BAB 3 GAMBARAN UMUM RUMAH SUSUN STUDI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 4 BIAYA PRODUKSI, OPERASIONAL, SERTA PEMELIHARAAN DALAM PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA

PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA SERTA DAYA BELI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan Taman).

PERPINDAHAN DAN PERALIHAN KEPEMILIKAN SATUAN RUMAH SUSUN (Studi Kasus : Rumah Susun Kemayoran, Jakarta Pusat)

Gambar 5.2 Skema Pembiayaan Rumah Susun Studi dengan Menggunakan Pola Swasta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB II: STUDI PUSTAKA DAN STUDI BANDING

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

RUMAH SUSUN PENJARINGAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DINAS PERUMAHAN DAN GEDUNG PEMDA

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PEMAKAIAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mengenai penyesuaian tarif sewa Rusunawa Tambak. Berdasarkan latar belakang

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. tinggal. Dimana tempat tinggal atau rumah merupakan kebutuhan dasar yang akan

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kerap kali istilah Rumah ku, istanaku sering diucapkan,kata-kata yang

KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

PROVISION OF PUBLIC HOUSING IN JAKARTA

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

V. GAMBARAN UMUM. Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

KEBIJAKAN dan STRATEGI PENYEDIAAN PERUMAHAN TA

PERHITUNGAN HARGA SEWA DAN SEWA-BELI RUMAH SUSUN SEDERHANA SERTA DAYA BELI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DI DKI JAKARTA

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

BAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 02 /PERMEN/M/2009 TENTANG

III. METODE PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. baik yang datang dari sesama manusia, makhluk hidup lainnya, maupun alam

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal semakin tinggi. Menurut Susanti

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN TAMBORA JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada

BAB IV ANALISIS IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KAWASANKUMUH DI SUCO CAICOLI DILI, TIMOR LESTE SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA REVITALISASI KAWASAN TERSEBUT

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik, pada tahun 2013 Indonesia mencatat backlog perumahan sebesar 12

BAB III ANALISIS 3.1 Analisis pemakai Analisis pengelompokan pemakai berdasarkan usia dan status

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI JENEPONTO NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Bab I. Pendahuluan Hal. 1. Tabel 1.1 Tabel Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Yogyakarta

IDENTIFIKASI KONFIRGURASI PERUBAHAN RUANG RSS GRIYA HARAPAN A PALEMBANG

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

G. BIDANG PERUMAHAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Pembiayaan 1. Pembangunan Baru

KEBIJAKAN NASIONAL PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KUMUH YANG BERADA DI ATAS TANAH NEGARA. Pasal 0

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TARIF SEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA TAHUN 2012 DI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Perusahan Umum yang bergerak di bidang penyediaan air baku dan listrik bagi

HUBUNGAN PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI PENGHUNI DENGAN PERUBAHAN LOKASI DAN KARAKTERISTIK HUNIAN (STUDI KASUS RUSUNAWA PLGB)

PENENTUAN DAERAH PRIORITAS PELAYANAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI KECAMATAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui lokasi sesungguhnya dari Kelurahan Pandeyan. Hasil survei ini

Penggusuran dan Reproduksi Kemiskinan

4. METODOLOGI PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia Upaya Pemenuhan Kebutuhan Perumahan di DKI Jakarta.

DAFTAR PERTANYAAN (Kepala Lingkungan, Kepala Dusun, Tokoh Masyarakat) Lokasi :... Nama :... Profesi :... Alamat :...

BAB I PENDAHULUAN. Apartemen adalah: Tempat tinggal (yang terdiri atas kamar tamu, kamar tidur,

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

NO LD.27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2008 TANGGAL 16SEPTEMBER 2008 DAFTAR URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN GARUT

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

Konsep Fisik Unit Rumah, Fasilitas dan Utilitas

JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan

PERMASALAHAN PENGELOLAAN RUMAH SUSUN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA

BAB I PENDAHULUAN. kerja sektor informal.tenaga kerja sektor informal merupakan tenaga kerja yang

Transkripsi:

47 BAB 3 GAMBARAN UMUM RUMAH SUSUN STUDI Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang pembangunan, sistem pengelolaan serta gambaran sosial-ekonomi penghuni rumah susun yang distudi. 3.1. Rumah Susun Karet Tengsin I dan II 3.1.1. Pembangunan dan Pengelolaan Rumah Susun Karet Tengsin I dan II Rumah Karet Tengsin dibangun pada tahun 1996 karena adanya kasus kebakaran sehingga mengakibatkan pemerintah berusaha untuk meremajakan kawasan tersebut. Program pembangunan rumah susun Karet Tengsin pada dasarnya juga dilakukan untuk mengentaskan masyarakat setempat yang semula menempati permukiman kumuh. Rumah susun ini di bangun di Kelurahan Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Kotamadya Jakarta Pusat dengan luas areal seluas,708 Ha. Rumah susun ini memiliki 4 blok dengan 5 lantai dan SRS yang hanya berupa tipe 1. Rumah susun Karet Tengsin terletak di kawasan permukiman yang padat dan kumuh dan berbatasan dengan sungai yang dihubungkan dengan jembatan. kepemilikan hunian rumah susun di Karet Tengsin adalah sewa-beli (milik). Rumah susun ini dibangun oleh Dinas Perumahan DKI Jakarta namun dalam pengelolaan di lapangan diserahkan sepenuhnya kepada PPRS (Perhimpunan Rumah Susun) Karet Tengsin. Besarnya cicilan pembelian yang dilakukan oleh warga rumah susun pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu cicilan bagi warga terprogram dan warga terekomendasi. Warga terprogram merupakan warga Karet Tengsin yang dahulu mendapat gusuran akibat pembebasan lahan untuk pembangunan rumah susun. Warga terekomendasi merupakan warga sekitar Karet Tengsin diluar rumah susun yang tergolong ke dalam masyarakat berpendapatan rendah. PPRS yang beranggotakan warga rumah susun terpilih dalam melaksanakan kegiatannya mendapatkan dana operasional yang berasal dari iuran penghuni rumah susun setiap bulan. 3.1.. Gambaran Sosial-Ekonomi Rumah Susun Karet Tengsin I dan II Subbab ini menjelaskan mengenai gambaran sosial ekonomi rumah susun Karet Tengsin I dan II dilihat dari status penghuni, pekerjaan penghuni, tingkat pendapatan, kepemilikan hunian lain, dan alasan tinggal di rumah susun.

