GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG INRAS Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan ABSTRAK Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi menular yang menjadi masalah kesehatan di dunia. Setiap penderita tuberkulosis paru aktif dapat menularkan kuman pada 5-10 orang disekitarnya. Diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh bakteri ini. Indonesia menempati urutan ke empat dari lima negara dengan jumlah kasus TB tertinggi pada 2011. Penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap penderita tentang penularan penyakit Tuberkulosis Paru di SIDRAP. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan observasional. Lokasi penelitian di puskesmas tanrutedong Kabupaten Sidenreng Rappang. Jumlah sampel sebanyak 38 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan kriteria inklusi yaitu telah menderita batuk lebih dari 3 minggu, dapat di lacak alamat rumahnya, bersedia menjadi responden penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner. penderita yang memiliki pengetahuan cukup lebih banyak yaitu 57,9%, dibandingkan dengan yang memiliki pengetahuan kurang dan penderita yang bersikap positif juga lebih banyak yaitu 73,7% dibandingkan dengan yang bersikap negatif. Pengetahuan penderita tentang penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Puskesmas tahun 2013 cukup baik dan mayoritas bersikap negatif. Diharapkan kepada penderita agar terus mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan dan sikapnya tentang penularan penyakit TB Paru dan kepada Staf Puskesmas Tanrutedong agar terus meningkatkan penyuluhan / promosi kesehatan di lingkungan masyarakat. Kata Kunci : Pengetahuan dan Sikap Daftar pustaka : 26 (2002-2012)
PENDAHULUAN Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang biasanya menyerang paruparu (WHO, 2011). Tubekulosis Paru merupakan penyakit yang disebabkan infeksi mycobacterium tuberkulosis yang menyerang jaringan paru. TB Paru merupakan penyakit menular yang menyebar melalui batuk dan dahak (Soedarsono, 2006). Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang menjadi masalah kesehatan di dunia. Setiap penderita Tuberkulosis paru aktif dapat menularkan kuman kepada 5-10 orang disekitarnya. Sumber penularan TB paru adalah penderita yang pemeriksaan dahaknya di bawah miskroskop ditemukan adanya bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang disebut dengan BTA (Basil Tahan Asam). Makin tinggi derajat hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Penderita dapat menyebarkan bakteri ke udara dalam bentuk percikan dahak, yang dalam istilah kedokteran disebut droplet nuclei. Sekali batuk dapat menghasilkan 3000 percikan dahak. Melalui udara yang tercemar oleh Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan/dikeluarkan oleh penderita TB paru saat batuk. Bakteri akan masuk ke dalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah. Ventilasi dapat mengurangi jumlah droplet, sementara cahaya dan sinar matahari langsung dapat membunuh bakteri. Droplet dapat bertahan beberapa jam dalam kondisi gelap dan lembab. Orang dapat terinfeksi jika droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Daya penularan dari seseorang penderita TB paru ditentukan oleh banyaknya bakteri yang dikeluarkan dari parunya. Faktor yang memungkinkan seseorang terpapar bakteri TB paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lama menghirup udara tersebut. Risiko tertular tergantung dari tingkat terpapar dengan droplet dan kerentanan terhadap penularan (Depkes, 2008). Bakteri Mycobacterium tuberculosis sangat sensitif terhadap cahaya matahari. Cahaya matahari berperan besar dalam membunuh bakteri di lingkungan, dan kemungkinan penularan di bawah terik matahari sangat kecil karena bahaya penularan terbesar terdapat pada perumahan-perumahan yang padat penghuni dengan ventilasi yang kurang baik serta cahaya matahari tidak dapat masuk kedalam rumah (Achmadi, 2008). Pada tahun 2010, WHO memperkirakan 8,5-9,2 juta kasus TB atau sama dengan 128 kasus per 100.000 penduduk, dan 1,2-1,5 juta kasus kematian per tahun. Kasus TB tertinggi terjadi di Asia (59%) dan Afrika (26%), dan sejumlah kasus terjadi di wilayah Mediterania Timur (7%), wilayah Eropa (5%), dan wilayah Amerika (3%). Lima negara dengan jumlah kasus TB tertinggi pada 2011 adalah India, (2,0-2,5 juta), Cina (0,9-1,1 juta), Afrika Selatan (0,4-0,6 juta), Indonesia (0,4-0,5 juta), dan Pakistan (0,3-0,5 juta). (WHO 2012) Depkes RI (2008) menyebutkan bahwa diperkirakan setiap tahun terdapat 539.000 orang kasus TB paru, dan sekitar 101.000 orang menderita penyakit TB Paru. Diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh bakteri ini. Kurang lebih 38% dari seluruh kasus tuberkulosis dunia terdapat di Asia Tenggara, dan 95% terjadi di negara berkembang seperti India, Indonesia, Bangladesh, Thailand dan Myanmar (Syafar M, 2011). Di Indonesia, penyakit TB Paru masih menjadi momok karena negara ini termasuk daerah endemis TBC. Pada tahun 2009 Indonesia menduduki peringkat ke lima di dunia setelah India, Cina, Afrika Selatan dan Nigeria dengan jumlah prevalensi 285 dari 100.000 penduduk (Depkes RI, 2011). Sedangkan Menu Depkes (2010) Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara dengan
jumlah penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah sekitar 5,8% dari total penderita TB dunia. Di Indonesia diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan kematian sekitar 91.000. Di Sulawesi Selatan, jumlah penderita penyakit tuberkulosis masih tinggi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi pada tahun 2011, penderita penyakit menular ini mencapai 8.939 kasus. Angka ini meningkat signifikan dibanding tahun sebelumnya yang hanya 7.783 kasus. Laporan kasus TB Paru BTA positif di wilayah SIDRAP, data menunjukkan kasus TB Paru BTA positif yaitu 78 orang pada tahun 2009, tahun 2010 yaitu 72 orang. Pada tahun 2011, jumlah penderita TB Paru BTA positif yaitu 47 orang dan pada tahun 2012 yaitu 46 orang penderita TB Paru BTA positif. (Arsip PKM Tanrutedong) Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ferry Andreas Nugroho (2010) terhadap 25 responden, didapatkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 56%, cukup sebanyak 40% dan kurang sebanyak 4%. Secara teori, pengetahuan dan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. 50% responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang pencegahan penularan Tuberkulosis paru (TBC paru). Menurut penelitian yang dilakukan terhadap 106 sampel oleh Rusnoto (2006), hasil analisa statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dengan nilai p=0,0001, hasil kategorikal terbukti ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kejadian Tuberkulosis Paru. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan dan sikap penderita tentang penularan penyakit tuberkulosis paru di Puskesmas Tanrutedong Kabupaten SIDRAP. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan observasional, yakni menggambarkan variabel yang disajikan berdasarkan tujuan penelitian kemudian disajikan secara deskriptif untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan penderita tentang penularan penyakit tuberkulosis paru di Puskesmas Tanrutedong Kabupaten SIDRAP Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien tuberkulosis yang dirawat di SIDRAP yaitu sebanyak 38 responden. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di Sidrap mulai tanggal 23 Juli 23 Agustus 2013 dengan menggunakan lembar kuesioner, adapun hasil yang kami dapatkan tentang penularan penyakit Tuberkulosis Paru dapat digambarkan sebagai berikut : Distribusi Frekuensi Bedasarkan Umur Responden Di Puskesmas Tanrutedong Kabupaten SIDRAP Usia/Tahun f % 20-37 Thn 4 10,5 38-59 Thn 18 47,4 60-81 Thn 16 42,1 usia paling banyak yaitu usia 38-59 tahun yaitu 18 orang (47,4%) dan yang paling sedikit yaitu usia 20-37 tahun. Jenis Kelamin Responden Di Puskesmas
Jenis Kelamin f % Laki-Laki 15 39,5 Perempuan 23 60,5 jumlah responden terbanyak adalah perempuan yaitu 23 orang (60,5%), sedangkan jumlah responden laki-laki yaitu 15 orang (39,5%). Pekerjaan Responden Di Puskesmas Pekerjaan f % IRT 23 60,5 Petani 13 34,2 Pelajar 2 5,3 pekerjaan responden terbanyak adalah IRT yaitu 23 orang (60,5%). Sedangkan yang paling sedikit yaitu pelajar 2 orang (5,3%). Pendidikan RespondenDi Puskesmas Pendidikan F % SD 26 68,4 SMP 11 28,9 SMA 1 2,6 responden berpendidikan SD lebih banyak yaitu 26 orang (68,4%), dibandingkan dengan responden berpendidikan SMP yaitu 11 orang (28,9%) dan SMA yaitu 1 orang (2,6%). Riwayat Kontak Responden Di SIDRAP Riwayat Kontak f % Pernah 6 15,8 Tidak Pernah 32 84,2 sebagian besar responden tidak pernah kontak dengan penderita TB Paru sebelumnya yaitu sebanyak 32 orang (84,2%) dan yang pernah hanya 6 orang (15,8%). Hasil Univariat Pengetahuan Penderita Tentang Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru Di SIDRAP Pengetahuan f % Kurang 16 42,1 Cukup 22 57,9 dari 38 responden terdapat 22 responden (57,9%) yang pengetahuannya cukup dan 16 responden (42,1%) yang pengetahuannya kurang tentang penularan tuberkulosis paru. Sikap Penderita Tentang Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Sikap F % Negatif 10 26,3 Positif 28 73,7
