EVALUASI DIRI SEKOLAH DAN MONITORING SEKOLAH OLEH PEMERINT AH DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
Pengembangan Sekolah (RPS) dalam upaya peningkatan kinerja sekolah. EDS sebaiknya dilaksanakan setelah anggota TPS mendapat pelatihan.

MONITORING SEKOLAH OLEH PEMERINTAH DAERAH (MSPD)

Version Panduan Teknis EDS/M

LAPORAN HASIL DIKLAT EDS Kuningan,7/10 Juni 2011 EVALUASI DIRI SEKOLAH

EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS)

SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PANDUAN TEKNIS EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS)

APA MENGAPA BAGAIMANA EDS ITU?.

PENDAHULUAN. pendidikan bagus, maka bagus pula kualitas peradaban bangsa tersebut. Salah satu

Laporan Evaluasi Diri Sekolah (EDS)

Instrumen Evaluasi Diri Sekolah (EDS)

BAB I PENDAHULUAN. Nasional menyatakan bahwa Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan

PENGINTEGRASIAN SPM DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN KABUPATEN/KOTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KAK/TOR PER KELUARAN KEGIATAN

LAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2011

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

LAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2011

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Program di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

KONSEP, REGULASI, DAN KEBIJAKAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RESPONDEN KEPALA SEKOLAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH

STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN APA, BAGAIMANA, DAN MENGAPA

Jurnal Elementary ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 Januari 2018, Hal A. LATAR BELAKANG

FORM EDS KEPALA SEKOLAH

KATA PENGANTAR. menengah.

ANALISIS PERBANDINGAN EVALUASI DIRI SEKOLAH DENGAN AKREDITASI SEKOLAH

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

SOAL EDS ONLINE UNTUK KS.

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Alat Evaluasi Diri Sekolah

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI AIBEP. Australia Indonesia Basic Education Program

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Pada Bab ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan penyusunan RKS

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan temuan-temuan penelitian

MANAJEMEN PROGRAM EVALUASI DIRI SEKOLAH DI SMP NEGERI 9 PURWOKERTO KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1

Bukti Instrumen PKKS Kompetensi Pengembangan Sekolah

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

ANALISIS PELAKSANAAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR MENGACU STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DI WILAYAH PESISIR

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PENGAWAS MADRASAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR...

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG

PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR PENERIMA DANA BOS 2014 DI KABUPATEN PONOROGO

KEWENANGAN PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN RSBI/SBI menurut PP No 17/2010

: Babakan Ciomas RT. 2/3 ds. Parakan Kec. Ciomas Kab. Bogor

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yaitu: Melindungi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Hasil penelitian tentang Efektivitas Implementasi Dan Dampak Akreditasi

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah/madrasah (LPPKS)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENDIKNAS NOMOR 24 TAHUN 2006

4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

STRATEGI PENCAPAIAN STANDAR PENGELOLAAN SMP

TANTANGAN AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah juga dapat dikatakan sebagai agent of change masyarakat bahkan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U

Transkripsi:

EVALUASI DIRI SEKOLAH DAN MONITORING SEKOLAH OLEH PEMERINT AH DAERAH Slameto Program Studi Sl PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga ABSTRAK Evaluasi Diri Sekolah (EDS) adalah proses yang mengikutsertakan semua pemangku kepentingan untuk membantu sekolah dalam menilai mutu penyelenggaraan pendidikan berdasarkan indikatorindikator kunci yang mengacu pada 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP). Proses EDS merupakan siklus, yang dimulai dengan pembentukan TPS, pelatihan penggunaan lnstrumen, pelaksanaan EDS di sekolah dan penggunaan hasilnya sebagai dasar penyusunan RPSIRKS dan RAPBSIRKAS. Dengan EDS akan diperoleh infonnasi mengenai pengelolaan sekolah yang telah memenuhi SNP dan kinerja sekolah yang sebenamya. Dengan mefaksanakan Evafuasi Diri, berdasarkan tingkat pencapaian pada tiap Standar dafam fnstrumen dapat digunakan sekofah untuk menilai kinerjanya pada standar tertentu, dengan kata fain, sekofah dapat menetapkan kemajuan dan hasif yang dicapai serta menyediakan laporan resmi kepada para pemangku kepentingan. lnstrumen EDS terdiri dari 8 (delapan) bagian sesuai dengan 8 SNP. Proses EDS membantu penyusunan rencana pengembangan sekolah. Lebih lanjut, hasil EDS merupakan bagian yang penting dafam kegiatan monitoring kinerja sekofah ofeh pemerintah daerah dalam rangka penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan. Keikutsertaan pengavvas dalam pe/aksanaan EDS merupakan hal yang sangat penting karena adanya keterkaitan antara EDS dan MSPD dan hasil EDS menjadi dasar bagi pelaporan Monitoring Sekolah Oleh Pemerintah Daerah (MSPD). Kerja sama dan kolaborasi yang kuat antara sekolah, Komite Sekolah, dan Pengavvas Seko/ah dalam melaksanakan 1

Scholaria, Vol. 1, No.2, September 2011: 1-21 SPMP adalah Evaluasi Diri Sekolah (EDS). Dalam implementasinya, EDS akan ditindaklanjuti dengan program Monitoring Sekolah oleh Pemerintah Daerah (MSPD) yang dilaksanakan oleh para Pengawas Pendidikan. MSPD merupakan instrumen utama Evaluasi Diri Kota/Kabupaten (EDK) sebagai dasar penyusunan program peningkatan mutu pendidikan di wilayah tersebut. Dengan demikian, SPMP, yang diimplementasikan dalam kegiatan EDS, akan menjadi komponen utama (dalam lingkup implementasi MBS sebagai) upaya pembudayaan peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Materi ini disiapkan untuk mendiskusikan implementasi pilar utama implementasi MBS yaitu pilar ke 1 dan 2 yang terkait dengan transparansi/akuntabilitas publik dan peran serta masyarakat dalam bentuk implementasi SPMP melalui EDS dan f'-1spd, serta peran apa yang harus dan bisa dilakukan oleh pengawas SMP. Evaluasi Diri Sekolah (EDS) merupakan salah satu instrumen implementasi SPMP yang wajib dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan sebagai salah satu program akseleratif dalam peningkatan kualitas pengelolaan dan layanan pendidikan. MSPD adalah serangkaian strategi yang di laksanakan oleh staf Dinas Pendidikan/Kantor Kemenag dan pengawas sekolah tingkat Pemerintah Daerah untuk memonitor dan mengevaluasi mutu dan keefektifan sekolah dan tenaga kependidikan berdasarkan SPM dan SNP. EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS} Evaluasi Diri Sekolah (EDS) di tiap sekolah menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan dilakukan oleh Tim Pengembang Sekolah (TPS) yang terdiri dari Kepala Sekolah, guru, Komite Sekolah, orang tua peserta didik, dan pengawas. Proses EDS dapat mengikutsertakan tokoh masyarakat atau tokoh agama setempat. Instrumen EDS ini khusus dirancang untuk digunakan oleh TPS dalam melakukan penilaian kinerja sekolah 3

Evaluasi Diri Sekolah dan Monitoring Sekolah (Siameto) terhadap 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang hasilnya menjadi masukan dan dasar penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) dalam upaya peningkatdn kinerja sekolah. EDS sebaiknya dilaksanakan setelah anggota TPS mendapat pelatihan. Apakah yang dimaksud dengan Evaluasi Diri Sekolah? Evaluasi diri sekolah adalah proses yang mengikutsertakan semua pemangku kepentingan untuk membantu sekolah dalam menilai mutu penyelenggaraan pendidikan berdasarkan indikator-indikator kunci yang mengacu pada 8 Standar Nasicr.al Pendidikan (SNP). Melalui EDS kekuatan dan kemajuan sekclah dapat diketahui dan aspek-aspek yang memerlukan peningkatan dapat diidentiflkasi. Proses evaluasi diri sekolah merupakan siklus, yang dimulai dengan pembentukan TPS, pelatihan penggunaan Instrumen, pelaksanaan EDS di sekolah dan penggunaan hasilnya sebagai dasar penyusunan RPS/RKS dan RAPBS/RKAS. TPS mengumpulkan informasi dari berbagai sumber untuk menilai kinerja sekolah berdasarkan indikator-indikator yang dirumuskan dalam Instrumen. Kegiatan ini metibatkan semua pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah untuk memperoleh informasi d2n pendapat dari seluruh pemangku kepentingan sekolah. EDS juga akan metihat visi dan misi sekolah. Apabila sekolah belum memiliki visi dan misi, maka diharapkan kegiatan ini akan memacu sekolah membuat atau memperbaiki visi dan misi dalam mencapai kinerja sekolah yang diinginkan. Hasil EDS digunakan sebagai bahan untuk menetapkan aspek yang menjadi prioritas dalam rencana peningkatan dan pengembangan sekolah pada RPS/RKS dan RAPBS/RKAS. Laporan hasil EDS digunakan oleh Pengawas untuk kepentingan Monitoring Sekolah oleh 4

