BAB I PENDAHULUAN. hormat yang digunakan untuk membuat kata-kata menjadi lebih indah. Ciri dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kata kebudayaan berasal dari kata Sansakerta budhayah, yaitu bentuk jamak

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya, hubungan tersebut terjalin karena adanya komunikasi.

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

2015 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KOMIK PADA PEMBELAJARAN (KEIGO

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam masyarakat kata bahasa sering digunakan dalam berbagai konteks

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup

BAB V KESIMPULAN. dengan tamu dan setiap tutur katanya tidak dapat dipisahkan dengan kesan hormat

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari karena dengan bahasa kita dapat menyampaikan suatu ide, pikiran,

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Dewi (2009) dalam tesis yang berjudul Sapaan Bahasa Jepang : Bentuk,

BAB I PENDAHULUAN. serupa. Ragam bahasa menurut Pateda (1987:52) terbagi menjadi berbagai jenis

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KEIGO

Bab 1. Pendahuluan. Dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya air dan udara yang menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. speaks), dengan siapa (with whom), dimana (where), kapan (when), dan untuk

PEGGUNAAN RAGAM BAHASA HORMAT (KEIGO) DALAM DRAMA ATTENTION PLEASE KARYA SATO YUICHI

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

BAB 1. Pendahuluan. Bahasa adalah alat komunikasi manusia. Sebagai makhluk sosial yang hidup

BAB I PENDAHULUAN. selalu akan ditemukan peraturan-peraturan berbahasa yang disebut juga dengan tata

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

BAB IV KESIMPULAN. Dari analisis kontrastif verba tingkat tutur dalam 敬語 bahasa Jepang dan

BAB I PENDAHULUAN. lengkap (Chaer, 2007:240). Menurut Widjono (2005:141) kalimat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB 2. Landasan Teori. Kesopanan berkaitan dengan aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pria (danseigo) dan ragam bahasa wanita (joseigo). Sudjianto dan Dahidi

berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia dapat memenuhi hasratnya sebagai makhluk sosial dalam upaya berinteraksi dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Kalimat- kalimat bahasa sebagai ungkapan sikap, perasaan, dan

Bab 5. Ringkasan. Bahasa yang digunakan untuk melakukan interaksi tersebut, tidak hanya. yang harmonis dan hubungan interkasi yang lancar.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa hormat dalam bahasa Jepang. Ragam bahasa hormat itu dikenal dengan sebutan keigo 敬語. Ragam

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. makna apabila melekat pada kelas kata lain dalam suatu kalimat. Joshi dalam bahasa Jepang

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

Bab 1. Pendahuluan. semua ahli yang bergerak dalam bidang pengetahuan yang lain semakin memperdalam

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang memiliki lebih dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menguasai bahasa dan setiap elemen-elemen dalam bahasa, seperti. keinginan kepada orang lain (Dedi Sutedi 2011: 2).

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

Bab 1. Pendahuluan. digunakan dalam berkomunikasi pada saat bersosialisasi dengan orang lain sehingga

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi khalayak agar bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan. Slogan

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat dalam berkomunikasi. Berbagai macam definisi mengenai

2015 WAKAMONO KOTOBA DI UNIVERSITAS IBARAKI DAN PANDANGAN MAHASISWA ASING TERHADAP WAKAMONO KOTOBA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berbahasanya. Salah satunya bahasa Jepang, Dewasa ini semakin

Seseorang yang menyampaikan suatu maksud tertentu sering dilakukan. ketersinggungan seseorang dengan adanya ujaran tertentu. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa faktor, salah satunya ialah akibat masuknya pengaruh dari bahasa asing. memiliki kata-kata pinjaman dalam kosakata mereka.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. pada bahasa secara universal. Linguistik memiliki dua cabang pembagian yaitu

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dan cara penyampaiannya. Dalam beberapa masyarakat, percakapan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

Bab 4. Simpulan dan Saran. maka bisa disimpulkan bahwa penggunaan partikel kashira dan kana dalam manga yang

BAB I PENDAHULUAN. Kata tunjuk atau pronomina demonstratif dalam bahasa Jepang disebut shiji

Bab 1. Pendahuluan. Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. antar individu satu dengan individu yang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan melalui bahasa. Di dunia terdapat bermacam-macam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB I PENDAHULUAN. pemikirannya, maka manusia menciptakan bahasa. Bahasa adalah sistem lambang

BAB I PENDAHULUAN. jika di Jepang juga terdapat bahasa daerah atau dialek. Pada awalnya penulis. yang sedang penulis pelajari di dalam perkuliahan.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan asal-usulnya, kosakata bahasa Jepang (goi) terbagi atas wago,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan komunikasi (Sutedi:2003). Modalitas merupakan kata keterangan yang

Bab 1. Pendahuluan. tulisan maupun isyarat) orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial.

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. 2004:134). Shotaroo (dalam Sudjianto dan Dahidi, 2007:194) menjelaskan teineigo

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan fukushi. Fukushi adalah kata yang dipakai untuk menerangkan yougen

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari masyarakat. Dalam bahasa Indonesia contoh onomatope misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Merujuk dari peribahasa Lain padang lain belalang, maka setiap bahasa juga

PENDAHULUAN. dari pada makhluk lain dimuka bumi ini. Bahasa memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. satu kendala yang selalu terjadi kepada pembelajar bahasa asing pada. kemampuan berkomunikasi adalah memiliki kemampuan dalam hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Bahasa merupakan sarana dalam komunikasi manusia sehari-hari yang

BAB I PENDAHULUAN. Aizuchi sering digunakan ketika terjadi interaksi komunikasi,apabila seorang penutur

BAB I PENDAHULUAN. Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10

BAB II KONSEP PRONOMINA PERSONA DAN PENERJEMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu)

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. membutuhkan mitra tutur. Melalui bahasa, pikiran, perasaan, dan keinginan

Bab 1. Pendahuluan. Menurut Kridalaksana dalam Kushartanti ( 2005,hal.3),bahasa mempunyai enam

BAB I PENDAHULUAN. percakapan, atau tuturan, sering dijumpai istilah wacana. Wacana terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. serius, karena terdapat perbedaan yang signifikan dengan bahasa. ibu pembelajar yang didasari oleh berbagai hal.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bikago adalah ciri khas ragam bahasa wanita dan jenis ragam bahasa hormat yang digunakan untuk membuat kata-kata menjadi lebih indah. Ciri dari bikago adalah ditambahnya awalan o- atau go- pada kata benda. Berdasarkan hal tersebut terdapat istilah bikago memiliki kedudukan sebagai ciri khas joseigo dan jenis keigo. Bikago berfungsi membuat hal-hal menjadi lebih indah. Ide (1999:469). Bikago lebih sering digunakan wanita daripada pria, dan umumnya kata benda bikago digunakan secara eksklusif oleh wanita. Hal ini karena wanita mungkin berusaha menunjukkan bahwa dirinya memiliki cara bertindak yang baik dan bertutur kata yang lembut dan anggun dengan menampilkan kelas sosial yang lebih tinggi. Ide (1999:462-474) mencirikan perbedaan joseigo dan danseigo dalam ciri fonologis, morfologis, leksikal, dan sintaksis. Salah satunya yaitu ciri leksikal terdapat penggunaan bikago yang banyak dilakukan oleh wanita. Bunka Shingikai(2007), membagi keigo menjadi lima jenis, yaitu sonkeigo 尊敬語, kenjougo 謙譲語, teichougo 丁重語, teineigo 丁寧語 dan bikago 美化語 yang masing masing memiliki ciri dan fungsi tersendiri. Menurut pendapat Ide dalam Lutvita (2013:21) yang menyatakan: Bikago sebagai jenis dari keigo berkaitan pula dengan mutual respect, namun bikago tidak digunakan untuk menaikkan atau meninggikan derajat lawan tutur atau orang yang dibicarakan. Bikago memiliki fungsi tersendiri yang membuat bikago berdiri sendiri sebagai jenis dari keigo. Bikago 1

merupakan bahasa yang indah dan bagian dari keigo yang digunakan tidak untuk mengekspresikan sikap hormat penutur kepada lawan tutur atau orang yang dibicarakan seperti pada sonkeigo, kenjougo, dan teineigo. Bunka Shingikai (2007:21) menjelaskan pengertian mengenai bikago yang berbunyi, ものごとを, 美化して述べるもの monogoto o bikashite noberumono (Membuat hal-hal menjadi lebih indah). Keindahan yang dimaksud tidak tampak pada bahasa Indonesia karena tidak ada konsep kebahasaan yang sama pada bahasa Indonesia. Bikago dapat dibedakan dari kata yang kasar yang belum ditambah bikago dan menjadi kata yang lebih halus. Contoh penggunaan bikago pada penutur yang berprofesi sebagai perampok dan penutur sebagai guru. Perampok cendrung menuturkan uang 金 dan guru cendrung menuturkan uang お金 sehingga keduanya dapat dibedakan atas tuturan yang kasar dan lebih halus. Menurut Tsujimura (1991:7) bikago adalah bentuk untuk memperhalus cara penuturan maupun memperhalus benda. Bikago memiliki cara memperhalus dan memperindah kata. Misalnya kata genki 天気 dan cha 茶 diubah ke dalam bikago menjadi ogenki お天気 dan ocha お茶. Tsujimura menyebut bentuk ogenki dan ocha merupakan bikago ( 美化語 ). Bikago memiliki bentuk kelas kata nomina dengan penambahan prefiks お atau ご di depan kata benda. Bikago dicirikan dengan penambahan prefiks o- dan go- pada kata benda berdasarkan asal kosa kata (Ide, 1999:468). Asal kosa kata bahasa Jepang dari wago, kango, gairaigo, dan konshugo. Umumnya dipakai kata benda bikago o- wago dan go-kango, tetapi terdapat beberapa kata benda bikago o-kango dan o- 2

konshugo. Ditemukannya o-kango dan o-konshugo karena didasarkan pada aturan penambahan o- dan go- (Hori, 2010:67). Awalan o- dan go- ditambahkan pada kata benda, sedangkan kata yang berasal dari kata kango dan konshugo tersebut merupakan kata benda sehingga penambahan prefiks o- dan go- dapat terjadi. Penggunaan bikago selain berkaitan dengan kata, faktor-faktor yang perlu diperhatikan yaitu latar belakang penutur dan peran bikago bagi penutur. Latar belakang penutur berupa identitas sosial, antara lain: jenis kelamin, usia, status sosial, hubungan keakraban, pendidikan. Sedangkan peran bikago bagi penutur adalah menyatakan penghormatan, menjaga martabat, menyatakan kasih sayang. Status sosial merupakan salah satu identitas sosial dimana dalam berkomunikasi perlu memperhatikan siapa yang menjadi lawan tutur. Penutur menggunakan bikago untuk menunjukkan cara bertindak yang baik sehingga menampilkan kelas sosial lebih tinggi. Status sosial berperan penting dalam masyarakat Jepang. Usia dan jenis kelamin juga berpengaruh, namun status merupakan hal utama dan dapat mengalahkan faktor usia dan jenis kelamin. Situasi dalam bertutur merupakan dimensi dari masalah sosiolinguistik. Situasi formal digunakan dalam bahasa resmi, sedangkan pada situasi informal digunakan bahasa santai. Situasi formal maupun informal mempengaruhi pemilihan kata yang digunakan penutur, termasuk pada pemilihan penggunaan bikago. Selain pemakaian bikago dalam bahasa Jepang, hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah tindak tutur. Tindak tutur merupakan kegiatan melakukan tindakan dengan maksud tertentu. Hayashi (1990:147) mengatakan dalam bahasa 3

Jepang tindak tutur disebut gengokoudou. ( 言語行動 ). Gengokoudou wa taijinteki dentatsu koudou dearu ( 言語行動は対人的伝達行動である ). Tindak tutur adalah komunikasi antara manusia dengan manusia. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang penggunaan bikago yang berhubungan dengan sosiolinguistik dan bagaimana bikago itu hidup dalam aktivitas tindak tutur masyarakat Jepang dengan menggunakan komponen SPEAKING. Peneliti melakukan penelitian terhadap penggunaan bikago dalam tindak tutur masyarakat Jepang yang terdapat dalam anime Working. Alasannya karena anime merupakan salah satu media bagi pembelajar asing untuk mempelajari bahasa Jepang, lewat anime kita tidak hanya bisa mendengarkan audio atau suara dari sebuah tuturan tapi juga dapat melihat visualnya dari berbagai aktivitas para tokoh dalam anime tersebut. Selain itu anime juga dapat memahami ungkapan verbal dan non-verbal seperti mimik wajah dan bahasa tubuh ketika tuturan tersebut disampaikan. Setelah peneliti mengamati keseluruhan Episode dalam anime Working, peneliti menemukan banyak sekali penggunaan bikago dalam kehidupan sehari-hari (Slice of Life) yang terdapat dalam dialog para tokoh. Oleh karena itu anime Working ini cocok untuk dijadikan sumber data pada penelitian yang peneliti lakukan. Anime ini bercerita tentang sebuah restoran keluarga di Hokkaido yang bernama Wagnaria. Takanashi adalah seorang karyawan baru yang tidak sengaja bertemu dijalan dengan Taneshima Popura yang menawarkannya untuk bekerja di restoran tersebut. Takanashi banyak mengalami hal aneh selama bekerja disana, 4

yang membuat Takanashi bertahan bekerja disana karena seniornya Taneshima yang imut dan kecil, oleh karena itu Takanashi sangat menyukai hal-hal yang kecil. Takanashi harus lebih bersabar kepada Inami seorang karyawan yang memiliki penyakit androphobia yaitu takut dengan laki-laki, sejak kedatangannya, Takanashi menjadi pelampiasan Inami yang suka memukul laki-laki. Tokoh lainnya adalah manager restoran bernama Kyouko, tapi Kyouko tidak dapat bekerja, Kyouko hanya memakan es krim yang selalu dibuatkan Todoroki Yachiyo yang selalu membawa katana (pedang) ke mana-mana. Lalu ada chef restoran yaitu Satou Jun yang cintanya bertepuk sebelah tangan karena Todoroki tidak peka terhadap perasaannya, itu karena Todoroki sangat terobsesi melayani Kyouko. Kemudian Souma adalah patner kerja Satou di dapur, ia adalah orang yang selalu mengetahui rahasia orang lain dan memanfaatkan untuk melakukan pekerjaannya. Kemudian ada general manager Otoo Hyougo yang kadang-kadang berkunjung ke restoran, itu karena Otoo sibuk mencari istrinya yang hilang, dan ketika berkunjung beliau membawa seorang gadis misterius bernama Yamada untuk bekerja di restoran. Ada juga cerita tentang keluarga Takanashi, ia memiliki tiga orang kakak perempuan yang berprofesi sebagai pengacara, novelis, dan guru beladiri yang sering mabuk, kemudian seorang adik perempuan yang masih SD. Interaksi sosial dan komunikasi antar tokoh dalam anime ini juga memperlihatkan keberagaman seperti hubungan dan komunikasi antara atasan dan bawahan, antara teman sebaya, antara pegawai restoran, antara kakak dengan adik, dan lain-lain. Hubungan dengan tingkat sosial yang berbeda tersebut memperlihatkan pula perbedaan pemakaian bahasa dalam komunikasi antar tokoh 5

dalam anime ini. Sehingga menarik untuk diteliti khususnya penggunaan bikago dalam hubungannya dengan sosiolinguistik dengan menggunakan komponen SPEAKING dalam aktivitas tindak tutur masyarakat Jepang yang terdapat dalam anime Working. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang akan dibahas tentang bikago dalam bahasa Jepang adalah sebagai berikut : 1. Apa saja bentuk bikago yang terdapat dalam anime Working berdasarkan pengelompokan kata benda menurut Suzuki? 2. Bagaimana bikago hidup dalam aktivitas tindak tutur masyarakat Jepang dengan menggunakan teori SPEAKING? 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada penggunaan bikago dalam bahasa Jepang. Penggunaan prefiks o- dan go- yang merupakan salah satu jenis honorifik dalam bahasa Jepang. Prefiks o- dan go- digunakan sebelum nomina dan adjektiva. Untuk itu, pada tahap awal akan dibahas apa saja bentuk bikago yang terdapat dalam anime working dan bagaimana bikago hidup dalam aktivitas tindak tutur masyarakat Jepang dengan menggunakan teori SPEAKING. Penelitian ini menggunakan tinjauan sosiolinguistik karena terkait dengan penggunaan keigo sebagai ragam bahasa dalam masyarakat Jepang. 6

1.4 Tujuan Penelitian Penulisan penelitian yang berjudul Penggunaan Bikago dalam tindak tutur masyarakat Jepang pada anime Working Kajian Sosiolinguistik memiliki tujuan untuk menjawab permasalahan pada penelitian ini yaitu: 1. Menjelaskan apa saja bentuk bikago yang terdapat dalam anime Working berdasarkan pengelompokan kata benda menurut Suzuki. 2. Menjelaskan bagaimana bikago hidup dalam aktivitas tindak tutur masyarakat Jepang dengan menggunakan teori SPEAKING. 1.5 Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan dan memberi kemudahan bagi pembelajar bahasa Jepang dalam mengetahui pemakaian prefiks o- dan go- pada bikago. Selama ini penulis merasakan cukup sulit untuk membedakan penggunaan pola prefiks o- dan gopada bikago yang merupakan salah satu honorifik dalam bahasa Jepang. Oleh karena itu, dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat membantu pembelajar bahasa Jepang untuk membedakan pola prefiks o- dan go- ketika menggunakan bahasa hormat. Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembelajar bahasa Jepang dalam mempraktekkan penggunaan prefiks o- dan go- baik dalam komunikasi lisan maupun dalam komunikasi tulisan. Apalagi penggunaan prefiks o- dan goini akan sangat bermanfaat jika digunakan ketika berkomunikasi dengan masyarakat Jepang, karena melambangkan sikap hormat dan sopan pada lawan tutur maupun sesuatu yang dibicarakan. 7

1.6 Metode dan Teknik Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data yang bersifat deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati (bogdan dan taylor dalam moleong, 2005:4). Data deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, kalimat-kalimat, gambar. Analisis data yaitu suatu studi yang berusaha memaparkan, menganalisis, dan mengklasifikasi data sehingga dapat diperoleh kesimpulan. Adapun teknik atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.6.1 Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menggunakan studi pustaka dan internet, yaitu mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasi data. Penelitian ini mengambil data dari anime. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah metode simak. Metode simak merupakan metode yang digunakan dalam menyediakan data dengan cara peneliti menyimak penggunaan bahasa (Mahsun, 2008:218). Penelitian ini menggunakan metode simak dengan teknik catat dalam pengumpulan data kata-kata yang menggunakan perfiks o- dan go- pada bikago sebagai ragam bahasa hormat. 1.6.2 Analisis Data Setelah dilakukan pengumpulan data-data, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah tahap analisis data. Tahap ini merupakan upaya penelitian menampilkan dalam wujud laporan tertulis apa-apa yang telah dihasilkan dari kerja analisis, sehingga masalah yang diajukan sebelumnya dapat dipecahkan dan tujuan penelitian dapat tercapai. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan 8

kajian sosiolinguistik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan. Mahsun (2008:235) metode padan adalah metode yang dalam praktik analisis data dilakukan dengan menghubung-bandingkan antarunsur yang bersifat lingual. Teknik yang digunakan untuk membantu metode dalam analisis data adalah teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasarnya adalah Teknik Pilah Unsur Penentu, sedangkan teknik lanjutannya adalah Teknik Hubung Banding. Penelitian ini menggunakan Teknik Hubung Banding Membedakan dengan tujuan untuk membedakan penggunaaan prefiks o- dan go- pada bikago dalam bahasa Jepang. 1.6.3 Penyajian Hasil Analisis Data Penyajian hasil analisis data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penyajian informal dan penyajian formal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya, sedangkan penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto,1993:145). Penelitian ini menggunakan penyajian hasil data secara informal. Fishman (dalam Chaer 20 10:5) mengatakan kajian sosiolinguistik lebih bersifat kualitatif. Jadi, sosiolinguistik berhubungan dengan perincian- perincian penggunaan bahasa yang sebenarnya, seperti deskripsi pola-pola pemakaian bahasa atau dialek tertentu yang dilakukan penutur, topik, latar pembicaraan. 9

1.7 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai keigo honorifik sudah pernah dilakukan oleh beberapa orang. Di antaranya adalah Monalisa (2009) dalam penelitiannya menulis mengenai Honorifik dalam bahasa Jepang tinjauan Sosiolinguistik. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dan menganalisis data menggunakan teori tentang ragam bahasa, SPEAKING, keigo, serta prefiks o- dan go- pembentuk honorifik dalam bahasa Jepang. Penulis mencari variasi dari setiap penggunaan prefiks o- dan go- pembentuk honorifik pada masing-masing jenis keigo dan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaannya. Pada penelitian ini peneliti lebih membahas tentang sonkeigo, kenjougo, dan teineigo dan hanya sedikit membahas tentang bikago. Penelitian mengenai keigo lainnya dilakukan oleh Rahayu (2003) dalam makalahnya menulis mengenai ragam bahasa hormat dalam bahasa Jepang. penulis menyajikan tentang ragam bahasa hormat dalam bahasa Jepang secara umum dan jenis-jenisnya. Ia menyimpulkan bahwa terdapat lima jenis keigo, yaitu sonkeigo bahasa hormat meninggikan orang lain, kenjougo bahasa hormat merendahkan diri, teineigo bahasa sopan, bikago bahasa keindahan dan jouhingo bahasa kelemahlembutan. Penelitian selanjutnya membahas mengenai bikago yang dilakukan oleh Lutvita (2013). Penelitian yang dilakukannya yaitu membahas tentang Penggunaan b i k a g o dalam Drama Erai Tokoro Ni Totsuide Shimatta karya Osamu Katayama. Penelitian meliputi kata benda yang diteliti dari bentuk kata benda bikago dan kelompok kata benda bikago. Penggunaaan kata benda bikago meliputi 4 bentuk yaitu, o-wago, o-kango, go-kango, dan o-konshugo. 10

Penggunaan kata benda bikago meliputi 3 kelompok yaitu yang berhubungan dengan makanan dan berhubungan dengan rumah, dan lainnya. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan di atas membahas mengenai keigo (ragam bahasa hormat) secara umum, menjelaskan jenis dan contohnya, serta menganalisis data dari sebuah drama. Oleh karena itu, penelitian yang akan peneliti lakukan berbeda dengan penelitian di atas. Penelitian ini akan membahas secara khusus salah satu jenis keigo yaitu bikago dengan menggunakan prefiks o- dan go-. Penelitian akan membahas mengenai apa saja bentuk bikago yang terdapat dalam anime Working dan bagaimana bikago hidup dalam aktivitas tindak tutur masyarakat Jepang dengan menggunakan teori SPEAKING. 1.8 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan hasil penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab I merupakan bagian pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode dan teknik penelitian, tinjauan kepustakaan dan sistematika penulisan. Bab II adalah kerangka teori yang menjelaskan tentang sosiolinguistik, peristiwa tutur, dan ragam bahasa, dan keigo khususnya bikago prefiks o- dan go-. Bab III menjelaskan tentang analisis bentuk bikago dan bagaimana bikago hidup dalam aktivitas tindak tutur masyarakat Jepang pada anime Working dengan menggunakan teori SPEAKING. Bab IV berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran serta daftar pustaka. 11