Identifikasi Jamur Endofit dari Biji Padi dan Uji Daya Hambatnya terhadap Pyricularia oryzae Cav. Secara in Vitro

dokumen-dokumen yang mirip
Koloni bakteri endofit

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

Trichoderma spp. ENDOFIT AMPUH SEBAGAI AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang terus meningkat. Segala upaya untuk meningkatkan produksi selalu

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

Uji Aktivitas Antimikroba Beberapa Ekstrak Bumbu Dapur terhadap Pertumbuhan Jamur Curvularia lunata (Wakk.) Boed. dan Aspergillus flavus LINK.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Isolasi Aktinomiset

III. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi

PENGGUNAAN Trichoderma sp. SEBAGAI AGENSIA PENGENDALIAN TERHADAP Pyricularia oryzae Cav. PENYEBAB BLAS PADA PADI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

AKTIVITAS ANTIJAMUR BAKTERI ENDOFIT LAMUN TERHADAP JAMUR PATOGEN

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen pengendali hayati

Gambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih

Potensi Agen Hayati dalam Menghambat Pertumbuhan Phytium sp. secara In Vitro

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE A.

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru.

Potensi Bakteri Endofit dari Batang Panili Sehat sebagai Agen Pengendali Hayati Fusarium oxusporum f. sp. vanillae Penyebab Busuk Batang Panili

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

aeruginosa ATCC secara in vitro Pembuatan filtrat Streptomyces sp... 25

Yuricha Kusumawardani, Liliek Sulistyowati dan Abdul Cholil

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

UJI PATOGENISITAS Fusarium moniliforme SHELDON PADA JAGUNG ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi pertanian, khususnya dalam pengendalian penyakit tanaman di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme di Indonesia masih mengkhawatirkan kehidupan masyarakat.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

UJI EFEK ANTIBAKTERI JAMUR ENDIFIT PADA DAUN MANGROVE Sonneratia alba TERHADAP BAKTERI UJI Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

POTENSI JAMUR ASAL RIZOSFER TANAMAN CABAI RAWIT

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Uji Pemeliharaan dan Penyiapan Suspensi Bakteri Endofit dan PGPR

METODELOGI PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana untuk

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus Uji potensi

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian Laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya tumbuhan yang menempel pada tumbuhan lain, tetapi tidak hidup secara

III. METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. reaksi, mikropipet, mikrotube, mikrotip, rak tabung reaksi, jarum ose,

EKSPLORASI Pseudomonad fluorescens DARI PERAKARAN GULMA PUTRI MALU (Mimosa invisa)

ISOLASI JAMUR ENDOFIT DAUN BELUNTAS (PLUCHEA INDICA (L.) LESS)

Kultur Invitro untuk Tanaman Haploid Androgenik. Yushi Mardiana, SP, Msi Retno Dwi Andayani, SP, MP

BAB I PENDAHULUAN. dunia setelah padi, gandum, dan jagung (Wattimena, 2000 dalam Suwarno, 2008).

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

KEANEKARAGAMAN JAMUR ENDOFIT PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) DAN KEMAMPUAN ANTAGONISNYA TERHADAP Phytophthora infestans ABSTRACT

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis percobaan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental,

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

ISOLASI DAN SELEKSI MIKROBA ENDOFIT PADA TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) SEBAGAI ANTIJAMUR. Skripsi

UJI ANTAGONIS JAMUR TRICHODERMA, VERTICILLIUM DAN TORULOMYCES TERHADAP Ganoderma boninense Pat. SECARA IN VITRO

PENDAHULUAN. Sebagian besar produk perkebunan utama diekspor ke negara-negara lain. Ekspor. teh dan kakao (Kementerian Pertanian, 2015).