48 3.1..1. Rumah Susun Karet Tengsin I dan II Seperti yang telah dijelaskan di atas, status kepemilikan hunian rumah susun di Karet Tengsin I dan II adalah sewa-beli (milik). Akan tetapi, temuan di lapangan menunjukkan bahwa terdapat penghuni awal yang merupakan warga terprogram menyewakan/mengkontrakkan hunian yang mereka miliki kepada warga baru dengan sepengetahuan Ketua Perhimpunan Rumah Susun (PPRS) Karet Tengsin. Berdasarkan temuan lapangan ketika survei, penghuni rumah susun karet tengsin dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: pemilik, dan bukan pemilik. Pemilik merupakan penghuni rumah susun yang menempati rumah susun dari awal yang berasal dari masyarakat terprogram (warga ex-kebakaran yang mengalami gusuran) dan warga terekomendasi (warga disekitar rumah susun yang tidak terkena gusuran namun tergolong ke dalam masyarakat berpendapatan rendah). dengan status bukan pemilik merupakan penghuni yang tinggal di rumah susun dengan cara menyewa (membayar per bulan), mengontrak (membayar per tahun), ataupun menumpang (ikut bersama teman/keluarga dan tidak membayar sama sekali). Besarnya biaya tinggal yang diberikan pemilik ke pengontrak tersebut adalah sekitar Rp.5.000.000,00 per tahun sedangkan bagi penyewa berkisar antara Rp.400.000,00 Rp.600.000,00 per bulan. Dari tabel III.1 terlihat di rumah susun Karet Tengsin mayoritas sebesar 63,% masih dihuni oleh para penghuni dengan status pemilik. Tabel III.1 Rumah Susun Karet Tengsin I dan II No (Jiwa) 1 Pemilik 4 63. Bukan Pemilik 14 36.8 38 100 Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 008 3.1... Pekerjaan Rumah Susun Karet Tengsin I dan II Dari Tabel III. terlihat bahwa mayoritas sebesar 41,7% pekerjaan penghuni rumah susun dengan status pemilik berada pada sektor informal seperti buruh/kuli bangunan, supir, mandor proyek, dan tukang ojek dimana profesi mereka ini tidak memiliki lokasi pekerjaan dan penghasilan secara tetap. Adapun untuk penghuni lain dengan status bukan pemilik sebagian besar (85,7%) bekerja di sektor swasta. Apabila dilihat secara

49 keseluruhan dari total sampel, pekerjaan penghuni rumah susun mayoritas sebesar 5,6% adalah pegawai swasta. Tabel III.. Pekerjaan Rumah Susun Berdasarkan Rumah Susun N o 1 Pemilik Bukan Pemilik dan (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) Pegawai Swasta Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 008 Wiraswasta/Dagan g Pekerjaan Pekerjaa n Informal Pensiuna n Mahasisw a 8 5 10 1 0 4 Tota l 33.3 0.8 41.7 4. 0 100 1 0 0 0 14 85.7 0 0 0 14.3 100 0 5 10 1 38 5.6 13. 6.3.6 5.3 100 3.1..3. Tingkat Pendapatan Rumah Susun Karet Tengsin I dan II Tingkat Pendapatan rumah susun Karet Tengsin I dan II dalam subbab ini dibagi ke dalam empat kategori berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh BPS Propinsi DKI Jakarta. Empat kategori pendapatan tersebut antara lain pendapatan rendah/low income ( dibawah (<) Rp.1.700.000), pendapatan menengah bawah/middle low income (antara Rp.1.700.000 - Rp.3.700.000), pendapatan menengah atas/middle high income (antara Rp.3.700.001- Rp.5.700.000), dan pendapatan tinggi/high income (di atas (>) Rp.5.700.001). Dari Tabel III.3 terlihat bahwa penghuni rusun dengan status pemilik sebagian besar (31,6%) merupakan golongan masyarakat berpendapatan menengah bawah. Adapun penghuni dengan status bukan pemilik juga sebagian besar (18,4%) adalah masyarakat berpendapatan menengah bawah. Besarnya pendapatan yang dimiliki dari tiap status penghuni rumah susun Karet Tengsin adalah sebagai berikut:

50 Tabel III.3 Tingkat Pendapatan Rumah Susun Karet Tengsin I dan II No Pendapatan dan Pemilik Bukan Pemilik (Jiwa) 8 0 8 1 < Rp.1.700.000 (rendah/low) secara 1.1 0 1.1 keseluruhan Rp.1.700.000- (Jiwa) 1 7 19 Rp.3.700.000 (menengah secara bawah/middle low) keseluruhan 31.6 18.4 50 Rp.3.700.001- (Jiwa) 4 6 10 Rp.5.000.000 3 (menengah atas/middle secara high) keseluruhan 10.5 15.8 6.3 (Jiwa) 0 1 1 4 > Rp.5.000.001 (tinggi/high) secara 0.0.6.6 keseluruhan Sumber : Hasil Pengolahan Data, 008 (*) Catatan: Tingkat pendapatan dilakukan berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh BPS Propinsi DKI Jakarta, 00 Secara umum dapat dilihat bahwa kisaran tingkat pendapatan penghuni rumah susun Karet Tengsin mayoritas sebesar 50% ada pada tingkat menengah bawah apabila dilihat secara keseluruhan dari total sampel penghuni. 3.1..4. Kepemilikan Hunian Lain Rumah susun Karet Tengsin I dan II pada dasarnya diperuntukkan bagi masyarakat berpendapatan rendah yang belum memiliki rumah sebagai tempat tinggal mereka. Pada hasil survei menunjukkan bahwa 8,9% sampel penghuni memiliki hunian lain. Jenis dari hunian lain yang dimiliki tersebut secara rinci dapat dilihat pada lampiran. Dari total sampel penghuni yang memiliki hunian lain tersebut 18,% memiliki jenis hunian lain berupa SRS di lokasi yang sama dan 81,8% memiliki rumah di tempat lain. yang memiliki SRS lebih dari satu pada umumnya menggunakannya untuk disewakan atau dikontrakkan kembali kepada penghuni baru yang bukan berasal dari golongan masyarakat berpendapatan rendah. Adapun penghuni yang memiliki rumah lain di lokasi luar rumah susun Karet Tengsin menggunakan SRS yang mereka sewa/kontrak hanya untuk tempat tinggal sementara selama mereka bekerja di sekitar lokasi rumah susun.

51 Tabel III.4 Kepemilikan Hunian Lain dari Tiap Rumah Susun Karet Tengsin Kepemilikan Hunian lain No. dan Punya Tidak Punya (jiwa) 4 0 4 1 Pemilik status 16.7 83.3 100.0 (jiwa) 7 7 14 Bukan Pemilik status 50.0 50.0 100.0 (jiwa) 11 7 38 secara keseluruhan 8.9 71.1 100 Sumber: Hasil Pengolahan Data, 008 3.1..5. Alasan Tinggal Rumah Susun Alasan penghuni rumah susun dalam menempati rumah susun Karet Tengsin I dan II dapat dilihat pada Tabel III.5. Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa pemilik rumah susun Karet Tengsin mayoritas sebesar 45,8% memilih tempat tinggal di Rumah Susun Karet Tengsin karena alasan terpaksa atau terkena gusuran akibat lokasi tempat tinggalnya dahulu mengalami kebakaran. dengan status bukan pemilik mayoritas sebesar 4,9% memilih tempat tinggal di rumah susun Karet Tengsin karena alasan biaya tinggal yang murah. Secara keseluruhan dari total sampel, diketahui bahwa mayoritas sebesar 8,9% penghuni memilih tinggal di rumah susun Karet Tengsin karena alasan dekat dengan lokasi kerja dan terkena gusuran/terpaksa. No. Tabel III.5 Alasan Tinggal Rumah Susun Karet Tengsin dan (jiwa) Dekat Lokasi Kerja Mura h Alasan tinggal di Rumah susun Ikut Lokasi PSU Famili/Tem Strateg Lengkap an is Terpaksa/Gusu ran 6 1 1 3 11 4 1 Pemilik Bukan Pemilik status (jiwa) status 5 8.3 4. 4. 1.5 45.8 100 5 6 0 1 0 14 35.7 4.9 14.3 0.0 7.1 0.0 100

5 (jiwa) secara keseluruhan Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 008 11 8 3 1 4 11 38 8.9 1.1 7.9.6 10.5 8.9 100 3.. Rumah Susun Bendungan Hilir I 3..1. Gambaran Pembangunan dan Pengelolaan Rumah Susun Bendungan Hilir I Rumah susun Bendungan hilir I dibangun oleh Dinas Perumahan Propinsi DKI Jakarta pada tahun 1994 sampai dengan 1995 di areal lahan seluas 0.4000 ha dengan jumlah unit sebanyak 96 lalu dikelola sebelumnya oleh PD Sarana Jaya (BUMD) hingga akhirnya pengelolaannya diserahkan kepada PPRS Bendungan hilir I. Latar belakang pembangunan rumah susun ini adalah untuk mewujudkan program peremajaan kota terutama daerah-daerah yang pernah mengalami kebakaran. Luas tiap hunian yang dibangun dalam rumah susun yang terdiri dari tiga blok (Blok A, B dan C) adalah 18 m. Di dalam hunian tersebut terdapat satu kamar mandi, satu dapur dan satu ruangan yang berfungsi sebagai ruang tidur, ruang makan, dan ruang tamu. lantai yang ada di tiap Blok adalah 4 lantai dimana untuk tiap blok memiliki jumlah unit yang berbeda satu sama lain. Blok A terdiri dari 9 unit, blok B terdiri dari 3 unit dan blok C terdiri dari 13 unit. Fasilitas yang ada di rumah susun ini antara lain sarana olahraga, parkir, masjid, taman bermain, dan minimarket. 3... Gambaran Sosial-Ekonomi Rumah Susun Bendungan Hilir I Subbab ini menjelaskan mengenai gambaran sosial ekonomi penghuni rumah susun sederhana Bendungan Hilir I dilihat dari status penghuni, pekerjaan penghuni, tingkat pendapatan, kepemilikan hunian lain, dan alasan tinggal di rumah susun tersebut. 3...1. Rumah Susun Bendungan Hilir I Kepemilikan rumah susun di Bendungan Hilir I merupakan sewa-beli (lihat lampiran 1) dan kepemilikan rumah susun ini diperuntukkan bagi warga yang terkena gusuran pembangunan rumah susun Bendungan Hilir I (warga terprogram) dan warga lainnya yang tergolong ke dalam masyarakat berpendapatan rendah (warga terekomendasi). Dalam realita di lapangan, pemilik rumah susun melihat bahwa rumah susun Bendungan Hilir I memiliki lokasi yang strategis karena dekat dengan lokasi perkantoran sehingga sebagian dari mereka mengontrakkannya kepada penghuni baru

