COMPARISON REPRODUCTION PERFORMANCE OF IMPORTED HOLSTEIN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

PERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DENGAN KETURUNANNYA (Studi Kasus di PT. UPBS Pangalengan)

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

EVALUASI PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESHOLLAND (FH) KETURUNAN SAPI IMPOR (Studi Kasus di PT. UPBS, Pangalengan, Jawa Barat)

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PERAH EKS-IMPOR DAN LOKAL PADA TIGA PERIODE KELAHIRAN DI SP 2 T, KUTT SUKA MAKMUR GRATI, PASURUAN

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

HASIL DAN PEMBAHASAN. Mekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lokasi

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

UJI PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIEN HOLSTEIN KETURUNAN PEJANTAN IMPOR DI BBPTU-HPT BATURRADEN

EVALUASI PRODUKSI SUSU BULANAN SAPI PERAH FRIES HOLLAND DAN KORELASINYA DENGAN PRODUKSI TOTAL SELAMA 305 HARI DI BBPTU-HPT BATURRADEN

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

PENDAHULUAN. dari sapi betina yang telah melahirkan. Produksi susu merupakan salah satu aspek

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak

KATA PENGANTAR. kelancaran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul. Ripitabilitas dan MPPA Produksi Susu 305 Hari Sapi Perah Friesian

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Gambaran Umum BBPTU-HPT Baturraden Jawa Tengah. Lokasi Balai Benih Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

PERFORMANS PERTUMBUHAN DAN BOBOT BADAN SAPI PERAH BETINA FRIES HOLLAND UMUR 0-18 Bulan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan

PERFORMA REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN BETINA DI PETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI OKTARIA DWI PRIHATIN

Efisiensi reproduksi sapi perah PFH pada berbagai umur di CV. Milkindo Berka Abadi Desa Tegalsari Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang

EVALUASI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI PERAH PERANAKAN FRIES HOLLAND (PFH) PADA BERBAGAI PARITAS DI KUD SUMBER MAKMUR KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG

Evaluasi Atas Keberhasilan Pelaksanaan Kawin... Afghan Arif Arandi

PENDUGAAN NILAI RIPITABILITAS DAN DAYA PRODUKSI SUSU 305 HARI SAPI PERAH FRIES HOLLAND DI PT. ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (UPBS)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat pembibitan sapi perah di bawah

Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

Salmiyati Paune, Jurusan Peternakan Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo, Fahrul Ilham, Tri Ananda Erwin Nugroho

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH) berasal dari dataran Eropa tepatnya dari Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN BOJONEGORO. Moh. Nur Ihsan dan Sri Wahjuningsih Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang

TATALAKSANA PEMELIHARAAN PEDET DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU HPT) BATURRADEN, JAWA TENGAH TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelahiran anak per induk, meningkatkan angka pengafkiran ternak, memperlambat

Ripitabilitas dan MPPA Sapi Perah FH di BBPTU HPT Baturraden...Deriany Novienara

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI BALI DAN SAPI PO DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR

PERFORMA REPRODUKSI PADA SAPI POTONG PERANAKAN LIMOSIN DI WILAYAH KECAMATAN KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

EVALUASI REPRODUKSI SAPI PERAH PFH PADA BERBAGAI PARITAS DI KUD TANI MAKMUR KECAMATAN SENDURO KABUPATEN LUMAJANG

PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

Moch. Makin, dan Dwi Suharwanto Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

PROFIL REPRODUKSI SAP1 FRIES HOLLAND DI PT TAURUS DAIRY FARM

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

Evaluasi Penampilan Reproduksi Sapi Perah (Studi Kasus Di Perusahaan Peternakan Sapi Perah KUD Sinarjaya)

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KABUPATEN MALANG

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

POTENSI KERUGIAN FINANSIAL AKIBAT ABNORMALITAS SELANG BERANAK PADA USAHA TERNAK SAPI PERAH

KINERJA REPRODUKSI SAPI BRAHMAN CROSS DI TIGA PROVINSI DI INDONESIA: STUDI KASUS DI PROVINSI JAWA TIMUR, JAWA TENGAH DAN KALIMANTAN SELATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

PENGARUH SURGE FEEDING TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI SAPI INDUK SILANGAN PERANAKAN ONGOLE (PO) SIMENTAL

