STUDI PENERAPAN KONTRAK BERBASIS KINERJA PADA JALAN BEBAS HAMBATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN

ASPEK JALAN BERKELANJUTAN TERHADAP PARAMETER KINERJA PBC (PERFORMANCE BASED CONTRACT) PADA PEMELIHARAAN JALAN

VOLUME 22, NO. 1, JULI 2016

ANALISA RISIKO TAHAP PERAWATAN JALAN DALAM PENERAPAN PERFORMANCE BASED CONTRACT PADA PROYEK JALAN DI JAWA TIMUR

ANALISA RISIKO PERFORMANCE BASED CONTRACT PADA PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan, Buku Konstruksi : Industri, Pengelolaan dan Rekayasa, ITB, Universitas Indonesia

VOLUME 22, NO. 1, JULI 2016

DAFTAR REFERENSI. Penerapan kontrak berbasis..., Soelaeman Wahyudi, FT UI, 2009

Faktor-faktor Penentu dalam Pemilihan Jenis Kontrak Untuk Proyek Pembangunan Gedung Pertokoan. M. Ikhsan Setiawan, ST, MT

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 909

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Penerapan Prinsip Prinsip Constructability pada proyek konstruksi di surabaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan mengenai

SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

PERMASALAHAN KONTRAK KONSTRUKSI

TANTANGAN YANG BERPENGARUH DAN KETERAMPILAN MANAJER PROYEK PADA PROYEK YANG BERUPAYA MENJADI BANGUNAN HIJAU

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

FAKTOR KRITIS KESUKSESAN ANTARA KONTRAKTOR DAN OWNER PADA PROYEK PAKUWON CITY SURABAYA

ANALISA RESIKO PROYEK INFRASTRUKTUR JALAN DENGAN SISTEM PERFORMANCE BASED CONTRACT STUDI KASUS PROYEK PENINGKATAN JALAN DEMAK TRENGGULI

PENILAIAN BIAYA DAMPAK RISIKO PADA PELAKSANAAN PROYEK JALAN DAN JEMBATAN STUDI KASUS DI PT.WIJAYA KARYA DSU-1

MONITORING RESIKO PADA PELAKSANAAN PERFORMANCE BASED CONTRACT (PBC) PROYEK JALAN NASIONAL DI JAWA TIMUR

Bab III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pegelolaan construction waste untuk mengurangi waste pada

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kantor Badan Kepegawaian Daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI

FAKTOR FAKTOR PENYABAB PEKERJAAN ULANG (REWORK) PADA PROYEK GEDUNG DI KABUPATEN ROKAN HULU BERDASARKAN PERSEPSI KONTRAKTOR

ANALISA FREKUENSI DAN BESARAN NILAI CHANGE ORDER SERTA FAKTOR PENYEBAB NYA PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI

PANDANGAN KONTRAKTOR TERHADAP KLAUSUL-KLAUSUL KONTRAK PADA PROYEK KONSTRUKSI Theodorus Bryan 1, Yosua S. Sidarta 2, Andi 3

PANDANGAN KONTRAKTOR MENGENAI SUMBER DAYA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN ROKAN HULU

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU TERHADAP BIAYA MUTU PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA. Stephani Budihardja 1, Retno Indryani 2

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN...

STUDI TENTANG PENGAJUAN TUNTUTAN (CLAIM) KONSTRUKSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menangani proyek konstruksi di kawasan Daerah Kabupaten Badung, dapat diperoleh

ANALISIS PENERAPAN KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA TAHAP LANJUTAN GEDUNG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN 8 LANTAI UNIVERSITAS TANJUNGPURA

BAB I PENDAHULUAN. peluang memperoleh keuntungan dan resiko menderita kerugian, baik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengelolaan risiko..., Budi Suanda, FT UI, 2008

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS PROYEK PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian mengenai construction waste yang telah dilakukan melalui

ANALISA FAKTOR PENYEBAB PEKERJAAN ULANG PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA MALANG Kusnul Prianto 2

IDENTIFIKASI RISIKO PADA KONTRAKTOR DI SURABAYA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Estimasi Biaya Penawaran Kontraktor Kecil: Praktek dan Kebutuhan Implementasi dalam Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi

ANALISIS TANTANGAN DAN MANFAAT BANGUNAN HIJAU

SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015

Analisa Risiko Pelaksanaan Proyek Apartemen Puncak Kertajaya Surabaya

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

EVALUASI UNSAFE ACT, UNSAFE CONDITION, DAN FAKTOR MANAJEMEN DENGAN METODE BEHAVIOR BASED SAFETY PADA PROYEK APARTEMEN. Patricia 1, David 2 and Andi 3