53 yang merupakan pendatang yang bekerja tidak jauh dari lokasi rumah susun tersebut 1. Dari total sampel sebanyak 4 unit SRS, ditemukan mayoritas sebesar 4,9% penghuni rumah susun Bendungan Hilir I berstatus pemilik sedangkan 57,1% berstatus bukan pemilik (pengontrak dan penumpang). Besarnya harga sewa-beli per unit yang harus dibayar oleh penghuni dengan status pemilik di rumah susun Bendungan Hilir I sama dengan yang berlaku di rumah susun Karet Tengsin. Bagi penghuni dengan status bukan pemilik yang tinggal dengan mengontrak diharuskan membayar biaya kontrak rata-rata berkisar antara Rp.11.500.000,00 - Rp.1.000.000,00 per tahun kepada pemilik. Adapun bagi penghuni dengan status bukan pemilik yang tinggal dengan menumpang merupakan penghuni yang menempati rumah susun Bendungan Hilir I dengan menanggung sebagian atau tidak sama sekali dari biaya tinggal. Mereka umumnya menumpang tinggal di rumah susun Bendungan Hilir I bersama penghuni dengan status pengontrak ataupun pemilik yang jarang tinggal di rumah susun tersebut. Tabel III.6 Rumah Susun Bendungan Hilir I No (Jiwa) 1 Pemilik 18 4.9 Bukan Pemilik 4 57.1 4 100 Sumber: Hasil Pengolahan Data, 008 3... Pekerjaan Rumah Susun Bendungan Hilir I Dari Tabel III.8 terlihat bahwa mayoritas sebesar 5,4% penghuni rumah susun di Bendungan Hilir I berprofesi sebagai pegawai swasta. Apabila ditinjau dari status penghuninya, pekerjaan penghuni rumah susun dengan status pemilik sebagian besar adalah wiraswasta/pedagang (7,8%) serta Atlet (7,8%). dengan status pemilik yang bekerja sebagai wiraswasta/pedagang umumnya bekerja di lokasi Pasar Bendungan Hilir dan Pasar Tanah Abang tidak jauh dari lokasi rumah susun. Pemilik dengan pekerjaan atlet direkomendasikan tinggal di rumah susun Bendungan Hilir I sebagai fasilitas dari pekerjaannya. Adapun penghuni rumah susun dengan status bukan pemilik sebagian besar (83,3% ) bekerja sebagai pegawai swasta. 1 ) Informasi diperoleh dari wawancara kepada beberapa penghuni rumah susun yang mengontrakkan SRS miliknya dan didukung juga oleh wawancara kepada ketua pengelola rumah susun Bendungan Hilir. ) Besarnya tarif angsuran pembelian bergantung pada lantai dan lama angsuran pembayaran. Informasi mengenai biaya angsuran ini dapat dilihat pada lampiran.

54 Tabel III.7. Pekerjaan Rumah Susun Berdasarkan Kepemilikan Rumah Susun No dan PNS Pegawai Swasta Wiraswasta/ Dagang Pekerjaan Pekerjaan Informal Pensiunan Pengangguran Atlet (Jiwa) 5 1 1 5 18 1 Pemilik (Jiwa) 11.1 11.1 7.8 5.6 11.1 5.6 7.8 100 0 0 3 1 0 0 0 4 Bukan Pemilik 0.0 83.3 1.5 4. 0.0 0.0 0.0 100 (Jiwa) 8 1 5 4 Secara Keseluruhan 4.8 5.4 19.0 4.8 4.8.4 11.9 100 Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 008 3...3. Tingkat Pendapatan Rumah Susun Bendungan Hilir I Tingkat pendapatan penghuni rumah susun Bendungan Hilir I telah dibagi ke dalam empat kategori berdasarkan klasifikasi BPS Propinsi DKI Jakarta yaitu pendapatan rendah/low income ( dibawah (<) Rp.1.700.000), pendapatan menengah bawah/middle low income (antara Rp.1.700.000 - Rp.3.700.000), pendapatan menengah atas/middle high income (antara Rp.3.700.001- Rp.5.700.000), dan pendapatan tinggi/high income (di atas (>) Rp.5.700.001). Dalam tabel III.8, terlihat bahwa mayoritas sebesar 19% penghuni dengan status pemilik memiliki pendapatan antara kisaran Rp.3.700.001- Rp.5.700.000. Adapun penghuni dengan status bukan pemilik sebagian besar (19%) juga mempunyai pendapatan Rp.3.700.001- Rp.5.700.000. Besarnya pendapatan yang dimiliki penghuni rumah susun Bendungan Hilir I berdasarkan statusnya adalah sebagai berikut:

55 Tabel III.8 Tingkat Pendapatan Rumah Susun Bendungan Hilir I No Pendapatan (*) dan 1 3 4 < Rp.1.700.000 (rendah/low) Rp.1.700.000- Rp.3.700.000 (menengah bawah/middle low) Rp.3.700.001- Rp.5.000.000 (menengah atas/middle high) > Rp.5.000.001 (tinggi/high) Pemilik Bukan Pemilik (Jiwa) 3 1 4 secara keseluruhan 7.1.4 9.5 (Jiwa) 6 3 9 secara keseluruhan 14.3 7.1 1.4 (Jiwa) 8 8 16 secara keseluruhan 19 19 38.1 (Jiwa) 1 1 13 secara.4 8.6 31.0 keseluruhan Sumber : Hasil Pengolahan Data, 008 (*) Catatan : Tingkat pendapatan dilakukan berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh BPS Propinsi DKI Jakarta, 00 Secara umum jika dilihat dari keseluruhan total sampel terlihat bahwa kisaran tingkat pendapatan penghuni rumah susun Bendungan Hilir I sebagian besar (38,1%) berada pada tingkat pendapatan menengah atas yaitu berada pada kisaran pendapatan antara Rp.3.700.001- Rp.5.700.000. 3...4. Kepemilikan Hunian Lain Rumah susun Bendungan Hilir I pada dasarnya diperuntukkan bagi masyarakat berpendapatan rendah yang belum memiliki rumah sebagai tempat tinggal mereka. Akan tetapi temuan di lapangan menunjukkan bahwa dari total 4 sampel penghuni yang disurvei, 54,8% memiliki hunian lain. Jenis dari dari hunian lain yang dimiliki tersebut secara rinci dapat dilihat pada lampiran. Dari total sampel penghuni yang memiliki hunian lain tersebut 8.7% memiliki jenis hunian lain berupa SRS di lokasi yang sama dan 91.3% memiliki rumah di tempat lain. yang memiliki SRS lebih dari satu pada umumnya menggunakannya untuk disewakan atau dikontrakkan kembali kepada penghuni baru yang bukan berasal dari golongan masyarakat berpendapatan rendah. Adapun penghuni yang memiliki rumah lain di lokasi luar rumah susun Bendungan Hilir I menggunakan SRS yang mereka kontrak hanya untuk tempat tinggal sementara selama mereka bekerja di sekitar lokasi rumah susun.

56 Tabel III.9 Kepemilikan Hunian Lain dari Tiap Rumah Susun Bendungan Hilir I dan Kepemilikan Hunian lain No. Punya Tidak Punya (jiwa) 6 1 18 1 Pemilik 33.3 66.7 100 (jiwa) 17 7 4 Bukan Pemilik 70.8 9. 100 (jiwa) 3 19 4 secara 54.8 45. 100 keseluruhan Sumber: Hasil Pengolahan Data, 008 3...5. Alasan Tinggal Rumah Susun Alasan penghuni rumah susun dalam menempati rumah susun Bendungan Hilir 1 dapat dilihat pada Tabel III.10. Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa penghuni dengan status pemilik sebagian besar (38,9%) memilih tempat tinggal di Rumah Susun Bendungan Hilir 1 karena mendapat fasilitas dari pekerjaan mereka. dengan status bukan pemilik sebagian besar (54,%) memilih tempat tinggal di Rumah Susun Bendungan Hilir 1 karena dekat dengan lokasi kerja mereka. Secara keseluruhan dari total 4 sampel penghuni, diketahui bahwa mayoritas sebesar 33,3% penghuni memilih tinggal di rumah susun Bendungan Hilir I karena alasan dekat dengan lokasi kerja. No. 1 Pemilik Bukan Pemilik Tabel III.10 Alasan Tinggal Rumah Susun Bendungan Hilir I dan Dekat Lokasi Kerja Murah Alasan tinggal di Rumah susun Ikut Famili/Teman PSU Lengkap Lokasi Strategis Terpaksa /Gusuran Fasilitas Kantor (jiwa) 1 4 0 0 1 5 7 18 status 5.6. 0.0 0.0 5.6 7.8 38.9 100 (jiwa) 13 3 3 3 0 0 4 54. 8.3 1.5 1.5 1.5 0.0 0.0 100 status

57 (jiwa) 14 6 3 3 4 5 7 4 secara keseluruhan 33.3 14.3 7.1 7.1 9.5 11.9 16.7 100 Sumber: Hasil Pengolahan Data, 008 3.3. Gambaran Rumah Susun Sederhana Pasar Jumat 3.3.1. Gambaran Pembangunan dan Pengelolaan Rumah Susun Pasar Jumat Rumah susun Pasar Jumat di bangun sebagai bagian dari realisasi program pemerintah dalam memasyarakatkan rumah susun perkotaan dan memenuhi kebutuhan perumahan di perkotaan serta dalam rangka mendekatkan pekerja pada lokasi tempat kerja mereka. Pada tahap pembangunannya pemerintah melalui bantuan Perum Perumnas yang bekerja sama dengan Departemen Pekerjaan umum (Puslitbangkim dan Dirjen Cipta Karya) dan JICA (Japan Internasional Coorporation Agency) membangun blok rumah susun (Blok Mawar dan Blok Sakura) dengan masing-masing berjumlah 10 lantai. Dalam teknis pembangunannya blok mawar dibangun oleh JICA (lantai 1 sampai 3), Dep.Cipta Karya PU (lantai 4 sampai 5) dan Perumnas (Lantai 6 sampai 10). Adapun untuk blok sakura proses pembangunannya dilakukan sepenuhnya oleh perumnas (lantai 1 s/d 10). Rumah susun ini dikelola oleh pihak Perum Perumnas dan terletak di Kelurahan Pondok Pinang Kecamatan Kebayoran Lama Kotamadya Jakarta Selatan dengan luas areal lahan seluas 0,93 ha. Lahan rumah susun ini merupakan milik Departemen Pekerjaan Umum dan lokasinya berada di dalam komplek perumahan karyawan Departemen PU-Pasar Jumat serta dekat dengan terminal bis Lebak Bulus yang merupakan terminal dalam dan antar kota. Proses pembangunan rumah susun yang hanya memiliki luas hunian sebesar 1 m ini dilakukan secara bertahap mulai pada tahun 1996 sampai dengan tahun 1999. Dalam satu hunian rumah susun tersebut terdapat ruang bersama yang berfungsi sebagai ruang duduk (tamu) dan ruang makan, satu ruang tidur, dapur, kamar mandi/wc dan tempat jemur. unit yang dibangun pada rumah susun ini adalah 10 unit namun yang dijadikan sebagai hunian berjumlah 103 unit. Adapun fasilitas yang ada di rumah susun ini antara lain terdiri dari Jaringan air bersih sumur (Deep Well), Jaringan listrik PLN dengan kapasitas 450VA/unit, Pengolahan Air Limbah sistem Bio Filter, Septictank untuk flow filter, Hidran Kebakaran, Fire Extinguisher, Generator