REPRODUCTION PERFORMANCE OF LIMOUSIN CROSSBREED IN TANGGUNGGUNUNG DISTRICT TULUNGAGUNG REGENCY

PERFORMANS PEDET SAPI PERAH DENGAN PERLAKUAN INDUK SAAT MASA AKHIR KEBUNTINGAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini menggunakan catatan reproduksi sapi FH impor

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi

menghasilkan keturunan (melahirkan) yang sehat dan dapat tumbuh secara normal. Ternak yang mempunyai kesanggupan menghasilkan keturunan atau dapat

PENDAHULUAN. (KPBS) Pangalengan. Jumlah anggota koperasi per januari 2015 sebanyak 3.420

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

Kinerja Reproduksi Induk Sapi Potong pada Usaha Peternakan Rakyat di Kecamatan Mojogedang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

TAMPILAN REPRODUKSI SAPI Friesian Holstein PADA BERBAGAI PARITAS DI KOPERASI AGRONIAGA DESA GADING KEMBAR KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

PERFORMA REPRODUKSI SAPI DARA FRIESIAN-HOLSTEIN PADAPETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT SP CIKOLE DI LEMBANG

PUBERTAS DAN ESTRUS 32 Pubertas 32 Estrus 32 Waktu kawin 33

Adrial dan B. Haryanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah Jalan G. Obos Km.5 Palangka Raya

CONCEPTION RATE PADA SAPI PERAH LAKTASI DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK BATURRADEN PURWOKERTO JAWA TENGAH

E. Kurnianto, I. Sumeidiana, dan R. Yuniara Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

EFISIENSI REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN MOJOKERTO. Oleh : Donny Wahyu, SPt*

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

PENAMPILAN PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BALAI PENGEMBANGAN PERBIBITAN TERNAK SAPI PERAH CIKOLE, LEMBANG

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

Kinerja Reproduksi Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein (PFH) di Kecamatan Pudak, Kabupaten Ponorogo

SERVICE PER CONCEPTION (S/C) DAN CONCEPTION RATE (CR) SAPI PERANAKAN SIMMENTAL PADA PARITAS YANG BERBEDA DI KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

KAJIAN PERFORMANS REPRODUKSI SAPI ACEH SEBAGAI INFORMASI DASAR DALAM PELESTARIAN PLASMA NUTFAH GENETIK TERNAK LOKAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA SapiFriesian Holsteindan Tampilan Produksi Susu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan Kondisi Lingkungan Fisik Perusahaan. PT. UPBS Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) Pangalengan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 ekor sapi perah Fries

HUBUNGAN BODY CONDITION SCORE TERHADAP SERVICE PER CONCEPTION DAN CALVING INTERVAL SAPI POTONG PERANAKAN ONGOLE DI KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

CALVING INTERVAL SAPI PERAH LAKTASI DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TENAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN PURWOKERTO JAWA TENGAH

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI

PERFORMAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN SAPI PERANAKAN LIMOUSINE DI KECAMATAN BERBEK KABUPATEN NGANJUK

TINJAUAN PUSTAKA. dan dikenal sebagai Holstein di Amerika dan di Eropa terkenal dengan

TEKNIK DAN MANAJEMEN PRODUKSI BIBIT SAPI BALI DI SUBAK KACANG DAWA, DESA KAMASAN, KLUNGKUNG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SERVICE PER CONCEPTION PADA SAPI PERAH LAKTASI DI BALAI PAKAN TERNAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN PURWOKERTO JAWA TENGAH

PENGARUH PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA COMPLETE FEED TERHADAP KUANTITAS DAN KUALITAS PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI

HASIL DAN PEMBAHASAN

RELATIONSHIP OF DAYS OPEN AND SERVICE PER CONCEPTION WITH MILK PRODUCTION AND MILK QUALITY FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBRED (PFH) COWS AT JABUNG

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

Transkripsi:

