Studi Preferensi dalam Pemilihan Apartemen Ideal

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen

Persepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday Morning (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D.

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan

Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

Definisi Kebetahan dalam Ranah Arsitektur dan Lingkungan- Perilaku

Kriteria Ruang Publik untuk Masyarakat Usia Dewasa Awal

Preferensi Masyarakat dalam Memilih Karakteristik Taman Kota Berdasarkan Motivasi Kegiatan

Persepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi

Peran Panca Indra dalam Pengalaman Ruang

Respon Masyarakat terhadap Konsep Perumahan Berbasis Agama: Perumahan Islami

Korespondensi antara Kriteria Tempat Kerja Alternatif Impian terhadap Profesi Pekerja

Ekspektasi Wisatawan dalam Memilih Penginapan sesuai Anggaran

Pentingnya Ruang Terbuka di dalam Kota

Persepsi dan Harapan Masyarakat Kota terhadap Keberadaan Permukiman Padat

Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota

Lingkungan Rumah Ideal

Rumah Impian Mahasiswa

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja

Ruang Hobi Ideal. Dimas Nurhariyadi. Abstrak

Kajian Angkutan Umum yang Baik terkait Korespondensi Lokasi Tempat Tinggal dan Profesi Komuter

Persepsi Kriteria Kenyamanan Rumah Tinggal

Alternatif Pemilihan Kawasan Pusat Olahraga di Kota Bandung

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota

Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki Jalan Asia Afrika, Bandung

Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Bangunan Pintar sebagai Usaha Penghematan Energi

Tingkat Kenyamanan Taman Kota sebagai Ruang Interaksi- Masyarakat Perkotaan

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suatu Kota Menurut Tanggapan Masyarakat Studi Kasus : Kota Bandung, Jawa Barat

Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah

Penilaian Masyarakat terhadap Penggunaan Material Bambu pada Bangunan

Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Persepsi Publik terhadap Kawasan Bersejarah

Pemahaman Masyarakat Mengenai Dampak Pembangunan HunianTerkait Global Warming dan Penerapan Green Building

KORELASI TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN ELEMEN KOTA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT INDONESIA

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB

Studi Persepsi Masyarakat tentang Museum Ideal

Keluhan dan Harapan Masyarakat terhadap Karakteristik Toilet Umum di Indonesia

Awareness dan Pemanfaatan BIM : Studi Eksplorasi

Kriteria Ruang yang Mendukung Motivasi Membaca

Korespondensi antara Kualitas Hunian Sewa dan Tingkat Kepuasan Mahasiswa

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe: Perbedaan Preferensi Gender dan Motivasi

Preferensi Hunian yang Ideal Bagi Pekerja dan Mahasiswa pada Kelompok Umur Dewasa Awal / Early Adulthood

Preferensi Pasangan Berlibur Terhadap Jenis Penginapan dan Keadaan Interior

Kota Impian: Perspektif Keinginan Masyarakat

korespondensi antara kerusakan ekologi dan penyebabnya.

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung

Kecenderungan Penggunaan Software Pemodelan dalam Proses Desain Terkait Alasan dan Usia Pengguna

Perencanaan Fasilitas Permukiman di Kawasan Periferi Kasus : Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar

Preferensi Masyarakat tentang Tipologi Sekolah yang Meningkatkan Semangat dan Minat Belajar Siswa

Ruang Favorit dalam Rumah

Preferensi Pejalan Kaki terkait Kondisi Lingkungan untuk Menciptakan Kenyamanan Termal di Jalan Rajawali Surabaya

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

Penilaian Jalur Pedestrian oleh Masyarakat Urban dan Kriteria Jalur Pedestrian yang Ideal Menurut Masyarakat

Persepsi Masyarakat tentang Penggunaan Energi dalam Rumah Tinggal Berdasarkan Profesi

BAB I PENDAHULUAN. Apartemen adalah: Tempat tinggal (yang terdiri atas kamar tamu, kamar tidur,

