BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH

Gambaran Umum Wilayah

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB 5 INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara

BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

PROFIL KABUPATEN / KOTA

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018

Kota Salatiga terletak antara Lintang Selatan dan antara , ,64 Bujur Timur.

PROFIL SANITASI SAAT INI

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada koordinat 04o10 04o42

BAB 2 PROFIL SANITASI SAAT INI

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

BUKU PUTIH SANITASI (BPS) Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banggai

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO. 2.1 Kondisi Umum Geografis. Administratif dan Kondisi Fisik A. Letak Geografis dan Kondisi Wilayah

BAB 4 PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN WAJO

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam data ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM. kordinat antara LS dan BT. Batas wilayah. Sebelah Utara kecamatan Punggur dan Pekalongan kabupaten Lampung

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pelalawan

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

KEBUTUHAN DATA SEKUNDER PADA BAB 2

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

: Wiyarsanto 30. Anggota Tim Panel I : Mengetahui, 1. Coki Rosada, SE 2. Joko Tri Hartanto, BSc

BAB 4 PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

BAB 4 RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN SANITASI

DATA PENDUDUK LAHIR-MATI DAN PINDAH-DATANG

BAB IV GAMBARAN DAERAH PERENCANAAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Letak Geografis, Topografi dan Demografi Kota Madya Bandar Lampung

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih.

BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Gali/Penampungan Air Hujan); jumlah jamban; jumlah RT & RW, jumlah populasi atau

Gambaran Umum Wilayah`

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Lampiran 1. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun (Juta Rupiah).

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KABUPATEN SSK. III.1. Aspek Non Teknis

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

Daftar Tabel. Halaman

BAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

5.1. Area Beresiko Sanitasi

KONDISI UMUM BANJARMASIN

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014

III. METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder yang berasal dari instansi atau dinas terkait.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

BAB IV GAMBARAN UMUM

PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH Kota Metro dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 1999 dengan luas wilayah 6.874 Ha. Kota Metro terdiri dari 5 Kecamatan dengan 22 kelurahan, yang pembentukannya berdasarkan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 25 Tahun 2000. Dengan data luas lahan, kecamatan dengan provinsi luas paling tinggi adalah Kecamatan Metro Utara dengan Luas 1964 Ha atau meliputi 29 % total luas Kota Metro. Sementara kecamatan lainnya memiliki luas yang relatif merata antara 17 % sampai dengan 21 % terhadap luas seluruh Kota. Kondisi ini berarti adanya proporsi yang tidak terlalu jauh berbeda di tiap kecamatan berkaitan dengan luas wilayahnya yang dapat diisi dengan penyebaran penduduk yang merata juga untuk memperoleh tingkat kepadatan yang merata dan rencana distribusi alokasi sumber daya yang seimbang di tiap wilayah 5 kecamatan serta 22 kelurahan 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik 2.1.1. Kondisi Geografis. A. Letak dan Posisi Kota Metro Posisi geografis Kota Metro secara administratif terbagi dalam 5 (lima) wilayah kecamatan dan 22 (dua puluh dua) kelurahan dengan total luas wilayah 68,74 km2 atau 6.874 ha. Kota Metro memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah dan Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. Sebelah Selatan : Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur. Sebelah Timur : Kecamatan Pekalongan dan Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Sebelah Barat : Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah B. Daerah Aliran Sungai (DAS) Bentang alam Kota Metro relatif datar melandai dari arah barat daya ke arah timur laut. Kondisi daerah aliran sungai (DAS) umumnya lebar dan dangkal dengan dinding relatif landai. Pada daerah lembah mengalir 4 (empat) sungai yaitu : Bagian utara : Way Bunut dan Way Raman Bagian selatan : Way Sekampung dan Way Bantanghari Wilayah administrasi Kota Metro hampir sebagian besar dilalui oleh batas alam yaitu daerah aliran sungai yang mengelilinginya. Pada musim kemarau menurut kondisi normal debit air Way Batanghari mencapai 9-10 m3/detik, sedangkan Way Bunut mencapai 5-6 m3/detik. Bulan Agustus - September kedua sungai ini mengalami kekeringan dengan debit aliran hanya berkisar 200-500 liter/detik. Wilayah yang dialiri kedua sungai tersebut tersebar merata di seluruh pelosok Kota Metro dengan aliran ke arah timur. Keberadaan sungai tersebut, sangat menunjang perkembangan sektor pertanian di Kota Metro khususnya sub sektor pertanian tanaman pangan. PROPINSI LAMPUNG TAHUN 2013 2-1

Tabel 2.1: Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kota Metro Nama DAS Luas (Ha) Way Bunut 9.742 Way Raman 10.640 Way Sekampung 13.435 Way Batanghari 8.365 Sumber Data : Dinas PU dan Perumahan Kota Metro Tahun 2012 Daerah Aliran Sungai (DAS) Kota Metro secara rinci dapat dilihat pada peta DAS berikut ini : Peta 2.1: Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kota Metro. Keterangan : Peta ukuran A3 terlampir 2.1.2. Kondisi Fisik. A. Topografi Kota Metro memiliki kondisi topografi berupa daerah dataran aluvial. Ketinggian daerah berkisar antara 5 100 dpl dan dengan kemiringan 0 % - 15 %. Secara geografis, Kota Metro terletak pada 5º6-5º8 LS dan 105º17-105º19 BT yang berjarak 45 km dari kota Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi Lampung. Kota Metro merupakan salah satu dari 14 (empat belas) kabupaten/kota yang berada di wilayah administratif Provinsi Lampung. B. Kondisi Air Tanah Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah ditemukan pada akuifer, kecepatan arus air tanah sangat lambat 10-10 10-3, dipengaruhi porositas, permaebilitas dari lapisan tanah, dan pengisian kembali (recharge). Perbedaan air tanah dan air PROPINSI LAMPUNG TAHUN 2013 2-2

permukaan adalah alirannya yang lambat, waktu tinggal yang sangat lama, sehingga apabila air tanah tercemar sangat sulit untuk kembali ke semula. Daerah di bawah air tanah yang terisi air disebut daerah saturasi (zone of saturation), setiap pori tanah dan batuan terisi oleh air yang merupakan air tanah (ground water). Kemampuan tanah dan batuan dalam menahan air tergantung pada sifat porositas dan permaebilitas tanah. Lapisan tanah yang bersifat porous (mampu menahan air) dan permaeble (mampu melakukan dan memindahkan air) disebut akuifer. Air tanah dapat berasal dari air hujan (presipitasi) yang terinfiltrasi secara langsung maupun infiltrasi dari air sungai, danau, rawa, dan lainnya. Daerah yang merupakan tempat masuknya air permukaan ke dalam tanah adalah recharge area, sedangkan tempat keluarnya air tanah atau tempat pengambilan disebut discharge area. Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan recharge area yang dapat menahan laju limpasan air di permukaan tanah, sehingga air akan mudah terinfiltrasi dari tanah. Berdasarkan peta Cekungan Air Tanah Provinsi Lampung dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi 2009 2029, Kota Metro sebagian besarnya merupakan bagian dari cekungan air tanah (CAT) Metro Kotabumi yang, sedangkan sebagian kecil wilayah baratnya masuk dalam kategori bukan cekungan air tanah atau cekungan air tanah tidak potensial. Air tanah di Kota Metro saat ini banyak dimanfaatkan sebagai sumber air baku bagi PDAM, masyarakat, dan bagi kegiatan industri rumah tangga. C. Iklim dan Curah Hujan Sebagaimana daerah tropis lainnya, Kota Metro hanya mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Iklim di Kota Metro berdasarkan Smith dan Ferguson termasuk dalam kategori iklim A. Sebagian besar wilayah Kota Metro merupakan daratan rendah yang mempunyai ketinggian berkisar antara 0 50 meter di atas permukaan laut (dpl), Curah hujan Wilayah Kota Metro diatas rata-rata curah hujan tahunan, yaitu antara 180 260 mm/tahun. 2.1.2. Kondisi Administratif. Kondisi Administratif Kota Metro berdasarkan data luas lahan, kecamatan dengan provinsi luas paling tinggi adalah Kecamatan Metro Utara dengan Luas 1964 Ha atau meliputi 28,57 % total luas Kota Metro. Sementara kecamatan lainnya memiliki luas yang relatif merata antara 17 % sampai dengan 20 % terhadap luas seluruh Kota. Kondisi ini berarti adanya proporsi yang tidak terlalu jauh berbeda di tiap kecamatan berkaitan dengan luas wilayahnya yang dapat diisi dengan penyebaran penduduk yang merata juga untuk memperoleh tingkat kepadatan yang merata dan rencana distribusi alokasi sumber daya yang seimbang di tiap wilayah 5 kecamatan serta 22 kelurahan Tabel 2.2: Nama, luas wilayah per-kecamatan dan jumlah kelurahan Luas Wilayah Jumlah Nama Kecamatan Administrasi Terbangun Kelurahan/Desa (Ha) (%) thd total (Ha) (%) thd total Metro Pusat 5 1.139,00 16,57 792,49 27,09 Metro Utara 4 1.964,00 28,57 374,00 12,79 Metro Selatan 4 1.433,00 20,85 494,13 16,89 Metro Timur 5 1.210,00 17,60 741,13 25,34 Metro Barat 4 1.128,00 16,41 523,34 17,89 Jumlah 22 6.874,00 100 2.925,09 100 Sumber Data : Kota Metro dalam angka 2012 PROPINSI LAMPUNG TAHUN 2013 2-3

Peta 2.2: Peta Administrasi Kota Metro dan Cakupan Wilayah Kajian Keterangan : Peta ukuran A3 terlampir 2.2 Demografi Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik Kota Metro pada Tahun 2009 penduduk Kota Metro berjumlah 142.123 jiwa (hasil sensus penduduk Th. 2008) dan terus meningkat hingga 148.906 jiwa pada tahun 2013. Penyebaran penduduk sebagian besar terkonsentrasi di Kecamatan Metro Pusat sebesar 31,72% dan Metro Timur 24,09%. Rata-rata kepadatan penduduk sebesar 2,282 jiwa/km2, dengan kepadatan tertinggi di Kecamatan Metro Pusat (3.942 jiwa/km2) dan terendah di Kecamatan Metro Selatan (986jiwa/km2) Di masa mendatang terdapat beberapa kecamatan yang semakin berkembang jumlah penduduknya seiring dengan perkembangan wilayah tersebut. Beberapa kecamatan tersebut adalah Kecamatan Metro Pusat dan Metro Timur. Pertumbuhan penduduk pada kecamatan-kecamatan ini merupakan gambaran dari keterwakilan dari setiap bagian wilayah Kota Metro, dapat diartikan pula sebagai simpul dari pertumbuhan penduduk dan perekenomian dimasa mendatang. Perhitungan proyeksi jumlah penduduk dari tahun 2013 hingga 2017 (lima tahun kedepan) digunakan Metoda Berganda (Geometri), dapat dituliskan sebagai berikut : Pt = P0 (1+r) t. Dimana : Pt = Jumlah penduduk pada tahun periode. Po = jumlah penduduk pada awal proyeksi. r = rata-rata pertambahan penduduk t = kurun waktu proyeksi PROPINSI LAMPUNG TAHUN 2013 2-4