58 Cadangan, Taman Bermain, Lapangan Olahraga, Ruang Serba Guna, Tangga Umum dan Darurat, serta Lift. 3.3.. Gambaran Sosial-Ekonomi Rumah Susun Sederhana Pasar Jumat Sub bab ini menjelaskan mengenai gambaran sosial ekonomi penghuni rumah susun Sederhana Pasar Jumat dilihat dari status penghuni, pekerjaan penghuni, tingkat pendapatan, kepemilikan hunian lain, dan alasan tinggal di rumah susun tersebut. 3.3..1. Rumah Susun Sederhana Pasar Jumat Berbeda dengan dua rumah susun sebelumnya, status kepemilikan rumah susun Pasar Jumat adalah Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa). Para penghuni rumah susun membayar biaya tinggal berupa uang sewa dan uang lola (uang untuk iuran dana pengelolaan/surcharge) kepada kantor pengelola Perumnas yang ada di rumah susun tersebut (lihat lampiran ). penghuni rumah susun sebagian besar (65,6%) adalah penyewa namun terdapat juga status penghuni yang bukan penyewa sebesar 34,4 %. dengan status bukan penyewa umumnya merupakan pegawai PU atau perumnas yang mendapat fasilitas hak milik rumah susun karena pekerjaannya. Di samping itu, terdapat juga penghuni dengan status bukan penyewa yang tinggal di rumah susun dengan menumpang bersama teman atau keluarga dari penyewa ataupun pegawai PU di rumah susun tersebut. Tabel III.11 Rumah Susun Pasar Jumat No (Jiwa) 1 Penyewa 1 65.6 Bukan Penyewa 11 34.4 3 100 Sumber: Hasil Pengolahan Data, 008 3.3... Pekerjaan Rumah Susun Sederhana Pasar Jumat Sebagian besar (47,6%) penghuni dengan status penyewa di rumah susun Pasar Jumat. berprofesi sebagai pegawai swasta yang bekerja di sekitar lokasi rumah susun Pasar Jumat. dengan status bukan penyewa mayoritas sebesar 45,5% berprofesi sebagai wiraswasta/pedagang.

59 Apabila dilihat secara keseluruhan dari total 3 sampel, maka terlihat bahwa pekerjaan penghuni rumah susun Pasar Jumat mayoritas sebesar 34,4% adalah pegawai swasta. Secara lebih rinci pekerjaan dari tiap penghuni rumah susun Pasar Jumat dapat dilihat pada tabel III.1. Tabel III.1. Pekerjaan Rumah Susun Sederhana Pasar Jumat No dan PNS Pegawai Swasta Wiraswasta/ Dagang Pekerjaan Pengangguran Mahasiswa Pegawai BUMN (Jiwa) 5 10 3 1 1 1 1 1 Penyewa Bukan Penyewa 3.8 47.6 14.3 4.8 4.8 4.8 100 (Jiwa) 1 5 0 1 11 18. 9.1 45.5 0.0 18. 9.1 100 (Jiwa) 7 11 8 1 3 3 Sumber: Hasil Pengolahan Data, 008 1.9 34.4 5.0 3.1 9.4 6.3 100 3.3..3. Tingkat Pendapatan Rumah Susun Sederhana Pasar Jumat Tingkat pendapatan penghuni rumah susun Pasar Jumat telah dibagi ke dalam empat kategori berdasarkan klasifikasi BPS Propinsi DKI Jakarta yaitu pendapatan rendah/low income ( dibawah (<) Rp.1.700.000), pendapatan menengah bawah/middle low income (antara Rp.1.700.000 - Rp.3.700.000), pendapatan menengah atas/middle high income (antara Rp.3.700.001- Rp.5.700.000), dan pendapatan tinggi/high income (di atas (>) Rp.5.700.001). Dalam tabel III.13 terlihat bahwa mayoritas sebesar (31,3%) penyewa memiliki kisaran pendapatan antara Rp.1.700.000 - Rp.3.700.000. Adapun pendapatan penghuni dengan status bukan penyewa mayoritas sebesar 15,6% berpendapatan dibawah Rp.1.700.000. Secara umum jika dilihat secara keseluruhan dari total 3 sampel penghuni, maka dapat dilihat bahwa kisaran tingkat pendapatan penghuni rumah susun Pasar Jumat sebagian besar (40,6%) ada pada tingkat pendapatan menengah bawah (Rp.1.700.000 - Rp.3.700.000).