EKSTRAKSI DNA DAN AMPLIFIKASI ITS rdna ISOLAT FUNGI ENDOFIT LBKURCC67 UMBI TANAMAN DAHLIA (DAHLIA VARIABILIS)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki pasar global, persyaratan produk-produk pertanian ramah

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

III. BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel buah kopi penelitian dilakukan pada perkebunan kopi rakyat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

Transkripsi:

Identifikasi Jamur Endofit dari Biji Padi dan Uji Daya Hambatnya terhadap Pyricularia oryzae Cav. Secara in Vitro NI PUTU LINDA SUNARIASIH I KETUT SUADA *) NI WAYAN SUNITI Konsentrasi Perlindungan Tanaman, Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar 80362 Bali *)Email: ketutsuada@yahoo.com ABSTRACT Identification of Endophytic Fungi from Rice Grain and It s Inhibiting Ability by In Vitro Against Pyricularia oryzae Cav. Fungal endophyte is a fungi that lives in the tissues of plants without causing disease symptoms on host plants. During symbiotic, many endophyte could produce antibiotic compounds, those can make endophyte microbes become biological control agents against pests and plant diseases. The aims of this study is to determine the types and the number of endophytic fungi spesies that exist in rice seeds stadia, also growth inhibitory ability against Pyricularia oryzae Cav. in vitro. Based on microscopic identification and DNA analysis were found 14 species of endophytic fungi. Endophytic fungi were able to inhibit the develop of Pyricularia oryzae Cav. amount. The greatest inhibitor was Unidentified-2 isolates of 65.6% followed by fungi Phaeosphaeriopsis musae, Sarocladium oryzae, and Sordariomycetes sp., with inhibition of 63.3%, 61.1%, and 58.9% respectively. Key words: endophytic fungi, inhibition, Pyricularia oryzae, rice, In vitro. 1. Pendahuluan Keberadaan serangan hama dan penyakit pada tanaman padi merupakan faktor pembatas produksi padi. Kerusakan karena hama dan penyakit pada umumnya berkisar antara 5-10%, tetapi dapat pula terjadi sampai 100%. Oleh karena itu pengendalian hama dan penyakit sangat perlu dilakukan untuk mengurangi kerugian hasil (Lingga, 2010). Patogen yang menyerang padi adalah Pyricularia oryzae. P. oryzae yang menyebabkan penyakit blas dan menyerang tanaman padi mulai dari fase vegetatif sampai stadia pembentukan malai atau generatif. Serangan yang berat terjadi pada stadia generatif, karena dapat menimbulkan puso dan atau menggagalkan panen (Santika & Sunaryo, 2008). Penyakit ini telah menurunkan hasil panen padi di Asia Tenggara dan Amerika Selatan sekitar 30-50%, dan mengakibatkan kerugian jutaan http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 51

dolar Amerika (Shimamoto et al., 2001 dalam Ninasari, 2009). Di Indonesia serangan penyakit blas dapat mencapai luas 1.285 juta ha atau sekitar 12% dari total luas areal pertanaman padi di Indonesia (Anonim, 2011). Beberapa teknik pengendalian telah dilakukan seperti penggunaan fungisida, kultur teknis, dan kultivar yang resisten, tetapi belum memberikan hasil yang memuaskan. Aplikasi fungisida yang berlebihan dapat mengganggu lingkungan sehingga perlu di carikan cara alternatif. Penggunaan mikroba antagonis perlu diupayakan dan salah satunya adalah memanfaatkan jamur endofit. Jamur endofit mampu meningkatkan resistensi tanaman inang dari serangan hama (Clay, 1988). Interaksi antara cendawan endofit dan inang umumnya bersifat simbiosis mutualisme. Jamur endofit dapat menginfeksi tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan mikotoksin, enzim serta antibiotika (Carrol, 1988; Clay, 1988). Keunggulan jamur ini sebagai agens pengendali hayati yaitu mampu meningkatkan ketersediaan nutrisi, dan menghasilkan hormon pertumbuhan tanaman inang (Kloepper et al., 1992 dalam Lingga, 2010). Endofit dapat ditemukan pada berbagai spesies tanaman dan dapat mempengaruhi fisiologi tanaman inangnya. Pengaruh tersebut seperti peningkatan ketahanan terhadap stress, ketahanan terhadap hama dan penyakit tanaman, peningkatan produktivitas, dan peningkatan aktivitas herbisida saat berasosiasi dengan tanaman inangnya (Peters et al., 1998). Saat berasosiasi dengan tanaman inangnya, jamur endofit juga memiliki pengaruh terhadap jamur patogen tumbuhan. Bukti pengaruh antimikroba endofit terhadap patogen telah terungkap dari beberapa tanaman. Filtrat kultur endofit Acremonium dari rumput dan Balansia cyperi dari teki ungu menghambat pertumbuhan beberapa jamur patogenik termasuk Rhizoctonia cerealis, R. solani, dan Fusarium oxysporum secara in vitro (Stovall, 1987). Arnold (2003) meneliti peran endofit pada kakao terhadap serangan Phytophthora sp. Adanya endofit mengurangi serangan Phytophthora. Antipatogen akibat endofit lebih bersifat lokal dan lebih terlihat pada daun yang tua. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat diketahui bahwa jamur endofit memiliki manfaat yang sangat penting bagi tumbuhan. Simbiosis antara jamur endofit dengan biji padi dapat digunakan sebagai antijamur. Latar belakang di atas melandasi dilakukannya penelitian dengan judul Identifikasi Jamur Endofit dari Biji Padi dan Uji Daya Hambatnya terhadap P. oryzae Cav. secara In Vitro. 2. Metode Penelitian 2.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Prodi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober 2011 sampai bulan April 2012. Sampel biji tanaman padi diambil di daerah wisata Desa Kertalangu, Denpasar. 52 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