PERBANDINGAN PERFORMA REPRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DAN KETURUNANNYA DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN COMPARISON REPRODUCTION PERFORMANCE OF IMPORTED HOLSTEIN DAIRY COWS WITH THEIR PROGENY AT BALAI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU-HPT) BATURRADEN Desyi Pratiwi*, Didin S Tasripin, Heni Indrijani Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail: dz.tiwi@yahoo.com Abstrak Manajemen reproduksi menjadi hal yang penting dalam usaha peternakan sapi perah, karena dengan manajemen reproduksi yang baik dapat menjamin peningkatan populasi sapi perah, yaitu dengan bertambahnya tingkat kelahiran serta terjaminnya produksi susu yang berkesinambungan setiap tahun. Keberhasilan manajemen reproduksi dapat dilihat dari beberapa parameter yang diukur dari tingkat pencapaian performa sifat-sifat reproduksi, diantaranya banyaknya kawin per kebuntingan (S/C), masa kosong (days open) dan selang beranak (calving interval). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa reproduksi sapi perah FH impor dengan keturunannya serta membandingkan performa reproduksi antara keduanya. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan Uji T sebagai uji statistiknya. Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden, Purwokerto Jawa Tengah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah catatan reproduksi sapi perah betina FH impor sebanyak 336 ekor dan keturunannya sebanyak 268 ekor dari tahun 2008-2014, periode laktasi 1 dan 2. Hasil penelitian menunjukan performa reproduksi sapi FH impor yaitu S/C 2,22 ± 1,33 kali dengan lama days open 233 ± 138 hari dan calving interval 498 ± 106 hari. Performa reproduksi sapi perah FH keturunan impor yaitu S/C 2,72 ± 1,65 kali, dengan lama days open 218 ± 139 hari dan calving interval 483 ± 126 hari. S/C sapi FH impor nyata lebih baik dari pada sapi FH keturunan impor, sedangkan untuk days open dan calving interval tidak ada perbedaan yang nyata antara keduanya. Kata kunci: impor, keturunan, performa reproduksi FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 1

Abstract Reproduction management was an important thing in dairy farming, due to good reproductive management can improve dairy cow population related to increasing birth rate and ensuring sustainable milk production anually as well. Successful of reproduction management can be seen from few parameter which is measured from the characteristics of reproductive performance attainment level, such as service per conception (S/C), days open and calving interval. The research aimed to analyze the reproduction perfomance of imported FH dairy cow with their progeny and compare the reproduction performance of both either. The research used a descriptive analysis of T test as the statistical test. The research was conducted at Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU- HPT) Baturraden, Purwokerto - Jawa Tengah. The data used in the research was a record of imported FH of 336 dairy cows and their progeny 268 dairy cows, from period of 2008-2014 of first and second lactation. The result of the research showed reproduction performance of Imported FH dairy cows are S/C 2,22 ± 1,33 times with days open 233 ± 138 days and calving interval 498 ± 106 days. The reproduction performance of the progeny of imported FH dairy cows are S/C 2,72 ± 1,65 times, days open 218 ± 139 days and calving interval 483 ± 126 days. The point of S/C of imported FH dairy cows is obviously better than the progeny, meanwhile days open and calving interval are no significant differences between those two kind of cows. Key words: import, progeny, reproduction performance Pendahuluan Pengembangan sektor peternakan khususnya usaha ternak sapi perah di Indonesia saat ini perlu dilakukan karena hingga tahun 2011 Indonesia masih harus impor susu sekitar 70% untuk memenuhi kebutuhan susu nasional (Sinaga, 2014). Dalam rangka mengurangi ketergantungan akan impor susu dan meningkatkan produktivitas sapi, pemerintah melakukan impor bibit sapi perah FH unggul antara lain dari Australia dan New Zealand melalui BBPTU-HPT Baturraden, dengan harapan dapat meningkatkan produksi susu dalam negeri. Sapi FH yang telah berhasil dikembangbiakkan di BBPTU-HPT Baturraden ada dua jenis, yaitu sapi FH impor dan sapi FH keturunan impor. Sapi perah FH impor merupakan sapi perah FH yang lahir dan didatangkan dari luar negeri yang kemudian dikembangbiakkan di Indonesia dan biasanya dijadikan sebagai bibit ternak, sedangkan sapi keturunan FH merupakan sapi perah hasil keturunan dari induk FH impor baik yang dikawinkan secara alamiah maupun Inseminasi Buatan (IB) dengan FH murni maupun dengan bangsa sapi lain dan lahir di Indonesia. Sistem tata laksana reproduksi yang tepat memegang peranan penting dalam menentukan tingkat keberhasilan produksi suatu usaha peternakan sapi perah, karena FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2

