KATA SAMBUTAN. Jakarta, Pebruari Direktur Jenderal Cipta Karya, Budi Yuwono P. NIP

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei 2015 Direktur Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Ir. Mochammad Natsir. M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2016 DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA. Dr. Ir. Andreas Suhono, M.Sc. NIP

PAMSIMAS 2013 KATA PENGANTAR

KATA SAMBUTAN. Jakarta, Pebruari Direktur Jenderal Cipta Karya, Budi Yuwono P. NIP

PAMSIMAS PEDOMAN PELAKSANAAN DI TINGKAT MASYARAKAT. Desember 2006

Pelaksanaan program Pamsimas menggunakan pendekatan

KATA SAMBUTAN. Jakarta, Pebruari Direktur Jenderal Cipta Karya, Budi Yuwono P. NIP

KATA SAMBUTAN. Jakarta, Mei Direktur Jenderal Cipta Karya, Budi Yuwono P. NIP

KATA SAMBUTAN. Jakarta, Pebruari Direktur Jenderal Cipta Karya, Budi Yuwono P. NIP

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 27 A TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU UJI PETIK

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei 2015 Direktur Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Ir. Mochammad Natsir, M.Sc. NIP

Pemilu BKM. Buletin Warta Desa

KATA SAMBUTAN. Jakarta, Pebruari Direktur Jenderal Cipta Karya, Budi Yuwono P. NIP

PAMSIMAS 2012 KATA SAMBUTAN

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

Kerangka Acuan Fasilitator Masyarakat Program Pamsimas II TA 2013

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN TENTANG STRATEGI DAERAH SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

PAMSIMAS 2013 KATA PENGANTAR (

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

K AT A P E N G AN T AR

PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012

MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011

PROGRAM PENGUATAN KEBERLANJUTAN UNTUK STBM KABUPATEN/KOTA DAN MASYARAKAT

2.3. Keberlanjutan Program Konsep Keberlanjutan (Sustainability) Partisipasi Masyarakat

Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

KATA PENGANTAR. Direktur Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Ir. Mochammad Natsir, M.Sc NIP

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PAMSIMAS II TINGKAT MASYARAKAT

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMBANGUNAN BKM (BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT) LOKASI BARU 2010

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PAMSIMAS 2013 KATA PENGANTAR

PAMSIMAS II 2013 KATA PENGANTAR (

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

PNPM MANDIRI PERDESAAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PEMILIHAN DESA SASARAN PROGRAM PAMSIMAS

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PROMOSI KESEHATAN TINGKAT MASYARAKAT

PAMSIMAS 2013 KATA PENGANTAR

GAMBARAN UMUM PROGRAM PAMSIMAS III I. LATAR BELAKANG

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

4.1. TINGKAT NASIONAL Project Management Unit (PMU)

KATA PENGANTAR ( Jakarta, Mei 2015 Direktur Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Ir. Mochammad Natsir. M.Sc Nip

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

Kelompok seperti inilah yang menjadi target grup program Pamsimas

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

SURAT PERJANJIAN PEMBERIAN BANTUAN (SPPB) BLM APBN. Pada hari ini... tanggal... bulan... tahun dua ribu, kami yang bertanda tangan di bawah ini :

KERANGKA ACUAN KEGIATAN TRAINING OF TRAINER (TOT) STBM BAGI KOORDINATOR STBM PROVINSI DAN FASILITATOR STBM KABUPATEN/KOTA PROGRAM PAMSIMAS II TA 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

JADWAL PELATIHAN FM BARU PAMSIMAS II TAHUN Palembang, 25 Maret s.d 3 April 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

JADWAL PELATIHAN FM BARU PAMSIMAS II TAHUN Bogor, 18 s.d 27 Maret 2014

KATA PENGANTAR. Dengan demikian diharapkan seluruh kegiatan Paket HKP dapat berjalan dengan baik dalam pengelolaan SPAMS Desa yang berkelanjutan.

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PAMSIMAS 2013 KATA PENGANTAR

Buku-buku ini merupakan penyempurnaan buku-buku tahun lalu, dan banyak manfaat dapat dipetik, antara lain:

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus 2016 DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA. Dr. Ir. Andreas Suhono, M.Sc. NIP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 27 A TAHUN 2010 TENTANG

KATA PENGANTAR PAMSIMAS 2016

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2010 NOMOR 34

Terms of Reference Proyek Peningkatan Akses Air Minum dan Sanitasi

JADWAL PELATIHAN FM BARU PAMSIMAS II TAHUN Surabaya, Maret 2014

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

Panduan Fasilitasi PJM Pronangkis

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

Transkripsi:

KATA SAMBUTAN Banyak masyarakat miskin di pedesaan yang belum mendapatkan air bersih yang layak. Selain itu adalah masyarakat di wilayah pinggiran kota (peri-urban) yang mana masyarakatnya berpenghasilan rendah, pemukiman dan lingkungannya rawan serta tidak/belum tersedianya sarana sanitasi yang layak. Air bersih yang layak tersebut adalah layak secara kualitas maupun layak secara kuantitas. Kebutuhan air itu sudah sepantasnya dapat terpenuhi. Dan upaya penyediaan air minum di masyarakat harus sejalan dengan penanganan kesehatan dan sanitasinya. Melalui Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi berbasis Masyarakat (Pamsimas), pemerintah berupaya untuk (i) meningkatkan jumlah masyarakat pedesaan dan peri-urban untuk mendapatkan akses air minum, kesehatan dan sanitasi, (ii) mengurangi jumlah penduduk terserang penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkungan, serta (iii) meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pemerintah daerah dan masyarakat dalam pelaksanaan maupun penanganan pasca proyek. Sehingga, pada akhirnya pencapaian target MDGs bidang air minum, dan penyehatan lingkungan (AMPL) dapat terwujud. Program Pamsimas dilaksanakan di 15 provinsi. Dan merupakan program lintas kementerian: Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Keuangan. Koordinasi lintas kementerian di tingkat pusat maupun daerah sangat penting. Oleh karena itu, amat perlu adanya Buku Pedoman maupun Petunjuk Pelaksanaan Program Pamsimas, yang dapat menjadi acuan dalam menjalankan seluruh kegiatan. Semoga dengan Buku Pedoman dan Buku Petunjuk Teknis yang cukup lengkap ini dapat memberikan arahan pada seluruh siklus kegiatan Pamsimas; baik dalam hal peran masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, mampu melaksanakan pengoperasian, sampai dengan pemeliharaan sarana air minum dan sanitasi yang sehat. Jakarta, Pebruari 2012 Direktur Jenderal Cipta Karya, Budi Yuwono P. NIP.110020173 i

KATA PENGANTAR Air sebagai kebutuhan utama kehidupan, seharusnya dapat terpenuhi secara kualitas maupun kuantitas. Namun masih banyak masyarakat miskin di Indonesia yang belum mendapatkan air bersih yang layak. Program Pamsimas adalah program andalan Pemerintah di dalam penyediaan air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat bagi masyarakat miskin di pedesaan. Sejak 2008 Pamsimas dilaksanakan, dampaknya positif bagi masyarakat desa yang tersebar di 15 provinsi. Sebagai program stimulan dengan pendekatan berbasis masyarakat, program Pamsimas menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dan sekaligus sebagai penanggungjawab pelaksanaan kegiatan. Agar lancar dan dapat dipertanggungjawabkan, maka diperlukan Buku Pedoman dan Petunjuk Teknis. Buku-buku ini merupakan penyempurnaan buku-buku tahun lalu, dan banyak manfaat dapat dipetik, antara lain: Mengendalikan program termasuk penilaian kinerja pendampingan masyarakat dalam pembuatan semua bentuk dokumen program Pamsimas Panduan kerja pengendalian mutu pelaksanaan pendampingan masyarakat dalam hal pembuatan segala bentuk dokumen terkait program Pamsimas Memantau dan evaluasi proses pendampingan masyarakat untuk membuat semua pelaporan dan pertanggungjawaban Panduan untuk memfasilitasi masyarakat dalam membuat segala jenis dokumen dalam kegiatan program Pamsimas Memahami secara menyeluruh segala bentuk pelaporan dan pertanggungjawaban di tingkat masyarakat Memastikan semua pelaporan dan pertanggungjawaban dapat dibuat oleh masyarakat dan memuat informasi yang benar Dengan demikian diharapkan seluruh aspek kegiatan di tingkat masyarakat dapat berjalan dengan baik. Masyarakat dapat menikmati air bersih dan sanitasi yang layak sepanjang massa dalam pengelolaan yang berkelanjutan. Jakarta, Pebruari 2012 Direktur Pengembangan Air Minum - DJCK, Ir. Danny Sutjiono ii

