STUDI AWAL PENGUKURAN KARAKTERISTIK PETIR DI DAERAH TROPIS DENGAN ROKET BERKAWAT

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUKURAN STREAMER AWAL PENANGKAL PETIR KONVENSIONAL DAN NON KONVENSIONAL

INDUKSI DAN KONDUKSI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INDUKSI DAN KONDUKSI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH

POTENSI PETIR SEBAGAI SUMBER ENERGI BARU?

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA DASAR II

BAB II PENGUKURAN TEGANGAN PUNCAK DENGAN PERCIKAN SELA

BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini

BAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret

Fisika UMPTN Tahun 1986

BAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR. dan dari awan ke awan yang berbeda muatannya. Petir biasanya menyambar objek yang

ANALISIS SAMBARAN PETIR PADA TIANG TRANSMISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATTICE

Studi Pengaruh Konfigurasi Peralatan pada Saluran Distribusi 20 kv Terhadap Performa Perlindungan Petir Menggunakan Simulasi ATP/EMTP

PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

Studi Pengaman Tegangan Lebih pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150kV yang Dilindungi oleh Arester Surja

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

4. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan konstan 72 km/jam. Jarak yang ditempuh selama selang waktu 20 sekon adalah...

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Uji standard yang kita kenal saat ini diadopsi dari: SNI

Politeknik Negeri Sriwijaya

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover

Oleh: Dedy Setiawan IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya N., ST., M.Sc

LATIHAN UJIAN NASIONAL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

ANALISIS PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI BANGUNAN THE BELLAGIO RESIDENCE TERHADAP SAMBARAN PETIR

Detektor Medan Magnet Tiga-Sumbu

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - MEDAN MAGNET - MEDAN MAGNET

SMA/MA IPA kelas 12 - FISIKA IPA BAB 7 GAYA GERAK LISTRIK INDUKSILatihan Soal 7.1

BAB I PENDAHULUAN. dibanding daerah lain yang berada jauh dari garis khatulistiwa.

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. terbuat dari tembaga. Plat dengan tebal 0,5 mm dibentuk lingkaran dengan

STUDI PENGARUH STRAY CAPACITANCE TERHADAP KINERJA ARRESTER TEGANGAN TINGGI 150 KV DENGAN FINITE ELEMENT METHODS (FEM)

BAB II LANDASAN TEORI

I Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, ST. MT Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST. M.Sc

ANALISIS DISAIN SISTEM PROTEKSI PETIR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN

UN SMA IPA 2011 Fisika

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO TELKOM UNIVERSITY

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN KAWAT TANAH TERHADAP GANGGUAN SURJA PETIR PADA SISTEM DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV

ANALISIS RANGKAIAN GENERATOR IMPULS UNTUK MEMBANGKITKAN TEGANGAN IMPULS PETIR MENURUT BERBAGAI STANDAR

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas dan kehandalan yang tinggi. Akan tetapi pada kenyataanya terdapat

PERUBAHAN KUAT MEDAN MAGNET SEBAGAI FUNGSI JUMLAH LILITAN PADA KUMPARAN HELMHOLTZ

ANALISIS PROTEKSI SAMBARAN PETIR EKSTERNAL MENGGUNAKAN METODE COLLECTION VOLUME STUDI KASUS GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF)

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

1. Dalam suatu ruang terdapat dua buah benda bermuatan listrik yang sama besar seperti ditunjukkan pada gambar...

APLIKASI ALGORITMA PEMILAHAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK PETIR PADA PC DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN C

PENDAHULUAN Perumusan Masalah

ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA

Analisis Pengaruh Harmonisa terhadap Pengukuran KWh Meter Tiga Fasa

Antiremed Kelas 12 Fisika

GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008


Dasman 1), Rudy Harman 2)

1. Proteksi Generator

COMPONENT VARIANTION PREDICTION)

STUDI AWAL ALAT PROTEKSI PETIR DENGAN METODE PEMBALIK MUATAN

PROTEKSI PETIR PADA TRANSISI SALURAN UDARA DAN BAWAH TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 kv

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR DI GEDUNG PT BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA

GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. Oleh: DHELLA MARDHELA NIM: 15B08052

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

MATA PELAJARAN WAKTU PELAKSANAAN PETUNJUK UMUM

DESAIN PEMBUATAN DAN UJI COBA KUMPARAN HELMHOLTZ BERBENTUK LINGKARAN. Ginisa Ardiyani *, Erwin, Salomo

SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG WIDYA PURAYA

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar!