ANALISA PENGARUH RENDAHNYA KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA PROYEK DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan rincian pada bab IV, maka pada bab V ini dapat disimpulkan

ANALISA RESIKO TERHADAP WAKTU PENYELESAIAN PROYEK PADA PEMBANGUNAN PERUMAHAN PERUMAHAN DI SURABAYA

5. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Dalam suatu proyek

BAB I PENDAHULUAN. Marga Jateng (PT. TMJ) dalam kemitraan pemerintah dan swasta untuk

KAJIAN PARAMETER ESKALASI KONTRAK KONSTRUKSI PROYEK PEMERINTAH. Kata Kunci: Eskalasi, Kontrak Tahun Tunggal, dan Perubahan Harga.

Infrastruktur Jalan Tol Biaya Pemeliharaan Persentase Gerbang Tol Rp 7,596, %

PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIFITAS PADA PROYEK KONSTRUKSI DENGAN SISTEM DINAMIK

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan data penelitian yang telah diberikan oleh 35 responden,

BAB I Pembangunan Infrastruktur di Indonesia

STRATEGI PENENTUAN HARGA PENAWARAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN MEMPERHITUNGKAN FAKTOR RISIKO

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan industri saat ini, dan perkembangan sarana

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

FAKTOR FAKTOR YANG MENYEBABKAN COST OVERRUN PADA PROYEK KONSTRUKSI

EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PEMELIHARAAN JALAN SECARA SWAKELOLA ( Study Kasus Pada Peningkatan Jalan Harjosari Pendem Di Kabupaten Karanganyar )

BAB I PENDAHULUAN. Proyek Pembangunan Gedung Kuningan City dibangun pada lahan seluas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2013

Gambar 4. 1 Tahapan pengembangan model penilaian kendala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan

ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDY OF STANDARD HOUSE REDESIGN BY THE CONSUMER STUDI PERUBAHAN DESAIN RUMAH STANDAR OLEH KONSUMEN

ISU LINGKUNGAN DAN KENDALA YANG DIHADAPI PROYEK KONSTRUKSI DI BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

PENERAPAN KONSEP OPTIMALISASI KEGIATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN JALAN TOL PADA PROYEK PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk.

OPTIMALISASI KEGIATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN JALAN TOL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PT JASA MARGA (PERSERO) Tbk. MODERN YANG KOMPETITIF

ANALISA RESIKO OPERASIONAL PENGELOLAAN GEDUNG PUSAT PERBELANJAAN DI SURABAYA

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

SEMINAR NASIONAL NOVEMBER MANAJEMEN KLAIM PROYEK KONSTRUKSI Construction Claim Management

ANALISA REWORK PADA KONSTRUKSI GEDUNG DI KABUPATEN BONDOWOSO

BAB III. Metodologi Penelitian

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENGERJAAN ULANG (REWORK) YANG BERKAITAN DENGAN MANAJERIAL PADA PROYEK KONTRUKSI JALAN DI KABUPATEN ROKAN HULU

BAB VI ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. VI.1. Gambaran Keberadaan Faktor-Faktor Prasyarat Penerapan VE di NAD

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PADA PROYEK PEMERINTAHAN DI KOTA KUPANG

IDENTIFIKASI DAN ALOKASI RISIKO-RISIKO PADA PROYEK SUPERBLOK DI SURABAYA

Transkripsi:

STUDI PENERAPAN KONTRAK BERBASIS KINERJA PADA JALAN BEBAS HAMBATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR Yanichi Sutantra 1, Ambrosius Mintardjo 2, Paulus Nugraha 3 ABSTRAK : Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) merupakan sistem kontrak yang cukup baru di Indonesia, khususnya untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan bebas hambatan di Jawa Timur. Penerapan KBK di luar negeri sudah membuahkan hasil yang cukup baik dalam menjaga kualitas jalan dalam waktu yang lama. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kesiapan dari berbagai pihak dan kendala-kendala yang menghambat penerapan KBK. Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa pihak Pengelola Jalan Tol dan Kontraktor di Jawa Timur siap dalam penerapan KBK dalam pembangunan dan pemeliharaan jalan bebas hambatan di Jawa Timur. Namun, masih ada beberapa kendala yang menghambat dalam pelaksanaannya. Salah satu kendala terpentingnya ialah belum adanya undangundang yang mengatur KBK. KATA KUNCI: kontrak berbasis kinerja, jalan tol, biaya, multi-years. 1. PENDAHULUAN Pembangunan infrastruktur di suatu negara berkembang khususnya Indonesia memiliki peran penting dalam perekenomian negara tersebut. Salah satu infrastruktur yang sangat penting adalah jalan. Jalan merupakan prasarana transportasi darat. Pembangunan infrastruktur jalan menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Hapsari, 2011). Jalan memiliki konstribusi positif terhadap proses pembentukan kualitas dan kuantitas yang berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pembangunan jalan di Indonesia masih banyak menggunakan kontrak tradisional dimana tahap desain, konstruksi, dan pemeliharaannya masih dipisahkan. Pemisahan kontrak ini menyebabkan pemeliharaan terhadap jalan juga lebih susah dikontrol. Penyedia jasa biasanya hanya ditunjuk untuk tahap konstruksi akibatnya risiko pemeliharaan jalan dibebankan kepada pemilik jalan. Pemeliharaan jalan ini dinilai kurang efektif dalam penerapan kontrak tradisional. Selain dengan cara peningkatan kegiatan pengendalian mutu oleh tim pengawas, bisa dilakukan dengan mengkaji metode kontrak yang inovatif. Metode kontrak ini mempertimbangkan aspek kinerja hasil pekerjaan yang bisa kita sebut sebagai Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) atau mungkin lebih dikenal sebagai Performance Based Contract (PBC). Masalah yang dihadapi Indonesia adalah kesiapan pelaksana (Pengelola Jalan Tol dan Kontraktor Jalan) dalam menerapkan Kontrak Berbasis Kinerja yang inovatif ini. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan pelaksana dan kendala yang menghambat dalam penerapan Kontrak Berbasis Kinerja. Penelitian ini dibatasi : (1) pada pekerjaan pembangunan dan pemeliharaan jalan bebas hambatan (jalan tol) di Provinsi Jawa Timur; (2) Responden dipilih berdasarkan pengalaman dalam bidang pembangunan dan pemeliharaan jalan; (3) tidak membahas tentang indikator kinerja minimum; (4) tidak membahas aspek hukum yang mengatur KBK. 1 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, yanichisutantra@gmail.com 2 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, ambrosiusmintardjo@gmail.com 3 Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Krsiten Petra, paulus@petra.ac.id 1