60 No 1 3 4 Tabel III.13 Tingkat Pendapatan Rumah Susun Pasar Jumat dan Pendapatan Penyewa Bukan Penyewa < Rp.1.700.000 (rendah/low) Rp.1.700.000- Rp.3.700.000 (menengah bawah/middle low) Rp.3.700.001- Rp.5.000.000 (menengah atas/middle high) > Rp.5.000.001 (tinggi/high) Sumber: Hasil Pengolahan Data, 008 (Jiwa) 5 7 secara keseluruhan 6.3 15.6 1.9 (Jiwa) 10 3 13 secara keseluruhan 31.3 9.4 40.6 (Jiwa) 8 10 secara keseluruhan 5 6.3 31.3 (Jiwa) 1 1 secara keseluruhan 3.1 3.1 6.3 Dari total sampel sebanyak 34 unit SRS yang awalnya diberikan ternyata tidak menghasilkan data tingkat pendapatan yang terdistribusi normal sehingga sangat sulit untuk dilakukan estimasi tingkat pendapatan dari jumlah sampel yang diambil dari jumlah keseluruhan populasi penghuni. Oleh karena itu, dalam melakukan analisis, beberapa outliers yang berasal dari responden dengan jumlah pendapatan yang melebihi rata-rata pendapatan penghuni secara keseluruhan dipisahkan sehingga jumlah sampel yang seharusnya disebar sebanyak 34 dikurangi menjadi 3 sampel dan data menjadi terdistribusi normal. sampel sebanyak responden yang merupakan outliers tersebut memiliki pendapatan berturut-turut sebanyak Rp.9.195.000,00 dan Rp.10.100.000 (dihitung berdasarkan pendekatan household spending selama satu bulan). Kedua responden yang merupakan kelompok masyarakat dengan pendapatan tinggi (klasifikasi BPS) tersebut tinggal di rumah susun hanya sebagai second home selama mereka bekerja di sekitar lokasi rumah susun.

61 3.3..4. Kepemilikan Hunian Lain Rumah susun Pasar Jumat pada dasarnya diperuntukkan bagi masyarakat berpendapatan rendah yang belum memiliki rumah sebagai tempat tinggal. Temuan lapangan menunjukkan bahwa dari keseluruhan total 3 sampel penghuni diketahui bahwa sebagian sebesar (6,5%) penghuni tidak memiliki hunian lain di luar rumah susun. Berbeda dengan dua rumah susun sebelumnya, jenis hunian lain yang dimiliki sampel penghuni rumah susun pasar Jumat tidak ada yang berupa SRS di lokasi yang sama melainkan rumah (91.7%) dan apartemen (8.3%) di luar lokasi rumah susun (dapat dilihat pada lampiran ). Tabel III.14 Kepemilikan Hunian Lain dari Tiap Rumah Susun Pasar Jumat dan Kepemilikan Hunian lain No. Punya Tidak Punya (jiwa) 8 13 1 1 Penyewa 38.1 61.9 100 status Bukan Penyewa (jiwa) 4 7 11 status 36.4 63.6 100 (jiwa) 1 0 3 secara 37.5 6.5 100 keseluruhan Sumber: Hasil Pengolahan Data, 008 3.3..5. Alasan Tinggal Rumah Susun Sederhana Pasar Jumat Dari tabel III.17 terlihat bahwa penghuni dengan status penyewa sebagian besar (8,6%) memilih tinggal di rumah susun Pasar Jumat karena alasan harga sewanya yang murah dibandingkan apabila mereka tinggal di tempat lain. dengan status bukan penyewa sebagian besar (45,5%) memilih tinggal di rumah susun Pasar Jumat kerena alasan ikut dengan keluarga/teman mereka yang merupakan pegawai PU atau penyewa lain yang jarang menempati SRS mereka. Secara keseluruhan dari total sampel, diketahui bahwa mayoritas sebesar 1,9% penghuni memilih tinggal di rumah

6 susun Karet Tengsin karena alasan ikut dengan keluarga/teman dan mendapat fasilitas kantor. Tabel III.15 Alasan Tinggal Rumah Susun Pasar Jumat No. 1 Penyewa Bukan Penyewa dan (jiwa) status (jiwa) status Dekat Lokasi Kerja Murah Alasan tinggal di Rumah susun Ikut Famili/Teman PSU Lengkap Lokasi Strategis Terpaksa/ Gusuran Fasilitas Kantor 6 1 5 1 4 1 9.5 8.6 9.5 4.8 3.8 4.8 19.0 100 3 0 5 0 0 0 3 11 7.3 0.0 45.5 0.0 0.0 0.0 7.3 100 (jiwa) status Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 008 5 6 7 1 5 1 7 3 15.6 18.8 1.9 3.1 15.6 3.1 1.9 100 3.4. Gambaran Umum Keseluruhan Rumah Susun Sederhana Studi Dari penjelasan mengenai gambaran pembangunan, pengelolaan rumah susun beserta karakteristik sosial ekonomi penghuninya yang telah dijelaskan di atas sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan yang dapat dilihat pada tabel III.16. Dalam kesimpulan pada tabel III.16 ini sekaligus diidentifikasi mengenai keefektifan sasaran penghuni rumah susun. Secara umum dapat disimpulkan bahwa dari ketiga indikator yang dilihat dari status penghuni, tingkat pendapatan, dan kepemilikan hunian lain yang telah dijelaskan pada bab 1 sebelumnya terlihat bahwa target grup penghuni rumah susun sederhana saat ini (dengan menggunakan harga yang berlaku dari ketetapan pemerintah) belum sepenuhnya sesuai.

