BAB II KAJIAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kecakapan dan kemampuan diyakini sebagai faktor pendukung upaya

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang. kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

SOAL PILIHAN GANDA. Agus Sukyanto,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

Hubungan Timbal Balik Antara Lingkungan Pendidikan A. Pengaruh Keluarga terhadap sekolah dan masyarakat

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

BAB I PENDAHULUAN. Agar dapat menemukan pendidikan yang bermutu dan dapat meningkatkan. dalam seluruh aktifitas bidang-bidang tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENTINGNYA PERAN SERTA ORANG TUA DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SMK

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu wadah yang sangat penting agar warga negara Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sekolah,perguruan,lembaga diklat, dalam masyarakat serta berbagai satuan lingku

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia yang berkualitas perlu disiapkan untuk berpartisipasi. manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Untuk itu perlu langkah strategis pemerintah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB I PENDAHULUAN. kita saat ini adalah peningkatan mutu pendidikan. Mengingat dalam konteks

Ditulis oleh Administrator Jumat, 24 Desember :41 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 30 Januari :58

BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kelak di kehidupan yang akan datang. Harapan dan cita-cita para orang

STUDI TENTANG PERAN SERTA ORANG TUA DAN DUNIA USAHA/INDUSTRI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SMK NEGERI 1 SINGOSARI.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat kegiatan belajar mengajar. Belajar dan mengajar tidak hanya dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bondong menuju Sekolah Sepak Bola (SSB) sedini mungkin, untuk ditempa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengusahakan tercapainya pendidikan nasional. Sistem Pendidikan Nasional

BAB IV ANALISIS ATAS MANAJEMEN HUMAS DALAM MENINGKAT KAN PENCITRAAN PUBLIK DI TK ANNUR TUGUREJO SEMARANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dalam konteks pendidikan formal. Mahasiswa dalam peraturan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Thomy Sastra Atmaja, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada situasi dan kondisi persaingan yang semakin ketat. Dunia

TERWUJUDNYA LAYANAN PENDIDIKAN YANG PRIMA, UNTUK MEMBENTUK INSAN LAMANDAU CERDAS KOMPREHENSIF, MANDIRI, BERIMANDAN BERTAQWA SERTA BERBUDAYA

BAB II PROFIL YAYASAN PENDIDIKAN MULIA MEDAN. YAYASAN PENDIDIKAN MULIA Medan didirikan oleh Badan Pendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. M, telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh orang tua, pemerintah, pendidik maupun masyarakat.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. bawahan yang berbeda beda. Bawahan dipengaruhi sedemikian rupa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya tujuan nasional tersebut harus ada perhatian dari. pemerintah dan masyarakat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Isu tentang lingkungan hidup merupakan salah satu perhatian utama dunia

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang satu proses belajar tidak dapat mencapai hasil maksimal. disebabkan karena ketiadaan kekuatan yang mendorong (motivasi).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan dan strategi agar sesuai

PROGRAM KERJA DINAS PEMUDA, OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA CIREBON TAHUN 2013 GEMAH RIPAH LOH JINAWI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1997, hlm Engkoswara & Aan komariah, Administrasi Pendidikan, Alfabeta: Bandung, 2012, hlm. 92.

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PENUTUP Praktek Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Matauli Pandan mampu membangun interaksi komunikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Pembangunan tersebut sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya, maka

DocuCom PDF Trial. Nitro PDF Trial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd

IV.B.8. Urusan Wajib Pemuda dan Olahraga

Transkripsi:

7 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kemitraan antara Sekolah dan Masyarakat Secara etimologi kata kemitraan berasal dari kata mitra yang artinya pasangan kerja, atau partner usaha. (Widodo,2002:441). Dengan demikian kemitraan dapat diartikan sebagai suatu hubungan kerja sama. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang secara formal dan potensial memiliki peranan penting dan startegis bagi pembinaan generasi muda, khususnya bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup dalam suatu tempat dalam ikatan aturan tertentu (Hoetomo, 2005:336). Kemitraan antara sekolah dan masyarakat merupakan hubungan kerja sama antara sekolah dan masyarakat dalam upaya pengembangan sekolah. Sekolah tidak dapat dipisahkan dari masyarakat lingkungannya, sebaliknya masyarakat pun tidak dapat dipisahkan dari sekolah. Karena keduanya memiliki kepentingan, sekolah merupakan lembaga formal yang diserahi mandat untuk mendidik, melatih dan membimbing generasi muda bagi peranannya di masa depan, sementara masyarakat merupakan jasa pendidikan. Hubungan kemitraan antara sekolah dan masyarakat merupakan bentuk komunikasi ekstern yang dilakukan atas dasar kesamaan tanggung jawab dan tujuan. Masyarakat merupakan kelompok dan individu-individu yang berusaha menyelenggarakan pendidikan atau membantu usaha-usaha pendidikan. Dalam masyarakat terdapat lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan, lembaga keagamaan, kepramukaan, politik, sosial, ekonomi, olah raga, kesenian yang 7