Tabel 2.3 Jumlah dan kepadatan penduduk 5 tahun terakhir Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan Penduduk Nama Kecamatan Tahun Tahun Tahun Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 Metro Pusat 45.107 45.663 46.170 46.648 47.229 10.195 10.595 10.591 10.901 11.418 491 556 507 478 581 3.852 3.899 3.943 3.984 4.033 Metro Utara 24.371 24.671 24.945 25.214 25.532 5.905 6.088 6.143 6.435 6.743 276 300 274 269 318 1.241 1.256 1.270 1.284 1.300 Metro Selatan 13.818 13.989 14.144 14.254 14.420 3.288 3.539 3.554 3.785 3.968 113 170 155 110 166 964 976 987 995 1.006 Metro Timur 34.161 34.582 34.966 35.405 35.871 7.675 7.811 7.550 7.819 8.189 451 421 384 439 466 2.900 2.936 2.968 3.006 3.045 Metro Barat 24.665 24.969 25.246 25.529 25.854 5.120 5.264 5.523 5.614 5.881 291 304 277 283 325 2.187 2.214 2.238 2.263 2.292 Jumlah 142.123 143.873 145.471 147.050 148.906 32.183 33.297 33.361 34.554 36.198 1.623 1.750 1.598 1.579 1.856 Sumber Data : Kota Metro dalam angka 2009-2012 ; diolah Untuk Tahun 2013 Data hasil proyeksi Tabel 2.4 Jumlah dan kepadatan penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan Penduduk Nama Kecamatan Tahun Tahun Tahun Tahun 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018 Metro Pusat 47.760 48.291 48.822 49.353 49.884 11.724 12.030 12.336 12.642 12.948 531 531 531 531 531 4.079 4.124 4.169 4.215 4.260 Metro Utara 25.822 26.112 26.402 26.692 26.982 6.952 7.161 7.370 7.579 7.788 290 290 290 290 290 1.315 1.330 1.344 1.359 1.374 Metro Selatan 14.570 14.720 14.870 15.020 15.170 4.138 4.308 4.478 4.648 4.818 150 150 150 150 150 1.017 1.027 1.038 1.048 1.059 Metro Timur 36.298 36.725 37.152 37.579 38.006 8.317 8.445 8.573 8.701 8.829 427 427 427 427 427 3.081 3.118 3.154 3.190 3.226 Metro Barat 26.151 26.448 26.745 27.042 27.339 6.071 6.261 6.451 6.641 6.831 297 297 297 297 297 2.318 2.345 2.371 2.397 2.424 Jumlah 150.601 152.296 153.991 155.686 157.381 37.202 38.205 39.208 40.211 41.214 PROPINSI LAMPUNG TAHUN 2013

2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah 2.3.1. Perkembangan Realisasi APBD 5 tahun terakhir Realisasi APBD Kota Metro selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Fluktuasi tersebut terjadi pada pendapatan, belanja maupun surplus/defisit daerah. Ringkasan realisasi APBD Kota Metro selama 5 tahun terakhir adalah sebagai berikut : Tabel 2.5 Rekapitulasi realisasi APBD Kota Metro Tahun 2009-2013 No Rata-rata 2009 2010 2011 2012 2013 Pertumbuhan A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3) 392.270.848.632,49 426.500.140.797,82 498.712.195.551,65 526.518.232.059,00 575.338.204.403,45 0,11 a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 21.060.409.868,49 27.345.197.826,11 42.002.243.914,24 32.759.630.683,00 40.730.215.490,12 0,19 a.1.1 Pajak daerah 3.660.580.994,00 3.254.800.131,00 6.153.601.584,00 6.054.053.387,00 6.851.877.518,00 0,22 a.1.2 Retribusi daerah 13.485.295.948,00 19.730.395.511,00 2.514.943.447,05 3.136.034.000,00 3.757.124.552,95 (0,26) a.1.3 Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan 665.120.737,49 937.823.489,86 1.576.543.753,00 1.576.543.753,00 1.880.351.424,84 0,46 a.1.4 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 3.249.412.189,00 3.422.178.694,25 31.757.155.130,19 21.992.999.543,00 28.240.861.994,33 1,92 a.2 Dana Perimbangan (Transfer) 295.846.426.861,00 318.866.535.068,00 337.363.980.597,00 396.715.544.011,00 430.338.583.061,00 0,11 a.2.1 Dana bagi hasil 30.858.830.861,00 43.025.912.268,00 42.334.726.597,00 39.958.181.011,00 42.991.297.727,67 0,10 a.2.2 Dana alokasi umum 227.345.552.000,00 256.711.022.800,00 271.502.754.000,00 330.158.143.000,00 364.429.006.666,67 0,15 a.2.3 Dana alokasi khusus 37.642.044.000,00 19.129.600.000,00 23.526.500.000,00 26.599.220.000,00 22.918.278.666,67 (0,10) a.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 75.364.011.903,00 80.288.407.903,71 119.345.971.040,41 97.043.057.365,00 104.269.405.852,33 0,10 a.3.1 Hibah - - - - - - a.3.2 Dana darurat - - - - - - a.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kab./kota 20.461.876.000,00 80.288.407.903,71 21.597.789.566,92 26.648.148.365,00 28.710.239.153,33 0,10 a.3.4 Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus 54.301.925.000,00-96.336.172.800,00 48.541.900.000,00 46.621.891.666,67 (0,04) a.3.5 Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah lainnya 600.210.903,00-1.412.008.673,49 21.853.009.000,00 28.937.275.032,33 11,80 B Belanja (b1 + b.2) 371.089.472.037,00 429.390.821.122,01 514.796.885.444,00 543.502.615.520,00 600.973.663.347,67 0,15 b.1 Belanja Tidak Langsung 211.637.394.716,00 247.425.757.996,01 273.599.135.546,00 288.897.129.651,00 314.650.374.629,33 0,12 b.1.1 Belanja pegawai 175.593.837.216,00 221.908.666.363,00 249.574.838.440,00 263.529.540.451,73 292.841.441.530,31 0,17 b.1.2 Bunga - - - - - - b.1.3 Subsidi - - - - - - b.1.4 Hibah 31.591.173.000,00 22.448.159.525,00 20.719.091.750,00 21.877.576.928,76 18.639.711.571,68 (0,10) b.1.5 Bantuan sosial 4.035.254.500,00 2.818.849.564,00 2.925.716.521,00 3.089.304.735,57 2.773.988.147,42 (0,08) b.1.6 Belanja bagi hasil - - - - - - b.1.7 Bantuan keuangan - - - - - - b.1.8 Belanja tidak terduga 417.130.000,00 250.082.544,01 379.488.835,00 400.707.534,94 395.233.379,92 (0,01) b.2 Belanja Langsung 159.452.077.321,00 181.965.063.126,00 241.197.749.898,00 254.605.485.869,00 286.323.288.718,33 0,20 b.2.1 Belanja pegawai 16.788.178.525,00 20.217.844.500,00 24.780.287.248,00 26.157.777.497,59 29.280.977.155,12 0,19 b.2.2 Belanja barang dan jasa 62.237.304.762,00 79.159.189.061,00 95.490.515.500,00 100.798.656.310,19 113.652.440.159,58 0,21 b.2.3 Belanja modal 80.426.594.034,00 82.588.029.565,00 120.926.947.150,00 127.649.052.061,23 143.389.871.403,64 0,20 C Pembiayaan 23.803.166.494,50 42.068.153.930,64 36.104.037.448,46 - - - Surplus/Defisit Anggaran Realisasi Anggaran Sumber Data : Kota Metro dalam angka tahun 2010-2012, diolah Untuk Tahun 2012 Data Realisasi APBD Kota Metro tahun 2012 Untuk Tahun 2013 merupakan data proyeksi tahun sebelumnya Tahun 21.181.376.595,49 (2.890.680.324,19) (16.084.689.892,35) (16.984.383.461,00) (25.635.458.944,21) (0,60) 2.3.2. Realisasi belanja sanitasi daerah 5 tahun terakhir Realisasi belanja sanitasi kota metro mengalami terus mengalami peningkatan dari tahun 2009 sebesar Rp. 4.119.423.000 menjadi sebesar Rp. 8.399.077.800 ditahun 2013 Dinas Pekerjaan Umum menempati peringkat tertinggi untuk belanja sanitasi sebesar Rp. 1.392.481.560 pada tahun 2009 dan terus meningkat pada tahun 2013 menjadi Rp. 2.943.130.440 dengan pertumbuhan rata-rata sebesar Rp. 387.662.220,- Untuk peringkat terrendah realisasi belanja sanitasi adalah Kantor lingkungan hidup (KLH) yaitu sebesar Rp. 65.061.720 pada tahun 2009 dan meningkat menjadi Rp. 298.058.280 pada tahun 2013 atau tumbuh rata-rata sebesar Rp. 58.249.140. Untuk Lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut : PROPINSI LAMPUNG TAHUN 2013 2-6