reproduksi merupakan faktor utama atas terjadinya laktasi pada ternak, dimana proses pembentukan air susu dalam tubuh ternak akan terjadi dengan adanya serangkaian proses reproduksi ternak, mulai dari kawin, bunting dan partus. Reproduksi ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah pakan, penyakit, suhu dan kelembaban. Keberhasilan manajemen reproduksi yang baik dapat dilihat dari beberapa parameter yang diukur dari tingkat pencapaian performa sifat-sifat reproduksi, diantaranya masa banyaknya kawin per kebuntingan (S/C), kosong (days open) dan selang beranak (calving interval). Beberapa penelitian mengenai pencapaian performa sifat-sifat reproduksi telah dilakukan di beberapa tempat, diantaranya di Pasir Salam-Sukabumi yang menghasilkan S/C sapi perah FH impor 2,21 ±1,04 dan kelompok sapi perah FH lokal 2,24 ±1,19 kali, rataan masa kosong untuk kelompok sapi perah FH impor 112,42 ± 57,47 hari dan kelompok sapi perah FH lokal 117,82 ± 46,31 hari (Sugiarti dan Hidayati, 1997), penelitian mengenai pencapaian performa reproduksi juga dilakukan di Grati-Pasuruan yang menghasilkan ratarata S/C sapi keturunan FH pada periode kelahiran 1 dan 2 masing-masing adalah 1,0 ± 0,0 dan 3,3 ± 1,4 sedangkan untuk sapi FH impor pada kelahiran ke 2 memiliki nilai rata-rata S/C 2,8 ± 1,4, juga diperoleh angka selang beranak antara kelahiran 1-2 pada sapi impor yaitu 526,9 ± 143,7 hari dan pada sapi keturunan FH 448,0 ± 104,5 hari (Affandhy dkk., 2008). Penelitan ini bertujuan mengetahui performa reproduksi (S/C, masa kosong dan selang beranak) sapi perah FH impor dan sapi perah keturunan FH, juga membandingkan performa reproduksi antara sapi perah FH impor dan keturunannya pada periode laktasi 1 dan 2 di BBPTU-HPT Baturraden. Objek dan Metode Penelitian Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah catatan reproduksi sapi perah betina FH impor sebanyak 336 ekor dan keturunannya sebanyak 268 ekor pada periode laktasi 1 dan 2 dari tahun 2008-2014 yang berada di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden-Purwokerto. FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 3

Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pengambilan data yang diperoleh secara sensus dari catatan reproduksi sapi perah FH impor dan keturunannya di BBPTU-HPT Baturraden-Purwokerto. Analisis data yang akan digunakan adalah analisis deskriptif dan kemudian dilakukan uji statistik menggunakan Uji T. Variabel yang Diamati dan Cara Pengukurannya 1. Jumlah kawin per kebuntingan (S/C) Jumlah kawin dihitung sejak kawin pertama setelah beranak hingga kawin terakhir yang menghasilkan kebuntingan. 2. Masa Kosong (Days Open) Jumlah hari dihitung sejak tanggal terahir beranak hingga tanggal kawin yang menghasilkan kebuntingan (hari). 3. Selang Beranak (calving interval) Jumlah hari dihitung sejak tanggal beranak terakhir sampai tanggal beranak selanjutnya (hari). Hasil dan Pembahasan Pemberian pakan di BBPTU-HPT Baturraden dilakukan sebanyak dua kali sehari pada pagi dan sore hari sebanyak 40 kg/ekor, dengan pemberian air minum diberikan secara ad libitum. Pakan yang ada di BBPTU-HPT Baturraden terdiri dari tiga jenis pakan, yaitu hijauan, complete feed dan konsentrat. Jenis hijauan yang biasa digunakan adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan rumput raja (Pennisetum Purpuroides), complete feed merupakan pakan campuran antara hijauan dan konsentrat, sedangkan untuk konsentrat terdapat empat macam formulasi yang berbeda sesuai dengan umur dan kondisi fisiologis sapi. FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 4