8 bergerak dalam usaha pendidikan, juga terdapat individu-individu yang bersimpati terhadap pendidikan di sekolah. Hubungan kemitraan sekolah dan masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Sekolah sebagai sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial masyarakat. Hubungan kemitraan sekolah dan masyarakat bertujuan antara lain (1) memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak (2) memperkokoh tujuan serta meningkatklan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat (3) menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan kerja sama dengan sekolah. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, pihak sekolah dapat melakukan banyak cara untuk menarik simpati masyarakat terhadap sekolah dan menjalin hubungan kemitraan yang harmonis dengan masyarakat. Jika hubungan sekolah dan masyarakat berjalan dengan baik rasa tanggung jawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah juga akan baik dan maksimal. Agar tercipta hubungan dan kerja sama yang baik antara sekolah dan masyarakat, maka masyarakat perlu mengetahui dan memiliki gambaran yang jelas tentang sekolah. Gambaran dan kondisi sekolah dapat diinformasikan kepada masyarakat melalui laporan kepada orang tua siswa, open house, kunjungan sekolah, kunjungan ke rumah siswa, penjelasan oleh staf sekolah, siswa, melalui radio dan televisi, serta laporan tahunan. Hubungan kemitraan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat akan membentuk :

9 1) Saling pengertian antara sekolah, orang tua siswa, masyarakat, dan lembagalembaga yang ada di masyarakat, termasuk dunia kerja. 2) Saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena masing-masing mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing. 3) Kerja sama yang erat antara sekolah dan berbagai pihak yang ada di masyarakat serta tumbuhnya rasa tanggung jawab masyarakat atas suksesnya pendidikan di sekolah. Sekolah menghendaki agar peserta didik kelak menjadi manusia pembangunan yang berkualitas. Demikian halnya dengan masyarakat, mengharapkan agar sekolah dapat menciptakan sumber daya manusia yang produktif dan berkualitas sehingga dapat mengembangkan berbagai potensi masyarakat setelah kembali dan hidup bermasyarakat. Karena itu antara sekolah dan masyarakat mempunyai kesamaan tujuan. Hubungan kemitraan antara sekolah dan masyarakat meliputi : a. Tujuan kemitraan antara sekolah dan masyarakat. Tujuan kemitraan antara sekolah dan masyarakat dapat ditinjau dari dua dimensi, yaitu kepentingan sekolah dan kebutuhan masyarakat, menurut Mulyasa (2011:148) ditinjau dari dimensi kepentingan sekolah kemitraan antara sekolah dan masyarakat bertujuan; (a) memelihara kelangsungan hidup sekolah (b) meningkatkan mutu pendidikan di sekolah (c) memperlancar kegiatan belajar mengajar (d) memperoleh bantuan dan dukungan dari masyarakat dalam rangka pengembangan dan pelaksanaan program-program sekolah. Sementara itu berdasarkan dimensi kebutuhan masyarakat, tujuan pengelolaan hubungan antara

10 sekolah dan masyarakat adalah untuk (a) memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (b) memperoleh kemajuan sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat (c) menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat, (d) memperoleh kembali anggota-anggota masyarakat yang terampil dan makin meningkat kemampuannya. Di samping itu hubungan kemitraan antara sekolah dan masyarakat bertujuan untuk saling membantu serta saling mengisi dan menggalang bantuan keuangan, bangunan serta barang. Hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat dalam mengembangkan program bersama bagi pembinaan peserta didik dapat mengurangi jurang pemisah antara sekolah dengan masyarakat serta mencegah kemungkinan anak berbuat kenakalan. Pada hakikatnya pendidikan yang baik membutuhkan biaya yang banyak, ruang belajar yang cukup dan alat bantu pendidikan yang memadai. Biaya yang ada di sekolah sangat terbatas. Dalam kerangka inilah masyarakat yang mampu diharapkan dapat menjadi penanggung jawab dan donator yang memberikan dukungan dana demi kelancaran kegiatan pendidikan di sekolah. Masyarakat dapat membantu sekolah melalui dewan sekolah atau komite. Masyarakat, baik perorangan maupun lembaga yang berminat dan bersimpati dapat memberikan bantuannya melalui berbagi cara, misalnya membantu pengadaan alat peraga, dan perpustakaan sekolah serta memberikan bea siswa kepada peserta didik yang kurang mampu atau bahkan menjadi orang tua asuh.