DAFTAR ISI Hal KATA SAMBUTAN.... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR SINGKATAN..... v BAB 1. PENDAHULUAN... 1 1.1 Tujuan... 1 1.2 Manfaat dan Sasaran... 1 1.3 Pengguna Petunjuk Teknis... 1 BAB 2. IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI... 3 2.1 Ketentuan Umum... 3 2.2 Prosedur Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi... 3 BAB 3. PEMICUAN PERUBAHAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN... 10 3.1 Ketentuan Umum... 10 3.2 Prosedur Pemicuan... 12 BAB 4. PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KESWADAYAAN MASYARAKAT (LKM)... 15 4.1 Ketentuan Umum... 15 4.2 Prosedur Pembangunan LKM... 18 BAB 5. PJM PROAKSI DAN PEMILIHAN OPSI KEGIATAN PAMSIMAS... 22 5.1 Ketentuan Umum... 22 5.2 Prosedur Penyusunan PJM ProAKSI... 23 5.3 Pertemuan Pleno Tingkat Desa/Kelurahan Membahas PJM ProAKSI dan Opsi... 31 BAB 6. PENYUSUNAN RENCANA KERJA MASYARAKAT (RKM)... 33 6.1 Ketentuan Umum... 33 6.2 Prosedur Penyusunan RKM... 35 iii

BAB 7. PENGUMPULAN KONTRIBUSI MASYARAKAT..38 7.1. Ketentuan Umum...38 7.2. Prosedur Pengumpulan Kontribusi Masyarakat..38 BAB 8. PENGAJUAN DAN EVALUASI RENCANA KERJA MASYARAKAT (RKM)... 40 8.1 Ketentuan Umum... 40 8.2 Prosedur Pengajuan dan Evaluasi RKM... 40 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pengguna dan Manfaat Pedoman... 2 Tabel 2.1 Prosedur Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi Menggunakan Instrumen MPA/PHAST... 4 Tabel 3.1 Prosedur Pemicuan SBS dan CTPS... 12 Tabel 4.1 Prosedur Pembentukan Lembaga Keswadayaan Masyarakat... 19 Tabel 5.1 Prosedur Penyusunan Rencana Kegiatan PJM ProAKSI Tingkat Dusun... 24 Tabel 5.2 Prosedur Pemilihan Opsi dan Prioritas Kegiatan PJM ProAKSI Tingkat Dusun... 25 Tabel 5.3 Prosedur Pertemuan Pleno Tingkat Desa/Kelurahan Membahas PJM ProAKSI dan Opsi... 31 Tabel 6.1 Prosedur Penyusunan RKM... 35 Tabel 8.1 Prosedur Pengajuan dan Evaluasi RKM... 41 Hal iv

DAFTAR SINGKATAN APBD APBN BABS BLM BOP BPD BPKP CMAC CPIU CPMU CTPS TKK DTA FA FGD IMAS LKM ODF Musrenbang PAMSIMAS TKP PHLN PMAC PPh PPK PPM : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara : Buang Air Besar Sembarangan : Bantuan Langsung Masyarakat : Biaya Operasional Proyek : Badan Perwakilan Desa : Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan : Central Management Advisory Consultant : Central Project Implementation Unit : Central Project Management Unit : Cuci Tangan Pakai Sabun : Tim Koordinasi Kab/Kota : Daerah Tangkapan Air : Financing Agreement : Focused Group Discussion / Diskusi Kelompok Terarah : Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi : Lembaga Keswadayaan Masyarakat : Open Defecation Free : Musyawarah Perencanaan Pembangunan : Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat : Tim Koordinasi Provinsi : Pinjaman/ Hibah Luar Negeri : Provincial Management Advisory Consultant : Pajak Penghasilan : Pejabat Pembuat Komitmen : Pengelolaan Pengaduan Masyarakat v

RAB RKM RPJM RTA Satker Satlak SBS SDA SIM POB SP2D SPK SPM SPP SPPB TFM TKKc TKM UKT-Kes UKT-SAMS UPK UPM : Rencana Anggaran Biaya : Rencana Kerja Masyarakat : Rencana Pembangunan Jangka Menengah : Rapid Technical Assessement : Satuan Kerja : Satuan Pelaksana : Stop Buang (air besar) Sembarangan : Sumber Daya Air : Sistem Informasi Manajemen : Prosedur Operasional Baku : Surat Perintah Pencairan Dana : Surat Perjanjian Kerja : Surat Perintah Membayar : Surat Permintaan Pembayaran : Surat Perjanjian Pemberian Bantuan : Tim Fasilitator Masyarakat : Tim Koordinasi Kecamatan : Tim Kerja Masyarakat : Unit Kerja Teknis Kesehatan : Unit Kerja Teknis Air Minum dan Sanitasi : Unit Pengelola Keuangan : Unit Pengaduan Masyarakat vi

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN Petunjuk Teknis Perencanaan Kegiatan Program Pamsimas di Tingkat Masyarakat dimaksudkan untuk menyediakan panduan bagi semua pelaku Pamsimas dalam melakukan proses perencanaan dan fasilitasi kegiatan kepada seluruh masyarakat desa/kelurahan sasaran. 1.2 MANFAAT DAN SASARAN Pada tahap perencanaan kegiatan program Pamsimas tingkat di masyarakat, masyarakat (laki-laki-perempuan-kaya-miskin) adalah pelaku dan penanggungjawab utama. Masyarakat diberikan tanggungjawab penuh untuk merencanakan kegiatan sehingga diharapkan nantinya mampu melakukan pengelolaan mandiri. Perencanaan kegiatan tingkat masyarakat dilakukan secara partisipatif dengan tujuan agar terwujud: Keberlanjutan pelayanan sarana air minum dan sanitasi Perubahan perilaku masyarakat menuju perilaku hidup bersih dan sehat serta peningkatan pelayanan kesehatan Kesetaraan gender dan sosial dalam proses dan hasil capaian program Prioritas program kepada masyarakat yang miskin Sesuai kebutuhan masyarakat 1.3 PENGGUNA PETUNJUK TEKNIS Secara khusus Petunjuk Teknis Perencanaan Kegiatan di Tingkat Masyarakat diperuntukan untuk Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM), Satuan Pelaksana (Satlak), dan Tim Fasilitator Masyarakat (TFM). Secara umum, pengguna dan manfaat pedoman masing-masing dapat dilihat pada Tabel 1.1 dibawah ini: 1

Tabel 1.1 Pengguna dan Manfaat Pedoman Pengguna Manfaat Organisasi masyarakat, LKM, Satlak Pamsimas) Pengelola Program (CPMU, PPMU dan DPMU,TKP,TKK, TKKc) Konsultan Pelaksana (CMAC, PMAC dan DMAC) Memahami proses perencanaan di tingkat masyarakat Acuan menyusun rencana kegiatan Memahami secara menyeluruh proses perencanaan di tingkat masyarakat Merencanakan pengelolaan program Mengendalikan program termasuk penilaian kinerja pelaksanaan pendampingan masyarakat pada tahap perencanaan Panduan kerja pengendalian mutu pelaksanaan pendampingan masyarakat pada tahap perencanaan Menyusun strategi dan rencana kerja pendampingan masyarakat Memantau dan evaluasi proses pendampingan masyarakat Fasilitator Masyarakat Panduan untuk memfasilitasi masyarakat Pengendalian mutu pekerjaan Pemerintah (Pusat, Provinsi, Kota/Kabupaten, kelurahan/desa) Para Pemeduli Melakukan kontrol sosial Memahami secara menyeluruh proses perencanaan di tingkat masyarakat Memastikan seluruh rangkaian proses dan kegiatan dilakukan sesuai dengan panduan. 2