2.2 Bahan dan alat penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji padi varietas Ciherang. Isolat patogen yang digunakan yaitu jamur P. oryzae yang diperoleh dari pertanaman padi di daerah wisata desa Kertalangu, Denpasar. Bahan untuk sterilisasi adalah alkohol 70%, sodium hiphoklorit (klorox) 0,5%, air steril dan tisu steril untuk mengeringkan sampel. Media yang digunakan adalah 2% MA (Malt Agar) dengan komposisi 20 g malt ekstrak, 20 g agar, dan 1000 ml air keran serta ditambah streptomisin 100 mg untuk menekan pertumbuhan bakteri. Alat yang digunakan adalah tabung Erlenmeyer (ukuran 1000 ml, 500 ml, dan 250 ml), beaker glass, aluminium foil, laminar air flow cabinet, pinset, saringan teh, gunting, piring Petri, kantong, cork borer, jarum Oose, gelas ukur. 2.3 Pelaksanaan penelitian tahap pertama 2.3.1 Pembuatan media jamur endofit Media 2% MA dibuat dari 20 g malt ekstrak, 20 g agar, 1 liter air. Semua bahan dimasukkan ke dalam tabung Erlenmeyer, tabung ditutup aluminium foil kemudian disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit. Setelah suhu media 40 C, ditambahkan 100 mg streptomisin untuk menghambat pertumbuhan bakteri kemudian tabung digoyang agar semua bahan tercampur. Media tersebut kemudian dimasukkan ke dalam piring Petri diameter 9 cm dan siap digunakan setelah padat. 2.3.2 Isolasi jamur endofit Biji padi yang dijadikan sampel pengamatan berumur 80 hari (menjelang panen). Biji padi diambil dari tiga blok yang berbeda dan di tiap blok diambil 10 malai tanaman padi secara acak. Jadi total terdapat 30 sampel. Seluruh sampel dibawa ke laboratorium dan di kultur dalam waktu tidak lebih dari 48 jam agar endofitnya tidak mati. Biji padi dikupas kulit luarnya kemudian di belah dan diambil embrionya. Kemudian disterilkan melalui tiga tahap. Mula-mula dicelupkan ke dalam alkohol 70% selama ± 2 menit, kemudian kloroks 0,5% selama ± 2 menit dan terakhir dicuci dengan air steril selama 30 detik. Setelah dikeringkan pada tisu steril, bagian tanaman tersebut di tanam pada piring Petri yang berisi media MA dan diinkubasi selama empat minggu atau lebih tergantung pertumbuhan dari tiap jamur endofit tersebut. Pengamatan dilakukan setiap hari sampai tampak jamur yang tumbuh. Kemudian jamur endofit tersebut diisolasi dan dimurnikan pada media MA baru. 2.3.3 Identifikasi Jamur Pengamatan dilakukan terhadap semua isolat jamur endofit yang tumbuh. Jamur ini diidentifikasi saat isolat tersebut telah berspora. Jamur yang memiliki karakteristik morfologi sama diberi label yang sama. Isolat jamur tersebut selanjutnya dicocokkan dengan buku Illustrated Genera of Imperfect Fungi untuk http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 53