Tabel 1. Kandungan nutrisi konsentrat sapi perah di BBPTU-HPT Baturraden No Jenis Konsentrat PK BK TDN %.. 1 F1 18,1 83 75 2 F2 15,4 83 73 3 F3/Dara 15,4 82 71 4 Pedet 18,1 84 74 5 Calf Starter 20,3 84 74 Keterangan: F1 F2 F3/Dara Pedet Calf Starter : diberikan untuk sapi-sapi laktasi dengan produksi susu tinggi : diberikan untuk sapi-sapi laktasi dengan produksi susu sedang : diberikan untuk sapi-sapi laktasi dengan produksi susu rendah, sapi dara dan sapi kering kandang : diberikan untuk pedet : diberikan untuk pedet umur 2 minggu 3 bulan Sumber: BBPTU-HPT Baturraden 2013 Kandungan PK dan TDN konsentrat F1 dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sapi dengan produksi susu tinggi karena telah memenuhi standar minimal kebutuhan nutrisi sapi perah dengan produksi tinggi yaitu PK 18% dan TDN 75%. Kandungan TDN konsentrat sapi dara dan calf starter (tabel 1) di BBPTU-HPT Baturraden belum mencukupi kebutuhan sapi perah, karena menurut Kuswandi dkk., (2005) kebutuhan TDN sapi dara dan calf starter berturut-turut yaitu 75% dan 78%. S/C dapat menunjukan produktivitas seekor ternak, semakin rendah nilai S/C, maka makin tinggi kesuburan ternak betina dalam kelompok tersebut, sebaliknya semakin tinggi nilai S/C, maka semakin rendah nilai kesuburan ternak betina tersebut. Tabel hasil pengamatan terhadap pencapaian jumlah kawin per kebuntingan di BBPTU-HPT Baturraden disajikan dalam tabel 2 berikut ini: FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 5

Tabel 2. S/C sapi perah FH Impor dan Keturunan pada periode laktasi 1 dan 2 di BBPTU- HPT Baturraden No Sapi Perah N Minimal Maksimal Rataan S/C Koefisien Variasi (ekor)............ (kali)............ % 1 FH Impor 336 1 9 2,22 ± 1,33 a 59,91 2 FH Keturunan 268 1 9 2,72 ± 1,65 b 60,68 Keterangan: Huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan berbeda nyata. Secara umum pencapaian rata-rata nilai S/C di BBPTU-HPT Baturraden baik pada sapi FH impor maupun keturunan FH lebih tinggi dari pada nilai optimal S/C yang berkisar antara 1,6 sampai 2,0 (Toelihere, 1981) dibuktikan dengan pencapaian nilai S/C tertingi yaitu 9 kali juga rata-rata S/C yang lebih dari 2,0. Hal tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal ataupun faktor eksternal. Menurut Gatius dkk., (2005) beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai S/C antara lain deteksi estrus, kondisi ternak sendiri serta keterampilan dan ketepatan inseminator dalam menginseminasi sapi perah. Deteksi estrus di BBPTU-HPT Baturraden dilakukan tiga kali dalam sehari yaitu pada pagi hari pukul 07.00-12.00, sore hari pukul 16.00-18.00 dan malam hari pukul 21.00-22.00. Deteksi estrus dilakukan tiga kali sehari dengan tujuan agar tidak ada estrus yang terlewatkan dan ternak dapat dikawinkan pada waktu yang tepat, sehingga dapat menghasilkan angka kebuntingan yang tinggi. Salah satu gangguan reproduksi di BBPTU-HPT Baturraden yang menyebabkan nilai S/C menjadi tinggi yaitu delayed ovulasi karena dapat mengakibatkan kawin berulang pada ternak, hal tersebut tercermin dari pencapaian nilai S/C tertinggi di BBPTU-HPT Baturraden yang mencapai 9 kali. Ternak yang mengalami delayed ovulasi di BBPTU-HPT Baturraden ditangani dengan cara disuntik menggunakan hormon GnRH, hormon tersebut akan memicu pelepasan hormon LH yang diperlukan dalam proses ovulasi sel telur. Ternak yang mengalami delayed ovulasi juga di IB dengan semen double dosis, hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemungkinan keberhasilan bunting pada ternak dan tidak terjadi kawin berulang. FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 6