BAB 2. IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI 2.1 KETENTUAN UMUM Kegiatan identifikasi masalah dan analisis situasi (IMAS) dilakukan dengan memperhatikan ketentuan umum sebagai berikut: 1. Dihadiri oleh seluruh komponen masyarakat baik perempuan, laki-laki, kaya, miskin termasuk masyarakat adat 2. Ada keterwakilan angggota masyarakat dari tingkat dusun/rw/rt 3. Diketahui (dan atau dihadiri) oleh Perangkat Desa/Kelurahan dan Puskesmas Pembantu (Pustu) atau Bidan Desa 4. Difasilitasi oleh Tim Fasilitator Masyarakat 5. Waktu pertemuan ditentukan atas kesepakatan dengan masyarakat dengan memperhatikan waktu yang memungkinkan perempuan dan masyarakat kayamiskin dapat hadir 6. Tempat pertemuan yang digunakan adalah tempat yang mudah diakses setiap orang 7. Peserta perempuan yang hadir minimal 30% dari seluruh peserta pertemuan yang bersifat campuran (laki-laki dan perempuan) 2.2 PROSEDUR IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI Proses IMAS desa/kelurahan terdiri dari berbagai kegiatan diskusi dengan menggunakan instrumen MPA dan PHAST 1. Langkah, tujuan, hasil, dan pelaku dari proses IMAS dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini. 1 MPA: Methodology for Participatory Asessment dan PHAST: Partcipatory Hygiene and Sanitation Transformation 3

Tabel 2.1 Prosedur Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi Menggunakan Instrumen MPA/PHAST No Langkah-langkah IMAS Tujuan Hasil yang Diharapkan Pelaku 1 Pertemuan dengan Perangkat Desa/Kelurahan Menjelaskan kegiatan proses IMAS Mengidentifikasi hambatan masyarakat untuk berpartisipasi dan strategi untuk mengatasinya Perangkat Desa/Kelurahan dapat sepenuhnya memahami dan membantu proses IMAS di masyarakat dan mendukung kegiatan program Peserta: Perangkat Desa/Kelurahan (termasuk Kepala Dusun/RW/RT) 2 Inventaris Data Komunitas (Kode skor: CD) Mendapatkan profil (gambaran umum) desa/kelurahan Data desa/kelurahan terkait dengan profil masyarakat, pelayanan air minum, sanitasi, dan kepemilikan lahan Peserta: Perangkat Desa/Kelurahan (termasuk Kepala Dusun/RW/RT) 3 Sejarah Sarana Air Minum, Sanitasi, Kegiatan Kesehatan, dan Perlindungan Sumber Air Memperoleh informasi tentang pembangunan sarana air minum, sanitasi, kesehatan dan perlindungan daerah tangkapan air yang pernah ada di masyarakat Menarik pembelajaran dari pembangunan yang lalu Informasi sarana air bersih, sanitasi, kegiatan kesehatan, dan refleksi perlindungan sumber air sebagai pembelajaran masyarakat Peserta: Anggota masyarakat laki-laki, perempuan, kaya, miskin 4 Klasifikasi Kesejahteraan (Kode skor: P) Mengetahui klasifikasi tingkatan kesejahteraan sosial-ekonomi yang ada di masyarakat Mengidentifikasi kelompok yang akan terlibat dalam diskusi kelompok terfokus (FGD) Klasifikasi penduduk desa/ kelurahan dalam kategori tingkatan sosial-ekonomi (kaya, miskin, menengah) menurut kriteria khusus dan istilah yang biasa digunakan Peserta: Anggota masyarakat laki-laki, perempuan, kaya, miskin 5 Pemetaan Sosial (Kode skor: M) Mempelajari keadaan masyarakat menyangkut sarana air minum dan sanitasi, serta daerah tangkapan air Mempelajari akses keluarga miskin, kaya dan menengah terhadap sarana tersebut Mengetahui tingkat kesejahteraan orang yang saat ini terlibat dalam pengelolaan penyediaan air minum, sanitasi dan promosi kesehatan Mempelajari luas dan sebaran lahan kritis/rusak/tidak produktif. Peta Sosial yang dapat digunakan untuk merencanakan pengembangan sarana air minum dan atau sanitasi, perlindungan sumber air (atau daerah tangkapan air), pemicuan perubahan perilaku BAB sembarangan, serta menentukan lokasi FGD Peserta: Anggota masyarakat laki-laki, perempuan, kaya, miskin yang mewakili seluruh dusun/rw/rt di wilayah desa/kelurahan 4

No Langkah-langkah IMAS Tujuan Hasil yang Diharapkan Pelaku 6 Perencanaan kegiatan: Penelusuran Wilayah (Transect Walks) dan Diskusi Kelompok Terfokus (FGD), Pemicuan perubahan perilaku BABS (CLTS), dan Pembentukan/ revitalisasi LKM (Kode skor: PL) Merencanakan pelaksanaan kegiatan penelusuran wilayah untuk menilai kondisi daerah tangkapan air, sumber air, sarana air minum dan sanitasi yang ada Merencanakan kegiatan IMAS yang berbentuk FGD Merencanakan pelaksanaan kegiatan pemicuan perubahan perilaku BABS (CLTS) Merencanakan kegiatan pembentukan /revitalisasi Lembaga Keswadayaan Masyarakat Rencana kegiatan IMAS selanjutnya dan kegiatan program lainnya yang disusun dan disepakati secara bersama-sama oleh masyarakat Peserta: Anggota masyarakat laki-laki, perempuan, kaya, miskin yang mewakili seluruh dusun/rw/rt di wilayah desa/kelurahan 7 Tinjauan Pengelolaan Sarana (Kode skor: CM, TR, H, dan FIN) Mengetahui wewenang dan komposisi organisasi pengelola sarana air minum yang ada Mengetahui pelaksanaan organisasi dari sudut pandang gender dan sosial Mengetahui kesiapan masyarakat untuk merevitalisasi lembaga yang ada atau membentuk LKM Pembelajaran dari kondisi kelembagaan tingkat desa/kelurahan yang saat ini mengelola sarana air minum, dan potensi masyarakat untuk membentuk LKM Peserta: Anggota Badan Pengelola SPAM bila ada dan atau masyarakat laki-laki, perempuan, yang memahami pengelolaan SPAM yang ada 8 Penelusuran Wilayah (Transect Walks) dan Penilaian Potensi Air serta sebaran lahan kritis (Rapid Technical Assessment) (Kode skor: SM, TW, WR, dan UP) Memeriksa ulang informasi pada Peta Sosial yang telah dibuat oleh masyarakat Mempelajari keadaan masyarakat menyangkut sarana air minum dan sanitasi Mempelajari akses keluarga miskin, kaya dan menengah terhadap sarana tersebut Mengetahui potensi sumberdaya air dan daerah tangkapannya yang dapat dimanfaatkan dan dilindungi oleh masyarakat Mengetahui luas dan sebaran lahan kritis sebagai dasar untuk menentukan sasaran prioritas P-DTA Informasi yang akurat mengenai kondisi sarana air minum dan sanitasi yang saat ini ada di masyarakat, serta potensi air yang dapat dikembangkan dan dilindungi melalui program. Informasi ada tidaknya kemungkinan pencemaran sumber air Identifikasi letak dan luas sasaran P-DTA Peserta: Anggota masyarakat laki-laki, perempuan, kaya, miskin yang mewakili seluruh dusun/rw/rt di wilayah desa/kelurahan 9 Efektivitas Penggunaan Mengidentifikasi dan menganalisa pola dan perilaku masyarakat (berdasarkan Pola dan perilaku masyarakat dalam penggunaan sarana air minum yang dibedakan Peserta: Anggota 5