2. LANDASAN TEORI 2.1. Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) yang biasa disebut Performance Based Contract (PBC) adalah jenis kontrak dimana pembayaran untuk pengelolaan dan pemeliharaan aset jalan secara eksplisit dihubungkan dengan kontraktor yang berhasil memenuhi atau melampaui minimum indikator tertentu pada kinerjanya (Stankevich et al, 2005). Zietlow (1999) mendefinisikan KBK adalah jenis kontrak yang berdasarkan pembayaran pada pemenuhan indikator kinerja minimum. Waktu kontrak adalah jangka panjang antara pengguna jasa dan penyedia jasa melaksanakan pekerjaan dan penilaian atas pekerjaannya bukan berdasarkan volume kerja yang telah diselesaikan melainkan berdasarkan kinerja layanan yang telah dicapai. KBK merupakan jenis kontrak yang memiliki ciri karakteristik tersendiri yaitu perencanaan dan pelaksanaan terintegrasi dalam satu kontrak yang dilakukan oleh satu penyedia jasa dan dilaksanakan dalam tahun jamak (multi years) dan pembayarannya dilakukan dengan sistem lump sum. KBK memiliki konsep pemindahan alokasi resiko yang lebih tinggi kepada kontraktor dibandingkan dengan susunan kontrak tradisional, akan tetapi pemeliharaan jalan akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas desain, konstruksi, serta pemeliharaan dan sebagai pengguna jasa akan merasakan kenyamanan dalam menggunakan jalan (Zietlow, 2004). Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) merupakan sebuah kontrak inovatif dan menguntungkan, dapat digunakan sebagai alternatif dalam melakasanakan pembangunan jalan tol (Wahyudi, 2009). Analisa risiko dalam penerapan KBK pada pemeliharaan jalan nasional pernah dilakukan sebelumnya oleh Rahmanita Sujatsi et al (2014), dan hasil dari analisa risiko yaitu : Pada tahap perencanaan adalah (1) risiko tidak jelasnya kebutuhan pemilik proyek pada event. Pada tahap Pengadaan adalah (2) risiko keterlibatan pemerintah daerah. Pada tahap Konstruksi adalah (3) risiko biaya yang tersedia tidak cukup. Pada tahap Pemeliharaan adalah (4) risiko beban berlebih kendaraan. Studi (Wirahadikusumah, 2015) yang pernah dilakukan The World Bank menunjukkan bahwa instansi yang telah melakukan pendekatan PBC mendapatkan prestasi sebagai berikut : (1) penghematan biaya dari 10% hingga 40%; (2) Kepastian pengeluaran biaya proyek; (3) Mengurangi tenaga kerja yang berlebihan; (4) Perbaikan kondisi aset jalan dan mengurangi kondisi jalan yang buruk; (5) Kepuasan bagi pengguna jalan terjamin. Sistem KBK merupakan kontrak yang melihat dari hasil kerja atau biasa disebut indikator kinerja minimum. Definisi kinerja harus secara tegas dijabarkan, yang dikutip dari Abduh (2003), mencakup hal-hal berikut : (1) Jenis kerusakan (distress types) yang menjadi ukuran, misalnya besaran retakan (amount of cracking) dan definisi setiap jenis kerusakan tersebut; (2) Metode sampling dalam pengujian kinerja; (3) Toleransi terhadap hasil pengukuran tingkat kerusakan; (4) Batas waktu pelaksanaan perbaikan kondisi jalan (apabila ditemukan lubang-lubang maka perbaikan jalan harus dilaksanakan paling lambat dalam 1 minggu). Guna mempertegas kinerja jalan yang diperlukan, indikator kinerja, cara mengukurnya serta tenggang waktu memperbaiki ketidak sesuaian didefinisikan secara jelas di dalam dokumen kontrak (Sujatsi et al, 2014). 2.2. Kelebihan dan Kekurangan dari KBK dan Kontrak Tradisional Kontrak tradisional sebagian besar digunakan dalam pembangunan dan pemeliharaan jalan bebas hambatan di Indonesia. Masing-masing jenis kontrak memiliki kelebihan dan kekurangan (Wijaya et al, 2014). Berikut penjabaran kelebihan dan kekurangan dari KBK dan kontrak tradisional dapat dilihat pada Tabel 1. 2

Kelebihan Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan dari KBK dan Tradisional Kontrak Berbasis Kinerja Tradisional Pada life cycle project terdapat Kontraktor dapat lebih fokus masa layanan pemeliharaan dengan pekerjaan pelaksanaan dengan durasi yang lama konstruksi Kekurangan Proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan dilakukan oleh kontraktor sehingga akan lebih efektif dan efisien Kontraktor memiliki kebebasan untuk melakukan inovasi dalam hal desain dan perencanaan Kualitas hasil akhir pekerjaan menjadi target utama kontraktor dalam pekerjaannya Tidak dapat dilakukan pekerjaan tambah kurang terhadap volume pekerjaannya karena sistem pembayarannya adalah lumpsum Tidak dapat mengetahui volume pekerjaan yang telah diselesaikan oleh kontraktor Dengan sistem pembayaran fixed unit price dapat dilakukan pekerjaan tambah kurang terhadap volume pekerjaan Pekerjaan kontraktor lebih transparan karena pada tiap pekerjaannya tercantum volume yang dikerjakan Pada life cycle project tidak terdapat masa layanan pemeliharaan Proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan dilakukan oleh 2 pihak yang berbeda. Untuk proses perencanaan dilakukan oleh konsultan perencanaan dan proses pelaksanaan oleh kontraktor, sehingga kurang efektif dan efisien Volume pekerjaan menjadi target utama kontraktor, bukan kualitas hasil askhir pekerjaan 3

3. METODOLOGI PENELITIAN Secara garis besar kerangka metodologi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Kerangka Metodologi Penelitian Wawancara dilakukan dikarenakan keterbatasan responden dalam mengisi kuesioner yang disebarkan. Wawancara juga bertujuan untuk mendapatkan tanggapan secara langsung dari perwakilan pelaksana (Pengelola Jalan Tol dan Kontraktor). Untuk Kuesioner akan dikorelasikan dengan hasil wawancara. Analisa yang digunakan dari hasil kuesioner adalah uji validitas untuk mengetahui validitas dari alat ukur yang digunakan. Kemudian untuk menemukan hasil yang tepat digunakan metode analisa deskriptif yang mencakup analisa distribusi frekuensi, analisa mean, dan analisa peringkat. Analisa frekuensi digunakan untuk menemukan jumlah dari masing-masing jawaban. Analisa mean digunakan untuk menganalisa tingkat kemudahan indikator yang telah diberikan kepada responden. Dari hasil analisa mean nanti dapat terlihat kesiapan praktisi untuk menerapkan kontrak berbasis kinerja dan kendala kendala yang akan muncul pada saat menerapkan kontrak berbasis kinerja. 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Data penelitian diperoleh dengan dua cara, yaitu wawancara dan penyebaran kuesioner. Wawancara hanya diberikan kepada Pengelola Jalan Tol, sedangkan penyebaran kuesioner ditujukan kepada Pengelola Jalan Tol dan Kontraktor Jalan. Berikut daftar nama perusahaan yang menjadi narasumber dan responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. 4

Tabel 2. Nama Perusahaan No. Nama Perusahaan Wawancara Kuesioner Jenis Perusahaan 1 PT. Citra Margatama Surabaya Pengelola 2 PT. Marga Harjaya Infrastruktur Pengelola 3 PT. Margabumi Matraraya Pengelola 4 PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. Pengelola 5 PT. Marga Nujyasumo Agung Pengelola 6 PT. Aremix Planindo Kontraktor 7 PT. Baita Sari Kontraktor 8 PT. Merakindo Mix Kontraktor 9 CV. Bayu Mahardika Djaya Kontraktor 10 PT. Hutama Karya Infrastruktur Kontraktor 4.1. Kesimpulan Hasil Wawancara Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja di Indonesia sangatlah diperlukan demi menjaga kualitas jalan khususnya jalan tol di Indonesia. Salah satu ciri KBK ialah pengintegrasian dari tahap desain, konstruksi, dan pemeliharaan kepada kontraktor dinilai sangatlah menguntungkan kedua belah pihak antara Pengelola Jalan Tol dan Kontraktor. Dari hasil wawancara ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan KBK di Indonesia. Belum ada hukum yang mengatur tentang Kontrak Berbasis Kinerja, ini sangat penting karena hukum adalah nomer satu di Negara Indonesia. Kurangnya kepercayaan pengelola jalan tol terhadap kontraktor sebagai penanggung jawab dari tahap desain hingga pemeliharaan merupakan penghambat penerapan KBK. Pandangan dari 3 pengelola jalan tol (PT. Margabumi Matraraya, PT. CMS, PT. MHI, 2016) memiliki kesamaan yaitu kurang yakin akan penanganan yang dilakukan kontraktor dapat memenuhi indikator kinerja minimum yang telah ditentukan. Pemindahan resiko yang besar untuk pemeliharaan jalan tol juga mendapat tanggapan yang kurang baik dari kontraktor. Karena ketidakpastian dalam inflasi di Indonesia membuat hal ini sukar untuk dilakukan. Dengan pengintegrasian tahap desain, konstruksi, dan pemeliharaan maka akan timbul nilai kontrak yang terlihat besar. Diharapkan apabila ada undang-undang yang mengatur tentang Kontrak Berbasis Kinerja maka pengelola jalan tol dan kontraktor dapat saling bekerja sama untuk mencapai keuntungan bersama. 4.2. Analisa Mean dari Indikator Kesiapan Pada tahap ini dilakukan analisa mean untuk mendapatkan nilai rata-rata tingkat kemudahan dari setiap indikator kesiapan menerapkan Kontrak Berbasis Kinerja. Analisa mean terhadap semua responden juga dilakukan dengan menggunakan metode yang sama, yaitu membandingkan nilai mean pada Tabel 4 dengan Tabel 3. 5

Tabel 3. Kriteria Interpretasi Skor No. Rentangan Presentase Skor Rentangan Skor Mean Kualifikasi 1 0% - 20% 0.00-1.04 Sangat Sukar 2 21% - 40% 1.05-2.04 Sukar 3 41% - 60% 2.05-3.04 Netral 4 61% - 80% 3.05-4.04 Mudah 5 81% - 100% 4.05 5.00 Sangat Mudah Sumber : Riduwan (2012) Tabel 4. Nilai Mean Indikator Kesiapan KBK Indikator Kesiapan Mean SD Tingkat Kemudahan 1 3.19697 1.01101 Mudah 2 3.10606 0.97868 Mudah 3 2.51515 0.96464 Netral 4 2.93939 0.94264 Netral 5 3.09091 1.07742 Mudah 6 3.30303 1.13639 Mudah 7 3.09091 1.1466 Mudah 8 2.60606 1.17511 Netral 9 2.74242 0.88249 Netral 10 3.16667 1.07537 Mudah 11 2.86364 0.83916 Netral 12 2.63636 0.97091 Netral 13 3.04545 0.81206 Mudah 14 3.22727 0.94128 Mudah 15 3.01515 0.98438 Netral 16 3.25758 1.057 Mudah 17 2.89394 1.09725 Netral 18 3.18182 1.0364 Mudah Hasil mean pada Tabel 4 dibandingkan dengan Tabel 3 yang menentukan hasil mean dengan 5 kategori. Untuk indikator yang masuk dalam kategori netral terletak pada indikator ke 3, 4, 8, 9, 11, 12, 15 dan 17. Netral = Ragu-ragu dalam menerapkan KBK karena masih terdapat kendala, Mudah = Siap untuk menerapkan KBK, namun kendala dapat diatasi. Indikator 9 yang berisikan Pemerintah mempersiapkan peraturan yang mengatur prosedur kontrak berbasis kinerja. Dalam studi literatur yang sudah tercantum di bab sebelumnya, memang belum ada peraturan dari pemerintah yang mengatur prosedur kontrak berbasis kinerja, sehingga dibutuhkan pembuatan peraturan baru oleh pemerintah yang masih dirasa sukar. 6

5. KESIMPULAN Hasil penelitian kuesioner menunjukkan bahwa Pengelola Jalan Tol dan Kontraktor Jalan memiliki kesiapan dalam penerapan Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) pada pembangunan dan pemeliharaan jalan bebas hambatan di Jawa Timur. Terdapat beberapa indikator yang menghasilkan jawaban netral, hal ini dikoerlasikan kembali dengan hasil wawancara. Hasil dari korelasi kuesioner dan wawancara ada beberapa indikator yang sukar dilakukan, yaitu : 1) Kurangnya kepercayaan Pengelola Jalan Tol dalam menyerahkan semua pekerjaan kepada kontraktor (Persyaratan material, metode pelaksanaan) sehingga kontraktor masih belum bebas dalam berinovasi. 2) Pengalokasikan resiko pemeliharaan yang lebih tinggi kepada Kontraktor dinilai masih memberatkan pihak Kontraktor karena masih kesulitan untuk memprediksi risiko yang terjadi dalam jangka waktu masa kontrak yang bersifat multi-years. 3) Pemerintah belum membuat undang-undang yang mengatur tentang Kontrak Berbasis Kinerja. 6. DAFTAR REFERENSI Hapsari, Tunjung. (2011). Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Jakarta. Riduwan. (2009). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta. Bandung. Stankevich, Natalya, Qureshi, Navaid and Queiroz, Cesar. (2005). Roads and Rural Transport Thematic Group. Performance-based Contracting for Preservation and Improvement of Road Assets. The World Bank, Washington DC. Sujatsi, Rahmanita, Artama Wiguna, I Putu, dan G. Kartika, A. Agung. (2014). Analisa Risiko Performance Based Contract pada Pemeliharaan Jalan Nasional. Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX. FTSP ITS, Surabaya, Indonesia, 1 Februari 2014. Wirahadikusumah, Reini, et al. (2015). Performance Based Contracting for Roads Experiences of Australia and Indonesia. The 5th International Conference of Euro Asia Civil Engineering Forum (EACEF-5). Procedia Engineering 125 (2015) 5-11. Wahyudi, Soelaeman. (2009). Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja (Performanced Based Contract) untuk Meningkatkan Effektifitas Penanganan Pemeliharaan Jalan. Universitas Indonesia. Depok. Wijaya, I., Nurmalita, V., Wibowo, M. A., dan Yuniarto Adi, R.. (2014). Analisis Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) dan Kontrak Konvensional. Jurnal Karya Teknik Sipil. Vol.3, No.4, 909-921. Semarang. Zietlow, Gunter. (2004). Implementing Performance-based Road Management and Maintenance Contracts in Developing Countries. Eschborn, Germany. Zietlow, Gunter J., and Bull, Alberto. (1999). Performance Specified Road Maintenance Contracts : the Road to the Future, the Latin American Perspective. 21 st World Congress, Kuala Lumpur, 3-9 October 1999, pp. 1-6. 7