11 b. Bidang kemitraan antara sekolah dan masyarakat. Banyak orang berpendapat bahwa hubungan sekolah dan masyarakat terbatas dalam hal kepentingan belajar anak. Sehingga bila orang tua peserta didik dengan guru di sekolah telah bersama-sama melakukan pendidikan maka hubungan sudah dianggap baik. Oleh karena itu banyak kepala sekolah yang menganggap cukup adanya hubungan sekolah dengan masyarakat jika sudah terbentuk Komite yang sewaktu-waktu bisa dihubungi atau dijadikan perantara antara sekolah, orang tua dan masyarakat apabila terjadi sesuatu pada peserta didik. Pada hal hubungan antara sekolah dan masyarakat juga dapat dilakukan melalui bidang pendidikan kesenian, olah raga dan keterampilan serta pendidikan bagi peserta didik berkelainan. Hubungan kemitraan antara sekolah dan masyarakat dapat berbentuk dan terjalin melalui Komite, rapat bersama, konsultasi, radio dan televisi, surat dan telepon, pameran sekolah, ceramah dan penyerahan BLP. B. Sekolah sebagai Lembaga Pendidikan Secara historis istilah sekolah berasal dari bahasa Yunani Kuno sechola atau sechole yang artinya waktu senggang, liburan atau istirahat. Para bangsawan Romawi saat itu memanfaatkan waktu senggang dengan mengisinya dengan kegiatan olahraga atau berdiskusi tentang segala macam masalah kehidupan. Kegiatan tersebut yang pada awalnya sekedar mengisi waktu senggang namun pada perkembangan selanjutnya dilakukan secara terus menerus dan dijadwalkan terutama diskusi atau debat sehingga bangsa Romawi menggunakan kata sechola sebagai tempat berdiskusi untuk mempelajari

12 berbagai lapangan kehidupan. Sesuai dengan perkembangan zaman kata sechole berubah menjadi kata school yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi sekolah. Sekarang sekolah merupakan lingkungan pendidikan secara sengaja dirancang dan dilaksanakan dengan aturan-aturan yang ketat, berjenjang, dan berkesinambungan sehingga disebut pendidikan formal (Hasbullah,t.th.:91) Karena sekolah merupakan lembaga pendidikan yang sengaja didirikan atau dibangun khusus untuk tempat pendidikan, maka sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua setelah keluarga, memiliki fungsi sebagai kelanjutan pendidikan dalam lingkungan keluarga dengan guru sebagai pendidiknya. Sekolah didirikan oleh masyarakat atau pemerintah untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga yang sudah tidak mampu memberi bekal persiapan hidup bagi anak-anaknya terutama ilmu pengetahuan, teknologi dan berbagai ketrampilan. Semakin maju suatu masyarakat, semakin penting peran sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses kehidupan di masyarakat. Oleh karena itu sekolah seharusnya menyiapkan manusia Indonesia sebagai individu masyarakat, warga negara dan warga dunia di masa depan. C. Peranan Masyarakat dalam pendidikan. Masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati suatu daerah diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama memiliki sejumlah persesuaian dan sadar akan kesatuannya, serta dapat bertindak bersama untuk mencukupi krisis kehidupannya. Masyarakat juga dapat diartikan sebagai tata bentuk tata kehidupan sosial dengan tata nilai dan tata budaya tersedia

13 (Hasbullah,t.th.:100) Dalam arti masyarakat berperan sebagai wadah dan wahana pendidikan, medan kehidupan manusia yang majemuk. Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Berikut ini menurut Hasbullah (t.th.:100-101) beberapa peran masyarakat dalam pendidikan (sekolah): 1. Masyarakat turut berperan serta dalam pendirian dan pendanaan sekolah. 2. Masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap membantu dan mendukung cita-cita dan kebutuhan masyarakat 3. Masyarakat ikut menyediakan tempat pendidikan/sumber belajar seperti gedung meseum, perpustakaan, panggung kesenian dan sebagainya. 4. Masyarakat menyediakan berbagai sumber untuk sekolah seperti, atlet, dokter, peternak dan pekebun, polisi serta tenaga ahli lainnya, yang sewaktuwaktu dapat diundang ke sekolah memberikan informasi tentang hal-hal yang dipelajari siswa yang menyangkut bidang keahliannya. 5. Masyarakat itu sendiri sebagai sumber belajar atau laboratorium belajar bagi siswa. Masyarakat di lingkungan sekolah sebagai lingkungan yang turut mewarnai karakteristik para peserta didik, baik kemungkinan bersifat positif maupun negatif, diharapkan mampu melakukan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan dengan sekolah. Sementara itu dalam buku Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam (Depag.RI,2001:37) disebutkan bahwa tugas-tugas masyarakat di lingkungan sekolah antara lain sebagai berikut :