No Langkah-langkah IMAS Sarana Air minum (Kode skor: EU) Tujuan Hasil yang Diharapkan Pelaku tingkat sosial) dalam kebiasaan penggunaan sarana air minum, serta hal-hal yang perlu untuk ditingkatkan atas tingkat sosialnya masyarakat laki-laki, perempuan, yang dibagi dalam kelompok diskusi (FGD) kaya dan miskin. 10 Efektivitas Penggunaan Sarana Sanitasi (Kode skor: EU) Mengidentifikasi dan menganalisa pola dan perilaku masyarakat (berdasarkan tingkat sosial) dalam kebiasaan buang air besar, serta hal-hal yang perlu untuk ditingkatkan Pola dan perilaku masyarakat dalam penggunaan sarana sanitasi yang dibedakan atas tingkat sosialnya Peserta: Anggota masyarakat laki-laki, perempuan, yang dibagi dalam kelompok diskusi (FGD) kaya dan miskin. 11 Pembagian Kerja Berdasarkan Gender (Kode skor: DIV) Mengetahui dan menganalisa pembagian kerja (jenis pekerjaan dan pekerjaan yang dibayar atau tidak) dalam pengelolaan sarana air minum di antara perempuan dan lakilaki Pola pembagian kerja dalam pengelolaan sarana air minum di antara perempuan dan laki-laki Peserta: Anggota masyarakat yang dibagi dalam kelompok diskusi (FGD) kaya dan miskin. 12 Hak Suara dan Pilihan dalam Pengambilan Keputusan (Kode skor: VC) Mengidentifikasi dan menganalisa akses masyarakat (terutama perempuan dan kelompok miskin) dalam pengambilan keputusan pada pembangunan sarana air minum sebelumnya Akses masyarakat untuk bersuara dan memilih dalam pengambilan keputusan pada pembangunan sarana air minum sebelumnya Peserta: Anggota masyarakat laki-laki, perempuan, yang dibagi dalam kelompok diskusi (FGD) kaya dan miskin. 13 Alur Penularan Penyakit dan Penghambatnya Membuat masyarakat mengetahui dan mampu menganalisis cara penularan penyakit melalui lingkungan Membuat masyarakat mampu mengidentifikasi tindakan yang dapat diambil untuk menghambat penularan penyakit Usulan kegiatan promosi kesehatan yang diinginkan oleh masyarakat berdasarkan pengetahuannya dalam cara penularan penyakit Peserta: Anggota masyarakat laki-laki, perempuan, yang dibagi dalam kelompok diskusi (FGD) kaya dan miskin. 14 Pertemuan Pleno Desa/Kelurahan Membahas Hasil Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi Masyarakat dapat memberikan ulasan terhadap hasil IMAS Masyarakat mampu mengidentifikasi tindakan yang akan dirumuskan dalam Perencanaan Jangka Menengah Program Air Minum, Kesehatan dan Sanitasi (PJM ProAKSi) Kesepakatan masyarakat terhadap hasil IMAS yang disusun dalam Berita Acara Pertemuan Pleno Tingkat Desa/kelurahan membahas Hasil IMAS (lihat Buku Kumpulan Format PT.2-01) Usulan kegiatan yang akan dimasukkan dalam PJM ProAKSi Peserta: Anggota masyarakat (kayamiskin, laki-lakiperempuan, tuamuda) yang mewakili semua dusun/ RW 6

Langkah-langkah yang dilakukan dalam Pertemuan Pleno masyarakat untuk membahas hasil IMAS yaitu: 1. Masyarakat bersama TFM mempersiapkan bahan-bahan pertemuan, yaitu: Peta Sosial Hasil temuan proses IMAS dengan instrumen MPA yang disajikan dalam bentuk kesimpulan umum dan diagram batang, yang mengacu pada Tabel berikut: Kesimpulan/Diagram Batang Aspek Air Minum Kualitas Sarana Air Minum Efektivitas Keberfungsian Sarana Air Minum Efektifitas Penggunaan Sarana Air Minum Aspek Sanitasi Efektivitas Keberfungsian Sarana Sanitasi Efektifitas Penggunaan Sarana Sanitasi Aspek Kesehatan Kondisi kesehatan masyarakat Skor Hasil MPA yang digunakan Kualitas konstruksi = (WR6+WR7+WR8+WR12+WR15 +WR16)/6 Pengelolaan sumber air = (SM1+SM2)/2 Kuantitas Air = (TW4+TW5=TW7)/2 Kualitas Air = (TW11+TW12+TW13)/3 Keteraturan Pelayanan= (TW17+TW18+TW19)/3 Kepastian Ketersediaan Air = (TW20+TW21)/2 Akses terhadap Sarana Air Minum = M9 Pola Penggunaan Air = (EU4.1+EU4.2)/2 Kondisi Drainase Sarana Air = (WR16+TW14+TW15)/3 Kegunaan dan fungsi sarana sanitasi = W20S Akses terhadap Sarana Sanitasi = M9S Pola penggunaan sarana sanitasi = (EU5.1S+EU5.2S+EU5.3S+EU5. 4S+EU5.5S+EU5.6S)/6 Kualitas sarana sanitasi = WR18S Pola penyebaran penyakit berbasis lingkungan Prioritas utama perubahan perilaku Hal yang Perlu Didiskusikan Keadaan sumber air dan sarana air minum yang ada saat ini Keberfungsian sarana air minum yang ada saat ini Pola pemanfaatan sarana air minum yang ada di masyarakat Keberfungsian sarana sanitasi yang ada saat ini Pola perilaku sanitasi yang ada di masyarakat dan kualitas sarana yang berdampak pada kesehatan Kondisi kesehatan masyarakat terkait dengan penyakit berbasis lingkungan dan upaya untuk mencegahnya Aspek Kapasitas Masyarakat 7

Kesimpulan/Diagram Batang Efektivitas Penggunaan Keahlian yang diterima dari Pelatihan Aspek Lingkungan Potensi air yang dimiliki desa/kelurahan Skor Hasil MPA yang digunakan Kegunaan pelatihan = TR 8 Hasil RTA Mayoritas pengambilan sumber air Prioritas pemilihan opsi untuk keberlanjutan Pola pengambilan sumber air di daerah tangkapan air Hal yang Perlu Didiskusikan Pengetahuan ketrampilan yang telah dimiliki masyarakat dalam mengelola sarana air minum dan sanitasi Potensi air yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat melalui program Model perlindungan sumber air 2. TFM memfasilitasi diskusi tentang hasil di atas dan membantu masyarakat untuk memperhatikan hal-hal penting yang berhubungan dengan hasil temuan. 3. Berdasarkan hasil pembuatan diagram batang, maka akan diperoleh skor di atas atau di bawah 50. Untuk skor yang bernilai di bawah 50, diskusikan apa yang menyebabkan nilai yang diberikan rendah serta tindakan apa yang dapat merubah hal tersebut menjadi lebih baik. Sebaliknya bila skor di atas 50, diskusikan pula mengapa hal tersebut dapat terjadi dan bagaimana cara untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan. 4. Sebagai contoh diskusi yang dapat dilakukan adalah seperti berikut : Gunakan skor M9 untuk diskusi tentang akses terhadap layanan sarana air minum. Apabila skor yang diperoleh adalah 25, yang berarti hanya antara ¼ dan ½ dari masyarakat yang memiliki kemudahan dalam mengakses sarana air minum, serta sebagian besarnya adalah masyarakat menengah ke atas, maka dari skor ini dapat diidentifikasi tindakan apa yang harus dilakukan sehubungan dengan perencanaan program yang akan dilakukan. 2. TFM membantu masyarakat menyimpulkan hasil IMAS yang berguna sebagai bahan untuk perencanaan program, sesuai aspek yang ada dalam Tabel di atas. 8

3. TFM kemudian memfasilitasi pencatatan kesimpulan dan keputusan tentang perencanaan dalam bentuk Tabel Perencanaan Masyarakat yang berguna untuk Penyusunan PJM ProAKSi dan RKM, seperti dicontohkan sebagai berikut: Bidang Perencanaan Masalah Mengapa/ Bagaimana Terhadap Siapa Dimana Apa yang ingin dilakukan untuk mengatasinya Pengembangan Kapasitas Masyarakat Kurangnya SDM di masyarakat yang terampil dalam bidang SAM Orang yang pernah dilatih tentang SAM tidak tinggal lagi di desa/kelurahan Seluruh masyarakat Wilayah masyarakat Memasukkan kegiatan pelatihan sebagai bagian Program Air Minum ½ dari jumlah seluruh masyarakat mempunyai akses terhadap air bersih untuk minum dan masak Sarana air minum tidak ada atau rusak Seluruh masyarakat, khususnya orang miskin Wilayah masyarakat Meningkatkan akses masyarakat terhadap air minum Sanitasi Kurang dari setengah dari masyarakat yang memiliki akses terhadap sarana jamban Kurangnya kesadaran masyarakat untuk BAB pada tempat yang aman Seluruh masyarakat, khususnya orang miskin Wilayah masyarakat Mencapai ODF/SBS pada akhir program Kesehatan Masih ditemui insiden penyakit diare Sarana sanitasi yang buruk Setiap orang, khususnya anak-anak Dusun A Menurunkan tingkat penyakit diare melalui program Lingkungan Hilangnya sumber air akibat kerusakan lingkungan Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap upaya perlindungan sumber air Seluruh masyarakat Wilayah masyarakat (hulu hingga hilir) Melakukan perlindungan dan upaya kelestarian alam Proses pelaksanaan IMAS secara lebih rinci dapat dilihat pada Buku Panduan Proses Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi (Fieldbook MPA/PHAST), sedangkan hasil proses dan analisis temuannya dicatat dalam Buku Catatan Proses Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi. 9

BAB 3. PEMICUAN PERUBAHAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN 3.1 KETENTUAN UMUM 1. Pemicuan merupakan proses membangkitkan dan memberdayakan masyarakat untuk menganalisa kondisi sanitasi di masyarakat itu sendiri, dan memulai aksi lokal bersama untuk stop buang air besar sembarangan (Stop BABS) atau SBS (Stop Buang Air Besar Sembarangan) perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) 2. Pemicuan dimulai pada saat proses IMAS dengan sasaran seluruh komponen masyarakat, laki-laki maupun perempuan, kaya-miskin, tua-muda termasuk anakanak. 3. Pemicuan sebaiknya dilakukan pada daerah yang terjangkau, tidak terlalu luas (misalnya tingkat dusun/rw) yang berpotensi untuk maju (berhasil terpicu). Pemilihan lokasi pemicuan sebaiknya strategis dan mudah dijangkau karena akan menjadi contoh atau tempat belajar bagi masyarakat dari dusun/rw lainnya. 4. Kepala desa/lurah/perangkat desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat memegang peranan penting dalam upaya SBS dan CTPS, sehingga harus dilibatkan. 5. Setiap proses pemicuan yang telah dilakukan harus mendapatkan sertifikasi dari Sanitarian dan akan menjadi lampiran dalam Rencana Kerja Masyarakat (RKM) yang diajukan masyarakat (Buku Kumpulan Format: PT.2-02). 6. Prinsip dasar pemicuan, yaitu: a. Totalitas, seluruh komponen masyarakat terlibat dalam analisa permasalahan dan mengambil keputusan untuk melakukan perubahan perilaku secara kolektif oleh masyarakat. 10

b. Tidak mengajak, menyuruh, dan atau memberikan instruksi kepada masyarakat untuk membuat jamban, sepenuhnya keputusan ada ditangan masyarakat untuk berubah perilaku. c. Tidak ada subsidi untuk pembangunan jamban keluarga, tidak terkecuali untuk warga yang tidak mampu. d. Tidak ada desain khusus yang ditawarkan pada masyarakat, tetapi masyarakat menentukan sendiri bentuk jamban yang akan dibangun. e. Masyarakat yang menjadi pemimpin dan pelaku utama perubahan. 7. Prinsip lain yang harus diperhatikan dalam memicu perubahan perilaku SBS adalah penggunaan jamban sehat yang memenuhi kriteria adalah: a. Memutus kontak tinja dengan manusia dan vector/serangga. b. Tidak berbau. c. Mengurangi pencemaran terhadap badan air. d. Aman bagi pengguna (dewasa dan anak-anak). 8. Untuk memastikan tidak adanya kontak tinja dengan manusia, maka perubahan perilaku SBS harus selalu diikuti dengan perilaku CTPS, karena: a. Mencuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit diare. b. Sabun berfungsi untuk membunuh kuman. 11

3.2 PROSEDUR PEMICUAN Berikut adalah Prosedur Pemicuan Perubahan Perilaku Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) di Masyarakat: Tabel 3.1 Prosedur Pemicuan SBS dan CTPS No Langkah-langkah Tujuan Uraian Hasil Pelaku 1. PERSIAPAN PEMICUAN 1.1 Penentuan Waktu dan Tempat Menentukan waktu dan tempat pemicuan 1.2 Persiapan Alat & Bahan dan Pembagian Peran Memastikan alat dan bahan tersedia Menentukan peran tim pemicu (TFM dan Sanitarian) 2. PELAKSANAAN PEMICUAN 2.1 Perkenalan dan Penjelasan awal Menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan Menjalin keakraban dengan masyarakat 2.2 Fasilitasi analisa sanitasi Mengajak masyarakat untuk menganalisa secara menyeluruh tentang sanitasi di desa/kelurahan mereka Kegiatan menentukan waktu, tempat dan wilayah (RW/Dusun) pemicuan dilakukan bersama dengan perangkat desa/kelurahan dan tokoh masyarakat. Alat dan bahan digunakan untuk membantu proses pemicuan Peran dalam tim pemicu terdiri dari fasilitator utama dan pendamping Perkenalan diri semua anggota fasilitator dan masyarakat sehingga suasana menjadi cair dan santai Menjelaskan kedatangan tim tidak dalam rangka memberikan subsidi atau bantuan apapun namun untuk bersamasama masyarakat mempelajari kebiasaan masyarakat setempat dalam kebersihan lingkungan khususnya kebiasaan BAB Bersama masyarakat temukan kata-kata yang tepat untuk istilah Tahi dan Berak Kegiatan analisa sanitasi dilakukan melalui : Transect Walk : mengenali lokasi yang biasa dijadikan tempat BAB sembarang, Waktu dan tempat pemicuan TFM Sanitarian Perangkat desa/kelurahan Tokoh masyarakat. Alat dan bahan tersedia dan siap digunakan Pembagian tugas tim pemicu Suasana menjadi cair dan santai Masyarakat memahami tujuan dan prinsip kegiatan Timbulnya kesadaran dan adanya rasa jijik, gerah, dan tidak nyaman melihat hasil analisis kondisi/kebiasaan TFM dan Sanitarian Pemandu : TFM dan Sanitarian Peserta : Masyarakat Pemandu : TFM dan sanitarian Peserta : Masyarakat 12

No Langkah-langkah Tujuan Uraian Hasil Pelaku Mengajak masyarakat menganalisa dampak buruk perilaku buang air Pemetaan: memetakan warga yang masih BAB sembarangan setempat terkait BABS Peta kebiasaan BAB besar sembarangan dan cuci tangan Perhitungan tinja tidak pakai sabun. Simulasi rasa jijik 2.3 Pemicuan Memicu rasa malu, takut sakit, takut dosa dan harga diri masyarakat terkait kebiasaan BABS 2.4 Fasilitasi di akhir pemicuan Memberikan dukungan, semangat dan apresiasi kepada keluarga yang mau melakukan perubahan perilaku BABS 2.5. Rencana tindak lanjut Memfasilitasi masyarakat untuk menyusun rencana tindak lanjut untuk merubah perilaku 3. PASCA PEMICUAN 3.1 Pemantauan Pasca pemicuan Untuk melihat perkembangan perubahan perilaku BAB dan CTPS Analisa Alur Penularan Penyakit Diare Menguraikan kembali dampak-dampak BABS yang (seharusnya) sudah disebutkan masyarakat, seperti anak sakit, balita meninggal, aurat istri/anak perempuan terlihat orang. Melalui proses ini akan terlihat reaksi masyarakat setelah dilakukan pemicuan. Apakah mereka berkeingin kuat untuk berubah, atau sama sekali tidak berkeinginan untuk berubah. Orang yang pertama menyatakan berubah adalah potensi untuk menjadi Natural Leaders.. Setelah terbentuk Komite/Natural Leaders, masyarakat difasilitasi untuk menyusun rencana tindak lanjut (RTL), yang berisi daftar keluarga beserta rencana waktu pembangunan jamban yang dilengkapi dengan sabun dan ditandatangani masingmasing perwakilan keluarga Monitoring dilakukan sendiri oleh masyarakat. Peta BAB dan rencana tindak lanjut digunakan sebagai alat monitoring. Pemantauan termasuk melihat ketersediaan sabun di jamban. Masyarakat terpicu untuk menghentikan kebiasaan BAB sembarangan dan melakukan aksi kolektif lokal. Daftar keluarga yang terpicu (yang mempunyai komitmen untuk SBS) Calon Natural Leades/Komite Terbentuknya Komite kelompok kegiatan sanitasi (Natural Leaders) Rencana kerja kegiatan berupa daftar nama keluarga disertai dengan jadwal membangun jamban yang dilengkapi dengan sabun dan tandatangan Perkembangan Peta dan Format Monitoring Kebiasaan BAB Perkembangan kebiasaan CTPS Pemandu : TFM dan sanitarian Peserta : Masyarakat Pemandu : TFM, Sanitarian Peserta : Masyarakat Pemandu : TFM, Sanitarian Peserta : Masyarakat Masyarakat Natural leader Fasilitator Sanitarian TFM Keberlanjutan (bagi lokasi belum ODF/SBS) 13

