seseorang atau beberapa orang (Sudaryanto, 2001: 133). Penyadapan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pertama-tama peneliti berpartisipasi dalam pembicaraan antara pejual dengan pembeli sambil menyimak pembicaraan (penggunaan bahasa) dalam proses jual beli. Teknik lanjutan dalam penelitian ini dilakukan setelah teknik dasar. Teknik lanjutan yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini berupa teknik

49 simak libat cakap (SLC), teknik rekam, dan teknik catat. Dalam teknik simak libat cakap, peneliti ikut serta berpartisipasi dalam proses pembicaraan dengan lawan tuturnya, dan lawan tuturnya sama sekali tidak tahu bahwa yang diperhatikan oleh peneliti bukan isi pembicaraan lawan tutur melainkan bahasa yang sedang digunakan oleh lawan tutur itu (Sudaryanto, 2001: 134). Pelaksanaan teknik SLC dalam penelitian ini, peneliti secara sadar berpartisipasi sambil menyimak proses pembicaraan antara penjual dengan calon pembeli atau pembeli tanpa diketahui oleh penjual, calon pembeli, pembeli ataupun lawan tutur lain bahwa yang diperhatikan oleh peneliti bukan isi pembicaraan lawan tutur yang berpartisipasi dalam proses jual beli melainkan penggunaan bahasa oleh lawan tutur. Ketika teknik pertama atau teknik kedua digunakan, sekaligus dapat dilakukan pula perekaman dengan alat tertentu. Perekaman terhadap tuturan itu dapat dipandang sebagai teknik lanjutan pula, dan disebut teknik rekam. Perekaman dilakukan tanpa sepengetahuan penutur sumber data atau pembicara dan sewajarnya sehingga tidak mengganggu proses kegiatan pertuturan yang sedang terjadi (Sudaryanto, 2001: 135). Pelaksanaan perekaman dalam penelitian ini dilakukan tanpa sepengetahuan penjual, calon pembeli atau pembeli ataupun lawan tutur lainnya dan dilakukan sewajarnya sehingga tidak mengganggu proses kegiatan pertuturan yang sedang terjadi dalam proses jual beli. Di samping perekaman itu, dapat pula dilakukan pencatatan pada kartu data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi. Pencatatan itu dapat dilakukan ketika teknik pertama atau kedua selesai atau setelah teknik perekaman dilakukan. Pencatatan semacam itu disebut teknik catat (Sudaryanto, 2001: 135-136). Dalam penelitian ini, data yang telah dikumpulkan melalui teknik rekam, kemudian ditranskripsikan dengan menggunakan teknik catat. Pada tahap pencatatan, data dicatat pada kartu data dan disertakan tempat diambilnya data, tanggal, bulan, tahun, dan nomor urut data. Pencatatan transkripsi datanya pun dapat dipilih, bergantung kepada jenis objek sasarannya, yaitu transkripsi ortografis, fonemis atau fonetis. Pencatatan transkripsi data pada penelitian ini menggunakan transkripsi ortografis dikarenakan objek data penelitian ini sebagian besar berupa tuturan berbahasa jawa sehingga diperlukan

50 kejelasan dalam transkripsinya. Transkripsi ortografis yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah transkripsi data sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. E. Klasifikasi Data Tahap klasifikasi data adalah kelanjutan dari pengumpulan data. Klasifikasi data adalah pengaturan data menurut asas-asas tertentu, pemberian arah atau tuntunan yang sekaligus memberikan isyarat-isyarat tahapan tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana tahapan berikutnya dilakukan (Edi Subroto, 2007:51). Data yang telah disediakan dikelompokkan terlebih dahulu dengan maksud untuk mendapatkan tipe-tipe data yang tepat dan cermat. Hal ini akan memberi arah serta gambaran mengenai langkah apa yang selanjutnya dilakukan penulis sehingga mempermudah proses analisis data pada tahapan-tahapan selanjutnya. Klasifikasi data berarti penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menuntut kaidah atau standar yang ditetapkan (KBBI, 2005:507). Klasifikasi data dilakukan setelah semua data dikumpulkan. Dalam klasifikasi data ini tidak tertutup kemungkinan satu data berada dalam beberapa klasifikasi. Adanya pengurutan data bermanfaat untuk mencocokkan data-data dengan analisisnya, yaitu memberikan isyarat tambahan langkah yang dikerjakan berikutnya sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun ketentuan klasifikasi data yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah berdasarkan jenis tindak tutur. Dalam penelitian ini klasifikasi dilakukan dengan mengurutkan data yang telah dicatat pada kartu data sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan disertakan juga tempat diambilnya data, tanggal, bulan, tahun dan nomor urut data. Sebagai contoh tampilan kartu data adalah sebagai berikut: Konteks situasi : Percakapan antara O1sebagai pedagang dan O3 sebagai pembeli di kios milik O1. O3 menghampiri kios O1, dan langsung menanyakan barang yang diinginkannya kepada O1. Bentuk tuturan: O3 : Kentange bu (sambil melihat barang yang dimaksud)? Kentanngnya bu? O1 : Niki (sambil memegang kentang yang dimaksudkan). Niki. O3 : Nggih. Iya. (PNS/ 1/ 04-11-2012)