63 No. 1. Tabel III.16 Kesimpulan Gambaran Pembangunan, Pengelolaan serta Karakteristik Rumah Susun Studi Kriteria Pembanding Rumah Susun Sederhana Keterangan (Kesesuaian Target Karet Tengsin Bendungan Hilir I Pasar Jumat Gabungan 3 Rumah Susun) Bangunan 5 lantai Bangunan 5 lantai Bangunan 10 lantai dengan jumlah 4 blok dengan jumlah 3 blok dengan jumlah blok dan luas unit SRS 1 dan luas unit SRS 18 dan luas unit SRS 1 m m. Dibangun oleh m. Dibangun oleh dan dilengkapi lift. Blok Dinas Perumahan Dinas Perumahan mawar dibangun oleh Propinsi DKI Jakarta Propinsi DKI Jakarta JICA (lantai 1 s/d 3), Kondisi dan sepenuhnya lalu dikelola Dep.Cipta Karya PU Fisik dikelola oleh PPRS sebelumnya oleh PD (lantai 4 s/d 5) dan - - Gambara Bangunan (Perhimpunan Sarana Jaya (BUMD) Perumnas (Lantai 6 s/d n Umum Rumah hingga akhirnya 10). Blok sakura Susun) Karet Tengsin pengelolaannya dibangun oleh perumnas I dan II) diserahkan kepada (lantai 1 s/d 10). Adapun PPRS Bendungan pengelolaannya hilir I. diserahkan kepada perumnas. Kepemilikan Sewa-Beli (milik) Sewa-Beli (milik) Sewa - - 3 ) Keterangan : Hasil Pengolahan Data Rumah Susun Studi Gabungan dapat dilihat di Lampiran 3.

64 Dilihat dari indikator status penghuninya maka dapat dikatakan pada ketiga rumah. Kondisi Sosial Ekonomi rumah susun Karet Tengsin I dan II adalah pemilik (63,%) dan bukan pemilik (36,8%) rumah susun Bendungan Hilir I adalah pemilik (4,9%) dan bukan pemilik (57,1%) rumah susun Pasar Jumat adalah penyewa (65,6%) dan bukan penyewa (34,4%) - susun studi terjadi ketidaksesuaian target penghuni sebagaimana mestinya dikarenakan penghuni dengan status pemilik kurang dari 100% (untuk rusunami Karet Tengsin dan Bendungan hilir I) dan penyewa kurang dari 100% (untuk rusunawa pasar jumat). Sebagian besar (5,6%) Sebagian besar rumah susun Karet (5,4%) penghuni Sebagian besar (34,4%) rumah susun Pekerjaan Tengsin sebagai berprofesi pegawai rumah susun Bendungan Hilir I penghuni rumah susun Pasar Jumat berprofesi studi secara keseluruhan sebesar 43,9% berprofesi - swasta. berprofesi sebagai sebagai pegawai swasta. sebagai pegawai swasta. pegawai swasta.

65 Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan penghuni rumah susun Karet Tengsin mayoritas sebesar 50% adalah sebesar Rp.1.700.000- Rp.3.700.000 (menengah bawah). Disisi lain penghuni dengan pendapatan rendah hanya sekitar 1,1% Tingkat pendapatan penghuni rumah susun Bendungan Hilir I sebagian besar (38,1%) adalah sebesar Rp.3.700.001- Rp.5.700.000 (menengah atas) Disisi lain penghuni dengan pendapatan rendah hanya sekitar 9,5% Tingkat pendapatan penghuni rumah susun Pasar Jumat sebagian besar (40,6%) adalah sebesar Rp.1.700.000 - Rp.3.700.000 (menengah bawah) Disisi lain penghuni dengan pendapatan rendah hanya sekitar 1,9% Tingkat pendapatan penghuni rumah susun studi sebagian besar (37,4%) adalah sebesar Rp.1.700.000 - Rp.3.700.000 (menengah bawah) Disisi lain penghuni dengan pendapatan rendah hanya sekitar 17,8% Dilihat dari indikator tingkat pendapatan penghuni maka dapat dikatakan pada ketiga rumah susun studi terjadi ketidaksesuaian target penghuni karena mayoritas pendapatan penghuni rumah susun bukan berasal dari golongan pendapatan rendah atau dengan perkataan lain persentase dari penghuni rumah susun dengan pendapatan rendah kurang dari 100%. Kepemilikan Hunian Lain penghuni rumah susun yang memiliki hunian lain (8,9%) lebih kecil dibandingkan penghuni yang tidak memiliki hunian lain (71,1%) penghuni rumah susun yang memiliki hunian lain (54,8%) lebih besar dibandingkan penghuni yang tidak memiliki hunian lain (45,%) penghuni rumah susun yang memiliki hunian lain (37,5%) lebih kecil dibandingkan penghuni yang tidak memiliki hunian lain (6,5%) penghuni rumah susun studi secara keseluruhan yang memiliki hunian lain (39,3%) lebih kecil dibandingkan penghuni yang tidak memiliki hunian lain (60,7%) Dilihat dari indikator kepemilikan hunian lain maka dapat dikatakan pada ketiga rumah susun studi belum terjadi kesesuaian target penghuni karena persentase penghuni rumah susun yang tidak memiliki hunian lain lebih kecil dari 100%.

66 Alasan Tinggal Mayoritas sebesar 8,9% penghuni memilih tinggal di rumah susun Karet Tengsin karena alasan dekat dengan lokasi kerja dan terkena gusuran/terpaksa. Mayoritas sebesar 33,3% penghuni memilih tinggal di rumah susun Bendungan Hilir I karena alasan dekat dengan lokasi kerja. Mayoritas sebesar 1,9% penghuni memilih tinggal di rumah susun Pasar Jumat karena alasan ikut dengan keluarga/teman dan mendapat fasilitas kantor (pekerjaannya). Sebagian besar (5,%) dari total sampel (gabungan) penghuni memilih untuk tinggal di rumah susun studi karena alasan dekat dengan lokasi tempat kerja. - Sumber : Kesimpulan dari Hasil Pengolahan Data, 008