No Langkah-langkah Tujuan Uraian Hasil Pelaku Kegiatan monitoring dapat dilakukan dengan cara cross visit diantara masyarakat (kelompok yang sudah terpicu kepada kelompok yang belum terpicu atau sebaliknya) 3.2 Pendampingan menuju SBS dan CTPS Mendorong pencapaian SBS dan CTPS Untuk mempercepat terwujudnya SBS dan perilaku CTPS disertai dengan promosi kesehatan.selain itu, komite difasilitasi untuk melakukan pemicuan ke dusun/rw lainnya. Terwujudnya SBS dan perilaku CTPS Masyarakat Komite/ Natural leader Fasilitator Sanitarian TFM Keberlanjutan (bagi lokasi belum ODF/SBS) Proses pelaksanaan pemicuan perubahan perilaku buang air besar sembarangan secara lebih rinci dapat dilihat pada panduan Modul Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) yang merupakan suplemen terhadap Petunjuk Teknis Perencanaan Kegiatan Pamsimas Tingkat Masyarakat. 14

BAB 4. PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KESWADAYAAN MASYARAKAT (LKM) 4.1 KETENTUAN UMUM 1. LKM bukan lembaga yang dibentuk secara otomatis mengikuti perundang-undangan atau peraturan pemerintah (pusat maupun daerah) yang dibuat sebagai alat kelengkapan lembaga pemerintah, tetapi merupakan lembaga yang pembentukan dan pengelolaannya diprakarsai dan ditentukan oleh masyarakat. Kekuasaan/kewenangan dan legitimasi bersumber dari warga masyarakat setempat. 2. LKM berkedudukan sebagai lembaga kepimpinan kolektif dan oleh karenanya juga berperan sebagai representasi warga yang berhimpun dalam suatu himpunan masyarakat warga setempat yang bersifat organisasi anggota atau bertumpu pada anggota, artinya keputusan tertinggi ada di tangan anggota. 3. LKM melakukan proses pengambilan keputusan secara kolektif, demokratis dan partisipatif. 4. LKM harus diterima, berfungsi dan berakar di seluruh lapisan masyarakat setempat (inklusif). 5. LKM tidak harus dibentuk jika di masyarakat telah ada lembaga yang memiliki kriteria dan fungsi LKM. 6. LKM dibentuk secara partisipatif, demokratis, dan inklusif. LKM bekerja secara kolektif, transparan, partisipatif, demokratis dan akuntabel. 15

7. LKM harus mampu mempertahankan sifat independen dan otonom terhadap institusi pemerintah, politik, militer, agama, usaha dan keluarga. 8. LKM adalah lembaga eksekutif dengan peran utama sebagai pengendali (steering) bukan sebagai pelaksana (implementing), oleh sebab itu LKM dapat membentuk unitunit pelaksana (UP) dan satuan pelaksana (satlak). Namun anggota LKM tidak boleh dipilih/merangkap menjadi anggota satuan pelaksana (satlak). 9. Keanggotaan LKM: a. Pemilihan anggota LKM dilakukan melalui proses pemilihan secara langsung oleh warga masyarakat, tertulis, rahasia, tanpa pencalonan, dan tanpa kampanye maupun rekayasa dari siapapun. b. Semua warga dewasa di desa/kelurahan pada dasarnya dapat dipilih sebagai anggota LKM bila memenuhi kriteria yang telah disepakati warga. Namun demikian untuk perangkat desa yang masih aktif bekerja tidak dapat dipilih menjadi anggota LKM. c. Kriteria keanggotaan LKM merupakan perwujudan dari nilai-nilai luhur kemanusiaan, seperti antara lain; dapat dipercaya masyarakat, jujur, adil, ikhlas, dan sebagainya. Faktor pendidikan, status, pengalaman, keterampilan, jabatan dan kriteria-kriteria lain yang tidak langsung terkait dengan nilai-nilai kepribadian manusia merupakan nilai tambahan. d. Jumlah anggota LKM antara 5 s/d 9 orang dan harus ganjil. 10. Tugas pokok dan fungsi LKM: a. Tugas Pokok: Merumuskan dan menetapkan kebijakan serta aturan main (termasuk sanksi) secara demokratis dan partisipatif mengenai hal-hal yang bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat warga desa/kelurahan setempat termasuk penggunaan Dana BLM Pamsimas. Mengorganisasi masyarakat untuk bersama-sama merumuskan visi, misi, rencana strategis, dan rencana program peningkatan kesejahteraan masyarakat tahunan. Memfasilitasi aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam perumusan kebutuhan dan usulan program penyediaan layanan air minum dan sanitasi dan penanggulangan kemiskinan pada umumnya, untuk dapat dikomunikasikan, dikoordinasikan dan diintegrasikan dengan program serta kebijakan pemerintah desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten/kota. Mengkoordinasi pengelolaan program-program yang diterima masyarakat, dan pelaksanaan program yang dilakukan oleh Unit-unit Pelaksana (UP)/Satuan Pelaksana (Satlak) berbagai program sektoral. Mendorong berlangsungnya proses pembangunan partisipatif sejak tahap penggalian ide dan aspirasi, pemetaan swadaya atau penilaian kebutuhan, perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemeliharaan hingga monitoring dan evaluasi. 16

Membangun transparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat dan pihak luar melalui berbagai media seperti papan pengumuman, sirkulasi laporan kegiatan dan keuangan, serta rapat dan laporan pertanggungjawaban secara terbuka. Memonitor, mengawasi dan memberi masukan untuk berbagai kebijakan maupun program pemerintah lokal yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan dasar, maupun pembangunan desa/kelurahan pada umumnya. Memonitor, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan keputusankeputusan yang telah diambil LKM termasuk penggunaan dana-dana bantuan program pemberdayaan yang diterima. Menjamin dan mendorong peran serta berbagai unsur masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan kaum perempuan di wilayahnya, melalui proses serta hasil keputusan yang adil dan demokratis. Membuka akses dan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap kebijakan, keputusan, kegiatan dan keuangan yang di bawah kendali LKM. Mengawal penerapan nilai-nilai hakiki, dalam setiap keputusan maupun pelaksanaan Pamsimas serta pembangunan lainnya di desa/kelurahan masing-masing. b. Fungsi: Penggerak dan pemicu munculnya kembali nilai-nilai kemanusiaan, kemasyarakatan, dan demokrasi dalam kehidupan nyata masyarakat setempat. Penggerak proses pengembangan aturan (kode etik, kode tata laku, dsb). Penggerak proses pengambilan keputusan yang adil dan demokratis. Pengendalian aspek sosial terhadap proses pembangunan. Pembangkit dalam memediasi aspirasi dan partisipasi masyarakat. Wadah informasi dan komunikasi bagi warga masyarakat desa/kelurahan setempat. Penggerak untuk advokasi dalam mengintegrasikan kebutuhan program di masyarakat dengan kebijakan dan program pemerintah setempat. Mitra kerja pemerintah desa/kelurahan setempat dalam upaya penyediaan layanan air minum, sanitasi kesehatan, dan peningkatan kapasitas masyarakat. 17