Hasil uji statistik menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai S/C sapi perah FH impor dengan sapi perah FH keturunan impor di BBPTU-HPT Baturraden (tabel 2). Pencapaian rataan nilai S/C sapi FH impor (2,22 ± 1,33) lebih baik bila dibandingkan dengan pencapaian nilai S/C pada sapi FH keturunan impor (2,72 ± 1,65), dengan koefisien variasi yang lebih rendah dari pada sapi FH keturunan impor. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan lingkungan dan manajemen pemeliharaan antara sapi impor dan sapi keturunan, di kandang sapi FH impor biosekuriti yang diterapkan lebih ketat, dengan adanya larangan kunjungan kandang untuk masyarakat umum dan penggunaan kandang freestall sehingga sapi merasa nyaman. Berbeda dengan kandang sapi keturunan FH, kandang sapi keturunan FH sering dikunjungi oleh masyarakat umum dengan berbagai macam tujuan, hal tersebut diduga dapat memicu terjadinya stress pada sapi yang dapat menyebabkan reproduksinya menjadi terganggu. Masa kosong (days open) adalah jarak waktu setelah beranak sampai dikawinkan yang menghasilkan kebuntingan. Tabel hasil pengamatan terhadap pencapaian masa kosong di BBPTU-HPT Baturraden disajikan dalam Tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Days open sapi perah FH Impor dan Keturunan pada periode laktasi 1 dan 2 di BBPTU-HPT Baturraden No Sapi Perah N Minimal Maksimal Rataan Days Open Koefisien Variasi (ekor)............ (hari)............ % 1 FH Impor 336 37 785 233 ± 138 a 59,13 2 FH Keturunan 268 34 788 233 ± 138 a 64,02 Keterangan: Huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata. Rataan masa kosong di BBPTU-HPT Baturraden untuk sapi FH impor yaitu 233 ± 138 dengan koefisien variasi 59,13%, sedangkan rataan masa kosong untuk sapi FH keturunan impor adalah 218 ± 139 dengan koefisien variasi 64,02%. Hasil uji statistik menunjukan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara masa kosong sapi FH impor dengan masa kosong sapi FH keturunan impor (tabel 3). FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 7

Rata-rata masa kosong di BBPTU-HPT Baturraden dicapai dalam angka yang cukup tinggi (tabel 3), tingginya rata-rata masa kosong tersebut selain disebabkan oleh tingginya nilai S/C juga disebabkan oleh adanya gangguan reproduksi yang menyerang sapi-sapi di BBPTU-HPT Baturraden, salah satunya adalah hipofungsi ovarium. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hardjopranjoto (1995) yang menyebutkan bahwa salah satu ukuran yang menandakan adanya gangguan reproduksi pada suatu peternakan sapi perah adalah masa kosong yang melebihi 120 hari. Hipofungsi ovarium sering menyerang sapi perah dengan produksi susu tinggi. Penanganan sapi dengan kasus hipofungsi ovarium di BBPTU HPT Baturraden dilakukan dengan cara produksi susu sapi yang terkena penyakit hipofungsi ovarium dipertahankan pada angka 20 liter, lalu dilakukan pemijatan dengan lembut pada ovarium melalui rectum, pemijatan dilakukan dengan tujuan meningkatkan sirkulasi darah ke uterus, ovarium dan tuba fallopi. Hipofungsi ovarium juga dapat diakibatkan oleh kekurangan gizi, atau pakan yang diberikan tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi untuk bereproduksi, oleh karena itu pada kasus hipofungsi dilakukan perbaikan kualitas pakan dan pemberian vitamin A, D, dan E. Terapi hormon juga dilakukan dengan penyuntikan hormon GnRH yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan folikel. Selang beranak pada usaha peternakan sapi perah merupakan komponen utama yang harus diperhatikan dalam manajemen induk agar efisiensi reproduksi dan ekonomi dapat tercapai. Tabel hasil pengamatan terhadap pencapaian selang beranak di BBPTU-HPT Baturraden disajikan dalam tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Calving interval sapi perah FH Impor dan Keturunan pada periode laktasi 1 dan 2 di HPT Baturraden No Sapi Perah N Minimal Maksimal Rataan Calving Interval Koefisien Variasi (ekor)............ (hari)............ % 1 FH Impor 336 311 970 498 ± 106 a 21,32 2 FH Keturunan 268 309 943 483 ± 126 a 26,14 Keterangan: Huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak berbeda nyata. FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 8