14 a. Turut melakukan pengawasan terhadap para peserta didik, yang diindikasikan melakukan penyimpangan sikap dan prilaku melanggar aturan b. Membantu menciptakan lingkungan yang aman, damai dan religius. c. Mendorong terciptanya kerja sama yang baik, terutama dalam pembinaan kegiatan keagamaan d. Memberikan masukan dan bahkan kritik terhadap pembinaan keagamaan di sekolah. D. Pengaruh timbal balik antara Sekolah dan Masyarakat 1. Pengaruh sekolah terhadap masyarakat. Pendidikan selalu diarahkan untuk pengembangan nilai-nilai kehidupan manusia. Dalam hal pengaruh sekolah terhadap masyarakat secara garis besar dikemukakan sebagai berikut : a. Sekolah dapat mencerdaskan kehidupan masyarakat. Realita membuktikan bahwa di dalam kehidupan masyarakat tantangan demi tantangan selalu merambah kehidupan warganya, dan arus tantangan itu akan semakin deras dan berat seirama dengan perkembangan masyarakat yang semakin cepat. Di sinilah terlihat urgensi yang semakin tinggi dari upaya mencerdaskan kehidupan warga masyuarakat. b. Sekolah membawa bibit pembaharuan bagi perkembangan masyarakat. Sampai saat ini sistem pendidikan yang berjalan dalam upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat sangat diperlukan adanya pengetahuan baru, teknologi baru dan pemikiran-pemikiran inovatif yang bersifat fungsional. Apa

15 yang menjadi program sekolah dapat dikatakan sebagai transformasi bibit-bibit pembaharuan bagi perkembangan masyarakat. c. Sekolah menciptakan warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di lingkungan masyarakat. d. Sekolah memunculkan sikap-sikap positif dan konstruktif bagi masyarakat sehingga tercipta integrasi sosial yang harmonis di tengah-tengah masyarakat. 2. Pengaruh masyarakat terhadap sekolah. Masyarakat dengan segala atributnya dan identitasnya yang memiliki dinamika, secara langsung akan berpengaruh terhadap pendidikan persekolahan. Pengaruh- pengaruh tersebut antara lain sebagai beriokut : a. Bahwa suatu masyarakat dengan segala dinamikanya senantiasa membawa pengaruh terhadap orientasi dan tujuan pendidikan. Sebagai contoh adanya perbedaan orientasi dan tujuan pendidikan pada masing-masing negara. b. Bahwa dalam bidang sosial budaya serta pertisipasinya masyarakat membawa pengaruh terhadap berlangsungnya proses pendidikan di sekolah. Hal ini tercermin dalam proses belajar mengajar, baik yang menyangkut pada aktifitas pendidik maupun anak didik, misalnya sistem CBSA yang implementasinya banyak dipengaruhi dan diwarnai nilai-nilai sosial budaya masyarakat.

16 E. Peranan Komite Sekolah sebagai Mitra Sekolah Di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 54 dikemukakan: (1) peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran setrta perseorangan, kelompok, keluarga, orgamisasi profesi, pengusaka dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan; (2) masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksanaan dan pengguna hasil pendidikan. (Depag RI, 2007:22) Secara lebih khusus lagi dalam pasal 56 disebutkan bahwa (1) masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melaui dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah. (3) komite sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana, dan prasarana serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan (Depag RI;2007:23) Peran serta masyarakat melalui Komite Sekolah memiliki posisi yang amat strategis dalam mengembangkan tanggung jawab masyarakat. Iklim demokratis dalam pengelolaan sekolah (dalam Ansar, dan Masaong,2007:167) tercermin dalam peran serta masyarakat dalam hal-hal sebagai berikut: 1. Membangun sikap kepemilikan sekolah 2. Merumuskan kebijakan sekolah 3. Membangun kesadaran mutu 4. Perhatian terhadap kehidupan akademik sekolah

17 5. Membangun tata kerja kelembagaan sekolah Peran serta masyarakat sekolah melalui Komite Sekolah harus pula diarahkan pada penciptaan budaya kelembagaan baru dalam pengelolaan sekolah yang meliputi : a. Komite Sekolah merupakan partner sekolah yang secara bersama-sama mengupayakan kemajuan bagi sekolah. b. Pengembangan perencanaan strategis sekolah yang menggambarkan arah pengembangan sekolah jangka menengah (3-5 tahun mendatang) c. Pengembangan perencanaan tahunan sekolah. d. Melakukan monitoring internal dan evaluasi diri yang dilakukan secara reguler dan melaporkan serta membahas hasilnya dalam forum komite sekolah. e. Menyusun laporan tahunan sekolah f. Melakukan review sekolah g. Melakukan survey pendapat terhadap stakholder sekolah h. Menyelenggarakan hari terbuka bagi orang tua dan masyarakat i. Memantau kinerja sekolah yang meliputi kinerja manajemen sekolah, kepemimpinan Kepala sekolah, mutu belajar mengajar termasuk kinerja mengajar guru, hasil belajar peserta didik, disiplin dan tata tertib sekolah, prestasi sekolah dan sebagainya.