1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi

BAB II SISTEM PENANGKAL PETIR

Perancangan Sistem Proteksi Petir Eksternal Menggunakan Metoda Collecting Volume pada Gudang TNT di PT Dahana (Persero)

III. METODE PENELITIAN

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

Penentuan Daerah Perlindungan Batang Petir

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK.

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

SISTEM PENANGKAL PETIR

Mata Pelajaran : FISIKA

Fisika EBTANAS Tahun 1996

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. PLN, di ganti menjadi kwh meter digital yang dapat memberikan nilai lebih

Transkripsi:

STUDI AWAL PENGUKURAN KARAKTERISTIK PETIR DI DAERAH TROPIS DENGAN ROKET BERKAWAT Rangga Yadi Putra 1346 Dsen Pembimbing : Dr. Dipl.-Ing Ir. Reynald Zr Departemen Teknik Elektr Seklah Teknik Elektr Dan Infrmatika Institut Teknlgi Bandung Abstrak - Karakteristik petir di setiap daerah berbeda-beda, leh karena itu karakteristik alat prteksi yang digunakan pun berbeda. Karakteristik petir di Indnesia yang terletak di daerah sabuk khatulistiwa perlu dipelajari guna kepentingan desain sistem prteksi petir. Pengukuran karakteristik petir pada percbaan di Gunung Mas Puncak menggunakan rket berkawat. Rket ini berfungsi untuk memicu timbulnya petir. Rket diluncurkan melalui sebuah platfrm peluncuran khusus. Rket tersebut disambungkan ke alat ukur dengan media kawat tembaga. Sampai pada ketinggian tertentu, rket akan disambar leh petir. Petir akan menjalar pada kawat tembaga dan alat ukur yang ada di daratan akan mengukur parameter-parameter petir yang menyambar. Sebelum rket diluncurkan ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar rket disambar leh petir. Diantaranya medan listrik yang terukur di lkasi peluncuran rket, kerapatan petir di lkasi peluncuran rket, ariansi bulanan dan harian kejadian petir di lkasi peluncuran rket. Jika hal-hal tersebut sudah memenuhi, maka rket siap untuk diluncurkan. I. PENDAHULUAN Karakteristik suatu petir di suatu daerah perlu dipelajari untuk keperluan desain alat prteksi. Kemungkinan suatu petir menyambar suatu titik tertentu di permukaan bumi sangat rendah, bahkan di daerah dengan aktiitas petir yang tinggi. Simulasi petir di labratrium tegangan tinggi pun sangat terbatas, karena bentuk arus yang dihasilkan berbeda dengan bentuk arus petir alami, selain itu electric discharge yang terjadi di labratrium tegangan tinggi tidak menghasilkan medan listrik dan medan magnetik yang sama dengan petir alami. Salah satu cara yang efektif dan cukup menjanjikan untuk mempelajari sambaran langsung maupun induksi petir adalah dengan memicu terjadinya petir menggunakan rket berkawat di suatu daerah tertentu. II. DASAR TEORI A. Metde Pemicuan Petir Salah satu metda pemicuan petir yang sangat efektif adalah dengan meluncurkan rket yang dihubungkan dengan kawat knduktr. Kawat knduktr tersebut dihubungkan dengan tanah. Metda ini sering disebut dengan metda pemicuan klasik. Muatan awan dirasakan secara tidak langsung dengan mengukur medan listrik di daratan. Medan listrik sebesar 4-1 kv/m merupakan suatu indikatr yang menunjukkan keadaan kndusif untuk terjadinya petir. Pada kndisi yang demikian rket diluncurkan. Rket meluncur ke atas dengan kecepatan sekitar m/s, saat mencapai ketinggian -3m, medan di hulu rket melepaskan leader psitif dan leader tersebut merambat ke arah awan dengan kecepatan 1 5 m/s. Leader tersebut memanaskan kawat dan menginisiasi timbulnya initial cntinuus current yang memiliki rde beberapa ratus amper. Arus ini menarik muatan negatif dari awan bermuatan dan mengalirkannya ke fasilitas pemicuan melalui kawat. Biasanya setelah itu akan terjadi beberapa pelepasan muatan negatif dari awan ke fasilitas pemicuan dan sebaliknya melalui kawat tersebut. Gambar.1. Metda pemicuan klasik Metda lainnya adalah metda altitude. Metda ini menggunakan kawat yang tidak dihubungkan dengan tanah. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan beberapa kndisi sambaran pertama