Selang beranak di BBPTU-HPT Baturraden untuk sapi perah FH impor berkisar antara 311-970 hari dengan koefisien variasi 21,32%, sedangkan untuk sapi perah FH keturunan impor berkisar antara 309-943 hari dengan koefisien variasi 26,14%. Hal ini menunjukkan bahwa selang beranak di BBPTU-HPT Baturraden baik sapi FH impor maupun keturunan FH cukup beragam, dengan rataan pencapaian selang beranak yang tidak jauh berbeda antara keduanya. Hasil uji ststistik menunjukan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara selang beranak pada sapi FH impor dengan selang beranak pada sapi FH keturunan impor (tabel 4). Pencapaian selang beranak pada sapi FH impor di BBPTU-HPT Baturraden masih lebih baik bila dibandingkan dengan pencapaian selan beranak sapi FH impor di Grati- Pasuruan yaitu 526,9 ± 143,7 hari (Affandhy dkk, 2008), tetapi selang beranak tersebut masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan pencapaian selang beranak di Pasir Salam-Sukabumi yang menghasilkan rataan selang beranak 394,60 ± 43,11 hari untuk kelompok sapi FH Impor dan 399,55 ± 46,05 hari untuk kelompok sapi peranakan FH (Sugiarti dan Hidayati, 1997). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata selang beranak sapi perah FH di BBPTU-HPT Baturraden (tabel 4) jauh melebihi selang beranak ideal untuk ternak sapi yaitu 12 bulan atau 365 hari (Hafez, 2000). Tingginya pencapaian selang beranak di BBPTU-HPT Baturraden terjadi karena adanya kawin berulang pada ternak yang disebabkan oleh delayed ovulasi yang menyebabkan nilai S/C menjadi tinggi. S/C secara langsung dapat mempengaruhi lama masa kosong, ditambah dengan adanya gangguan reproduksi berupa hipofungsi ovarium yang menjadikan masa kosong semakin panjang. S/C dan lamanya masa kosong tersebut kemudian mempengaruhi panjangnya selang beranak, sehingga menghasilkan pencapaian selang beranak yang panjang. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat membuat beberapa kesimpulan, diantaranya: 1. Performa reproduksi sapi perah FH impor di BBPTU-HPT Baturraden adalah S/C 2,22 ± 1,33 kali, lama days open 233 ± 138 hari dan calving interval 498 ± 106 hari. FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 9

2. Performa reproduksi sapi perah FH keturunan impor di BBPTU-HPT Baturraden adalah S/C 2,72 ± 1,65 kali, lama days open 218 ± 139 hari dan calving interval 483 ± 126 hari. 3. S/C sapi FH impor lebih baik dari pada sapi FH keturunan impor, sedangkan untuk days open dan calving interval tidak ada perbedaan. Ucapan Terimakasih Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Didin Supriat Tasripin., M.Si., dosen pembimbing utama dan kepada Dr. Heni Indrijani., S.Pt, M.Si., dosen pembimbing anggota yang telah menyediakan waktunya untuk memberikan arahan kepada penulis hingga jurnal ini dapat diselesaikan. Terima kasih kepada para dosen pembahas, yaitu Ir. Indrani Hamidah, MS., Dr. Agr. Ir. Asep Anang, M.Phil., dan Prof. Dr. Ir. H Ujang Hidayat Tanuwiria, M.Si., pembahas yang telah memberikan koreksi dan masukan yang bermanfaat. Kepada Dekan Fakultas Peternakan, Prof. Dr. Ir. Husmy Yurmiati MS., dan kepada Wakil Dekan 1 Fakultas Peternakan, Dr. Denny Rusmana, S.Pt., M.Si. Daftar Pustaka Affandhy, L., D. Ratnawati, dan Mariyono. 2008. Performans Reproduksi Sapi Perah eks- Impor dan Lokal Pada Tiga Periode Kelahiran di SP 2 T KUTT Suka Makmur - Grati, Pasuruan. Prosiding Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas 2020. Puslitbang Peternakan. Gatius-Lo pez. F., P. Santolaria, I. Mundet, and J. L. Ya niz. 2005. Walking Activity at Estrus and Subsequent Fertility in Dairy Cows. Theriogenology. 63 : 1419-1429. Hafez, S. E. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7 th Edition. Lea and Febiger. Philadelphia. Hardjopranjoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Airlangga University Press, Surabaya. Kuswandi, Talib, C. Siregar, A. R dan Sugiarti, T. 2005. Pengaruh Imbangan antara Rumput dan Konsentrat pada Sapi Perah Indonesia Holstein Fase Bunting dan Laktasi. Laporan Penelitian tahun 2004, Balai Penelitian Ternak. Ciawi, Bogor. Sinaga, N. E. 2014. Memangkas Impor Susu. Sinar Tani [Online]. Tersedia: http: // www.tabloidsinartani.com. [diakses 8 Oktober 2015, jam 20.12 wib] FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 10

Sugiarti, T., dan N. Hidayati. 1997. Status Reproduksi Sapi Perah FH pada Peternakan PT Tsukushima Indomilk Agropratama Pasir Salam-Sukabumi. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 1997. Puslitbang Peternakan. Toelihere, M. R. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa, Bandung. FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 11