Pengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Masal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi (suprime mortgage) di AS secara tiba-tiba berkembang menjadi krisis

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

96% responden telah beroperasi antara 4 tahun hingga lebih dari 10 tahun, hanya 4% yang baru beroperasi selama 1-3 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan. sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Analisis Perkembangan Industri

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

Perluasan Lapangan Kerja

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

Perkiraan Kondisi Ekonomi Makro Triwulan IV Perkiraan Tw. I Perkiraan Kondisi Ekonomi Realisasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2010 III- 1

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun-tahun yang penuh tantangan bagi

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara

BAB V PENUTUP. penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya. Kemudian, akan

Jawa Barat Tahun perlu regional, nasional, dolar AS per. Bahan sangat. menurunkan inflasi. pembangkit listrik diperkirakan III - 1

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan/ Ketua Tim Pelaksana Pengendali PNPM Mandiri Jakarta, 3 November 2008

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

ANALISIS PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KALIMANTAN TENGAH BERDASAR PDRB PENGGUNAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

SURVEI PERSEPSI PASAR

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

SURVEI PERSEPSI PASAR

Analisis Perkembangan Industri

SURVEI PERSEPSI PASAR. Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

Statistik KATA PENGANTAR

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

Analisis Perkembangan Industri

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah saat ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. (Sinambela, 2009). Pada dasarnya tujuan didirikannya suatu perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. tersebut pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun

INBOX 1 DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP PEREKONOMIAN ACEH

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

Transkripsi:

PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN DAN INOVASI PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL RINGKASAN EKSEKUTIF Pengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Masal Studi Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap Pendidikan TIM STUDI Jakarta 2009

A. PENDAHULUAN Krisis keuangan global pada awalnya terjadi di Amerika Serikat yang dipicu oleh macetnya kredit pembelian rumah (KPR) atau subprime mortgage pada lembaga financial raksasa Amerika Serikat pada tahun 2007/2008. Terpuruknya lembaga keuangan terbesar di dunia tersebut menyebabkan kepanikan investor di berbagai negara yang antara lain diindikasikan oleh turunnya bursa saham dunia. Krisis pasar modal (saham dan surat utang) global selanjutnya mempengaruhi sektor ekonomi riil di berbagai negara, termasuk Indonesia. Krisis keuangan global di Indonesia, mulai dirasakan pengaruhnya terhadap perekonomian nasional pada kuartal IV 2008. Pada kuartal tersebut, perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5,2 persen, lebih rendah dibanding kuartal III sebesar 6,1 persen (turun 3,6%). Berdasarkan kondisi tersebut, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa Indonesia sudah terkena dampak krisis keuangan global pada kuartal IV tahun 2008. Krisis keuangan global memiliki multiflier effect yang luas terhadap berbagai sektor, yaitu ketenagakerjaan, kesehatan, kesejahteraan masyarakat dan pendidikan. Di bidang ketenagakerjaan, Departemen Tenaga Kerja menyatakan bahwa sampai dengan 27 Februari 2009 sudah 37.905 orang buruh kehilangan pekerjaan karena PHK, dan sebanyak 16.329 buruh telah dirumahkan karena pabrik tak lagi berproduksi secara optimal. Sementara itu, UNICEF Regional Asia Pasifik mengutip hasil penelitian International Monetary Fund (IMF) menyebutkan bahwa krisis keuangan telah mengakibatkan kenaikan harga bahan makanan sehingga sekitar 105 juta warga dunia masuk ke dalam kelompok keluarga miskin yang menghabiskan lebih dari 60 persen pendapatan mereka untuk memenuhi kebutuhan pangan. Keadaan ini mengancam anak-anak menjadi kekurangan gizi, terpaksa putus sekolah dan menjadi pekerja anak (www.analisadaily.com). 1

Secara umum studi ini bertujuan untuk merumuskan bahan kebijakan dalam mengantisipasi dampak lebih lanjut krisis keuangan global terhadap pendidikan di Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, ditetapkan tujuan khusus, yaitu memperoleh data dan informasi tentang: 1. pengaruh krisis global terhadap perekonomian nasional, dan khususnya di daerah sentra komoditas ekspor, 2. kondisi pendidikan di daerah yang terkena dampak krisis global, 3. kondisi pendidikan pada periode krisis global di tingkat sekolah di daerah yang terkena dampak krisis global, dan 4. kondisi ekonomi orangtua siswa dalam membiayai pendidikan anaknya pada periode krisis global di daerah yang terkena dampak krisis global. Ruang lingkup studi mencakup lingkup substansi dan jenjang pendidikan. Pada lingkup substansi, studi mengkaji kebijakan, program, dan anggaran pendidikan selama periode krisis global. Sedangkan lingkup jenjang pendidikan difokuskan pada pendidikan dasar dan menengah. Jenjang pendidikan dasar diwakili oleh SMP, sedangkan pendidikan menengah dilakukan di SMA dan SMK. B. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan pendekatan (strategi) analisis dokumen dan data sekunder, dan survey di daerah-daerah yang menurut data indikator ekonomi terkena dampak krisis ekonomi global. Dokumen dan data sekunder yang dianalisis adalah indikator ekonomi yang bersifat makro yang terkait dengan krisis ekonomi global. Sedangkan survey dilakukan di daerah-daerah yang merupakan sentra penghasil komoditas ekspor yang mengalami penurunan nilai ekspor sebagai dampak krisis keuangan global. Selain itu diperhatikan juga banyaknya tenaga kerja yang terkena PHK di sentra tersebut. Berdasarkan pertimbangan tersebut, terpilih dua kelompok wilayah lokasi survey, yakni (i) kelompok industri pengolahan berbasis perkebunan, dan (ii) Kelompok industri pengolahan padat karya selain perkebunan. Untuk 2