petir alami yang tidak dapat diamati menggunakan metde pemicuan klasik. Umumnya kawat yang dihubungkan ke rket di bagi menjadi tiga bagian. Bagian bawah panjangnya 5 m dihubungkan ke grund fasilitas peluncur, kawat bagian tengah panjangnya 4 m terislasi, bagian atas panjangnya 1- m knduktr tanpa islatr dihubungkan ke rket. Bagian atas digunakan untuk memicu petir. Bagian kawat yang terhubung dengan tanah digunakan untuk menangkap leader. Ketika rket mencapai ketinggian 6 m, leader psitif dari rket yang mengarah ke atas dan leader negatif dari awan yang mengarah ke bawah terinisiasi, merambat dengan kecepatan 1 5 m/s. Medan listrik yang dihasilkan leh leader negatif menginisiasi leader psitif yang merambat melewati kawat 5 m yang terhubung ke tanah. Leader psitif tersebut langsung berhubungan dengan leader negatif. Setelah itu sambaran balik terjadi. Kejadian setelahnya sama dengan metda pemicuan klasik. 1. IEC tipe I : Nrmal. IEC tipe II : Chrm 3. IEC tipe IV : Ferr Ketiga tipe pita di atas memiliki hubungan yang berbeda antara arus puncak dengan panjang pita ter hapus; IEC type IV; Ferr : Î =,55 + 1,5 l +,35 l -,1 l 3 IEC type II; Chrm : Î = 1,8 + 1,98 l +,39 l -,1 l 3 IEC type I; Nrmal : Î =,86 +,88 l +,44 l -,1 l 3 Pita tipe IV memiliki sensitiitas yang paling tinggi, pita tersebut masih dapat mendeteksi arus di bawah Ka []. CONDUCTOR TAPE CARRIER MAGNETIC TAPE γ 1/ HT HP 8%Y Y Gambar. Metda pemicuan altitude B. Metda Pengukuran Arus Puncak Petir ERASEMENT Gambar.3. Prinsip pengukuran APM Arus puncak petir dapat diukur dengan menggunakan alat yang dinamakan APM. Sebelum digunakan, APM ini dikalibrasi dengan menginjeksikan impuls arus standar 8/µs ke knduktr yang dilengkapi dengan pita magnetic. Impuls arus yang dapat terukur berkisar dari ka sampai 1kA. Setiap arus yang melewati knduktr, akan menghapus isi rekaman yang terdapat dalam pita magnetic. Semakin besar arus petir yang melewati knduktr, maka panjang pita magnetic yang terhapus juga akan semakin panjang, mengikuti persamaan : CURRENT - i (ka) 1 8 6 4 NORMAL MAGNETIC TAPE - 315 Hz I = 1.78767 x L 1.393 Data: Nrmal 315 Hz Mdel: I = A x L B Chi^ = 6.83164 I=.8635+.8851 L+.43985 L -.166 L 3 A = 1.78767 B = 1.393 -------------------------------------------- R =.998 ParameterValue R^ =.985 -------------------------------------------- A.8635495 A1.88511894 A.4398546 A3-.1659493 -------------------------------------------- R =.99871 R^=.99743 Î = ( π Hp)/γ.( γ + (l/) ) Î arus puncak dalam ka l panjang pita yang terhapus dalam cm γ jarak knduktr ke pita dalam cm 5 1 15 5 LENGTH f ERASEMENT - L (cm) Grafik.1. Hubungan arus puncak dengan panjang pita yang terhapus Terdapat tiga tipe pita yang dapat digunakan untuk pengukuran :