Pertimbangan Pemilihan Titik-Titik Temu Transportasi Publik

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

Kebutuhan Area Transisi bagi Pejalan Kakidi Kawasan Pusat Kota Bandung

Konsep Pengembangan Ruang Terbuka Publik Pantai Bahari, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat

Mushola di dalam Rumah

Identifikasi Pola Perumahan Rumah Sangat Sederhana di Kawasan Sematang Borang Kota Palembang

Citra Kota Bandung: Persepsi Mahasiswa Arsitektur terhadap Elemen Kota

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Faktor Dominan yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe: Motivasi dan Preferensi Gender

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Prioritas Pengembangan Kawasan Pusat Olahraga berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Pengunjung

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Karakter Fisik Spasial Tempat Favorit Dewasa Muda

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI

Preferensi Masyarakat terhadap Material Bangunan

BAB 1 PENDAHULUAN APARTEMEN DI SEMARANG 1

Kafe Ideal. Devi J. Tania. Abstrak

MENARA SINAR MAS DI KAWASAN MEGA KUNINGAN, JAKARTA DRAFT LAPORAN TUGAS AKHIR AR 4099

Rumah Baca sebagai Representasi Pemikiran Arsitektur Achmad Tardiyana

Analisis Kualitas Faktual Sebagai Salah Satu Alat Evaluasi Penentu Kualitas Ruang Terbuka Publik di Kota Bandung

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tempat dengan Desain Menarik di Bandung

Pengaruh Penggunaan Skylight & Sidelight pada Shopping Mall terhadap Perilaku Manusia

Kualitas Ruang Terbuka pada Permukiman Industri di Kelurahan Cigondewah Kaler, Bandung, Jawa Barat

Pengaruh Kepuasan Berhuni terhadap Keinginan Pindah pada Hunian Sewa

BAB I PENDAHULUAN. a. Strategi/ Pendekatan Perancangan. Untuk pemilihan judul rest area tol Semarang-Solo

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

Penilaian Kinerja Ruang Terbuka Sunken Court ITB

Potret Kualitas Wajah Kota Bandung

Eksplorasi Desain Kualitas Ruang pada Perpustakaan Sekolah untuk Meningkatkan Minat Baca pada Siswa

KONDOMINIUM BAB I PENDAHULUAN

BAB II HUNIAN YANG DISEBUT APARTEMEN

Eksternalitas Penggunaan Ruang Publik sebagai Pasar Kaget (Pop-up Market) bagi Masyarakat Dewasa Muda Kota Bandung

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN APARTEMEN : ANALISIS TERHADAP PERSEPSI KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Eksplorasi Desain Kualitas Ruang pada Perpustakaan Sekolah untuk Meningkatkan Minat Baca pada Siswa

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan kendaraan tapi cukup dengan berjalan kaki saja.

Transkripsi:

TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Studi Preferensi dalam Pemilihan Apartemen Ideal R. Muhammad Amanda Catalonia Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB. Abstrak Meningkatnya kepadatan penduduk di kota-kota besar membuat apartemen menjadi alternatif hunian logis yang semakin diminati masyarakat modern. Dengan semakin terbatasnya lahan, sejumlah pengembang properti lebih gencar dalam melakukan pembangunan dan penjualan apartemen. Selain karena harganya yang kini tidak terlalu jauh berbeda dengan landed-houses, tren hunian vertikal ini dianggap menjadi pilihan tepat bagi mereka yang memiliki mobilitas tinggi. Terlepas dari tujuan mengetahui kriteria apartemen ideal, tentu masih terdapat berbagai kelemahannya yang juga menjadi bahan pertimbangan masyarakat dalam memilih. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap alasan-alasan dari preferensi tersebut. Penelitian ini bersifat eksploratif dengan menggunakan metode pengumpulan data survei melalui kuesioner online. Data teks yang diungkapkan oleh responden kemudian di analisis untuk memperoleh kata kunci yang digolongkan kedalam beberapa kategori. Lebih lanjut, temuan frekuensi dari beberapa kategori tersebut dapat menjadi bahan evaluasi yang bermanfaat dalam perancangan. Diharapkan artikel ini dapat memberikan feedback untuk mewujudkan apartemen yang lebih ideal bagi masyarakat. Kata-kunci : apartemen, eksploratif, ideal, kategori, preferensi Pengantar Tuntutan kebutuhan akan hunian merupakan hal dasar yang tidak akan pernah ada habisnya bagi manusia. Dari waktu ke waktu, kriteria permintaan akan tempat tinggal ideal terus berubah menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi setempat. Pesatnya laju pembangunan kemudian membuat kepadatan meningkat, dimana keberadaan tanah menjadi langka dan harganya kian melambung tinggi. Di kota-kota besar dengan mobilitas tinggi seperti Jakarta, kemacetan yang diakibatkan kepadatan menjadi hal yang tidak dapat dihindari. Hal ini tentu menyebabkan tingkat stress dan kelelahan fisik seseorang saat harus pergi ataupun pulang bekerja. Efisiensi waktupun ikut terganggu karena seringkali tidak dapat diprediksi. Dalam kondisi ini, terciptalah gaya hidup dimana masyarakat membutuhkan hunian yang lebih praktis. Dimana mereka tidak perlu menempuh jarak yang jauh untuk bekerja, mencari kebutuhan hidup sehari-hari, atau sekedar mengunjungi tempat hiburan. Sehingga mereka lebih memiliki banyak waktu untuk beristirahat dan memperoleh kualitas hidup yang lebih baik. Apartemen mulai banyak dikembangkan ditengah-tengah keterbatasan lahan sebagai solusi yang menjawab kebutuhan mereka, karena umumnya berada pada lokasi yang strategis dan terintegrasi di pusat kota. Minat masyarakat kota akan apartemen belakangan cenderung meningkat. Berdasarkan riset yang dilakukan CDMI Consulting mengenai Studi Potensi Bisnis Apartemen, dalam periode 2010-2014 pembangunan apartemen di kawasan Jabodetabek tumbuh dengan sangat fantastis. Penyebabnya tentu lebih dikarenakan pertumbuhan ekonomi terutama pada kelas menengah atas yang terkonsentrasi di daerah tersebut. Fakta ini didukung oleh data JLL yang dikutip dari info properti kompas. Dimana tingkat penjualan apartemen eksisting hingga tahun 2014 mencapai 94 persen dari total 91.330 unit, dan apartemen yang masih dalam tahap pembangunan sebesar 72 persen dari total Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 G 131