kelompok pertama diwakili oleh daerah sentra perkebunan sawit dan perkebunan karet. Sedangkan untuk kelompok ke dua diwakili oleh sentra industri mesin/peralatan listrik, mesin-mesin/pesawat mekanik, pakaian jadi bukan rajutan, industri kertas, kayu, barang dari kayu, perabot & penerangan rumah. Selanjutnya, diidentifikasi sampel kabupaten/kota yang mewakili sentra komoditas tersebut sambil memperhatikan keterwakilan wilayah (Jawa dan luar Jawa). Di setiap sentra komoditas (kecamatan) dalam kabupaten sampel, diambil dua SMP dan dua SMA/SMK (negeri atau swasta). Namun demikian dalam pelaksanaannya sangat tergantung kondisi di lapangan. Di setiap sekolah sampel dipilih orangtua siswa yang terkena dampak krisis global baik langsung (misalnya terkena PHK) maupun tidak langsung (memiliki usaha yang terkait dengan perusahaan/karyawan yang terkena dampak krisis, seperti: berjualan di sekitar pabrik, catering, dll). Dari setiap sampel sekolah diambil tiga responden orang tua yang memiliki kriteria tersebut. Pengumpulan data dilakukan di kabupaten/kota terpilih melalui wawancara dan pengisian daftar isian kepada petugas terkait di Dinas Pendidikan, Bappeda, Kantor BPS, Kantor Disnaker, dan kepala sekolah. Sedangkan kepada responden orangtua siswa hanya dilakukan wawancara. Data dan informasi yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. 3

C. TEMUAN 1. Pengaruh krisis keuangan global terhadap perekonomian di tingkat nasional, dan di sentra komoditas ekspor pada beberapa daerah Pada tingkat nasional, krisis keuangan global mengakibatkan terjadinya penurunan beberapa indikator ekonomi antara lain laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), nilai ekspor, jumlah investasi, lapangan kerja, dan daya beli masyarakat. Penurunan tersebut terjadi pada kurun waktu triwulan ke empat dibandingkan dengan triwulan ke tiga tahun 2008. Demikian halnya di sentra komoditas ekspor pada beberapa daerah, krisis keuangan global mengakibatkan penurunan produksi untuk komoditas plywood, pulp dan kertas, tekstil dan garmen, furniture, dan onderdil mobil, serta penurunan harga untuk komoditas kelapa sawit, dan karet. Namun demikian penyebab penurunan tersebut tidak sepenuhnya diakibatkan oleh krisis keuangan global. Untuk komoditas plywood, pulp dan kertas, lebih disebabkan oleh kurangnya bahan baku, yang sebenarnya sudah mulai berlangsung sejak diberlakukannya kebijakan pembatasan penebangan kayu. Untuk komoditas onderdil mobil, penurunan produksi lebih disebabkan oleh makin meningkatnya persaingan. Pada kenyataannya krisis global sangat terasa dampaknya pada komoditas kelapa sawit, karet, tekstil dan garmen, serta furniture. 2. Kondisi pendidikan di Daerah yang terpengaruh krisis keuangan global a. Anggaran Belanja Pendidikan Anggaran belanja pendidikan di hampir semua daerah sampel yang terkena dampak krisis keuangan global pada umumnya tidak terpengaruh. Hal ini ditunjukkan oleh kenaikan anggaran pendidikan yang secara nominal semakin meningkat setiap tahunnya. Persentase 4

alokasi anggaran pendidikan pada umumnya telah mencapai lebih dari 20 persen dari APBD baik untuk tahun 2008 maupun tahun 2009. b. Program-program untuk meringankan beban biaya pendidikan Selama ini pemerintah pusat sudah berupaya untuk membantu masyarakat dalam meringankan beban biaya pendidikan dengan menggulirkan berbagai macam program bantuan, antara lain Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sejak tahun 2005 dan BOS Buku mulai tahun 2007. Bantuan ini diberikan kepada siswa di jenjang pendidikan dasar (SD/MI sederajat, SMP/MTs sederajat). Selain dalam bentuk BOS dan BOS Buku, Pemerintah juga memberikan beasiswa, antara lain Beasiswa Siswa Miskin (BSM), dan Beasiswa Prestasi. Daerah sampel yang diduga terkena dampak krisis umumnya telah memiliki program untuk meringankan biaya pendidikan sebagaimana yang dilakukan Pemerintah. Program-program untuk meringankan biaya pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah daerah di daerah sampel pada umumnya hampir sama, meliputi pendamping BOS (BOS Daerah), beasiswa, biaya pengganti uang pangkal, bantuan perlengkapan sekolah, dan lain-lain. 3. Kondisi pendidikan pada periode krisis global di tingkat sekolah di daerah yang terpengaruh krisis keuangan global Di tingkat sekolah pada jenjang pendidikan menengah di daerah sentra komoditas yang diduga terpengaruh krisis global (a.l. perkebunan sawit, karet, dan kertas), pada awal krisis global (Oktober-Nopember 2008) terjadi fenomena penunggakan pembayaran SPP. Namun kondisi tersebut tidak berlangsung lama, pada awal tahun 2009 kondisinya membaik karena harga-harga komoditas ekspor mulai meningkat. Sementara itu pada jenjang pendidikan dasar, krisis global tidak memberikan pengaruh yang berarti karena adanya kebijakan pendidikan 5