diidentifikasi. Identifikasi spesies jamur melalui analisis DNA dilakukan di Daejeon, Korea oleh Mr. Joo Young Cha. DNA miselium jamur isolat diekstrak menggunakan DNeasy Plant Mini kit (QIAGEN, USA). Amplifikasi DNA daerah ITS (Internal Transcribed Spacer region in the nuclear ribosomal repeat unit) mencakup 5,8S rdna dilakukan pada mesin MyCycler thermal cycler (BioRad, USA) menggunakan Takara Ex Taq (TAKARA, Japan) dengan primer spesifik jamur yaitu ITS 1f (Gardes dan Bruns, 1993) dan satu primer universal ITS4 (White et al., 1990). Kondisi PCR terdiri dari: persiapan (initialization) 94 o C 3 menit, diikuti denaturasi (denaturation) pada 94 o C selama 30 detik, penempelan primer (annealing) 30 siklus pada 50 o C selama 30 detik, dan pemanjangan (elongation) 72 o C selama 2 menit, dan final dipertahankan pada suhu 72 o C selama 10 menit. Kualitas dan kuantitas Produk PCR ditentukan dengan elektroforesis gel agarose menggunakan QA-Agarose (MP Biomedical, USA). Masing-masing produk PCR dimurnikan menggunakan QIA quick PCR purification kit (QIAGEN, USA) dan kemudian disekuens dengan primer ITS 1f dan ITS4. Reaksi sekuens mengikuti prosedur Solgent Co., Ltd. (Daejeon, Korea). Sekuens DNA yang diperoleh dibandingkan dengan data base GenBank di National Center for Biotechnology Information (NCBI) dan UNITE menggunakan program Basic Local Alignment Search Tool Algorithm (BLAST). Sekuens tersebut dicocokkan dengan sekuens yang paling dekat kemudian dilakukan analisis neighbor-joining (NJ) di NCBI untuk menginterpretasikan tingkat spesies, genus, dan famili. Sekuens dianggap teridentifikasi tingkat spesies jika lebih dari 95% sesuai dengan sekuens referensi yang diperoleh dari sporokarp spesies yang sama dan sekaligus membentuk pohon tunggal dengan spesimen pohon NJ. Jika kecocokan tersebut kurang dari 95% maka identitas jamur tersebut adalah pada tingkat genus atau famili sesuai dengan diagram filogenetik yang diperoleh. 2.4 Pelaksanaan penelitian tahap ke dua 2.4.1 Persiapan inokulum jamur endofit Isolat jamur endofit yang telah tumbuh dipindahkan ke media MA untuk mendapatkan biakan murni berumur empat hari untuk diuji daya hambatnya terhadap pertumbuhan patogen. Subkultur jamur dilakukan dengan mengambil hifa dari masing-masing isolat, selanjutnya diinkubasi pada suhu ruangan. 2.4.2 Persiapan inokulum jamur patogen Sampel patogen P. oryzae diambil dari tanaman padi yang menunjukkan gejala penyakit. Bagian tanaman yang bergejala disterilkan dengan alkohol kemudian ditanam di media MA dan diinkubasi selama 7 hari. Struktur jamur patogen dicocokkan dengan buku Illustrated Genera of Imperfect Fungi (Barnet & Barry, 1998) untuk mengidentifikasi jamur patogen. 54 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