Studi Preferensi dalam Pemilihan Apartemen Ideal 47.240 unit. Para pengembangpun mulai memperluas segmen pasar mereka untuk bisa terjangkau tidak hanya untuk kalangan atas. Beberapa penelitian yang ada sebelumnya menyebutkan bahwa motivasi utama pembelian apartemen adalah untuk investasi (peluang bisnis) atau rumah kedua dan juga kedekatan dengan tempat kerja (Cahyani P. dkk., 2012:44). Adapun pertimbangan lain mengapa konsumen kurang berminat yakni karna prioritas memiliki rumah & tanah, serta adanya halaman pribadi (Kartamihardja, 2015:10). Indikasi ini menunjukkan bahwa terlepas dari segala kemudahan yang ditawarkan, masih terdapat beberapa aspek yang menyebabkan apartemen kurang diminati jika dibandingkan dengan landedhouses. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kriteria ideal dari berbagai jawaban pro dan kontra yang menjadi pertimbangan pasar. Beberapa teori pada paragraf sebelumnya menunjukkan bahwa masih terdapat berbagai kemungkinan/cara baru untuk mengoptimalkan desain berdasarkan persepsi dari masyarakat. Kelemahan yang diutarakanpun kemudian dapat menjadi manfaat sebagai bahan evaluasi lebih lanjut untuk menciptakan solusi desain yang lebih baik. Metode Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berdasarkan Grounded Theory Approach (Creswell, 1998) dan bersifat eksploratif (Groat &Wang, 2002). Data dikumpulkan menggunakan metode kuesioner online dengan pertanyaan bersifat terbuka (open-ended) untuk mengembangkan dan menemukan kriteria baru. Selain itu menurut Creswell (2003) metoda ini berguna untuk menggali lebih dalam tentang apa yang dirasakan dan dipikirkan masing-masing responden. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data menggunakan survei online dalam bentuk kuesioner yang dibuat menggunakan fitur Google Drive dan Google Form. Kuesioner disebarkan melalui berbagai media sosial secara bebas, dengan batasan responden untuk umur dua puluh tahun keatas. Ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa responden dengan umur dibawah itu belum mampu menjawab pertanyaan mengenai apartemen dengan baik. Responden kemudian diminta untuk mengisi data diri dan menjawab pertanyaan mengenai minat mereka untuk membeli apartemen. Dengan penambahan asumsi jika mereka memiliki cukup uang. Asumsi dibuat untuk memfokuskan jawaban pada hal-hal yang bersifat kriteria perancangan, bukan semata-mata karena keterbatasan dana dan sebagainya. Pertanyaan dibuat dengan jawaban bersifat open-ended dalam bentuk data teks. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengeksplorasi sekaligus tidak membatasi pemikiran responden mengenai kriteria apartemen ideal dalam persepsi mereka (jika menjawab ya). Begitu juga dengan kekurangannya (jika menjawab tidak). Diperoleh total 150 responden, didominasi oleh golongan usia produktif yang mayoritas tinggal di beberapa kota besar. Metode Analisis Data Data dianalisis dan disusun dengan metode kualitatif dan kuantitatif (mix-method). Pada bagian analisis isi (content analysis), dilakukan beberapa tahap yakni: Open coding, Data teks yang diperoleh dari responden kemudian dijabarkan dalam format excel untuk di ambil kata kunci dari tiap kalimat. Tahap Axial coding, dimana kata kunci yang didapat kemudian digolongkan kedalam suatu kategori untuk mempermudah analisis dan interpretasi lebih lanjut. Dikarenakan cukup banyaknya variasi jawaban dari responden, kategori tersebut perlu dikelompokkan kembali pada kategori yang yang lebih besar untuk memasuki tahap berikutnya. Selective coding & Analisis Korespondensi, tahap ini membuat keterkaitan berdasarkan distribusi antar kategori dan frekuensinya. Sehingga diketahui faktor dominan yang menjadi kelemahannya serta aspek yang mempengaruhi kriteria apartemen ideal. G 132 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016