4.2 PROSEDUR PEMBANGUNAN LKM Berikut prosedur dalam membentuk Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM): 18

Tabel 4.1 Prosedur Pembentukan Lembaga Keswadayaan Masyarakat No Langkah/ Kegiatan Tujuan Hasil Pelaku 1 Persiapan pembangunan LKM Mempersiapkan TFM, perangkat desa/kelurahan tentang tata cara pembentukan LKM Kesiapan TFM dalam memfasilitasi perangkat desa/kelurahan mempersiapkan tatacara pembentukan LKM. Pelaksana : DMAC Peserta : TFM 2 Pembentukan Panitia dan bimbingan pembangunan LKM 3 Sosialisasi organisasi masyarakat warga dan institusi kepemimpinan kolektif 4 Identifikasi, refleksi dan penilaian kelembagaan masyarakat yang ada Menyiapkan : Panitia yg akan menyelenggarakan pembangunan LKM Rencana kerja pembangunan LKM Menyiapkan masyarakat agar memahami konsep organisasi masyarakat warga dan perlunya lembaga pimpinan kolektif Melakukan penilaian terhadap lembaga-lembaga yang ada apakah telah sesuai dengan kriteria dan persyaratan sebagai lembaga kepemimpinan kolektif dari organisasi masyarakat warga. Untuk desa/kelurahan yang sudah memiliki LKM atau lembaga lain sejenis LKM 1 Bila ada lembaga sejenis LKM, maka dilakukan : Penilaian Penyempurnaan, terhadap lembaga yg ada Untuk desa/kelurahan yang belum mempunyai lembaga sejenis LKM 1. Bila tidak ada lembaga sejenis LKM, maka dilakukan: Bimbingan penyusun-an kriteria, tatib dan AD LKM 2. Penetapan : 2a: Kriteria anggota LKM sebagai dewan pimpinan himpunan Panitia paham langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membentuk LKM Jadwal kerja Panitia untuk membangun LKM Masyarakat paham makna LKM sebagai lembaga kepemimpinan kolektif masyarakat warga. Peta potensi dan kelemahan lembaga masyarakat yang ada dibandingkan dengan konsep LKM. Lembaga yg seperti LKM ada/tidak Berdasarkan hasil format penilaian (PT 2.03 A) Kesepakatan : 1. Lembaga spt LKM sdh ada 2. Lembaga spt LKM belum ada Bila hasilnya a maka langsung ke langkah 5, tetapi bila b maka langsung ke langkah 6 dst Pelaksana : TFM Peserta: Masyarakat, relawan Pelaksana : TFM dan Panitia pembentukan LKM Peserta : Masyarakat Pelaksana : Panitia pembentukan LKM, difasilitasi oleh TFM Peserta : Masyarakat Mendapatkan LKM yang sesuai pedoman Lembaga yg ada siap berperan sebagai LKM Pelaksana : Panitia pembentukan LKM difasilitasi TFM Menyiapkan Panitia untuk mampu memfasilitasi penyusunan kriteria, tata tertib pemilihan LKM dan AD (Anggaran Dasar) LKM Merumuskan kriteria anggota LKM, tata tertib pemilihan anggota LKM dan AD LKM melalui serangkaian diskusi kelompok Panitia paham tentang tatacara penyusunan Kriteria, Tatib pemilihan anggota LKM dan AD LKM Kriteria anggota LKM, AD LKM dan Tatib pemilihan anggota LKM disepakati Peserta : Masyarakat Pelaksana : Panitia pembentukan LKM difasilitasi TFM Peserta : Masyarakat Pelaksana : Panitia Peserta : Warga Fasilitator : TFM 19

No Langkah/ Kegiatan Tujuan Hasil Pelaku masyarakat warga 2b: Penyusunan tatip pemilihan dan AD LKM. (Catatan: Fokus utama diskusi adalah penyadaran akan perlunya nilai-nilai luhur seorang pemimpin, bukan pada kemampuan dan pengalaman, atau jabatan seseorang saat ini dan lain-lain. Tekankan bahwa kriteria tersebut dapat dimiliki oleh pria maupun wanita, tua atau muda, kaya atau miskin dan lain-lain. Kriteria ini sudah harus masuk saat penyusunan Anggaran Dasar) 3. Pemilihan anggota LKM Atas dasar kriteria yang telah disepakati masyarakat, selanjutnya dilakukan pemilihan sebagai berikut ini Proses pemilihan dimulai Pelaksana : Panitia pembentukan LKM difasilitasi TFM 3a: Pemilihan tingkat RT/basis Mendapatkan warga dari tingkat basis yg memenuhi kriteria (Catatan: pemilihan tingkat basis ini mutlak dilakukan krn kriteria kwalitas manusia hanya dpt ditemukan lewat rekam jejak seseorang artinya hanya orang yg dekat yg mengetahuinya; pemilih adalah semua penduduk dewasa laki + perempuan) 3b: Pemilihan tingkat RW (Catatan: dilakukan bila jumlah RT terlalu banyak) 3c: Pemilihan tingkat Kelurahan/Desa Menyiapkan utusan RW dengan melakukan penyaringan lagi di tingkat RW dimana utusan RT berhak memilih dan dipilih. Menyiapkan anggota LKM terpilih (Catatan: RT/RW punya hak memilih dan dipilih. Setelah dipilih para warga yang terpilih kemudian melakukan musyawarah untuk menentukan siapa coordinator LKM) 3d: Peresmian LKM Mengukuhkan warga terpilih oleh Lurah/Kades sebagai anggota LKM yang ditandai dengan Berita Acara Pembentukan LKM (PT.2-03), dan LKM secara resmi dinyatakan telah berdiri. 4. Pencatatan ke Notaris Pendirian LKM dan kontrak sosial LKM (AD) dicatatkan ke notaris (Catatan: Kesepakatan warga tingkat kelurahan/desa untuk membangun organisasi masyarakat warga dengan lembaga kepemimpinan kolektif LKM dapat dicatatkan ke Notaris dimana Anggaran Dasar merupakan kontrak sosial antara LKM sebagai pimpiman masyarakat warga dan warganya) 5. Pembentukan Satuan Pelaksana Pamsimas LKM sebagai lembaga pengendali membentuk satuan pelaksana (Satlak) di bawah koordinasinya sebagai suatu unit yang akan melaksanakan program yang diperoleh Utusan RT dgn jumlah seperti yg tercantum dalam Tatib terpilih. Utusan RW dgn jumlah seperti yg tercantum dalam Tatib terpilih. Anggota LKM yang jumlahnya sesuai AD terpilih LKM secara resmi dikukuhkan LKM tercatat di Notaris Satuan Pelaksana Pamsimas yang terdiri dari: - Ketua - Sekretaris Peserta : Masyarakat Pelaksana : Panitia Peserta : Panitia pembentukan LKM difasilitasi TFM Peserta : Masyarakat RT/basis Pelaksana : Panitia pembentukan LKM difasilitasi TFM Peserta : Masyarakat RW Pelaksana : Panitia pembentukan LKM difasilitasi TFM Peserta : Masyarakat Pelaksana : Lurah/Kades dan Panitia dan difasilitasi oleh TFM Peserta : LKM Pelaksana : LKM Fasilitator : TFM Pelaksana : LKM Fasilitator : TFM 20

No Langkah/ Kegiatan Tujuan Hasil Pelaku masyarakat. Dalam konteks Pamsimas, Satlak bertugas untuk - Bendahara/ Unit Pengelola Keuangan melaksanakan progam Pamsimas di wilayah desa/kelurahannya. - Unit Kerja Teknis Sarana Air Minum dan Sanitasi - Unit Kerja Teknis Higiene dan Kesehatan - Unit Pengaduan Masyarakat Ditandai dengan Berita Acara Pembentukan LKM dan Satlak Pamsimas (PT.2-03 B) Rincian tugas Satlak dapat dilihat pada Lampiran pada Pedoman Pelaksanaan Program Pamsimas Tingkat Masyarakat. 21

BAB 5. PJM PROAKSI DAN PEMILIHAN OPSI KEGIATAN PAMSIMAS 5.1 KETENTUAN UMUM 1. PJM ProAKSi (Perencanaan Jangka Menengah Program Air Minum, Kesehatan dan Sanitasi) adalah dokumen program perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang dirumuskan dari kajian/analisa hasil IMAS. 2. Tahapan penyusunan PJM ProAksi terdiri dari: a) Penyusunan Rencana Kegiatan PJM ProAksi di Tingkat Dusun. b) Pemilihan Opsi dan Prioritas kegiatan PJM ProAksi Tingkat Dusun. c) Pertemuan Pleno di Tingkat Desa/Kelurahan membahas PJM ProAksi dan Opsi. d) Penyepakatan PJM ProAksi dengan Berita Acara Kesepakatan. 3. Sebelum PJM ProAksi disusun akan dilakukan review dokumen yang ada di desa (RPJMDes), sehingga tidak akan terjadi pengulangan. 4. Perumusan kegiatan-kegiatan yang direncanakan dilakukan di tahun pertama ditentukan dengan mempertimbangkan skala prioritas dan kebutuhan, terutama akses masyarakat miskin terhadap pelayanan air minum, sanitasi dan kesehatan. Demikian pula, program-program untuk tahun kedua, ketiga dan seterusnya. 5. Bahan untuk perumusan PJM ProAKSi adalah peta sosial dan kajian/analisa hasil IMAS. 6. Rencana kegiatan tahun pertama merupakan Rencana Kerja Masyarakat (RKM) yang akan dibiayai oleh program Pamsimas. 7. Pada akhir periode program Pamsimas diharapkan PJM ProAKSi akan menjadi masukan/bagian dari RPJM Desa/Kelurahan. 8. PJM ProAksi dikaji ulang setiap tahun dan digunakan sebagai bahan pembahasan dalam Musrenbang Desa/Kelurahan. 9. Diskusi PJM ProAKSi dilakukan berjenjang mulai dari rembug warga tingkat dusun/rw hingga pertemuan pleno desa/kelurahan. 22

10. Peserta rembug warga dan pertemuan pleno PJM ProAKSi mewakili semua elemen/kelompok yang ada di masyarakat, terutama masyarakat miskin, kaum perempuan dan masyarakat adat bila ada. 11. Peserta pertemuan pleno desa/kelurahan terdiri dari perwakilan semua elemen masyarakat dari setiap dusun/rw. 12. Pemilihan opsi dilakukan sesuai dengan Katalog Informasi Pilihan (Informed Choice Catalogue). 13. Pemilihan opsi harus mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas investasi per kapita (rupiah per jiwa) untuk memperoleh target yang sesuai dengan tujuan program. 5.2 PROSEDUR PENYUSUNAN PJM PROAKSI Berikut adalah prosedur penyusunan PJM Pro-AKSI: 23

Tabel 5.1 Prosedur Penyusunan Rencana Kegiatan PJM ProAKSI Tingkat Dusun No. LANGKAHLANGKAH TUJUAN URAIAN HASIL PELAKU 1. Persiapan Mempersiapkan hal-hal yang terkait dengan pertemuan pembahasan PJM ProAKSi 2. Penyiapan materi pembahasan Memastikan semua materi yang diperlukan untuk pembahasan tersedia secara lengkap 3. Penyusunan PJM ProAKSI tingkat Dusun Merumuskan kegiatan air minum, kesehatan dan sanitasi yang dibutuhkan untuk memenuhi 80% akses pada sarana air minum, sanitasi dan kesehatan Tahap persiapan meliputi: a. Menentukan siapa yang akan diundang dan cara mengundang b. Menentukan waktu dan tempat pelaksanaan yang memungkinkan kelompok perempuan dan masyarakat miskin hadir c. Melakukan pengumpulan dokumen perencanaan desa (RPJMDes) dan direview guna mengetahui rencana pembangunan SAMS yang sudah dimasukkan dalam dokumen tersebut. Materi untuk perencanaan PJM ProAKsi meliputi: a. Peta sosial, yang secara lengkap menggambarkan kondisi awal desa/kelurahan termasuk tingkat akses AMPL, potensi sumber daya air, perilaku BAB, sumber pencemar, masalah kesehatan, dan lain-lain b. Hasil RTA (Rapid Technical Assessment) dan transect walk c. Hasil analisa IMAS d. Hasil review RPJM Desa untuk sektor air minum, sanitasi dan kesehatan Pembahasan meliputi: a. Tinjauan hasil analisa IMAS dengan metode MPA-PHAST, untuk membandingkan kondisi saat ini dengan kondisi ideal/yang diinginkan b. Mengacu pada hasil IMAS, merumuskan Semua elemen masyarakat, termasuk kelompok perempuan dan warga miskin, hadir dalam pertemuan perumusan PJM ProAKSi Hasil review disusun dalam bentuk isian format review RPJMDes Semua materi yang diperlukan untuk pembahasan dan penyusunan PJM ProAKSi siap Harus ada format/alat bantu untuk review RPJM Desa Daftar rencana kegiatan air minum, kesehatan dan sanitasi per Dusun sebagai bahan untuk PJM ProAKSi Pemandu : TFM Peserta : LKM dan Perangkat Desa/Kelurahan Pemandu: TFM Peserta: LKM dan perangkat Desa/Kelurahan Pemandu: LKM, perangkat Desa/Kelurahan, TFM Peserta: Masyarakat tingkat Dusun 24

No. LANGKAHLANGKAH TUJUAN URAIAN HASIL PELAKU kegiatan yang dibutuhkan untuk memenuhi akses pada sarana air minum, sanitasi dan kesehatan di dusun bersangkutan. c. Pastikan kegiatan juga meliputi upaya perubahan perilaku Tabel 5.2 Prosedur Pemilihan Opsi dan Prioritas Kegiatan PJM ProAKSI Tingkat Dusun Pertemuan ini dapat dilakukan bersamaan dengan pertemuan penyusunan rencana kegiatan PJM ProAKSi tingkat dusun. Jika disepakati dilakukan terpisah, maka tahap persiapan dan penyiapan materi untuk pembahasan sebaiknya dilakukan kembali untuk memastikan pertemuan berjalan dengan baik dan dihadiri oleh semua elemen masyarakat, terutama kelompok perempuan dan warga miskin. LANGKAH / KEGIATAN TUJUAN URAIAN HASIL PELAKU Prosedur Penentuan Prioritas Kegiatan 1. Penentuan Prioritas Kegiatan Masyarakat dapat menentukan prioritas kegiatan berdasarkan kebutuhan sesuai tingkat prioritas dan ketersediaan sumber daya Pembahasan meliputi: a. Penyepakatan prioritas rencana kegiatan PJM ProAKSi. Dalam menentukan prioritas sepakati terlebih dahulu kriterianya, biasanya kriteria diarahkan antara lain pada manfaat bagi warga miskin dan kebutuhan terpenting b. Diskusikan kegiatan yang paling prioritas dan mendesak yang memungkinkan untuk didanai oleh program Pamsimas di tahun pertama. Daftar rencana kegiatan air minum, kesehatan dan sanitasi per Dusun untuk kurun waktu 5 (lima) tahun yang telah diurutkan berdasarkan prioritas Pemandu: LKM, perangkat Desa/Kelurahan, TFM Peserta: Masyarakat tingkat Dusun c. Penting: Mengingat sumberdaya program Pamsimas terbatas, keputusan akhir tentang rencana kegiatan mana yang akan didanai oleh program Pamsimas akan disepakati bersama dalam pertemuan pleno tingkat desa/kelurahan d. Agar semua terlibat dalam penentuan prioritas, mintalah semua peserta untuk memilih rencana kegiatan sesuai dengan urutan 25

LANGKAH / KEGIATAN TUJUAN URAIAN HASIL PELAKU prioritas dan kemendesakan (misal: dengan menggunakan simbol angka 1 s.d 5, atau cara lain yang disepakati) e. Hasil prioritas tersebut menjadi dasar untuk menentukan rencana kegiatan PJM ProAKSi tahun pertama, kedua, dan seterusnya. 2. Mengidentifikasi sumberdaya yang diperlukan dan potensi yang ada Masyarakat dapat mengidentifikasi sumberdaya yang diperlukan dan potensi yang ada Pembahasan meliputi: a. Identifikasi sumberdaya, baik alam, dana maupun manuasia, dan potensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan rencana kegiatan yang sudah disepakati. Daftar sumberdaya yang diperlukan untuk setiap rencana kegiatan dan juga penanggungjawabnya Pemandu: LKM, perangkat Desa/Kelurahan, TFM, b. Identifikasi sumberdaya dan potensi tidak sebatas pada apa yang ada di wilayah desa/kelurahan saja, tetapi juga sumberdaya yang ada di luar desa/kelurahan Peserta: Masyarakat tingkat Dusun c. Identifikasi sumber dana juga bisa dari berbagai sumber yang berpotensi untuk membiayai rencana program/kegiatan (misalnya: ADD, BLM berbagai program, DAK, LSM, swasta melalui CSR, dan lain-lain) d. Sepakati pelaksana dan penanggungjawab rencana kegiatan yang telah disepakati 3. Pemilihan OPSI Kegiatan Tahun Pertama Masyarakat dapat memilih dan menentukan OPSI kegiatan untuk PJM ProAKSi tahun pertama. Pembahasan meliputi: a. Opsi kegiatan air minum (termasuk didalamnya kegiatan perlindungan daerah tangkapan atau sumber air) b. Opsi sanitasi komunal untuk masyarakat peri-urban (jika ada) c. Opsi kegiatan perubahan perilaku kesehatan d. Opsi kegiatan pelatihan di tingkat masyarakat Opsi kegiatan air minum, sanitasi sekolah dan perubahan perilaku kesehatan masyarakat untuk tahun pertama dari PJM ProAKSi Pemandu: LKM, perangkat Desa/Kelurahan, TFM Peserta: Masyarakat tingkat Dusun e. Penting: keputusan akhir mengenai kegiatan mana yang akan didanai oleh program Pamsimas akan disepakati bersama dalam pertemuan pleno tingkat desa/kelurahan Prosedur Pemilihan Opsi Sarana Air Minum 1. Sebelum memulai kegiatan TFM Mendapatkan berbagai opsi sarana air minum yang Berdasarkan hasil RTA yang telah dilakukan pada tahap IMAS, TFM merangkumnya untuk mendapatkan sejumlah opsi sarana air minum Daftar opsi sarana air minum dan upaya-upaya perlindungan daerah TFM 26