2.4.3 Pengujian daya hambat Isolat P. oryzae dan jamur endofit masing-masing dibiakkan pada media MA selama empat hari. Hifa masing-masing isolat dipotong dengan cork borer (diameter 5 mm) dan diambil dengan menggunakan jarum oose. Potongan hifa masing-masing patogen dan jamur endofit bersama-sama diinokulasi dengan jarak 3 cm pada media MA. Sebagai kontrol, masing-masing patogen P. oryzae ditumbuhkan pada media MA tanpa jamur endofit. Masing-masing Petri diberi label kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diinkubasi pada suhu kamar selama 6 hari. 2.4.4 Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap diameter koloni patogen untuk semua perlakuan. Persentase daya hambat dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Nuangmek et al., 2008) : Persentase hambatan = (A-B)/A 100%, (1) A = Diameter koloni jamur patogen (kontrol), B = Diameter koloni patogen yang diinokulasi bersama jamur endofit 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Keberadaan jamur endofit pada biji padi Jamur endofit tidak selalu ditemukan pada tiap biji padi. Biji padi yang terdapat pada tiap malai padi belum tentu mengandung jenis jamur endofit yang sama di seluruh bagian tanaman padi, jadi keberadaan jamur endofit bersifat acak dan dapat berada dimana-mana. Hal ini sesuai dengan penelitian Stovall (1987) bahwa keberadaan jenis dan jumlah jamur endofit pada tiap bagian tanaman tidak sama. Hasil penelitian secara keseluruhan ditemukan 14 jamur endofit pada biji tanaman padi umur 80 hari (sebelum panen) yang diamati secara makroskopik dan mikroskopik. Jamur yang telah dipisahkan berdasarkan pengamatan tersebut kemudian diidentifikasi melalui analisis DNA. Identifikasi spesies jamur dilakukan melalui analisis DNA miselia jamur endofit. Miselium diekstraksi menggunakan kit yang tersedia. Apabila hasil sekuens DNA yang ditemukan lebih dari 95% maka isolat tersebut teridentifikasi sampai tingkat spesies dan jika kurang dari 95% isolat tersebut teridentifikasi sampai tingkat genus dan famili. Nama spesies jamur endofit setelah diidentifikasi dengan analisis DNA disajikan pada Tabel 1. Data pada Table 1 menunjukkan pada biji tanaman padi dapat ditemukan beragam jamur endofit. Ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Carrol & Clay (1988) dalam Worang (2003), bahwa jamur endofit terdapat di dalam sistem jaringan tanaman seperti daun, biji, bunga, ranting maupun akar tanaman. http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 55

Tabel 1. Identitas spesies jamur endofit pada biji padi No. Identitas berdasarkan BLAST dan analisis filogenetik Kecocokan Blast dengan kemiripan tertinggi Penjelasan (Definition) No. Asesi (Accession no.) Kesamaan sekuens (Overlapped sequence) 1. Unidentified-1 Fungal endophyte strain 660 18S FJ450046 562/604 (93%) ribosomal RNA gene 2. Penicillium citrinum Penicillium citrinum strain HDFE1 HM486421 500/502 (99%) 18S ribosomal RNA gene 3. Aspergillus sydowii Aspergillus sydowii strain JZ-35 18S HQ637367 514/515 (99%) ribosomal RNA gene 4. Penicillium Penicillium pinophilum strain YS-01 HQ671180 521/523 (99%) pinophilum 5. Fomitopsis cf. maliae Fomitopsis cf. meliae KYO genes for AB540581 611/620 (99%) 18S ribosomal RNA 6. Calocybe indica Calocybe indica internal transcribed GQ259881 627/631 (99%) spacer 1 7. Sarocladium oryzae Sarocladium oryzae strain CBS AY566996 501/512 (98%) 180.74 8. Unidentified-2 9. Sordariomycetes sp. Sordariomycetes sp. SAB-2009a strain Q3362 FJ799947 553/560 (99%) 10. Phaeosphaeriopsis musae Phaeosphaeriopsis musae isolate CATAS-PM01 GQ169764 482/482 (100%) 11. Ceriporia lacerate Ceriporia lacerata strain HJF065 HQ331080 585/591 (99%) 12. Cladosporium sp. Cladosporium sp. JZ-138 18S HQ637307 504/507 (99%) 13. Unidentified-3 Fungal endophyte sp. ICMP 16008 EU482277 388/445 (87%) 14. Schizophyllum commune Schizophyllum commune isolate BCC22128 FJ372688 583/583 (100%) 3.2 Daya hambat jamur endofit terhadap P. oryzae Hambatan jamur endofit terhadap P. oryzae dapat dilihat dari tidak menyebarnya koloni patogen melewati jamur endofit. Pertumbuhan patogen terhambat oleh koloni jamur endofit. Daya hambat jamur endofit terhadap P.oryzae disajikan pada Tabel 2. Kemampuan daya hambat jamur endofit terhadap P. oryzae bervariasi. Sebanyak tujuh (7) jamur endofit yang mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan P. oryzae dengan daya hambat di atas 50% dalam pengujian in vitro. Daya hambat jamur endofit terhadap P. oryzae di atas 50% adalah spesies Unidentified-2, Phaeosphaeriopsis musae, Sarocladium oryzae, Sordariomycetes sp., Aspergillus sydowii, Penicillium pinophilum, dan Penicillium citrinum yaitu masing-masing 65,6%, 63,3%, 61,1%, 58,9%, 56,7%, 52,2%, dan 51,1%. P. pinophilum, S. oryzae, Sordariomycetes, dan Phaeosphaeriopsis musae dalam menghambat patogen membentuk zona bening (Gambar 1d, 1g, 1i, 1j). Hal ini jamur endofit mengeluarkan suatu zat kimia yang bersifat antibiotika. 56 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