Sumber : Data Primer 2013 Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari 38 responden, sebagian besar responden memiliki sikap positif tentang penularan penyakit tuberkulosis paru yaitu 28 responden (73,7%). Sedangkan yang memiliki sikap negatif yaitu 10 orang (26,3%). 3. Sikap penderita Tuberkulosis Paru tentang penularan penyakit TB Paru di Puskesmas Tanrutedong Kabupaten SIDRAP tahun 2013 agar tetap dijaga dan ditingkatkan. DAFTAR PUSTAKA Ardiansyah M, 2012, Medikal Bedah Untuk Mahasiswa, DIVA Press, Jogjakarta. SIMPULAN DAN SARAN Dari gambaran terhadap permasalahan penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Penderita Tuberkulosis Paru di SIDRAP setiap tahun mulai menurun. 2. Pengetahuan responden tentang penularan penyakit tuberkulosis Paru di SIDRAP cukup baik. 3. Mayoritas responden bersikap positif tentang penularan penyakit tuberkulosis paru di Puskesmas Tanrutedong Kabupaten SIDRAP, hanya saja masih ada responden yang menyikapinya dengan sikap negatif. Saran 1. Diharapkan kepada Staf Puskesmas Tanrutedong agar terus meningkatkan Penyuluhan / Promosi Kesehatan di lingkungan masyarakat, terutama tentang penularan TB Paru agar penderita Tuberkulosis Paru terus menurun dari tahun ke tahun. 2. Diharapkan kepada pihak terkait terutama Puskesmas untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai bahaya penularan Tuberkulosis Paru, agar pengetahuan penderita tentang penularan penyakit TB Paru di SIDRAP dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Azwar A, 2008, Pengantar Epidemiologi, Edisi Revisi, Binarupa Aksara, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 2002, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Paru cetakan ke 6, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 2008, Lembar Fakta Tuberculosis, (online), (http://www.tbindonesia.or.id, diakses 15 Februari 2013). Departemen Kesehatan RI, 2011, TBC Masalah Kesehatan Dunia, (Online) (http://depkes.go.id, diakses 15 Februari 2013) Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. 2011. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Ferry Andreas Nugroho, 2010, Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru Pada Keluarga, Jurnal Kesehatan, 3: 1-10.
Gerdunas, 2011, Apa itu TBC, (Online), (http://www.tbindonesia.or.id, diakses 16 Februari 2013). Rustono. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian TB Paru Pada Usia Dewasa. Jurnal Kesehatan. Hidayat Alimul A, 2011, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta. Hudoyo Ahmad, 2008, Tuberculosis Mudah Diobati, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Junaidi, dan Iskandar. 2010. Penyakit Paru dan Saluran Napas, Buana Ilmu Populer, Jakarta Masriadi, 2012, Model Sistem Surveilans TB Paru Kepulauan, Pustaka Timur, Yogyakarta. Sanchez. T, dan Zimenes. D, 2009, Human Tuberculosis Due to Mycobacterium Tuberculosis Bovis and Caprae in Spain. The Internasional J of Tuberculosis and Lung Disease, 13 (12) : 132-136 Siti Nur Djannah (2009). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Pencegahan Penularan TBC Pada Mahasiswa Di Asrama Monokwari Sleman Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat 3, 3: 162-232. Soedarsono, 2006, Diagnosa dan Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru, Indah Offset, Jakarta Mudiyono, dan Tiya Rahmawati, 2011, Studi tentang Sanitasi Rumah Penderita Tuberculosis Paru, Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Vol.II No.2. Niven, Neil, 2002, Psikologi Kesehatan Pengantar Untuk Perawat & Profisional Kesehatan Lain. Jakarta : EGC Notoadmodjo, S, 2010, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta Somantri, Iman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Salemba Medika. Jakarta Syafar M, 2011, Tuberkulosis:Sebuah Kajian Sosial Budaya, Nala Cipta Litera. Wardiyah U (2010), Hubungan Sanitasi Dan Kontak Serumah Terhadap Hasil Pemeriksaan Dahak Mikroskopis Pada TB-Paru Di Puskesmas Teja. Murniasih E, 2010, Pengenalan Tuberkulosis Paru, Widya Media, Jakarta. Widhi Rahardiyanti. 2012. Gambaran Karakteristik Penderita Tuberculosis Pada Anak Umur 1-5 Tahun yang di Balai
Kesehatan Paru Masyarakat Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1, 2: 525-534 Widoyono, 2008, Penyakit Tropis; Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya, Penerbit Erlangga, Semarang. World Health Organization. 2012. Global Tuberculosis Report 2012. Geneva, Switzerland. (www.who.int/tb, diakses 12 Maret 2013)