C. Pengukuran Arus Dengan Kumparan Rgwski Prinsip pengukuran dengan kumparan Rgwski juga menggunakan efek induksi. Susunan kumparan Rgwski dapat dilihat pada gambar.4. Gambar.4. Susunan kumparan Rgwski Dari hukum induksi, induktansi bersama (M) dapat dihitung dengan menganggap kumparan mempunyai N lilitan dengan luas A yang seragam sepanjang l m sebagai berikut: μ NA M = l m U 1 Inti udara Prinsip kumparan Rgwski ini sering digunakan pada transfrmatr arus dengan menggunakan inti besi. Dalam pengukuran arus petir yang mempunyai rde frekuensi sampai beberapa Mhz, tidak dapat menggunakan inti besi. Hal ini disebabkan sifat material besi yang tidak merespn perubahan fluks magnetik yang sangat cepat. D. Metda Pengukuran Medan Listrik Perubahan medan listrik petir secara lambat, yang terjadi selama pengisian dan peluahan muatan di dalam awan dapat diukur dengan field mill. Field mill adalah sebuah pelat elektrmekanik yang mengukur medan elektrsastis dengan cara mengubah medan elektrstatis tersebut menjadi arus blak-balik. Arus blak-balik yang enjadi keluaran dari field mill ini sebanding dengan medan listrik yang terukur pada pelat elektrmekanik. sedemikian rupa sehingga secara peridik melindungi dan tidak melindungi pelat sensr terhadap medan listrik sekitar. Dengan demikian medan yang terinduksi pada sensr akan berubah terhadap waktu. Muatan akan terinduksi ketika pelat sensr dalam psisi terbuka terhadap medan listrik E, sedangkan pada saat yang lain, ketika sensr terlindungi leh baling-baling yang diketanahkan, sensr mengsngkan uatan induksinya. Dalam prses ini arus blak-balik aka mengalir dalam pelat sensr. Frekuensi dari arus yang dihasilkan ditentukan leh kecepatan putaran dari baling-baling, jumlah keping baling-baling dan jumlah pelat sensrnya. E. Sambaran Tidak Langsung Gambar.6. Sambaran tidak langsung Sambaran tidak langsung, terjadi karena induksi elektrmagnetik akibat sambaran petir di dekat saluran udara atau induksi elektrstatis akibat awan bermuatan di atas saluran udara. Dalam studi kali ini, sambaran petir yang terjadi bukanlah sambaran petir alami, melainkan sambaran petir yang dipicu leh rket. Tegangan induksi merupakan fungsi jarak dimana petir tersebut menyambar di dekat saluran. Tegangan lebih induksi tidak begitu berpengaruh pada saluran transmisi tetapi menyebabkan gangguan pada saluran distribusi. Hal ini karena menurut penelitian tegangan yang diinduksikan sedikit lebih kecil dari tegangan transmisi sehingga efeknya akan terasa pada leel saluran tegangan yang lebih rendah. Menurut Rusck, tegangan induksi yang terjadi pada saluran pendek akibat sambaran petir adalah : V ind = U 1 + U dimana : U1 = Z I ( t) z y + t x ( t x) C ind Gambar.5. Prinsip pengukuran dengan Field Mill U = U 1 (-x) dimana : Bagian-bagian dari sebuah field mill meliputi baling-baling berputar yang diketanahkan, sensr dan penguat. Baling-baling berputar diperasikan

C ind = 1+ dimana : x ( + t) ( t x) + 1 (x + y ) Perkebunan Teh Gunung Mas Puncak Latitude 6 4 56 S Lngitude 16 58 E Flash density 7.8 Grund Flash Density 6.41 Keraunic Leel 1 Lightning Peak Current Prbability Stastistic - PUNCAK Year 1 - Windw xkm - Centre 6.715 S, 16.967 E 1 9 dan I (t) z x y = Amplitud step dari arus sambaran balik petir (ka) = ketinggian saluran udara dari permukaan tanah (m) = Jarak sambar petir sepanjang saluran udara (m), x = berarti sambaran petir tepat pada ujung saluran udara = jarak sambaran petir yang tegak lurus terhadap saluran udara (m), y = berarti sambaran petir tepat pada saluran udara = Kecepatan sambaran balik petir (m/s) = kecepatan cahaya 3.1 8 m/s Prbability [%] 8 7 6 5 4 3 1 1 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 13 14 15 16 17 18 19 Peak Current [ka] Negatie 1st Negatie Subsequent Psitie 1st Psitie Subsequent Grafik 3.1. Prbabilitas petir di daerah Gunung Mas Puncak 18 Lightning Mnthly Variant at Puncak Site Windw x km Pada titik x =, terjadi tegangan maksimum yaitu : V ind maks Z. I = y. h 1 + 1 1 1 1 Perhitungan induksi petir dengan memasukkan bentuk arus petir dapat didekati dengan persamaan berikut : 16 14 1 1 8 6 4 JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DES Negatie Strke Clud Strke Psitie Strke Grafik 3.. Lightning mnthly ariant di Puncak Frekuensi sambaran harian 5 Dengan : T f = Waktu arus petir untuk mencapai puncak (μs) T h = wakt arus petir untuk mencapai nilai tengah atau half alue (μs) I = Arus puncak petir (ka) Jumlah Sambaran 15 1 5 1 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 13 14 15 16 17 18 19 1 3 4 Waktu Sambar (WIB) III. PENGOLAHAN DATA Grafik 3.3. Frekuensi sambaran petir harian di daerah Gunung Mas Puncak A. Data Statistik Petir Dari JADPEN