Analisis dan Interpretasi Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai tahapan analisis dan interpretasi terhadap jawaban 150 responden. Diantaranya sebanyak 82 responden (54.7%) menjawab berminat dan 68 sisanya (45.3%) menjawab tidak berminat. Hasil tersebut akan di ilustrasikan melalui diagram dibawah. Total 150 responden 45.3% Berminat 54.7% Tidak Berminat Gambar 1. Diagram preferensi minat terhadap apartemen. Berdasarkan hasil tersebut dapat terlihat bahwa peminatan pasar terhadap apartemen cukup tinggi sebesar 54.7%. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kartamihardja (2015:10) sebesar 65% dari total 37 responden. Ini dapat mengarah pada beberapa kemungkinan. Diantaranya data peminatan yang diperoleh lebih valid atau memang terdapat penurunan minat terhadap apartemen. Total keseluruhan responden didominasi oleh golongan usia produktif yang mayoritas berasal dari kota-kota besar diantaranya; Jabodetabek, Bandung, Semarang, dan beberapa kota lainnya. Sebesar 73.8% diantaranya diketahui belum berkeluarga yang berarti dapat diasumsikan memiliki mobilitas cukup tinggi. Meski kuesioner yang dilakukan menyertakan variabel lain (seperti usia, kota domisili, dan gender), analisis dan interpretasi akan difokuskan pada distribusi antar kategori yang disebutkan oleh responden. Analisis Faktor Kelemahan Apartemen Pertanyaan mengenai kelemahan apartemen ditujukan pada responden yang menjawab tidak berminat (68 responden). Berikut akan dijelaskan contoh tahapan analisis konten dan open R. Muhammad Amanda Catalonia coding yang dilakukan. Pada jawaban salah seorang responden diperoleh data teks sebagai berikut : Saya lebih memilih hunian perumahan, karena menurut saya anak2 saya nantinya butuh bersosialisasi di tempat tinggalnya. Apartemen lebih bersifat tertutup sedangkan perumahan lebih bisa terbuka dan dlm bhs jawa d sebut lebih guyub. Perumahan kecenderungan memiliki hunian yg lebih luas di banding apartemen, sehingga kita bisa leluasa untuk bisa membuat hunian impian, dengan banyak tumbuhan hijau dan taman bermain keluarga. (anonim, 22 tahun) Berdasarkan data teks diatas dapat diperoleh beberapa kata kunci dari kekurangan apartemen dalam persepsi salah seorang responden. Yang mana kata kunci sejenis dikelompokkan kedalam satu kategori yang sama. Tahap ini disebut dengan axial coding, seperti pada contoh tabel berikut: Tabel 1. Contoh axial coding data teks kelemahan apartemen (tidak berminat). Kata Kunci Lebih memilih hunian perumahan Membuat hunian impian Anak butuh bersosialisasi Apartemen lebih tertutup Perumahan lebih guyub Hunian perumahan lebih luas Banyak tumbuhan hijau Taman bermain keluarga Kategori Prioritas Rumah/Tanah Rendahnya Interaksi Sosial Kepadatan Tingi Tidak ada Halaman/Taman Pada contoh di tabel 1 dapat diperoleh 4 poin kategori besar dari aspek kelemahan apartemen berdasarkan satu orang responden. Metode diatas ini akan dilakukan terhadap 68 responden tersebut. Penggolongan seluruh kata kunci menjadi kategori dilakukan dengan metode diskusi sebisa mungkin untuk meminimalisir terjadinya bias. Pada tahap analisis ini terdapat kata kunci dari salah seorang responden yang definisinya tidak dapat digabungkan ke dalam kategori besar yang lain (karena memiliki arti yang berbeda). Kata kunci tersebut adalah : tidak sesuai dengan budaya. Dalam analisis kualitatif, data yang sifatnya minoritas umumnya tidak boleh diabaikan. Sehingga pada hasil Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 G 133

Prioritas Rumah/Tanah Rendahnya Interaksi Sosial Ruang Tidak Fleksibel Biaya Mahal Kepadatan Tinggi Kurangnya Potensi Investasi Sertifikasi Bukan Hak Milik Tidak Berminat Tidak Sesuai Dengan Budaya Tidak ada Halaman/Taman Kurangnya Rasa Aman & Nyaman Kurangnya Privasi Kesehatan Kurang Regulasi Ketat Studi Preferensi dalam Pemilihan Apartemen Ideal akhir diperoleh sebanyak 14 jenis kategori dengan distribusinya sebagai berikut : 35 30 25 20 15 10 5 0 32 19 8 19 7 3 9 Gambar 2. Distribusi 14 jenis kategori (faktor) kelemahan apartemen. Perlu di ingat bahwa angka diatas tidak berbanding lurus dengan jumlah total responden. Pada tahap akhir dari analisis kelemahan apartemen ini diakukan Analisis Klaster melalui korespondensi antar kategori diatas. Hasilnya berupa dendogram seperti gambar dibawah: 8 1 15 13 6 2 6 Kedekatan hubungan antar kategori yang ditunjukkan pada gambar dendogram ditunjukkan pada lima kelompok besar (berdasarkan warnanya). Sebagai contoh, pada kelompok yang sama dengan tulisan berwarna merah; a) biaya mahal, b) Kurangnya rasa aman & nyaman, dan c) tidak sesuai dengan budaya merupakan salah satu kelompok kategori besar. Ini berarti ketiga kategori tersebut seringkali muncul bersamaan dalam statement yang diutarakan oleh responden. Bila di interpretasikan lebih lanjut, ketiga kategori tersebut cenderung memiliki kedekatan dibandingkan dengan kelompok warna lain yang berbeda pada dendogram. Maksud dari lima kelompok besar dari korespondensi antar kategori tersebut berdasarkan urutannya yakni : 1. Kelompok Hijau: kesehatan kurang, rendahnya interaksi sosial, kurangnya privasi, tidak ada halaman/taman, regulasi ketat dan ruang tidak fleksibel dengan jumlah total jawaban 56/68 responden. 2. Kelompok Merah; Biaya mahal, kurangnya rasa aman & nyaman, dan tidak sesuai dengan budaya dengan jumlah total jawaban 33/68 responden. 3. Kelompok Biru; Prioritas Rumah/Tanah dengan jumlah jawaban 32/68 responden. 4. Kelompok Hitam; Kepadatan tinggi, Sertifikasi bukan hak milik, dan tidak berminat dengan jumlah jawaban 24/68 responden. 5. Kelompok Kuning; Kurangnya Potensi Investasi dengan jumlah jawaban 3/68. Biaya Mahal (19) Kurangnya Rasa Aman & Nyaman (13) Tidak Sesuai Dengan Budaya (1) Prioritas Rumah/Tanah (32) Kepadatan Tinggi (7) Tidak Berminat (8) Sertifikasi Bukan Hak Milik (9) Kesehatan Kurang (2) Rendahnya Interaksi Sosial (19) Kurangnya Privasi (6) Tidak ada Halaman/Taman (15) Regulasi Ketat (6) Ruang Tidak Fleksibel (8) Kurangnya Potensi Investasi (3) Gambar 3. Analisis Klaster (Dendogram) korespondensi antar kategori kelemahan apartemen. G 134 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016