51 Keterangan: PNS : Pasar Nusukan Surakarta (tempat diambilnya data) 04/11/2012 : tanggal, bulan dan tahun diambinya data 1 : nomor urut data Kartu data yang berkode (PNS, 04/11/2012, 1) di atas dibaca sebagai data nomor 1 yang diambil dari pasar Nusukan tanggal 4 November 2012. Tulisan yang ditebalkan adalah data yang akan dianalisis, yang dapat mencerminkan penerapan salah satu jenis tindak tutur. Deskripsi konteks yang dituliskan di atas data penelitian berupa aspekaspek yang berkaitan dengan tuturan. F. Metode dan Teknik Analisis Data Analisis data adalah salah satu tahap yang paling penting dan sentral. Analisis data merupakan upaya sang peneliti menangani langsung masalah yang terkandung dalam data (Sudaryanto, 2001:6). Penanganan itu tampak dari adanya tindakan mengamati, membedah atau mengurai, dan memburaikan masalah yang bersangkutan dengan cara khas tertentu. Penelitian ini menggunakan metode padan sebagai metode untuk menganalisis datanya. Sudaryanto (2001:13) mengatakan bahwa metode padan merupakan metode yang dipakai untuk mengkaji atau menentukan identitas satuan lingual tertentu dengan memakai alat penentu yang berada di luar bahasa, terlepas dari bahasa, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Metode dalam penelitian ini dilaksanakan dengan alat penentu berupa lawan atau mitra wicara. Metode ini juga biasa disebut sebagai metode padan pragmatis. Jalur kerja metode ini yaitu apabila orang sampai kepada ketentuan bahwa satuan kebahasaan itu yang dituturkan oleh pembicara menimbulkan reaksi tindakan tertentu dari lawan tutur atau mitra wicaranya. Hal ini sejalan dengan data-data analisis tuturan pada penelitian ini yang menunjukkan bahwa terjadi reaksi atau akibat yang timbul pada mitra wicara ketika satuan kebahasaan itu dituturkan oleh pembicara. Teknik merupakan jabaran metode yang ditentukan oleh alat yang dipakai untuk menganalisis data (Sudaryanto, 2001:25). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis cara tujuan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa

52 strategi pemecahan masalah oleh penutur dapat dilihat sebagai sebuah bentuk analisis cara-tujuan (means-end) (Leech, 1993:55). Penutur bertugas untuk menggunakan cara yang paling tepat agar tujuan tuturannya dapat tercapai dengan baik. Analisis caratujuan pada umumnya diterapkan pada penggunaan tuturan secara komunikatif. Dalam konteks ini istilah tujuan (goal) dan maksud (intention) menyiratkan makna sadar dan sengaja. Teknik ini tidak ingin memberi kesan seakan-akan tuturan direncanakan dengan sadar dan sengaja. Tujuan-tujuan yang lebih khusus dapat dicapai tanpa harus sadar sepenuhnya akan tujuan-tujuan tersebut. Berpijak pada kerangka analisis cara-tujuan, maka tindak tutur yang secara langsung merupakan perintah Nyalakan alat pemanas! pun merupakan cara yang tidak langsung untuk mencapai suatu tujuan akhir, karena diarahkan kepada suatu tujuan sekunder dulu. Karena itu ilokusi-ilokusi tak langsung hanyalah sekedar ilokusi yang lebih tidak langsung daripada ilokusi-ilokusi lain; jadi langsung-tidaknya suatu ilokusi hanya masalah derajat atau tingkat saja, dan karena itu dapat diletakkan pada sebuah skala. Dalam kerangka acuan analisis cara-tujuan, skala ketaklangsungan sebuah ilokusi digambarkan dengan panjang rantai cara-tujuan yang menghubungkan tindak ujar dengan tujuannya (Leech, 1993:57). Contoh analisis cara-tujuan dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Penutur berasumsi bahwa lawan tuturnya mengerti dan paham akan pesan yang dikirimkannya, dan pemahaman tersebut membuat lawan tutur melakukan suatu tindakan yang dibutuhkan (lihat gambar 1) (Leech, 1993:56). 1 3 2 (Gambar 1)