gratis dimana SD/MI dan SMP/MTs diberikan bantuan dana operasional melalui program BOS dari Pusat dan tambahan BOS dari Pemda setempat. Selain itu, Pemerintah dan Pemda memberikan beasiswa bagi siswa kurang mampu dan siswa berprestasi. 4. Kondisi ekonomi orangtua siswa pada periode krisis global di daerah yang terpengaruh krisis keuangan global. Pada kelompok orangtua berpenghasilan rendah (< 1,5 juta/bulan) terjadi peningkatan proporsi dari periode Juli-Desember 2008 ke periode Januari- Juni 2009. Sedangkan pada kelompok orangtua berpenghasilan tinggi (>1,5 juta/bulan) terjadi keadaan sebaliknya yaitu, proporsinya menurun diantara kedua periode tersebut. Dengan kata lain jumlah orangtua miskin semakin bertambah. Adapun penyebabnya antara lain adalah harga kebutuhan semakin meningkat, banyaknya saingan pada usaha yang sama (dagang dan ojek motor), melakukan pekerjaan lain dengan pendapatan yang lebih rendah dari pekerjaan sebelumnya, atau kehilangan pekerjaan karena terkena PHK. Walaupun orangtua mengalami penurunan penghasilan, namun tidak mengakibatkan anaknya putus sekolah, khususnya bagi anak yang bersekolah pada jenjang pendidikan dasar. Hal ini dikarenakan adanya program BOS yang menggratiskan biaya pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan adanya bantuan beasiswa. Namun untuk orangtua yang anaknya bersekolah pada jenjang pendidikan menengah, penurunan penghasilan mengakibatkan keterlambatan dalam membayar SPP atau iuran sekolah (menunggak), bahkan ada anaknya yang putus sekolah. Di lain pihak adanya program beasiswa untuk sekolah menengah cukup membantu meringankan beban orangtua dalam membiayai pendidikan anaknya. 6

D. SARAN KEBIJAKAN Beberapa alternatif kebijakan yang disarankan dalam mengantisipasi dampak lanjutan dari krisis keuangan global adalah sebagai berikut. 1. Pemerintah perlu melakukan berbagai upaya untuk lebih meningkatkan daya tarik investasi bagi investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia. Peningkatan investasi akan berimplikasi terhadap peningkatan lapangan pekerjaan yang diharapkan akan mengurangi pengangguran dan sekaligus akan meningkatkan pendapatan negara. Pemerintah dan pemda perlu melakukan pemberian akses informasi yang lebih luas terkait bisnis global supaya masyarakat lebih siap menghadapi dampak lanjutan dari krisis. Di samping itu Pemerintah dan Pemda perlu menetapkan kebijakan perluasan pasar dalam negeri supaya tingkat produktivitas komoditas yang terkena dampak tetap terjaga. 2. Pemerintah dan Pemda agar lebih memperhatikan kelompok masyarakat miskin dalam melaksanakan program-program pendidikan. Programprogram yang sudah berjalan selama ini seperti bantuan biaya operasional sekolah dan pemberian beasiswa perlu ditingkatkan alokasi anggarannya untuk mengantisipasi inflasi dan meningkatnya kemiskinan. Di samping itu Pemerintah dan Pemda perlu mengalokasikan dana tanggap darurat dalam pos bantuan sosial atau pos lainnya untuk mengatasi berbagai kendala pendidikan yang tidak/belum bisa diperkirakan sebelumnya (krisis ekonomi, bencana banjir, longsor, gempa, kebakaran, atau lainnya). 3. Mengingat keterbatasan anggaran pemerintah, maka pengalokasian anggaran harus menekankan target yang akan dicapai (penajaman prioritas) dan dilakukan secara efisien. Untuk keperluan tersebut sharing pendanaan antara Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota mutlak diperlukan. 7

4. Pemerintah dan Pemda perlu meningkatkan bantuan pada jenjang pendidikan menengah khususnya bantuan bagi siswa miskin karena kuota beasiswa yang ada saat ini tidak mencukupi. Dengan adanya penurunan pendapatan orangtua karena krisis global jumlah siswa miskin terus bertambah, tidak sebanding dengan kuota beasiswa yang dialokasikan. ---000--- 8