Sosialisasi & Ruang Komunal Balkon & Pekarangan Pribadi Privasi & Bebas Noise Berkesinambungan & Ramah Lingkungan Kualitas & Kelengkapan Ruang Dalam Akses & Lokasi Strategis Tersedia Fasilitas Penunjang Kepadatan Rendah Kebersihan Biaya Terjangkau Potensi View Hemat Energi Konsep Ruang Dalam Kontrol & Keamanan Potensi Investasi Bagus Kemudahan Parkir Sertifikasi Hak Milik Keunikan Eksterior Analisis Kriteria Apartemen Ideal R. Muhammad Amanda Catalonia Pertanyaan mengenai apartemen ideal akan ditujukan pada responden yang menjawab berminat (82 responden). Analisis kali ini juga menggunakan cara yang sama dengan analisis sebelumnya (faktor kelemahan apartemen). Dimulai dengan mencari kata kunci pada data teks pada 82 orang tersebut, berikut salah satu sampelnya : Apartemen yang berada di lingkungan hijau atau banyak pepohonan. Akses mudah dekat dengan tol. Setidaknya apartemen itu dekat dengan banyak ruko atau mall, fasilitas ruangan juga memudahkan mobilitas dalam memenuhi kebutuhan sehari hari. Keamanannya terjamin sehingga tidak perlu khawatir saat meninggalkan apartemen untuk waktu yg lama (misalnya sedang berlibur). Fasilitasnya lengkap dan berkualitas baik seperti gym, dan lain sebagainya. (anonim, 21 tahun) Kemudian dilakukan tahap axial coding dan pengelompokkan kata kunci sebagai berikut : Gambar 4. Contoh perhitungan distribusi kategori berdasarkan jawaban masing-masing responden. Sehingga diperolehlah frekuensi distribusi: 70 60 50 59 50 45 Tabel 2. Contoh axial coding data teks kriteria apartemen ideal (berminat). Kata Kunci Lingkungan hijau Banyak pepohonan Fasilitas ruangan memudahkan mobilitas sehari-hari Akses mudah Dekat dengan tol Keamanan terjamin Banyak ruko atau mall Fasilitas lengkap Kategori Berkesinambungan & Ramah lingkungan Kualitas kelengkapan ruang dalam Akses & Lokasi Strategis Kontrol & Keamanan Tersedia Fasilitas Penunjang 40 30 20 10 0 28 24 18 19 16 14 14 15 11 9 9 2 3 1 2 Sama dengan tahap sebelumnya, analisis dilakukan pada 82 data teks responden yang berminat dan pada tahap akhir menghasilkan 18 kategori yang telah disederhanakan. Jumlah ini tergolong banyak mengingat memang terdapat banyak variabel kriteria yang menentukan apartemen ideal itu sendiri. Kali ini akan di tunjukan gambaran tahap perhitungan melalui Microsoft excel sebelum mendapatkan hasil frekuensi distribusinya, yakni sebagai berikut : Gambar 5. Distribusi 18 kategori apartemen ideal. Gambar diatas mengindikasikan tiga faktor utama penentu apartemen ideal yakni pada kualitas dan kelengkapan ruang dalamnya, di ikuti dengan akses dan lokasi strategis, serta kelengkapan fasilitas penunjang. Pada tahap akhir dilakukan analisis klaster untuk memetakan kedekatan hubungan kategorinya. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 G 135

Studi Preferensi dalam Pemilihan Apartemen Ideal Gambar 6. Analisis Klaster (Dendogram) korespondensi antar kriteria apartemen ideal. Kesimpulan Setelah melalui tahap analisis dan interpretasi pada faktor kelemahan dan kriteria apartemen ideal, dapat ditarik kesimpulan: 1. Tiga faktor dominan kelemahan apartemen berdasarkan urutannya yakni prioritas rumah/tanah, kurangnya interaksi sosial, dan biaya yang mahal. Ini menunjukkan bahwa pada dasarnya minat pembelian apartemen masih sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan kemampuan tiap individu. Nilai investasi dianggap bukan lagi faktor yang menentukan. 2. Terlepas dari kepemilikan tanah pribadi, apartemen ideal harusnya sebisa mungkin dibuat menyerupai suasana rumah landed. Dikarenakan pada dasarnya manusia secara lahiriah lebih lama akrab, terbiasa dan nyaman dengan tipologi seperti ini. Kecocokan antara selera penghuni dan ruang dalam apartemen akan sangat menentukan. 3. Persoalan mengenai buruknya tingkat interaksi sosial di lingkungan apartemen dapat direkomendasikan untuk penelitian lebih lanjut. Sejauh ini, belum banyak desain apartemen (khususnya di Indonesia) yang dianggap berhasil memberikan solusi apartemen ideal terkait hubungan sosial yang lebih baik. Ini disebabkan mayoritas apartemen disediakan untuk orang yang menyukai/terbiasa dengan gaya hidup individualis, dan umumnya tidak menetap. 4. Menanggapi komentar salah satu responden mengenai apartemen tidak sesuai dengan budaya ; Menunjukan bahwa perancangan apartemen ideal dapat di desain menyesuaikan dengan nilai-nilai tradisi lokal /komunitas masyarakat tertentu. Tentu saja dengan tidak mengabaikan faktor seperti akses dan lokasi, fasilitas penunjang, view, dan kriteria dasar lain yang telah diteliti pada tahap sebelumnya. Daftar Pustaka Cahyani P. Diah, Ilhamdaniah, & Indra K. D. Nitih. (2012). Preferensi Konsumen Apartemen di Kota Bandung. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2012, 41-44. CDMI Consuting, Creative Data Make Investigation & Research. (tt. Studi Potensi Bisnis APARTEMEN Di Jabodetabek 2015-2019 Beserta Pelaku Utamanya. Jakarta: P.T. Central Data Mediatama Indonesia. Creswell, JW. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Tradition. California: SAGE Publication, Inc. Creswell, J.. (2003). Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approaches. California: SAGE Publications, Inc. Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. Info Properti Kompas. (2014). Penjualan Rumah Jeblok, Apartemen Justru Meroket. http://properti.kompas.com/read/2014/04/27/13073 46/Penjualan.Rumah.Jeblok.Apartemen.Justru.Merok et (Diakses 15 September 2016) Kartamihardja, Andrie I. (2015). Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015, 5-10. G 136 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016