Scholaria, Vol. 1, No. 2, September 2011: 1-21 Pemerintah Daerah (MSPD) sebagai bahan penyusunan perencanaan pendidikan pada tingkat kabupaten/kota. Apa yang diperoleh sekolah d.. ri hasil EDS? Seberapa baik kinerja sekolah? Dengan EDS akan diperoleh informasi mengenai pengelolaan sekolah yang telah memenuhi SNP untuk digunakan sebagai dasar penyusunan RPS/RKS dan RAPBS/RKAS. Bagaimana mengetahui kinerja sekolah sesungguhnya? Dengan EDS akan diperoleh informasi tentang kinerja sekolah yang sebenarnya dan informasi tersebut diverifikasi dengan bukti-bukti fisik yang sesuai. Bagaimana memperbaiki kinerja sekolah? Sekolah menggunakan informasi yang dikumpulkan dalam EDS untuk menetapkan apa yang menjadi prioritas bagi peningkatan sekolah dan digunakan untuk mempersiapkan RPS/RKS dan RAPBS/RKAS. Kuntungan apa yang akan diperoleh sekolah dari EDS? Sekolah mampu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya sebagai dasar penyusunan rencana pengembangan lebih lanjut. Sekolah mampu mengenal peluang untuk memperbaiki mutu pendidikan, menilai keberhasilan upaya peningkatan, dan melakukan penyesuaian program-program yang ada. Sekolah mampu mengetahui tantangan yang dihadapi dan mendiagnosis jenis kebutuhan yang diperlukan untuk perbaikan. Sekolah dapat mengetahui tingkat pencapaian kinerja berdasarkan 8 SNP. Pada akhirnya sekolah dapat menyediakan laporan resmi kepada para pemangku kepentingan tentang kemajuan dan hasil yang dicapai. Untuk itu sekolah melakukan proses EDS setiap tahun sekali. Bagaimana bentuk Instrumen EDS? Instrumen EDS terdiri dari 8 (delapan) bagian sesuai dengan 8 SNP. Setiap bag ian terdiri atas: Serangkaian pertanyaan terkait dengan SNP sebagai dasar bagi sekolah dalam 5

Scholaria, Vol. 1, No.2, September 2011: 1-21 apa kondisi kinerja sekolah pada saat dilakukan penialian terkait dengan pertanyaan tertentu. Setelah menentukan tingkat pencapaiannya, sekolah perlu menyertakan bukti fisik atas pengakuannya. Contoh bukti fisik atas keikutsertaan masyarakat dalam kehidupan sekolah berupa rapat komite sekolah, notulen, daftar hadir, dan undangan. Hasil semua penilaian dan penentuan tingkat pencapaian kinerja sekolah untuk aspek tertentu pada setiap standar ditulis pada lembar laporan penilaian atau rekapitulasi dengan menyertakan bukti fisik yang sesuai. Sekolah menetapkan tingkat pencapaian kinerja dan bukan hanya sekedar memberikan tanda cek (contreng) pada setiap butir dalam Instrumen EDS. Tingkat pencapaian kinerja sekolah bisa berbeda dalam aspek yang berbeda pula. Hal ini penting sebab sekolah harus memberikan laporan kinerja apa adanya. Dalam pelaksanaan EDS yang dilakukan setiap tahun, sekolah mempunyai dasar nyata aspek dan standar yang memerlukan perbaikan secara terus-menerus. Dengan menggunakan Instrumen EDS ini, sekolah dapat mengukur dampak kinerjanya terhadap pembelajaran peserta didik. Sekolah )uga dapat memeriksa hasil dan tindak lanjutnya terhadap perbaikan layanan pembelajaran yang diberikan dalam memenuhi kebutuhan pembelajaran peserta didik. Jenis bukti apa yang dapat ditunjukkan? Bukti fisik yang menggambarkan tingkat pencapaian harus sesuai dengan aspek atau standar yang dinilai. Untuk itu perlu dimanfaatkan berbagai sumber informasi yang dapat dijadikan sebagai bukti fisik misalnya kajian catatan, hasil observasi, dan hasil wawancara/konsultasi dengan pemangku kepentingan seperti komite sekolah, orang tua, guru-guru, siswa, dan unsur lain yang terkait. 7

Evaluasi Diri Sekolah dan Monitoring Sekolah (Siameto) Perlu diingat bahwa iriformasi kualitatif yang menggambarkan kenyataan dapat berasal dari informasi kuantitatif. Sebagai contoh, Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP) tidak sekedar merupakan catatan menger.ai bagaimana pengajaran dilaksanakan. Keberadaan dokumen kurikulum bukan satu-satunya bukti bahwa kurikulum telah dilaksanakan. Berbagai jenis bukti fisik dapat digunakan sekolah sebagai bukti tingkat pencapaian tertentu. Selain it:..t, sekolah perlu juga menunjukkan sumber bukti fisik lainnya yang sesuai. Bagaimana proses EDS membantu penyusunan rencana pengembangan sekolah? TPS menganalisis informasi yang dikumpulkan, menggunakannya untuk mengidentifikasi dan menetapkan prioritas yang selanjutnya menjadi dasar penyusunan RPS/RKS dan RAPBS/RKAS. Berdasarkan hasil EDS, sekclah mengembangkan RPS dengan prioritas peningkatan mutu kfnerja sekolah yang dirumuskan secara jelas, dapat diobservasi dan diukur. Dengan demikian, RPS menjadi dokumen kinerja sekolah yang meliputi aspek implementasi, skala prioritas, batas waktu, dan ukuran keberhasilannya. Proses EDS berkaitan dengan aspek perubahan den peningkatan. Upaya perubahan dan peningkatan tersebut hanya bermanfaat apabila diwujudkan dalam perencanaan bagi peningkatan mutu pendidikan dan hasil belajar peserta didik. Diharapkan dengan adanya ragam data dan informasi yang diperoleh dari hasil EDS, sekolah bukan saja dapat merumuskan perencanaan pengembangan dengan tepat, akan tetapi penilaian kemajuan di masa depan juga akan lebih mudah dilakukan dengan tersedianya data yang dapat dipercaya. Hal tersebut dengan sendirinya memudahkan sekolah untuk menunjukkan hasil-hasil upaya peningkatan mereka setiap saat. 8

Scholaria, Vol. 1, No. 2, September 2011: 1-21 Laporan apa yang perlu disiapkan? Sekolah menyusun laporan hasil EDS dengan menggunakan format yang terpisah, yang menyajikan tingkat pencapaian serta bukti-bukti yang digunakannya. Hasil EDS digunakan untuk dasar penyusunan RPS sekolah, namun dilaporkan juga ke Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kandepag untuk dianalisis lanjut dengan memanfaatkan EMIS (Educational Management Information System/Sistem Informasi Manajemen Pendidikan) bagi keperluan perencanaan dan berbagai kegiatan peningkatan mutu lainnya. Laporan sekolah yang mengungkapkan berbagai temuan dapat digunakan untuk melakukan validasi internal (menilai dan mencocokkan) oleh pengawas sekolah, dan validasi external dengan menggunakan beberapa sekolah oleh Kelompok Kerja Pengawas Sekolah (KKPS) pada tingkat kecamatan dengan bantuan staf penjaminan mutu dari LPMP. Hasil EDS merupakan bagian yang penting dalam kegiatan monitoring kinerja sekolah oleh pemerintah daerah dalam rangka penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan. Implementasi dan Implikasi EDS EDS adalah instrumen utama dalam implementasi tahapan SPMP. Dalam implementasi Tahap 1 SPMP, EDS menjadi alat untuk pengumpulan data tentang capaian 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP) oleh sekolah. Jadi, secara garis besar, EDS terdiri dari 8 (delapan) bagian sesuai dengan masing-masing SNP. Namun, dalam 4 (empat) tingkatan capaian yang ditentukan dalam EDS, Tingkat 1 dan 2 masih mengukur capaian sekolah/madrasah untuk Standar Pelayanan Minimal (SPM) pendidikan, seperti yang ditentukan dalam Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010, bagi sekolah/madrasah yang masih belum mampu mencapai SNP. Tingkat 3 ditujukan untuk mengukur capaian SNP, dan tingkat yang paling tinggi, Tlngkat 4, mengukur 9

Evaluasi Diri Sekolah dan Monitoring Sekolah (Siameto) capaian sekolah/madrasah yang sudah melampai SNP; misalnya pada sekolah-sekolah yang sudah menjadi (Rintisan) Sekolah Bertaraf Internasional (R/SBI). Selain menilai capaian sekolah secara kuantitatif terhadap 8 (delapan) SNP ke dalam 4 (empat) hirarki/tingkatan sesuai dengan berbagai bukti fisik yang dapat ditunjukkan oleh sekolah, instrumen EDS juga memberi ruang bagi sekolah untuk melakukan evaluasi secara kualitatif sebagai penguat hasil EDS yang bersifat hirarkis kuantitatif di atas. Proses penilaian kualitatif ini sesungguhnya merupakan proses merangkum hasil penilaian hirakis kuantitatif, dan sebagai bentuk kegiatan analisis data sesuai dengan Tahap 2 implementasi SPMP. Hasil dari tahap ini akan merupakan suatu laporan bagi semua stakeholders sekolah tentang peta capaian mutu sekolah terhadap SNP/SPM. Inilah realisasi Tahap 3 SPMP, yaitu tahap pelaporan atau pemetaan. Selanjutnya, dalam Tahap 4, berdasarkan hash analisis data secara kuantitatif dan kualitatif yang benar-benar valid dan terukur sebagai peta capaian mutu pendidikan di sekolah tersebut, TPS (Tim Pengembang Sekolah) diharapkan da;jat merumuskan rekomendasi yang tepat bagi program peningkatan mutu sekolah mendatang agar tingkatan capaian SNP/SPM menjadi lebih baik. Rekomendasi inilah yang kemudian harus dituangkan dalam penyusunan RPS (Rencana pengembangan Sekolah) dan RAPBS (Rencana Anggaran dan Pendapatan Sekolah) yang dilaksanakan pada tahun ajaran berikutnya (Tahap 5). Jadi, melalui penggunaan instrumen EDS yang berbasis data ini, sekolah/madrasah benar-benar dapat menyusun dan melaksanakan program peningkatan mutu secara bertahap, valid, dan terukur capaiannya di setiap tahunnya. Dengan berdasarkan pada motivasi internal karena kebutuhan dan secara konsistensi melaksanakan SPMP melalui pemanfaatan instrumen EDS, MBS sebagai manajemen peningkatan mutu pendidikan akan 10

Scholaria, Vol. 1, No. 2, September 2011: 1-21 membudaya di sekolah/madrasah dan dapat mengantarkan sekolah menjadi salah satu pusat pendidikan dan pembelajaran yang berrnutu serta rnenyenangkan bagi anak didik. MONITORING SEKOLAH OLEH PEMERINTAH DAERAH (MSPD) Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan Kementerian Agama (Kemenag) telah menunjukkan komitmen dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah-sekolah di Indonesia melalui Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) sesuai dengan Permendiknas No. 63 tahun 2009. SPMP mendefinisikan penjaminan mutu sebagai serangkaian proses dan sistem yang saling terkait untuk mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data kinerja dan mutu dari pendidik dan tenaga kependidikan, program, dan lembaga pendidikan. Proses penjaminan mutu mengidentifikasi bidang-bidang pencapaian dan prioritas untuk perbaikan, menyediakan data untuk pembuatan keputusan berbasis bukti dan membantu membangun budaya perbaikan yang berkelanjutan. Pencapaian mutu pendidikan dikaji berdasarkan SPM dan SNP. Dalam Sistem Pendidikan Nasional, Pemerintah Daerah, baik Kabupaten maupun Kota, memiliki peran utama dalam hal: menyediakan pelayanan pendidikan, memonitor mutu pendidikan dan pelayanan pendukung pendidikan, membuat laporan mengenai mutu dan kinerja sekolah dan meningkatkan mutu dan pelayanan pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 50/2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan mewajibkan Pemerintah Daerah untuk mengimplementasikan program penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan bekerja sama dengan LPMP di daerah masing-masing. Dalam peraturan 11

Evaluasi Diri Sekolah dan Monitoring Sekolah (Siameto) ini dipaparkan secara rinci tentang tanggung jawab Pemerintah Daerah untuk memonitor dan meningkatkan mutu sekolah. Pelaksanaan monitoring juga dilakukan oleh pengawas sekolah. Dalam banyak kasus masih banyak dijumpai praktek monitoring pendidikan yang dilaksanakan di kabupaten/kota belum efektif dalam hal: pengumpulan data yang relevan dan sahih, analisis data yang dikumpulkan, pemanfaatan data yang ada untuk meningkatkan mutu sekolah dan pelaporan tingkat pencapaian SPM dan SNP MSPD adalah serangkaian strategi yang di laksanakan oleh staf Dinas Pendidikan/Kantor Kemenag dan pengawas sekolah tingkat Pemerintah Daerah untuk memonitor dan mengevaluasi mutu dan keefektifan sekolah dan tenaga kependidikan berdasarkan SPM dan SNP. MSPD merupakan bagian penting dalam pelaksanaan SPMP dengan maksud untuk meningkatkan peran pemerirttah daerah (melalui Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama) dalam meningkatkan kinerja sekolah untuk mencapai SPM dan SNP. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan 4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 50 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Pemerintah Daerah 5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan 12

Scholaria, Vol. 1, No. 2, September 2011: 1-21 6. Permendiknas tentang standar-standar lainnya. Tujuan MSPD Monitoring Sekolah oleh Pemerintah Daerah antara lain bertujuan untuk: 1. Mengumpulkan (menghimpun) data yang sahih dan handal mengenai mutu dan kinerja sekolah berdasarkan hasil laporan EDS. 2. Menganalisa data yang terkumpul. 3. Menggunakan hasil analisis untuk: a. membuat perencanaan, menentukan kebijakan, mengalokasikan sumber daya Kabupaten/Kota, dan mengambil keputusan berdasarkan data yang terkumpul. b. mengembangkan dan melaksanakan program dan strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. c. mengidentifikasi sekolah-sekolah yang perlu mendapat perhatian khusus dalam peningkatan kinerjanya d. membuat pemetaan mutu sekolah. Manfaat MSPD Hasil MSPD dimanfaatkan sebagai dasar untuk: a. Membuat perencanaan peningkatan mutu pendidikan b. Menentukan kebijakan pemerintahan kabupaten/kota dalam bidang pendidikan c. Mengalokasikan sumber daya di kabupaten/kota d. Mengambil keputusan yang terkait dengan pendidikan berdasarkan data yang terkumpul 13

Evaluasi Diri Sekolah dan Monitoring Sekolah (Siameto) e. Mengembangkan dan menjalankan program dan strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah-sekolah f. Mengidentifikasi sekolah-sekolah yang perlu mendapat perhatian khusus dalam peningkatan kinerjanya g. Menghasiikan peta mutu sekolah. PENGAWAS SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI DAN IMPLIKASI MSPD Kegiatan MSPD merupakan siklus tahunan dalam kegiatan penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan yang berkelanjutan dalam rangka menumbuhkan budaya mutu. Untuk itu diperlukan kegiatan pengukuran. Pengisian Format MSPD dilakukan setelah sekolah menyelesaikan laporan hasil EDS. Sementara itu dukungan pengawas terhadap pelaksanaan EDS harus dilihat sebagai bagian integral tugas pengawas dalam membina sekolah. Hasil MSPD ini menjadi masukan penting untuk menyusun rencana pembangunan pendidikan di kabupaten/kota. Oleh karena itu, pembahasan hasil MSPD dilakukan dalam forum Lokakarya MSPD yang diselenggarakan sebelum penyusunan rencana dan anggaran pembangunan pendidikan daerah. MSPD menjadi tanggung jawab Pemerintah Kab;Kota yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) untuk mengukur kinerja sekolah dalam menerapkan SPM dan SNP. Strategi utama yang digunakan oleh Dinas Pendidikan/Kantor Kemenag Kabupaten/Kota adalah mengumpulkan data tentang dengan menggunakan hasil laporan EDS. mutu dan efektivitas sekolah MSPD menyediakan informasi tentang data kualitatif dan kuantitatif yang rinci berkaitan dengan pencapaian SPM dan SNP. Dinas Pendidikan dan Kantor Kemenag menugaskan Pengawas sebagai pelaksana tugas yang melekat pada tugas pokok dan 14

Scholaria, Vol. 1, No. 2, September 2011: 1-21 fungsi pada jabatan fungsionalnya. Pengawas juga melaksanakan tugas pembimbingan pada saat sekolah merencanakan, melaksanakan, mengolah dan melaporkan hasil EDS yang akan menjadi dasar pelaporan MSPD. Fokus utama MSPD adalah dalam pengawasan akademik dan manajerial sekolah yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tugas pengawas sekolah. Demikian pula, EDS ditujukan pada efektivitas implementasi pengawasan akademik dan manajerial. Oleh karena itu, keikutsertaan pengawas dalam pelaksanaan EDS merupakan hal yang sangat penting karena adanya keterkaitan antara EDS dan MSPD dan hasil EDS menjadi dasar bagi pelaporan MSPD. Dalam konteks kebutuhan daerah (kabupaten/kota) dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di wilayahnya, hasil EDS perlu ditransfer dan diterjemahkan dalam instrumen tvlonitoring Sekolah oleh Pemerintah Daerah (MSPD) oleh Pengawas Sekolah, yang sebelumnya sudah tergabung dalam TPS (Tim Pengembang Sekolah). Instrumen MSPD ini pada dasarnya adalah rekapitulasi dan rangkuman hasil EDS versi Pengawas Sekolah, yang kemudian akan menjadi laporan yang sangat berharga bagi pejabat daerah. MSPD akan dapat memberikan masukkan data yang sangat akurat kepada para pejabat terkait yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan sebagai dasar perencanaan peningkatan mutu pendidikan di daerah. HasH agregasi instrumen MSPD yang dikumpulkan dari semua sekolah/madrasah akan dapat disimpulkan menjadi suatu peta prestasi dan tingkat capaian mutu pendidikan di daerah menurut Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan atau Standar Pelayanan Minimal (SPM) pendidikan. Peta mutu ini juga selanjutnya perlu dianalisis untuk menghasilkan rekomendasi 15

Evaluasi Diri Sekolah dan Monitoring Sekolah (Siameto) berbagai program peningkatan mutu pendidikan yang perlu dilaksanakan untuk tahun-tahun mendatang/ baik secara kebijakan makro di tingkat daerah/ maupun secara mikro untuk sekolah-sekolah tertentu yang memang sangat membutuhkan prioritas peningkatan mutunya dalam kesempatan pertama agar tidak tertinggal jauh dengan sekolah-sekolah yang lain. Pada hakekatnya 1 rangkaian proses pelaksanaan MSPD tidak berbeda dengan rangkaian proses EDS, yaitu berdasarkan pada 5 (lima) tahapan dalam implementasi SPMP (Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan). Tahapan-tahap ini selanjutnya dapat dikatakan sebagai tahapan Evaluasi Diri Kota/Kabupaten (EDK). Secara khusus, melalui aktivitas penyusunan MSPD ini, kinerja para Pengawas Sekolah dapat terukur dengan baik den sangat bermakna. Kehadiran dan eksistensi Pengawas akan benar-benar terasa manfaatnya bagi sekolah dan pemerintah daerah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Hasil kerja setiap Pengawas akan konkret dan dinanti oleh setiap komponen yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pendidikan; tidak hanya di tingkat sekolah dan daerah saja 1 tapi juga pada akhirnya oleh tingkat pusat, Kementrian Pendidikan Nasional. Pengawas akan dicintai dan dirindukan oleh sekolah karena kehadirannya akan sangat membantu sekolah dalam mempertajam hasil analisis EDS. EDS DAN MSPD DALAM IMPLEMENTASI SPMP Evaluasi Diri Sekolah (EDS) sebenarr:ya sudah beberapa tahun ini kita kenal 1 sejak pelaksanaan program Akreditasi Sekolah. Namun yang kita diskusikan didalam sajian ini adalah EDS sebagai instrumen utama dalam implementasi SPMP. EDS yang bersifat developmental ini secara khusus ditujukan untuk membantu satuan pendidikan dalam memotret dan memetakan kondisi objektif dirinya secara berkala (tahunan) sebagai dasar penyusunan program peningkatan mutu. Peta hasil EDS akan 16

Scholaria, Vol. 1 1 No. 2 1 September 2011: 1-21 dapat memberikan data yang valid tentang tingkat capaian sekolah/madrasah terhadap Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan atau Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam pendidikan, yang sudah dituangkan dalam Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar. Dalam praktiknya 1 EDS sesungguhnya tidak semata-mata dilaksanakan cleh sekolah bersama Komite Sekolahnya saja dalam Tim Pengembang Sekolah (TPS), namun juga didukung oleh kehadiran Pengawas Sekolah yang lebih berfungsi sebagai verifikator dan validator terhadap hasil penilaian yang dilakukan oleh sekolah bersama komitenya. Pengawas juga merupakan salah satu anggota TPS. Dengan keikutsertaan Pengawas Sekolah, diharapkan hasil pengumpulan data EDS dapat benarbenar secara valid memotret/memetakan kondisi capaian sekolah terhadap SNP atau SPM seobjektif mungkin. Keterlibatan Pengawas tidak dimaksudkan sebagai inspektur yang hanya mencari-cari kesalahan sekolah saja, namun lebih difungsikan sebagai pembina yang juga ikut bertanggung jawab untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut melalui pengisian instrumen EDS. Jadi, EDS sesungguhnya merupakan 'supported-eds'. Dengan pola 'supportededs 1, hubungan kerja sama antara sekolah dengan Pengawas Sekolah menjadi benar-benar bermakna yang sematamata ditujukan demi peningkatan mutu pendidikan di sekolah tersebut. Kerja sama dan kolaborasi yang kuat antara sekolah, Komite Sekolah, dan Pengawas Sekolah dalam melaksanakan EDS merupakan fondasi yang kuat bagi program peningkatan rnutu pendidikan di sekolah. 17

Evaluasi Diri Sekolah dan Monitoring Sekolah (Siameto) IMPLIKASI HASIL EDS/MSPD 01 TINGKAT PROVINSI DAN PUSAT Pada tingkat provinsi/ Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama termasuk Balai Diklat Keagamaan (BDK) 1 yang bertanggung jawab terhadap Madrasah, serta Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) akan sangat berkepentingan untuk menyusun peta mutu pendidikan yang menunjukkan tingkat capaian 8 (delapan) SNP dan atau SPM. Sesudah dianalisis, agregasi hasil EDS/MSPD dari seluruh kabupatenjkota akan dapat menghasilkan masukkan data yang sangat valid, akurat, dan terukur sebagai dasar penyusunan rekomendasi peningkatan mutu pendidikan tingkat provinsi. Tentu saja, baik di tingkat kota/kabupaten dan provinsi, rekomendasi ini seharusnya sangat mengikat bagi pihak eksekutif maupun legislatif untuk ditindaklanjuti menjadi APBD dan dilaksanakan secara konsekuen. Pada akhirnya hasil agregasi EDS/MSPD dari seluruh wilayah Indonesia perlu dilaporkan dan akan menjadi masukkan bagi pemerintah pusat, dalam hal ini adalah Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas). Dengan melakukan agregasi hasil EDS/MSPD secara nasional Kemendiknas akan dapat menyusun peta mutu yang sangat valid dengan akurasi yang sangat tinggi tentang tingkat capaian mutu SNP dan SPM di seluruh wilayah Indonesia. Sarna halnya dengan proses di tingkat sekolah, kota/kabupaten, dan provinsi, di tingkat pusat Kemendiknas pada akhirnya dapat menyusun rekomendasi program peningkatan mutu pendidikan nasional yang perlu dilaksanakan, baik dalam program jangka pendek, menengah, dan jangka panjang sesuai dengan rencana strategis yang sudah disusun. Secara singkat dapat dinyatakan bahwa bila cascade system (sistem berjenjang dan bertahap) implementasi EDS/MSPD dalam konteks SPMP, mulai dari tingkat sekolah, 18

Scholaria, Vol. 1, No.2, September 2011: 1-21 kota/kabupaten, provinsi, dan akhirnya tingkat pusat, dapat secara konsekuen dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait, maka, secara pasti dan bertahap serta terukur secara akurat, impian kita tentang peningkatan mutu pendidikan di Indonesia akan benar-benar tercapai, sehinga dapat menghantarkan pendidikan Indonesia untuk tidak lagi tertinggal dengan negaranegara maju di dunia, khususnya negara-negara tetangga terdekat (baca: Malaysia dan Singapura). Tanpa konsekuensi dan konsistensi semua pihak: Kepala Sekolah dan Guru, masyarakat dan Komite Sekolah, Pengawas 5ekolah, Kepala Dinas Pendidikan/Kepala Kantor Kemenag, Kepala LPMP/BDK, Bupati/Walikota, gubernur, Menteri Pendidikan Nasional, dan pada akhirnya anggota DPRD dan DPR untuk merealisasikan rekomendasi hasil EDS/MSPD, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) tidak akan ada artinya bagi bangsa dan negara dalam mewujudkan cita-cita luhur UUD 1945, yaitu mencerdaskan segenap anak bangsa tanpa perkecualian. PENUTUP Sebagai penutup sajian ini, dapat disimpulkan bahwa manajemen peningkatan mutu pendidikan di segala tingkatan pelaksanaan mulai dari sekolah sampai tingkat pusat, akan dapat dilaksanakan dengan baik melaui EDS dan MSPD sebagai bagian utama implementasi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) sudah ditekankan oleh Presiden Republik Indonesia dalam Inpres No. 1 Tahun 2010. Dengan melaksanakan EDS dan MSPD semua pihak terkait akan sangat menghargai pentingnya data yang akurat, valid, dan reliabel sebagai dasar utama penyusunan program peningkatan mutu pendidikan nasional. Tentu saja kejujuran akan menjadi persyaratan pertama dan utama dalam manajemen data seperti ini, meskipun mungkin resikonya akan membuat prihatin. Tapi, dengan semangat dan motivasi untuk melaksanakan SPMP, cepat atau lambat semua pihak terkait akan 19

Evaluasi Diri Sekolah dan Monitoring Sekolah (Siameto) menjadi terbudaya untuk menjadi manusia dan pejabat yang jujur. Dengan melaksanakan SPMP melalui EDS dan MSPD yang berbasis pada kejujuran, peningkatan mutu pendidikan akan dapat dilaksanakan secara pasti dan sangat terukur. Milestones (tingkatan-tingkatan) pencapaian akan dapat disusun secara akurat sehingga hasil peningkatan mutu ini akan secara pasti dan bertahap dapat dirasakan. Pengawas sekolah memegang peran strategis dalam Implementasi SPMP melalui Evaluasi Diri Sekolah dan Monitoring Sekolah oleh Pemerintah Daerah. RUJUKAN Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Paket Pelatihan 1. Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar Melalui Manajemen Berbasis Sekolah, Peran Serta masyarakat Pembelajaran Aktit; Kreatit; Efektit; dan Menyenangkan. Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Haryadi, Yadi. (dkk). 2006. Pemberdayaan Komite Sekolah. Modu/ 2: Peningkatan kemampuan Organisasional Komite Sekolah. Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar. Presiden Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Presiden Republik Indonesia. 2010. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan 20

Scholaria, Vol. 1, No. 2, September 2011: 1-21 Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010. 21