Tabel 2.6 Rekapitulasi realisasi belanja sanitasi SKPD Kota Metro Tahun 2009-2013 No SKPD 2009 2010 2011 2012 2013 Rata2 pertumbuhan 1 Bappeda 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-1.a Investasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-1.b operasional/pemeliharaan (OM) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-2 Pekerjaan Umum (PU) 49.872.100,00 936.195.525,00 3.235.422.750,00 6.036.474.430,00 70.950.100,00 2,72 2.a Investasi 49.872.100,00 936.195.525,00 3.235.422.750,00 6.036.474.430,00 70.950.100,00 2,72 2.b operasional/pemeliharaan (OM) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-3 Dinas Tata Kota dan Pariwisata 0,00 302.392.260,00 562.055.292,00 4.313.046.132,00 136.094.520,00 6,63 3.a Investasi 0,00 296.463.000,00 551.034.600,00 4.228.476.600,00 133.426.000,00 6,63 3.b operasional/pemeliharaan (OM) 0,00 5.929.260,00 11.020.692,00 84.569.532,00 2.668.520,00 6,63 4 Dinas Kesehatan 306.500.055,00 76.449.000,00 389.746.413,54 530.918.670,00 70.738.912,50 2,97 4.a Investasi 300.490.250,00 74.950.000,00 382.104.327,00 520.508.500,00 69.351.875,00 2,97 4.b operasional/pemeliharaan (OM) 6.009.805,00 1.499.000,00 7.642.086,54 10.410.170,00 1.387.037,50 2,97 5 Kantor Lingkungan Hidup 868.775.310,00 823.327.302,60 821.934.360,00 1.047.782.454,00 1.480.641.690,00 0,14 5.a Investasi 851.740.500,00 807.183.630,00 805.818.000,00 1.027.237.700,00 1.451.609.500,00 0,14 5.b operasional/pemeliharaan (OM) 17.034.810,00 16.143.672,60 16.116.360,00 20.544.754,00 29.032.190,00 0,14 n SKPD lainnya (sebutkan) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 n.a Investasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 n.b operasional/pemeliharaan (OM) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8 Belanja Sanitasi (1+2+3+ n) 1.225.147.465,00 2.138.364.087,60 5.009.158.815,54 11.928.221.686,00 1.758.425.222,50 2,29 9 Pendanaan investasi sanitasi Total (1a+2a+3a+ na) 1.202.102.850,00 2.114.792.155,00 4.974.379.677,00 11.812.697.230,00 1.725.337.475,00 2,29 10 Pendanaan OM (1b+2b+3b+ nb) 23.044.615,00 23.571.932,60 34.779.138,54 115.524.456,00 33.087.747,50 1,95 11 Belanja Langsung 159.452.077.321,00 181.965.063.126,00 241.197.749.898,00 254.605.485.869,00 286.323.288.718,33 0,20 12 Proporsi Belanja Sanitasi Belanja Langsung(8/11) 0,8 1,2 2,1 4,7 0,6 1,5 13 Proporsi Investasi Sanitasi Total Belanja Sanitasi (9/8) 98,1 98,9 99,3 99,0 98,1 0,0 14 Proporsi OM Sanitasi Total Belanja Sanitasi (10/8) 1,9 1,1 0,7 1,0 1,9-0,1 Sumber Data : Realisasi APBD tahun 2009-2013, diolah Untuk Tahun 2013 Data Rencana APBD Kota Metro tahun 2013 Keterangan : investasi termasuk di dalamnya pembangunan sarana prasarana, pengadaan lahan, pelatihan, koordinasi, advokasi, kampanye dan studi-studi yang terkait dengan sanitasi 2.3.3. Realisasi Pendanaan Sanitasi Per Komponen Realisasi pendanaan sanitasi untuk air limbah mengalami peningkatan dari tahun 2009 sebesar Rp. 727.755.720 menjadi Rp. 1.362.632.000 di tahun 2013 atau tumbuh rata-rata sebesar Rp. 158.719.140, Untuk sub sektor pesampahan dari tahun 2009 sesesar Rp. 1.210.460.520 menjadi Rp. 2.093.570.400 pada tahun 2013. Sedangkan untuk drainase lingkungan dari Rp. 1.392.481.550 pada tahun 2009 menjadi Rp. 2.167.805.000 pada tahun 2013 atau tumbuh rata-rata 387.662.220 pertahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.6a berikut ini : No Tabel 2.6a : Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Per Komponen Kota Metro Tahun 2009-2013 Subsektor Belanja (Rp) 2009 2010 2011 2012 2013 1 Air Limbah (1a+1b) 0,00 870.699.525,00 865.076.200,00 979.602.030,00 34.675.100,00 550.010.571,00 0,06 1.a Pendanaan Investasi air limbah 0,00 870.699.525,00 865.076.200,00 979.602.030,00 34.675.100,00 550.010.571,00 0,06 1.b Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - - 1.c Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - - 2 Sampah (2a+2b) 868.775.310,00 1.125.719.562,60 1.383.989.652,00 5.360.828.586,00 1.616.736.210,00 2.071.209.864,12 1,88 2.a Pendanaan Investasi Persampahan 851.740.500,00 1.103.646.630,00 1.356.852.600,00 5.255.714.300,00 1.585.035.500,00 2.030.597.906,00 1,88 2.b Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD 17.034.810,00 22.072.932,60 27.137.052,00 105.114.286,00 31.700.710,00 40.611.958,12 1,88 2.c Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - - 3 Drainase (3a+3b) 49.872.100,00 65.496.000,00 2.370.346.550,00 5.056.872.400,00 36.275.000,00 1.515.772.410,00 38,10 3.a Pendanaan Investasi Drainase 49.872.100,00 65.496.000,00 2.370.346.550,00 5.056.872.400,00 36.275.000,00 1.515.772.410,00 38,10 3.b Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - - 3.c Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - - 4 Prohisan (4a+4b) 306.500.055,00 76.449.000,00 389.746.413,54 530.918.670,00 70.738.912,50 274.870.610,21 2,97 4.a Pendanaan Investasi Drainase 300.490.250,00 74.950.000,00 382.104.327,00 520.508.500,00 69.351.875,00 269.480.990,40 2,97 4.b Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD 6.009.805,00 1.499.000,00 7.642.086,54 10.410.170,00 1.387.037,50 5.389.619,81 2,97 4.c Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - - 5 Belanja Sanitasi (1+2+3+4) 1.225.147.465,00 2.138.364.087,60 5.009.158.815,54 11.928.221.686,00 1.758.425.222,50 4.411.863.455,33 2,29 6 Belanja Langsung APBD 159.452.077.321,00 181.965.063.126,00 241.197.749.898,00 254.605.485.869,00 286.323.288.718,33 224.708.732.986,47 0,20 7 Proporsi Belanja Sanitasi - Belanja Langsung (5/6) 0,8 1,2 2,1 4,7 0,6 1,86 1,49 8 Proporsi Belanja Air Limbah - Belanja Sanitasi (1/5) - 40,7 17,3 8,2 2,0 13,63 (0,40) 9 Proporsi Belanja Sampah - Belanja Sanitasi (2/5) 0,5 0,6 0,6 2,1 0,6 0,88 1,20 10 Proporsi Belanja Drainase - Belanja Sanitasi (3/5) 4,1 3,1 47,3 42,4 2,1 19,78 6,42 11 Proporsi Belanja Prohisan - Belanja Sanitasi (4/5) 25,0 3,6 7,8 4,5 4,0 8,97 0,12 Sumber Data : Realisasi APBD tahun 2009-2013, diolah Untuk Tahun 2013 Data Rencana APBD Kota Metro tahun 2013 Rata-rata Pertumbuhan (%) PROPINSI LAMPUNG TAHUN 2013 2-7

2.3.4. Realisasi belanja sanitasi per kapita No Realisasi belanja sanitasi per kapita kota Metro pada tahun 2009 sebesar Rp. 4.119.423.000 dan terus meningkat hingga Rp. 8.399.007.800 di tahun 2013 atau meningkat rata-rata sebesar Rp 6259.250.400. Belanja sanitasi per kapita kota Metro 5 tahun sebelumnya dapat dilihat pada tabel berikut : D e s k r i p s i Tabel 2.7 Belanja sanitasi per kapita Kota Metro Tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 1 Total Belanja Sanitasi Kota Metro 4.119.423.000,00 5.189.336.700,00 6.259.250.400,00 7.329.164.100,00 8.399.077.800,00 6.259.250.400,00 2 Jumlah Penduduk 134.682,00 136.273,00 145.471,00 147.050,00 154.045,00 143.504,20 Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2) Sumber Data : APBD dan BPS, diolah Tahun Rata-rata 30.586,29 38.080,45 43.027,48 49.841,31 54.523,53 43.617,19 2.3.5. Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi per Komponen Realisasi dan Potensi retribusi sanitasi per komponen dapat di lihat pada tabel berikut. Tabel 2.7a : Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi per Komponen Tahun 2009 2013 No SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertumbuhan 2009 2010 2011 2012 2013 (%) 1 Retribusi Air Limbah 10.500.000,00 12.500.000,00 13.300.000,00 15.400.000,00 14.000.000,00 0,16 1.a Realisasi retribusi 5.500.000,00 6.500.000,00 6.800.000,00 7.900.000,00 4.000.000,00 0,15 1.b Potensi retribusi 5.000.000,00 6.000.000,00 6.500.000,00 7.500.000,00 10.000.000,00 0,17 2 Retribusi Sampah 342.001.450,00 348.188.000,00 357.573.450,00 438.207.800,00 433.872.000,00 0,09 2.a Realisasi retribusi 171.764.450,00 174.451.000,00 180.331.450,00 226.965.800,00 124.472.000,00 0,11 2.b Potensi retribusi 170.237.000,00 173.737.000,00 177.242.000,00 211.242.000,00 309.400.000,00 0,08 3 Retribusi Drainase - - - - - - 3.a Realisasi retribusi - - - - - - 3.b Potensi retribusi - - - - - - 4 Total Realisasi Retribusi Sanitasi (1a+2a+3a) 177.264.450,00 180.951.000,00 187.131.450,00 234.865.800,00 128.472.000,00 0,11 5 Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+2b+3b) 175.237.000,00 179.737.000,00 183.742.000,00 218.742.000,00 319.400.000,00 0,08 6 Proporsi Total Realisasi Potensi Retribusi Sanitasi (4/5) 1,01 1,01 1,02 1,07 0,40 0,02 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Metro Tahun 2009-2013 Untuk data tahun 2013 per bulan Juni 2013 2.3.6. Ruang Fiskal Kota Metro Jika dilihat dari tahun 2010 indeks kemampuan fiscal Kota Metro yaitu 0,6164 terjadi peningkatan pada tahun 2011 yaitu 0,8036 atau terjadi peningkatan sebesar 0.3206. Sedangkan ditahun 2012 cenderung menurun yaitu 0,4830 dan 0,4182 di tahun 2013. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 2.6 berikut :. Tabel 2.7b : Data Mengenai Ruang Fiskal 5 tahun terakhir No Tahun Kapasitas Fiskal Daerah Keterangan 1 2009 - - 2 2010 0,6164 Sedang 3 2011 0,8036 Sedang 4 2012 0,4830 Rendah 5 2013 0,4182 Rendah Sumber : Peraturan Menteri Keuangan tentang peta kapasitas fiskal daerah Tahun 2009-2012 PROPINSI LAMPUNG TAHUN 2013 2-8

2.3.7. Peta Perekonomian Kabupaten 5 tahun terakhir. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Metro merupakan gambaran potensi wilayah Kota Metro sekaligus kemampuan pemerintah Kota Metro dalam mengelola sumber daya yang dimiliki dalam suatu proses produksi. Berdasarkan harga konstan PDRB Kota Metro mengalami peningkatan, pada tahun 2013 PDRB Kota Metro sebesar Rp. 652.454.000.000 atau meningkat sebesar 5.12 persen dibanding tahun 2012 yang sebesar Rp 622.141.000.000. Pendapatan per kapita Kota Metro mengalami sedikit peningkatan, pada tahun 2013 Pendapatan per kapita Kota Metro sebesar Rp. 10.005.405 juta atau meningkat sebesar 15,2 persen dibanding tahun 2012 yang sebesar Rp 9.369.979 juta. Data perekonomian daerah Kota Metro adalah sebagai berikut: No D e s k r i p s i Tabel 2.8 Peta perekonomian Kota Metro Tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 1 PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Rp.) 531.202.000.000 562.509.000.000 591.828.000.000 622.141.000.000 652.454.000.000 2 Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota (Rp.) 7.463.699 8.004.255 8.734.552 9.369.979 10.005.405 3 Pertumbuhan Ekonomi (% ) 5,32 5,89 5,21 5,12 5,12 Sumber Data : BPS Kota Metro, Metro Dalam Angka 2012 Untuk Tahun 2013 data Proyeksi Tahun 2.4 Tata Ruang Wilayah 2.4.1. Kebijakkan Penataan Ruang Pada bagian rencana ini dilakukan untuk mengetahui potensi, masalah dan prospek struktur ruang atau sistem pusat pelayanan Kota Metro. Hasilnya akan menjadi masukan penting bagi RTRW Kota Metro Tahun 2011-2031 ini, terutama menyangkut usulan penetapan Pusat Pelayanan Kota (PPK), Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub Pusat Pelayanan Kota), dan penetapan PL (Pusat Lingkungan) di Kota Metro. Selain itu, hasil Analisis ini akan berguna dalam merencanakan alokasi prasarana sarana wilayah, terutama yang berskala pelayanan tingkat kota dan kecamatan. Bagian ini akan dibagi menjadi dua bahasan utama. Pertama adalah merencanakan hirarki kota dan sistem perkotaan di Kota Metro. Yang kedua, sistem perwilayahan sebagai konsekuensi interaksi antarkota di Kota Metro Berdasarkan kondisi dan hasil analisis hirarki pusat pelayaan di Kota Metro, hirarki Kota Metro dibagi menjadi 3 bagian yaitu hirarki I terdapat di Kecamatan Metro Pusat, Hirarki II terdapat di Kecamatan Metro Timur dan Metro Barat, dan Hirarki III terdapat di Kecamatan Metro Utara dan Metro Selatan. Pusat pelayanan di wilayah Kota Metro merupakan pusat pelayanan sosial, ekonomi dan/atau administrasi masyarakat yang melayani wilayah kota dan regional, yang meliputi pusat pelayanan kota, sub pusat pelayanan kota dan pusat lingkungan. Berdasarkan pembagian pusat pelayanan tersebut, maka di Kota Metro dilihat dari hirarki dapat diketahui pusat pelayanan sebagai berikut: 1. Pusat Pelayanan Kota terdapat di Kecamatan Metro Pusat, yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional. 2. Sub Pusat Pelayanan Kota terdapat di Kecamatan Metro Timur dan Metro Barat. Dua kecamatan ini melayani Pusat Lingkungan, yaitu Kelurahan Iring Mulyo, melayani masing-masing Kelurahan Tejosari, Tejoagung, Yosodadi, dan Yosorejo. Sedangkan Kelurahan Mulyojati melayani Kelurahan Mulyosari, Ganjar Agung, dan Ganjar Asri. 3. Pusat Lingkungan terdapat di Kecamatan Metro Selatan dan Metro Utara. Dua kecamatan ini melayani Sub Pusat Lingkungan, yaitu Kelurahan Margorejo, melayani Kelurahan Margodadi, Sumber Sari, dan Rejo Mulyo. Sedangkan Kelurahan Banjar Sari melayani Kelurahan Purwoasri, Purwosari, dan Karang Rejo. PROPINSI LAMPUNG TAHUN 2013 2-9

Peta 2.3 : Rencana pusat layanan Kota Metro Keterangan : Peta ukuran A3 terlampir 2.4.2. Rencana Pola Ruang Dengan memperhatikan ketentuan penyusunan pola ruang, kebijakan pola ruang nasional dan provinsi, kebijakan pembangunan daerah, kondisi objektif wilayah, daya tampung dan kebutuhan ruang untuk masa mendatang, maka dapat dirumuskan rencana pola ruang untuk Kota Metro sebagaimana penjelasan di bawah ini : A. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung Berdasarkan undang-undang nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan lindung yang direncanakan di Kota Metro meliputi : 1. Kawasan Perlindungan Setempat 2. Ruang Terbuka Hijau 3. Kawasan Rawan Bencana B. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Pengertian kawasan budidaya menurut undang-undang nomor 26 Tahun 2007 adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Klasifikasi peruntukan kawasan budidaya di Kota Metro meliputi : 1) perumahan ; 2) perdagangan dan Jasa ; 3) perkantoran ; 4) industri; 5) pariwisata; 6) ruang terbuka non hijau kota; 7) ruang evakuasi bencana; 8) peruntukan kegiatan sektor informal; 9) peruntukan lainnya; dan 10) peruntukan pelayanan umum. PROPINSI LAMPUNG TAHUN 2013 2-10

Untuk lebih jelasnya rencana pola ruang kota Metro dapat dilihat pada Peta 2.4 : Rencana pola ruang Kota Metro Berikut ini : Peta 2.4 : Rencana pola ruang Kota Metro Keterangan : Peta ukuran A3 terlampir Rencana Pola ruang Kota Metro dapat dilihat pada tabel berikut : NO PUSAT PELAYANAN FUNGSI SKALA PELAYANAN A PUSAT PELAYANAN KOTA (PPK) 1 KECAMATAN METRO PUSAT 1. Pusat Pemerintahan 2. Perdagangan dan jasa 3. Perkantoran 4. Pendidikan KOTA DAN LOKAL 5. Kesehatan 6. Permukiman B SUB PUSAT PELAYANAN KOTA (SPPK) 1. KECAMATAN METRO TIMUR 1. Perdagangan dan Jasa 2. Permukiman 3. Pendidikan Tinggi KOTA DAN LOKAL KECAMATAN METRO BARAT 4. Kesehatan 5. Wisata 1. Perdagangan dan Jasa 2. Permukiman 3. Pendidikan Tinggi 4. Kesehatan 5. Wisata 1. Perdagangan dan Jasa KOTA DAN LOKAL KECAMATAN METRO UTARA 2. Wisata 3. Pendidikan Tinggi 4. Kesehatan 5. Pertanian 6. Peternakan 7. Permukiman 8. Industri D 1. KELURAHAN PURWOASRI, PUSAT LINGKUNGAN (PL) 1. Perdagangan dan Jasa 2. KELURAHAN KARANGREJO, 2. Pertanian 3. KELURAHAN GANJARAGUNG, 3. Peternakan 4. KELURAHAN YOSOREJO, 4. Perikanan 5. KELURAHAN TEJOAGUNG, 5. Permukiman LOKAL 6. KELURAHAN MARGOREJO DAN 6. Pendidikan 7. KELURAHAN REJOMULYO 7. Kesehatan 8. Wisata PROPINSI LAMPUNG TAHUN 2013 2-11

2.5 Sosial dan Budaya 2.5.1. Sarana dan Prasarana Pendidikan Sarana dan prasarana Pendidikan di Kota Metro untuk total 5 kecamatan memiliki gedung sekolah Dasar sebanyak 55 unit ; SLTP sebanyak 23 unit ; SMA sebanyak 17 unit ; SMK sebanyak 15 unit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.9 : Fasilitas Pendidikan yang tersedia di Kota Metro berikut ini : Tabel 2.9 Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kota Metro Nama Kecamatan Umum Jumlah Sarana Pendidikan Agama SD SLTP SMA SMK MI MTs MA Metro Pusat 16 8 4 2 6 3 2 Metro Utara 8 4 1-2 1 2 Metro Barat 11 3 6 6-1 1 Metro Timur 11 6 5 5-1 1 Metro Selatan 9 2 1 2 1 - - Jumlah 55 23 17 15 9 6 6 Sumber Data : BPS Kota Metro, Metro Dalam Angka 2012 2.5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Penduduk Miskin Seperti kabupaten/kota lainya, Kota Metro masih belum dapat lepas dari masalah kemiskinan. Jumlah KK miskin terbesar terdapat di kecamatan Metro Pusat sebesar 4.620 KK sedangkan terrendah terdapat di kecamatan Metro Selatan sebesar 772 KK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 2.10 : Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan berikut ini : Tabel 2.10 Jumlah penduduk miskin per kecamatan Nama Kecamatan Jumlah keluarga miskin (KK) Metro Pusat 4.620 Metro Utara 2.302 Metro Selatan 772 Metro Timur 2.940 Metro Barat 1.940 Jumah 12.574 Sumber Data : BPS Kota Metro, Metro Dalam Angka 2012 2.5.3. Jumlah Rumah per Kecamatan Jumlah rumah perkecamatan di Kota Metro berbanding dengan jumlah penduduknya yang secara rinci dapat dilihat pada table 2.11 : Jumlah rumah Per Kecamatan berikut ini : PROPINSI LAMPUNG TAHUN 2013 2-12

Tabel 2.11 Jumlah rumah per kecamatan Nama Kecamatan Jumlah Rumah (Unit) Metro Pusat 9.923 Metro Utara 5.896 Metro Selatan 5.445 Metro Timur 3.000 Metro Barat 5.380 Sumber Data : Kecamatan Dalam Angka 2012 Jumlah 29.644 2.5.4. Wilayah Kumuh Kawasan Perkotaan Luas wilayah permukiman di wilayah Kota Metro adalah sebesar 2.028 hektar atau 44% dari luas wilayah Kota Metro. Sebaran perumahan dan permukiman yang kategorikan sebagai kawasan kumuh di wilayah Kota Metro berada di Metro Pusat (Hadimulyo Barat), Metro Pusat (Hadimulyo Timur) dan Metro Timur (Iringmulyo). 2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah 2.6.1. Organisasi Pemerintah Daerah Kelembagaan Pemerintah Kota Metro disusun berdasarkan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 12 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Struktur Organisasi Pemerintah Kota Metro dapat dilihat pada tabel berikut : Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pemerintah Kota Metro Keterangan : Gambar Ukuran A3 terlampir PROPINSI LAMPUNG TAHUN 2013 2-13

2.6.2. Peraturan- Peraturan Terkait Sanitasi. Adapun Peraturan-peraturan terkait Sanitasi yang digunakan dalam perencanaan ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel Daftar Peraturan Terkait Sanitasi NO PERATURAN PRIHAL A PHBS Dan Prohisan 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Higiene 2 Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 Kesehatan 3 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/Per/IV/2010 Persyaratan Kualitas Air Minum 4 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Strategi Adaptasi Sektor Kesehatan Terhadap No. 1018/Menkes/Per/V/2011 Dampak Perubahan Iklim 5 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 829/Menkes/SK/VII/1999 Persyaratan Kesehatan Rumah 6 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Pedoman Persyaratan Kesehatan Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA). 7 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan No. 1429/Menkes/SK/2006 Lingkungan Dilingkungan Sekolah 8 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Pedoman Pelaksanaan Promosi No. 585/Menkes/SK/V/2007 Kesehatan di Puskesmas 9 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis No. 852/Menkes/SK/IX/2008 Masyarakat B Persampahan 1 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Pengelolaan Sampah 2 Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 01 Tahun 2010 Retribusi Sampah Kota Metro. C Air Limbah 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Pengendalian Pencemaran Air 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Pengelolaan Kualitas Air dan 82 Tahun 2001 Pengendalian Pencemaran Air 3 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 Program Kali Bersih 4 5 6 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 03 Tahun 2011 Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air Baku Mutu air Limbah Domestik Retribusi air limbah Kota Metro. PROPINSI LAMPUNG TAHUN 2013 2-14

NO PERATURAN PRIHAL 4 Drainase Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 22 Tahun 1982 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 35 Tahun 1991 5 Peraturan liannya terkait sanitasi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 1 Tahun 1997 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 2 Tahun 2004 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 3 Tahun 2007 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 4 Tahun 2011 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 27 tahun 1999 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 6 Tahun 2000 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Keputusan 7 Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Peraturan Daerah Propinsi Lampung Nomor : 03 8 Tahun 2006 Peraturan Daerah Propinsi Lampung Nomor : 01 9 Tahun 2010 Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 01 Tahun 10 2012 Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 03 Tahun 11 2009 Sumber : Pokja Sanitasi Kota Metro 2013 Pengaturan Air Sungai Pengelolaan Lingkungan Hidup Sumber Daya Air Penataan Ruang Perumahan dan Kawasan Pemukiman Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi Lampung Tahun 2009 2029. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Metro Tahun 2011-2031 Retribusi Air Limbah Kota Metro 2.6.3. Pemangku Kepentingan dalam pengelolaan sanitasi Dalam pengelolaan dan pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kota Metro, beberapa satuan kerja perangkat daerah terlibat di dalamnya dan melaksanakan pembangunan sanitasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Secara ringkas, hubungan kerja SKPD yang terlibat dalam pembangunan sanitasi di Kota Metro digambarkan dalam Bagan berikut. PROPINSI LAMPUNG TAHUN 2013 2-15

PROPINSI LAMPUNG TAHUN 2013 2-16