53 keterangan gambar: 1 = keadaan awal (penutur merasa dingin). 2 = keadaan tengahan (lawan tutur mengerti bahwa penutur ingin alat pemanas dinyalakan) 3 = keadaan akhir (penutur merasa hangat) G = tujuan untuk mencapai keadaan 3 (menjadi hangat) a = tindakan penutur mengatakan kepada lawan tutur agar alat pemanas dinyalakan b = tindakan lawan tutur menyalakan alat pemanas Dalam analisis cara tujuan, konsep tujuan harus dapat diterapkan pada penggunaan tuturan secara phatic seperti pada basa-basi bahasa, pada penghindaran kata-kata tabu dan sebagainya, maupun pada penggunaan-penggunaan tuturan lainnya yang tujuan-tujuan penggunaannya tidak disadari oleh penuturnya, walaupun pola perilakunya jelas. Dalam perilaku yang berorientasi tujuan dapat dikatakan bahwa pada umumnya manusia mengambil jalan yang membawa mereka paling langsung ke tujuan mereka. Singkatnya, istilah tujuan dipakai dalam pengertian Artifical Inteligence yang netral, yakni keadaan yang mengatur perilaku individu (a state which regulate the behavior of the individual) sehingga memudahkan suatu hasil tertentu (Leech, 1993:61). Komunikasi linguistik (sebuah tuturan) dari aspek analisis cara-tujuan oleh Halliday membentuk suatu hierarki keinstrumentalan. Sebuah tuturan digambarkan sebagai kegiatan transaksi yang terjadi pada tiga tataran yang berbeda, yaitu sebagai (a) transaksi interpersonal mengandung maksud bahwa bahasa berfungsi sebagai pengungkapan sikap penutur dan sebagai pengaruh pada sikap dan perilaku petutur; sebagai (b) transaksi idesional yaitu penyampaian pesan (message- transmission) yakni bahasa berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan dan menginterpretasi pengalaman dunia; dan (c) transaksi tekstual atau teks yaitu bahasa berfungsi sebagai alat untuk mengkontruksi atau menyusun sebuah teks (teks adalah contoh bahasa lisan dan tulisan). Transaksi-transaksi ini diurut sedemikian sehingga wacana (tuturan) mencakup pesan, dan pesan mencakup teks (Leech, 1993:86-90). Penutur dalam proses jual beli pada beberapa pasar tradisional di Surakarta menggunakan bahasa secara komunikatif agar tujuan tuturannya dapat dipahami.