Tabel 2. Persentase daya hambat jamur endofit terhadap P. oryzae. No. Spesies endofit Diameter jamur Daya hambat (%) patogen (cm) 1. Unidentified-1 4,5 50,0 2. Penicillium citrinum 4,4 51,1 3. Aspergillus sydowii 3,9 56,7 4. Penicillium pinophilum 4,3 52,2 5. Fomitopsis cf. meliae 4,5 50,0 6. Calocybe indica 4,5 50,0 7. Sarocladium oryzae 3,5 61,1 8. Unidentified-2 3,1 65,6 9. Sordariomycetes sp. 3,7 58,9 10. Phaeosphaeriopsis musae 3,3 63,3 11. Ceriporia lacerate 4,5 50,0 12. Cladosporium sp. 4,8 46,7 13. Unidentified-3 4,5 50,0 14. Schizophyllum commune 5,1 43,3 15. Kontrol 9,0 a. Unidentified-1 b. Penicillium citrinum c. Aspergillus sydowii d. Penicillium pinophilum e. Fomitopsis cf. meliae Calocybe indica (f) Sarocladium oryzae (g) Unidentified-2 (h) Sordariomycetes sp.(i) Phaeosphaeriopsis musae (j) Ceriporia lacerate (k) Cladosporium sp.(l) Unidentified-3 (m) Schizophyllum commune (n) Kontrol (o) Gambar 1. Daya hambat jamur endofit terhadap P. oryzae Koloni sebelah kanan adalah P. oryzae dan koloni sebelah kiri jamur endofit http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 57

Radji (2005) menyatakan bahwa jamur endofit dapat membentuk metabolit sekunder yang bersifat antibiotika yang berfungsi untuk pertahanan dari pengaruh mikroba lain. Worang (2003) menambahkan bahwa selain senyawa antibiotika, jamur endofit mampu menghasilkan mikotoksin dan enzim. Unidentified-2 yang pertumbuhannya cepat pada media mampu menghambat perkembangan P. oryzae hingga 65,6%. Terlihat miselium dari jamur Unidentified-2 tumbuh di atas miselium P. oryzae. (gambar 1h). P. citrinum dan A. sydowii yang pertumbuhannya menyebar pada media menyebabkan pertumbuhan patogen terhambat hingga 51,1 dan 52,2% (gambar 1b, dan 1c). Besar kecilnya daya hambat jamur endofit terhadap organisme lain (patogen) diduga disebabkan oleh metabolit/antibiotik yang dihasilkan isolat. Menurut Pelczar & Chan (1988), bahwa semakin tinggi konsentrasi zat antijamur yang dihasilkan maka semakin tinggi pula daya hambatnya yang ditunjukkan oleh kecilnya pertumbuhan koloninya. Antibiotika merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang mempunyai kemampuan dalam menghambat pertumbuhan maupun membunuh mikroorganisme lain. Berdasarkan toksisitasnya, antibiotik dibagi dalam 2 kelompok, yaitu antibiotik dengan aktivitas fungistatik bersifat menghambat pertumbuhan mikroba dan aktivitas fungisidal bersifat membunuh mikroba lain (Suwandi, 1993). Purwanto (2008), menambahkan mikroorganisme endofit akan mengeluarkan suatu metabolit sekunder yang berupa senyawa antibiotik. Metabolit sekunder merupakan senyawa yang disintesis oleh suatu mikroba, tidak untuk memenuhi kebutuhan primernya (tumbuh dan berkembang) melainkan untuk mempertahankan eksistensinya dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Senyawa antibiotik tersebut mampu melindungi tanaman dari serangan hama insekta, mikroba patogen, atau hewan pemangsanya, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai agen biokontrol. Kemampuan daya hambat jamur endofit dalam menekan patogen secara in vitro pada kondisi laboratorium hanya berhadapan dengan patogen dan ada dalam lingkungan yang mendukung pertumbuhannya, sehingga mampu menunjukkan kemampuan menghambat pertumbuhan patogen. 4. Simpulan dan saran 4.1. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Jumlah jamur yang ditemukan pada stadia biji tanaman padi ada 14 jenis yaitu P. citrinum, A. sydowii, P. pinophilum, Fomitopsis cf. meliae, C. indica, S. oryzae, Sordariomycetes sp., Phaeosphaeriopsis musae, Ceriporia lacerate, Cladosporium sp., Schizophyllum commune dan tiga jenis jamur yang belum teridentifikasi. 2. Semua jamur endofit mampu menghambat perkembangan P. oryzae. Isolat yang memiliki daya hambat terbesar adalah isolat Unidentified-2 sebesar 65,6% dan 58 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