Peta Sebaran Sambaran Petir Di Daerah Puncak LS -6.65-6.645-6.665-6.685-6.75-6.75-6.745-6.765-6.785-6.85 16.878 16.898 16.918 16.938 16.958 16.978 16.998 17.18 17.38 17.58 Negatie Strkes Clud Strkes Psitie Strkes Grafik 3.4. Peta Sebaran sambaran kejadian petir di daerah Gunung Mas Puncak BT Grafik 3.6. Medan listrik di daerah Gunung Mas Puncak 9-3-8 pukul 14.5-18.3 Berdasarkan grafik 3.6 medan listrik tertinggi terjadi pada pukul 16.5 yaitu 154 V/m dan medan listrik terendah terjadi pada puku 16.3 yaitu -5 V/m. Grafik tersebut menunjukkan adanya badai petir dengan sambaran awan mulai pukul 14.38 sampai pukul 16.3 yang dilanjutkan dengan badai petir dengan sambaran petir negatif mulai pukul 16.35 sampai pukul 16.55. Lalu kembali terjadi sambaran petir di awan mulai pukul 16.59 sampai pukul 17.35. Setelah itu terjadi sambaran petir psitif sampai pukul 17.55. Gambar 3.1. Flash density semua sambaran B. Data Medan Listrik DariEelectric Field Mill Grafik 3.7. Medan listrik di daerah Gunung Mas Puncak 7-4-8 pukul 19.-.19 Grafik 3.5. Medan listrik di daerah Gunung Mas Puncak 4-11-7 pukul 18.9-19.34 Berdasarkan grafik 3.5, medan listrik terbesar adalah 41 V/m yang terjadi pada pukul 18.5 dan medan listrik terkecil adalah -55V/m yang terjadi pada pukul 18.49. Grafik tersebut memperlihatkan adanya sambaran petir di awan atau antar awan yang terjadi antara pukul 18.9 sampai 18.49 dan antara pukul 19.3 sampai pukul 19.5. Pada pukul 18.49, setelah sambaran petir di awan terjadi, medan listrik perlahan meningkat sampai nilai maksimumnya, lalu mulai pada pukul 18.57 mulai turun kembali dan terjadi sambaran petir di awan pada pukul 19.3. Berdasarkan grafik 3.7, medan listrik tertinggi terjadi pada pukul.5 yaitu 151 V/m dan medan listrik terendah terjadi pada pukul 19.3 yatitu -17 V/m. Grafik tersebut menunjukkan adanya sambaran petir negatif yang diikuti leh sambaran petir di awan lalu sambaran psitif. Sambaran negatif terjadi mulai pukul 19. sampai pukul 19.4. Sambaran petir di awan terjadi pada pukul 19.4 sampai pukul.6, sedangkan sambaran petir psitif terjadi mulai pukul.8 sampai pukul.38. Setelah itu terjadi sambaransambaran petir di awan sampai pukul 1.15.

C. Rencana Lkasi Peluncuran Ps Pengamat 5m Area pengujian Gambar 3.. Area penelitian Area pengujian 8m 11m tiang dengan sensr 11m tiang dengan terminal udara 8m peluncu 8m Gambar 3.4 merupakan gambar ps pengamat tampak samping. Garis hitam menunjukkan earth belt, yang menghubungkan seluruh system pentanahan yang ada pada ps. Earth belt tersebut dihubungkan dengan batang yang ditancapkan ke dalam tanah. Garis biru menunjukan kabel yang menghubungkan keempat tiang kayu. Kabel tersebut akan melindungi ps dari sambaran langsung petir. Bagian bawah dari bangunan utama merupakan lantai knkrit yang akan membuat ps tetap kkh dan stabil. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Statistik Petir Berdasarkan JADPEN Batang Lgam Batang kayu Perkebunan Teh Gunung Mas Puncak launcher Dwn cnductr Tangga Kayu 11m 5m peluncur Gambar 3.3. Area pengujian Gambar di atas adalah gambar area pengujian. Ditengah-tengah ketiga tiang tersebut terdapat peluncur rket yang terhubung ke tanah melalui suatu islatr. Setiap tiangnya, terdiri dari tiga bagian : 1. Batang lgam yang pada ujung atasnya dihubungkan dengan terminal udara atau sensr medan listrik,. Batang kayu yang terhubung dengan tangga yang terbuat dari kayu, dan 3. Blk knkrit yang sebagian besar bagiannnya ditanamkan dalam tanah, berfungsi sebagai penyangga utama. Jarak antar tiang adalah 8 meter. Tinggi tiang keseluruhan adalah 11 meter dengan tinggi batang lgam 5 meter. Seluruh batang lgam dan peluncur rket dihubungkan dengan dwn cnductr yang langsung diketanahkan dengan hambatan tanah diusahakan dibawah 1 Ω. Earth rd Kabel katenari Stuktur 1% metal Earth belt Lantai knkrit Ps Pengamatan Gambar 3.4. Ps pengamatan tampak samping 8m Dwn cnductr grund <1Ω Blk knkrit Batang kayu Atap metal yang terpisah Batang kayu 1. Prbabilitas Petir Berdasarkan Grafik Prbabilitas petir di daerah Perkebunan Teh Gunung Mas Puncak, 97% petir yang terjadi arus puncaknya lebih besar dari ka, 8 % petir yang terjadi arus puncaknya lebih besar dari 35 ka, 5 % petir yang terjadi arus puncaknya lebih besar dari 45 ka dan 1 % petir yang terjadi arus puncaknya lebih besar dari 6 ka. Untuk keperluan prteksi biasanya digunakan prbabilitas petir 5 %. Jadi fasilitas peluncuran, bangunan untuk pengamatan serta fasilitas lainnya dilindungi dari sambaran langsung petir dengan peralatan prteksi yang tahan terhadap arus puncak petir 45 ka.. Variansi Sambaran Bulanan Berdasarkan Grafik Variansi bulanan petir di daerah Gunung Mas Puncak, kejadian petir terbagi dalam dua siklus. Siklus pertama merupakan siklus dengan kejadian sambaran terbanyak yaitu terjadi sekitar bulan Maret sampai Mei untuk sambaran petir negatif, psitif, maupun sambaran petir dari awan ke awan. Siklus kedua terjadi mulai dari bulan Juli sampai bulan Oktber. Sedangkan pada bulan Nember sampai bulan Februari dan bulan Juni, jumlah sambaran lebih sedikit. Oleh karena itu, untuk memperbesar kemungkinan tersambarnya rket leh petir, maka pelaksanaan peluncuran harus diadakan antara bulan Maret sampai Mei dimana siklus pertama petir terjadi atau antara bulan Juli sampai Oktber pada siklus kedua. Kemungkinan rket akan tersambar leh petir jika diluncurkan diluar waktuwaktu tersebut akan sangat rendah. 3. Waktu Sambaran Petir Harian Berdasarkan Grafik Waktu sambaran petir harian di daerah Gunung Mas Puncak, sehariharinya sambaran petir terjadi mulai pukul 5. sampai pukul 16.. Sambaran terbanyak terjadi mulai pukul 9. sampai pukul 11.. Sedangkan

mulai pukul 17. sampai pukul 4. hampir tidak terjadi sambaran. Data-data ini dapat digunakan untuk memperbesar lagi kemungkinan tersambarnya rket leh petir. Berdasarkan data tersebut, maka rket seharusnya diluncurkan pada saat petir paling banyak terjadi yaitu pada pukul 9. sampai pukul 11.. Kemungkinan rket disambar jika diluncurkan antara pukul 5. sampai pukul 16. lebih kecil dibandingkan pada pukul 9. sampai pukul 11.. Dan kemungkinan disambar jika diluncurkan antara pukul 17. sampai pukul 4. sangat kecil karena pada waktu tersebut, hampir tidak pernah terjadi sambaran petir. 4. Peta Sebaran Sambaran Petir Peta sebaran sambaran petir ini berguna untuk mengetahui lkasi sambaran petir. Berdasarkan peta sebaran sambaran petir, jumlah sambaran terbanyak untuk semua jenis sambaran terdapat pada 6.6-6.7 LS 16-17 BT. Sedangkan letak astrnmis lkasi peluncuran petir adalah 6.71576 LS 16.9674 BT. Maka lkasi peluncuran yang sudah direncanakan berada di daerah yang banyak disambar leh petir. Semakin banyak petir menyambar di suatu daerah, maka kesempatan untuk meluncurkan rket akan semakin besar dan kemungkinan tersambarnya rket leh petir pada saat diluncurkan di daerah tersebut akan semakin tinggi. 5. Kerapatan Sambaran Petir Berdasarkan Grafik Kerapatan sambaran petir di daerah Gunung Mas Puncak kerapatan sambaran petir rata-rata adalah 7,8 sambaran per km per tahun untuk luas daerah yang diamati 65 km. Sedangkan kerapatan petir disekitar lkasi peluncuran rket berkisar 19-44 sambaran per km per tahun. Nilai ini merupakan suatu nilai kerapatan sambaran petir yang sangat tinggi. Meluncurkan rket di daerah yang memiliki kerapatan sambaran petir yang sangat tinggi ini akan memperbesar peluang disambarnya rket leh petir saat diluncurkan. 6. Keraunic Leel Keraunic Leel untuk daerah Perkebunan Teh Gunung Mas Puncak adalah 1. Nilai ini merupakan nilai yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya (Erpa 3, Jepang 8, Australia 8, Krea 8). Meluncurkan rket di daerah yang memiliki keraunic leel yang sangat tinggi akan memperbesar kesempatan untuk meluncurkan rket dan kemungkinan disambarnya rket leh petir saat diluncurkan akan semakin tinggi. B. Statistik Petir Berdasarkan Elektric Field Mill (Oktber 7 - April 8) Dari keseluruhan data medan listrik yang diperleh (Oktber 7 April 8), dapat dilah menjadi data sambar harian dan bulanan. jumlah kejadian 7 6 5 4 3 1 Kura Harian Kejadian Petir Berdasarkan Electric Field Mill Gunung Mas Puncak 1 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 13 14 15 16 17 18 19 1 3 4 Grafik 4.1. Kejadian Petir Harian Berdasarkan Electric Field Mill Di Gunung Mas Berdasarkan grafik 4.1., jumlah sambaran petir paling banyak terjadi pada pukul 17. dan paling sedikit pada pukul 8.. Mayritas sambaran terjadi mulai dari pukul 11. sampai dengan pukul.. Sedangkan mulai pukul 1. sampai pukul 1. sambaran yang terjadi sangat sedikit. Hal ini sesuai dengan data yang diperleh dari JADPEN. Jadi peluncuran rket paling baik dilakukan antara pukul 13. sampai pukul 18. karena jumlah sambaran yang terjadi banyak sehingga kesempatan untuk meluncurkan rket menjadi lebih besar dan kemungkinan tersambarnya rket leh petir saat diluncurkan lebih tinggi. jumlah kejadian 7 6 5 4 3 1 Oktber Nember Desember Januari Februari Maret April jam Kura Bulanan Kejadian Petir Berdasarkan Electric Field Mill Gunung Mas Puncak negatif psitif clud Grafik 4.. Kejadian Petir Bulanan Berdasarkan Electric Field Mill Di Gunung Mas Grafik kejadian petir bulanan berdasarkan electric field mill ini sesuai dengan grafik kejadian petir bulanan yang diperleh dengan menglah data petir dari JADPEN. Mulai bulan Maret, aktiitas petir meningkat, dan bulan Januari serta Februari aktiitas petir relatif lebih rendah. Jadi berdasarkan grafik 4., peluncuran rket lebih baik dilakukan pada bulan Maret atau April. Karena pada saat itu petir yang terjadi banyak sehingga kesempatan untuk meluncurkan rket menjadi lebih banyak dan kemungkinan rket

tersambar leh petir pada saat diluncurkan akan lebih besar. Hal ini bersesuaian dengan data yang diperleh dari JADPEN. C. Pelucuran Rket Saat akan meluncurkan rket, medan listrik yang terukur di lkasi peluncuran harus cukup besar dan stabil dalam waktu yang cukup lama. Berdasarkan data-data medan listrik yang diperleh, medan listrik yang terjadi cukup tinggi dan bertahan cukup lama serta sering terjadi adalah -8 /m dan bertahan dalam waktu 15 menit. Oleh karena itu peluncuran rket akan dilakukan jika pada saat medan listrik berkisar -8 V/m dan bertahan dalam waktu kurang lebih 15 menit. V. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Perkebunan Teh Gunung Mas Puncak memiliki keraunic leel 1 dan kerapatan sambaran petir 7.8 sambaran per kilmeter persegi per tahun. Perkebunan Kelapa Sawit Cimulang Bgr memiliki keraunic leel 174 dan kerapatan sambaran petir 1.31 sambaran per kilmeter persegi per tahun. Kedua lkasi ini memiliki aktiitas petir yang sangat tinggi dan sangat baik untuk dijadikan tempat penelitian.. Lkasi yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah Perkebunan Teh Gunung Mas Puncak. Perkebunan Teh Puncak memiliki aktiitas petir yang tinggi, selain itu akses ke tempat penelitian dan pemasangan fasilitas penelitian lebih mudah untuk dilakukan. 3. Rket akan diluncurkan saat medan listrik pada area peluncuran sudah mencapai nilai - 8V/m. VI. DAFTAR PUSTAKA 1. Rak, V.A., Uman, M.A., Ramb, K.J., Fernandez, M.L., New Insight Int Lightning Prcess Gained Frm Triggered-Lightning Experiment in Flrida and Alabama, Jurnal f Gephysical Research. Vl 13, June 7, 1998.. Uman, M.A. (1969), Lightning, Der Publicatins, Inc., New Yrk. 3. Rak, V.A., Uman, M.A., Ramb, K.J., Fernandez, M.L., Mata, C.T., Direct Lightning Strikes T The Lightning Prtectie System f A Residential Building : Triggered Lightning Experiments, IEEE Transactins On Pwer Deliery. Vl 17 N., April,. 4. Rak, V.A., Uman, M.A., Ramb, K.J., Wang, D., Crawfrd, D.E., Schnetzer, G.H., Lighning Prperties Frm Triggered- Lighning Experiments At Camp Blanding Flrida (1997-1999), ICLP Rhdes- Greece. 18- September,. 5. Rak, V.A., Uman, M.A., Ramb, K.J., Mata, C.T., Mata, A.G., Reiew Of Triggered Lightning Experiments At The ICRLT At Camp Blanding, Flrida, Blgna Pwer Tech Cnference. June 3-6, 3. 6. Bejleri, M., Rak, V.A., Uman, M.A., Ramb, K.J., Mata, C.T., Fernandez, M.L., Triggered Lightning Testing Of An Airprt Lighting System, ICLP Rhdes-Greece. 18- September,. 7. Zr, R.; Sirait, K.T., Applicatin f Lightning Peak Current Measurement System at Mt. Tangkuban Perahu, Prceedings f the first Sympsium n Electrical Equipment and System in Trpical Enirntments-Electrpic 96, Jakarta, 1 6, September 1996. 8. S. Hidayat, R. Zr, Variatins f lightning characteristics n Jaa Island 1996-, bsered by LPATS netwrk, Teknik Elektr, 7, #1, 13-17, 1, Bandung, Indnesia 9. Zr, R.; S. Sudirham, Indnesia lightning detectin netwrk JADPEN, Prceedings f the first Sympsium n Electrical Equipment and System in Trpical Enirntments- Electrpic 96, 1 5, Jakarta, September 1996. 1. Sila, J.P., dkk. (1), Calculatin f Lightning-Induced Vltages with RUSCK s Methd in EMTP, Part I : Cmparisn with Measurements and Agrawal Cupling Mdel, Prc. in Internatinal Cnference n Pwer Systems Transients, Ri de Janeir. 11. Zr, R., Karakteristik Petir dan Kndisi Cuaca di Daerah Trpis Kasus Gn. Tangkuban Perahu, Disertasi Dktr, Insitut Teknlgi Bandung, September 1999. 1. Zr, Reynald. Diktat Kuliah Prteksi Sistem Tenaga. Penerbit ITB. 13. Zr, R., Nawawi, Z., Lightning Prtectin System fr Telecmmunicatin Relay Statin Design and Maintenance. A Field Experience in Trpical Cuntry. Internatinal Aerspace and Grund Cnference n Lightning and Static Electricity, Williamsburg, Virginia USA, September 6-8, 1995.