54 Tuturan merupakan keseluruhan transaksi, dan dianggap sebagai suatu usaha untuk menyampaikan daya ilokusi pada petutur. Tujuan penutur tercapai bila dipahami oleh petutur. Keberhasilan ini ditandai oleh keadaan terakhir. Supaya penutur dapat mencapai tujuannya, penutur harus memilih suatu makna (atau ide idesional) yang dapat menyampaikan makna yang dimaksud. Retorik interpersonal menempatkan kendala masukan pada pesan. Pesan disampaikan tepat pada petutur jika petutur melalui tahap mengolah dan menginterpretasi daya. Retorik tekstual juga didasarkan pada kerjasama antara penutur dan petutur. Jadi sebuah tuturan dengan perilaku tekstual yang baik adalah tuturan yang meramalkan dan membantu tugas petutur dalam mengkode dan memahami teks. Teks berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan pesan, sebagaimana pesan pun berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan daya ilokusi kepada petutur. Atau dengan kata lain teks mempunyai fungsi linguistik, yaitu fungsi mengkomunikasikan pesan-pesan linguistik (Leech: 1993:93). Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah penerapan tindak tutur dalam proses jual beli pada beberapa pasar di Surakarta. Pemecahan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang penutur dan mitra tutur. Bentuk kegiatan bertutur beragam sekali, sesuai dengan berbagai dimensi yang berbeda; model yang cocok untuk merepresentasi kegiatan bertutur dalam proses jual beli adalah sebuah analisis cara-tujuan yang mampu merepresentasi nilai-nilai yang bersinambung, tujuantujuan ganda, dan berbagai tujuan tak langsung. Dengan demikian, analisis tindak tutur pada proses jual beli akan penulis teliti dengan menggunakan teknik analisis caratujuan. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada contoh berikut. Konteks : Percakapan antara O1sebagai pedagang dan O4 sebagai pembeli di kios sayur-sayuran milik O1. O1 memberikan potongan harga untuk harga wortel kepada O4. Bentuk tuturan: O4 : Wertelepone cilik-cilik enek ra? Regane pira? Wortelepone kecil-kecil ada tidak? Harganya berapa? O1 : Telulas, mbayaro rolas setengah. Tiga belas, bayarlah dua belas setengah. (PNS/ 10/ 04-11-2012)

55 Konteks yang terjadi pada peristiwa proses jual beli di atas adalah percakapan antara O1 dan O4 di kios sayur-sayuran milik O1. Pada peristiwa di atas terlihat bahwa O4 bertanya kepada O1, yakni dengan tuturan Wertelepone cilik-cilik enek ra? Regane pira? yang maksudnya apakah ada wortel yang kecil-kecil, dan kemudian O1 menjawab pertanyaan O4, dengan tuturan Telulas, mbayaro rolas setengah. dalam jawaban tersebut terlihat bahwa O1 juga memberikan potongan harga untuk sayur wortel kepada O4, yakni yang semula tiga belas ribu menjadi dua belas ribu lima ratus rupiah. Tuturan O1 pada data di atas mengandung tindak tutur direktif anjuran. Tuturan O1 yang menunjukkan tindak tutur direktif anjuran yaitu tuturan mbayaro rolas setengah. Tujuan O1 mengucapkan tuturan tersebut yaitu O1 bermaksud untuk memberikan saran atau anjuran kepada O4 supaya O4 membayar wortel dengan harga dua belas lima ratus rupiah saja, dari harga semula yaitu tiga belas ribu rupiah. Tuturan O1 tersebut dapat pula diartikan O1 mengutarakan anjuran atau saran dengan berkatakata kepada O4 supaya O4 menerima anjuran atau saran darinya tersebut. Tindak tutur direktif anjuran yang dituturkan oleh O1 dilatarbelakangi oleh keinginan O1 supaya O4 membayar harga wortel lebih murah dari harga sebelumnya, karena O1 ingin agar suatu saat nanti O4 akan kembali membeli sayuran ditempatnya. Penanda lingual untuk tindak tutur direktif anjuran pada tuturan O1 di atas ditunjukkan oleh kata mbayaro yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah bayarlah. G. Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Metode penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan penyajian data secara informal dan formal. Penyajian hasil analisis data secara informal adalah perumusan hasil analisis data dengan kata-kata biasa, sedangkan penyajian hasil analisis data secara formal adalah perumusan hasil analisis data dengan menggunakan tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto, 2001:145). Tanda yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya: tanda garis miring tunggal (/), tanda garis miring mengapit (/.../), tanda kurung biasa ((...)), tanda kutip (... ), (... ), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda titik dua (:), tanda titik (.), tanda koma (,), tanda hubung (-). Adapun lambang yang dimaksud di antaranya lambang huruf sebagai singkatan. Penggunaan

56 kata-kata biasa serta penggunaan tanda dan lambang dalam penyajian hasil analisis data pada penelitian ini digunakan agar hasil analisis ini lebih mudah dipahami untuk kemudian ditarik simpulan.