diikuti oleh jamur Phaeosphaeriopsis musae, S. oryzae, dan Sordariomycetes sp., dengan daya hambat berturut-turut sebesar 63,3, 61,1, dan 58,9%. 4.2 Saran Perlu diisolasi jamur endofit dari berbagai bagian lain tanaman seperti batang, daun, dan akar padi untuk mengetahui keragamannya. Jamur tersebut kemudian perlu diuji daya hambatnya terhadap berbagai jenis patogen lain tanaman padi. Daftar pustaka Anonim, 2011. Penyakit Blas. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. <http://www.penyakit_padi>. [20 Mei 2011] Arnold, A.E. 2003. Armies of fighting fungi protect chosolate trees. <http://.www.cocotrees_1203.html> [16 November 2010] Barnett, H.L. dan B.H. Barry. 1998. Illustrated genera of imperfect fungi. APS Press. Minnesota, America. Carrol, G. 1988. Fungal endophytes in stem and leaves: from latent pathogen to mutualistic symbiont. Ecology, 62:2-9. Clay, K. 1988. Fungal endophytes of grasses: a defensive mutualism between plants and fungi. Ecology 69 (1):10-16. Lingga, R. 2010. Uji nematisidal jamur endofit tanaman padi (Oryza sativa L.) terhadap nematoda puru akar (Meloidogyne spp). Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Medan Ninasari, O. 2007. Epidemi penyakit blas (Pyricularia oryzae Cav) pada beberapa varietas padi sawah dengan jarak tanaman berbeda di lapangan. Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 103 hal. Nuangmek, W., E.H.C. McKenzie, dan S. Lumyong. 2008. Endophytic fungi form wild banana (Musa acuminata Colla) works against anthracnose disease caused by Colletotrichum musae. Academic journal inc. Jurnal of Microbiology 3(5):368-374 Pelczar, MJ & E. C. S Chan. 1988. Mikrobiologi. Penerjemah Hadi Oetomo, R.S, dan Tjitrosomo, S. L. Jakarta: Penerbit UI Jakarta Peters, S., S. Draeger, Aust, & B. Schulz. 1998. Interactions in dual cultures of endophytic fungi with host and nonhost plant calli. Mycologia 90:360-367 Purwanto, R. 2008. Peranan mikroorganisme endofit sebagai penghasil antibiotik. <http://www.kabarindonesia.com> [01 Oktober 2011] Radji, M. 2005. Peranan bioteknologi dan mikroba endofit dalam pengembangan obat herbal. Majalah Ilmu Kefarmasian. (2) 3 : 113 126 Santika. A & Sunaryo. 2008. Teknik pengujian galur padi gogo terhadap penyakit blas (Pyricularia grisea). Buletin Teknik Pertanian (13) 1 : 1-8 Suwandi, U., 1993. Perkembangan antibiotik. Cermin Dunia Kedokteran No. 83. Pusat penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma, Jakarta. http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 59

Stovall, M.E. 1987. An investigations of the fungus Balansia cyperi and its effect on purple nutsedge, Cyperus Rotundus. Worang R.L. 2003. Fungi endofit sebagai penghasil antibiotika. Institut Pertanian Bogor. White, T.J., T.D. Bruns, S. Lee and J. Taylor 1990. Analysis of phylogenetic relationships by amplification and direct sequencing of ribosomal RNA genes. In: Innis M. A., D. N. Gelfand, J. J. Sninsky and T. J. White (eds.), PCR protocol: a guide to methods and applications. Academic, New York, pp 315-322. 60 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat