PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN LONG IKIS KABUPATEN PASER

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH HUMAN RELATION DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR

PENGARUH PENDIDIKAN, PENGALAMAN KERJA DAN PRESTASI KERJA TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI DI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KUTAI TIMUR

MOTIVASI PEGAWAI DI KANTOR CAMAT Pegaruh Motivasi Kerja Pegawai Terhadap Semangat Kerja Pegawai Di Kantor Camat Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur

PENGARUH KOMPETENSI DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA DI KANTOR KECAMATAN LONG HUBUNG KABUPATEN MAHAKAM ULU

Linda 1. Abstrak. Kata Kunci: kualitas sumber daya manusia, tunjangan kinerja, pelayanan masyarakat.

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN PEMBERIAN INSENTIF TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN MUARA BENGKAL KABUPATEN KUTAI TIMUR

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN KREATIVITAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA KONTRAK DI SEKRETARIAT KABUPATEN MAHAKAM ULU

PENGARUH DISIPLIN, KREATIVITAS DAN MOTIVASI TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN KUTAI TIMUR

PENGARUH PEMBERIAN INSENTIF DAN MOTIVASI TERHADAP SEMANGAT KERJA PEGAWAI DI DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA DAN KOMINFO KOTA SAMARINDA

KORELASI ANTARA PENGAWASAN MELEKAT DAN KOMITMEN KERJA DENGAN DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI KANTOR CAMAT SANGATTA UTARA KABUPATEN KUTAI TIMUR

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN KREATIFITAS PEGAWAI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PADA KANTOR KECAMATAN SANGKULIRANG KABUPATEN KUTAI TIMUR

PENGARUH DISIPLIN PEGAWAI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN TELEN KABUPATEN KUTAI TIMUR

PENGARUH KONTROL BIROKRASI, PENDIDIKAN PEGAWAI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN SANGATTA UTARA KABUPATEN KUTAI TIMUR

PEGARUH DISIPLI KERJA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI DESA LUNG MELAH KECAMATA TELEN KABUPATEN KUTAI TIMUR

HUBUNGAN DISIPLIN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN SAMBUTAN KOTA SAMARINDA

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 INDIKATOR-INDIKATOR KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA HOTEL KINI DI PONTIANAK

Pengaruh Pengawasan dan Kemampuan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Bagian Otonomi Daerah Sekretariat Kabupaten Kutai Timur

PENGARUH DISIPLIN KERJA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN KUTAI BARAT

PENGARUH ETOS KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA DI KANTOR KECAMATAN ANGGANA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PENGARUH PEMBAGIAN KERJA DAN PENGAWASAN TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN SANGATTA UTARA KABUPATEN KUTAI TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia

Nurul Ismadani 1. , Lingkungan Kerja X. , terhadap Kinerja (Y) tersebut, maka rumus persamaan regresi pengaruh Pendidikan X, Lingkungan Kerja X

PENGARUH PENGAWASAN PEMIMPIN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI KANTOR DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN KOTA SAMARINDA

PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA BONTANG. Ricky Noor Permadi 1

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting

PENGARUH DISIPLIN PEGAWAI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN TELEN KABUPATEN KUTAI TIMUR

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENGAWASAN MELEKAT TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN KUTAI TIMUR

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA KENCANA KOTA SAMARINDA

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi itu sendiri. Siswanto

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN PRODUKTIVITAS PEGAWAI PADA KANTOR DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Ardani 1 Dr. Iman Surya, M.Si 2 Dr. Anwar Alaydrus, M.Si 3

Oleh FITRI WIJAYANTI UNDJILA NIM: ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. konsumen merasa tidak puas dapat melakukan keluhan yang dapat merusak citra

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

KORELASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN PENGEMBANGAN KARIER PEGAWAI DI KANTOR CAMAT LOA JANAN KABUPATEN KUTAI KERTANEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten sesuai dengan SK 345/KPTS/DIR/2012

PENGARUH KOMPENSASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Departemen yang berada dibawah Kementrian Agraria dan Tata Ruang dan

TINJAUAN TENTANG PELAKSANAAN DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA SAMARINDA

Bisma, Vol 1, No. 5, September 2017 KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA CV JAYA RAYA DI NGABANG

Imakulata Sulistin Sumbi 1

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN SEMANGAT KERJA PEGAWAI TERHADAP KEPUASAN MASYARAKAT DI KANTOR KECAMATAN BENGALON KABUPATEN KUTAI TIMUR

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI KANTOR DINAS KESEJAHTERAAN SOSIAL KOTA SAMARINDA

PENGEMBANGAN KARIR DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BPJS KETENAGAKERJAAN CABANG TANJUNG MORAWA

PENGARUH DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN PASIR BELENGKONG KABUPATEN PASER. Agus Erwansyah 1

PENGARUH MOTIVASI DAN KEDISIPLINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA RESTORAN A&W MALL TRANS STUDIO MAKASSAR. A s m a w i y a h 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Disiplin Kerja Pengertian Disiplin Kerja Disiplin kerja merupakan fungsi operatif keenam dari Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi begitu cepat

PENGARUH MOTIVASI CAMAT TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI KECAMATAN BONTANG UTARA

PENGARUH DISIPLIN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN ROKAN HULU

Feni Pertiwi 1. Kata Kunci : Disiplin Kerja, Produktivitas Kerja, Regresi Sederhana. Universitas Mulawarman.

PENGARUH INSENTIF DAN PROMOSI TERHADAP PRESTASI KERJA

HUBUNGAN DISIPLIN KERJA DENGAN SEMANGAT KERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN SAMARINDA KOTA

PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN KOMPENSASI NON FINANSIAL TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan sebelumnya. Apabila secara formal dalam organisasi maka proses

I. PENDAHULUAN. pertama dari setiap masalah yang terjadi dalam suatu organisasi. Bahkan ada

PENGARUH DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA INSPEKTORAT KABUPATEN ROKAN HULU

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi proses pembangunan daerah di Indonesia. Di dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. masing masing dengan tujuan mencapai kelangsungan hidup organisasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Tenaga kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji pada suatu intansi

PENGARUH PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. INSANI BARAPERKASA DI SAMARINDA

DAFTAR PUSTAKA. Handoko, Hani, T. (2000). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta : BPFE.

PENGARUH SEMANGAT KERJA DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI PADA KANTOR SEKRETARIAT DAERAH KOTA PALU. Oleh :

DAFTAR PUSTAKA. B. Werther William dan Davis Keith. (1995). Human Resources and Personal Management. Jakarta

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP KEMAMPUAN DAN KINERJA KARYAWAN (Studi Pada Karyawan PT. Bank NTB Cabang Utama Pejanggik)

BAB I PENDAHULUAN. dan keterbatasan di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme

PENGARUH PENGEMBANGAN KARIR DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI YAYASAN LEMBAGA PERS DAN PENDAPAT UMUM PANTAGON SUARA RAKYAT MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai. Kesadaran Pegawai diperlukan dengan mematuhi peraturan-peraturan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan tujuan tertentu. Aktivitas di dalam instansi pemerintahan selalu diarahkan

PENGARUH FASILITAS, LINGKUNGAN KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI KANTOR CAMAT SANGATTA SELATAN KABUPATEN KUTAI TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Disiplin adalah fungsi operatif ke enam dan manajemen sumber daya manusia yng

KARYA ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEDISIPLINAN KARYAWAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PROFESIONALISME KERJA PEGAWAI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MAHAKAM ULU

BAB I PENDAHULUAN. yang dipilih secara khusus untuk melakukan tugas negara sebagai bentuk

KORELASI ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR

PENGARUH MOTIVASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT COLUMBINDO PERDANA CABANG PURWOREJO

Kajian Tentang Kinerja Tenaga Kerja Kontrak Daerah (TKD2) Pada Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Pembinaan Oleh Kepala Desa Terhadap Kinerja Perangkat Desa di Desa Payung Agung Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis. Lana Maulana ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengelola suatu instansi/lembaga/perusahaan peran pegawai yang

PENGARUH INSENTIF, TINGKAT PENDIDIKAN DAN MASA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (STUDI KASUS PADA HOTEL PELANGI MALANG)

BAB III METODE PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2013:2). Melalui penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif yang dapat menunjukan kelebihan atau keunggulan yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. penggerak dan penentu jalannya suatu organisasi. Dari sudut pandang manajemen

Bisma, Vol 1, No. 8, Desember 2016 FAKTOR-FAKTOR KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA CREDIT UNION KELING KUMANG TP KANTOR PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1998, namun hingga saat ini masih banyak

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN MUARA WAHAU KABUPATEN KUTAI TIMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH DISIPLIN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SMP NEGERI 6 TOLANGOHULA KABUPATEN GORONTALO ARTIKEL OLEH NURUL HIDAYAH NIM:

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN SEMANGAT KERJA APARATUR TERHADAP KUALITAS PELAYANAN MASYARAKAT DI KANTOR KECAMATAN SUNGAI PINANG

PENGARUH PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah, sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat penting dan

Transkripsi:

ejournal Pemerintahan Integratif, 2016, 4 (4) : 632-646 ISSN: 2337-8670 (online), ISSN 2337-8662 (print), ejournal.pin.or.id Copyright 2016 PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN LONG IKIS KABUPATEN PASER Hengki Adriyanto 1 Abstrak Penelitian dalam rangka penulisan skripsi ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh Tingkat Pendidikan Formal dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Pegawai. Latar belakang dari penelitian ini adalah rendahnya kinerja pegawai Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser yang ditandai kurang puasnya masyarakat terhadap kinerja para pegawai. Hipotesis yang digunakan adalah tingkat pendidikan formal dan disiplin kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai di kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser. Penelitian dilaksanakan di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser dengan jumlah responden adalah 22 orang. Selanjutnya, data penelitian diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner, kemudian dianalisis menggunakan korelasi Product Moment, Korelasi Parsial, Regresi Linear Berganda, Kecermatan Prediksi dan Koefisien Penentu (KP) atau Koefisien Determinasi yang dibantu dengan bantuan komputer program SPSS versi 15,0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal memiliki pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja pegawai di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser. Sedangkan disiplin kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan tehadap kinerja pegawai di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser. Kemudian secara bersamasama pengaruh tingkat pendidikan formal dan disiplin kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan tehadap kinerja pegawai di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser yaitu sebesar 44,4% yang berarti bahwa sisanya 55,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Kata kunci: pendidikan, disiplin kerja, kinerja pegawai. Pendahuluan Seiring dengan kebutuhan masyarakat akan pelayanan yang berkualitas dan maksimal, maka diharapkan pegawai yang bekerja harus mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, pelayanan yang serba cepat, tepat dan berkualitas. Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser menunjukan bahwa masih ada pegawai yang tingkat pendidikan formalnya berijazah sederajat SMA. Dalam 1 Mahasiswa Program S1 Pemerintahan Integratif, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email: hengki.9574@gmail.com

Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai (Adriyanto) menjalankan tugasnya para pegawai dinilai masih belum optimal dan masih banyak ditemukan pegawai yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan dan penyelesaiannya pun terkadang tidak tepat waktu. Dilihat dari sisi disiplin pegawai, sikap disiplin terlihat masih kurang, masih ada ditemui pegawai yang datang ke kantor terlambat, tidak mengikuti apel dan terkadang ada masyarakat yang ingin berurusan dengan seorang pegawai disuatu bidang tetapi pegawai yang dicari belum datang sehingga masyarakat yang mau berurusan harus menunggu lagi. Ada pula pegawai yang pulang tidak tepat pada waktunya terkadang pada saat jam istirahat pegawai sudah ada yang pulang ke rumah dan tidak kembali lagi ke kantor untuk bekerja. Seharusnya pegawai kembali lagi ke kantor untuk bekerja dan pulang disaat jam pulang yang telah ditentukan, semua itu di lakukaan dengan berbagai alasan. Berdasarkan pengamatan penulis di Kantor Kecamatan Long Ikis ini, kenyataan yang terjadi bahwa kinerja pegawainya masih dirasakan belum cukup baik atau belum memuaskan. Hal ini dapat terlihat dari produktivitas kerja pegawai sehari-hari yang belum menunjukkan adanya peningkatan. Beberapa kesalahan masih terjadi dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan. Dan masih adanya kritik masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh pegawai-pegawainya. Indikasi penerapan kinerja pegawai yang masih kurang kuat diantaranya terlihat dari berbagai fenomena dilapangan diantaranya: 1. Kelambanan dalam menangani masalah, pengurusan pengantar pembuatan Kartu Tanda Penduduk ( KTP) dan Kartu Keluarga (KK). 2. Pembuatan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang cenderung lambat dan berbelit-belit. 3. Jumlah pekerjaan yang seharusnya bisa diselesikan satu hari tetapi ditunda karena ingin santai dalam pengerjaannya. 4. Kurangnya kerja sama dalam menjalankan tugas dan hanya bergantung pada rekan yang dianggap sudah bisa mengatasi tugas maupun masalah yang terkait. 5. Terjadi kesalahan dalam melaksanakan pekerjaannya, contohnya kesalahan dalam pembuatan surat. Permasalahan di atas menunjukkan masih kurang maksimalnya profesionalitas pelayanan di Kantor Kecamatan Long Ikis. Hal ini menunjukkan pula masih rendahnya kinerja pegawai di kantor tersebut. Selain itu di kantor ini kurang terjalin hubungan kerja yang baik dengan jarangnya komunikasi antar pegawai terutama dengan atasannya, yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja pegawai itu sendiri. Pegawai yang dapat di nilai kinerjanya adalah pegawai yang sudah diangkat sebagai Pegawai Negri Sipil (PNS). Ada pun data pegawai yang sudah diangkat sebagai Pegawai Negri Sipil (PNS) berjumlah 22 orang sedangan Honorer berjumlah 12 orang. Masalah tersebut diatas menurut asumsi penulis terjadi karena tingkat pendidikan formal dan disiplin kerja yang masih rendah. Berdasarkan uraian 633

ejournal Pemerintahan Integrattif, Volume 4, Nomor 4, 2016 : 632-646 diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan kajian ilmiah serta menuangkannnya dalam bentuk skripsi dengan judul Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser. Sumber Daya Manusia Menurut Ndraha (1997:7) sumber daya manusia (SDM) atau human resources adalah penduduk yang siap, mau dan mampu memberi sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan organisasional. Sumber daya manusia (SDM) bersisi dua : sisi SD dan sisi M. Dimensi pokok sisi SD adalah kontribusinya terhadap organisasi, sedangkan dimensi pokok M adalah prilaku organisasinya terhadapnya, yang pada gilirannya menentukan kualitas dan kapasitas hidupnya (Ndraha, 1997:9). Menurut Ndraha (1997:7), sumber daya manusia (SDM) berkulaitas tinggi adalah sumber daya manusia yang mampu menciptakan bukan saja nilai komperatif, tetapi juga nilai kompetitif, generatif, dan inovatif dengan menggunakan enerji tertinggi seperti intelligence, creativity dan imagination, tidak lagi semata-mata menggunakan enerji kasar seperti bahan mentah, lahan, air, tenaga otot dan sebagainya. Kuantitas menyangkut jumlah sumber daya manusia (penduduk) yang kurang penting kontribusinya dalam pembangunan, diimbangkan dengan aspek kualitas. Bahkan kuantitas sumber daya manusia tanpa disertai dengan kualitas yang baik akan menjadi beban pembangunan suatu bangsa (Notoatmojdo, 2003:2-3). Tingkat Pendidikan Formal Menurut Nasution (2003:18), pengertian pendidikan adalah suatu proses, teknik dan metode belajar mengajar dengan maksud mengirim suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Marimba (dalam Manizar 2009:8), pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab 1, Pasal 1 ayat 8 menerangkan bahwa tingkat pendidikan formal adalah tahapan pendidikan yang diterapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan. Menurut Sikula (dalam Mangkunegara 2003:50), tingkat pendidikan formal adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan 634

Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai (Adriyanto) terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Menurut Idris dan Jamal (dalam Satriawan 2008:29), bahwa tingkat pendidikan formal adalah jenjang pendidikan yang terstruktur, berkesinambungan dan terorganisir. Disiplin Kerja Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Kerja Pegawai Negri Sipil, disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin. Menurut Hasibuan (2005:193), kedisiplinan adalah fungsi operatif ke enam dari Manajeman Sumber Daya Manusia. Kedisiplinan merupakan fungsi operatif MSDM yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal. Selanjutnya menurut Sastrohadiwiryo (2003:291), disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Menurut Fathoni (2006:172), disiplin dapat diartikan jika karyawan datang dan pulang tepat waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik dan mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Disiplin adalah bentuk pengendalian diri pegawai dan pelaksanaan yang teratur menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja dalam suatu organisasi (Simamora 2005:611). Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja merupakan kesadaran, kesediaan dan ketaatan seseorang dalam suatu organisasi untuk mematuhi segala kaidah, norma dan peraturan yang telah ditetapkan sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan dalam organisasi dan membantu organisasi dalam pencapaian tujuannya. Untuk dapat mengetahui seseorang disiplin dalam bekerja/tidak, dapat dilihat dari: 1) Kepatuhan karyawan terhadap tata tertip yang berlaku termasuk tepat waktu dan tanggung jawab pada pekerjaan. 2) Bekerja sesuai prosedur yang ada. 3) Memelihara perlengkapan kerja dengan baik (Sinungan 1995:135) Menurut Sahdam (2000:208), tentang bentuk disiplin kerja yang baik akan tergambar pada suasana: 635

ejournal Pemerintahan Integrattif, Volume 4, Nomor 4, 2016 : 632-646 1) Tingginya rasa kepedulian pegawai terhadap pencapaian tujuan yang ingin dicapai. 2) Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif kerja pegawai dalam melakukan kerjanya. 3) Besarnya rasa tanggung jawab para pegawai untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya. 4) Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi dikalangan pegawai. 5) Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kinerja Pegawai Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi kerja atau tingkat keberhasilan individu atau kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa adanya tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya (Mahsun 2006:25). Konsep kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai (perindividu) dan kinerja organisasi. Kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi. Sedangkan kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi (Pasolong 2007:175). Kinerja pegawai dan kinerja organisasi memliki keterkaitan yang sangat erat. Tercapainya tujuan organisasi tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang digerakkan atau dijalankan pegawai yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut. Ada berbagai pendapat tentang kinerja, seperti dikemukakan oleh Murphy dan Cleveland (dalam Pasolong 2007:175), yang mengatakan bahwa kinerja adalah kualitas perilaku yang berorientasi pada tugas atau pekerjaan. Sedangkan Widodo (dalam Pasolong 2007:175), mengatakan bahwa kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Kemudian kinerja dikatakan juga sebagai hasil kerja yang dicapai oleh pegawai atau sekelompok pegawai dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika (Prawirosentono, dalam Pasolong 2007:176). Menurut Sinambela (2006:136), kinerja pegawai didefinisikan sebagai kemampuan pegawai dalam melakukan sesuatu dengan keahlian tertentu. Senada dengan pendapat tersebut, kinerja diartikan hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan pegawai dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama. Kedua konsep diatas menunjukkan bahwa kinerja pegawai sangatlah perlu, sebab dengan kinerja ini akan diketahui seberapa kemampuan 636

Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai (Adriyanto) pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Untuk mengetahui hal tersebut diperlukan penentuan kriteria pencapaiannya yang ditetapkan secara bersamasama. Ada empat elemen dari kinerja sebagaimana yang dikemukakan oleh Pasolong (2007:177), yaitu : 1) Hasil kerja dicapai secara individual atau secara intitusi, yang berarti kinerja tersebut adalah hasil akhir yang diperoleh secara sendiri-sendiri atau kelompok. 2) Dalam melaksanakan tugas, orang atau lembaga diberikan hak dan kekuasaan untuk ditindak lanjuti, sehingga pekerjaannya dapat dilakukan dengan baik. 3) Pekerjaan haruslah diilakukan secara legal, yang berarti dalam melaksanakan tugas individu atau lembaga tentu saja harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan. 4) Pekerjaan tidaklah bertentangan dengan moral atau etika, artinya selain mengikuti aturan yang telah ditetapkan, tentu saja pekerjaan tersebut haruslah sesuai moral dan etika yang berlaku umum. Dari pengertian-pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja pegawai atau karyawan adalah hasil kerja yang dicapai oleh karyawan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan organisasi, meliputi adanya sasaran/target, kuantitas, kualitas, efektifitas dan efisiensi. Pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan), hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan (Robertson, dalam Mahsun 2006:25). Penilaian kinerja merupakan evaluasi keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam menjalankan tugasnya. Dessler (dalam Pasolong 2007:182), menyatakan bahwa penilaian kinerja adalah merupakan upaya sistematis untuk membandingkan apa yang dicapai seseorang dibandingkan dengan standar yang ada. Tujuannya yaitu untuk mendorong kinerja seseorang agar bisa berada diatas rata-rata. Adapun tujuan penilaian kinerja menurut Pasolong (2007:186), adalah sebagai berikut : 1) Sebagai dasar untuk memberikan kompensasi kepada pegawai yang setimpal dengan kinerjanya. 2) Sebagai dasar untuk melakukan promosi bagi pegawai yang memiliki kinerja yang baik. 3) Sebagai dasar untuk melakukan mutasi terhadap pegawai yang kurang cocok dengan pekerjaannya. 637

ejournal Pemerintahan Integrattif, Volume 4, Nomor 4, 2016 : 632-646 4) Sebagai dasar untuk melakukan demosi terhadap pegawai yang kurang atau tidak memiliki kinerja yang baik. 5) Sebagai dasar untuk melakukan pemberhentian pegawai yang tidak lagi mampu melakukan pekerjaan. 6) Sebagai dasar untuk memberikan Diklat terhadap pegawai, agar dapat meningkatkan kinerjanya. 7) Sebagai dasar untuk menerima pegawai baru yang sesuai dengan pekerjaan yang tersedia. 8) Sebagai dasar untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu organisasi. Menurut Lohman (dalam Mahsun 2006:71), indikator kinerja (performance indicators) adalah suatu variabel yang digunakan untuk mengekspresikan secara kuantitatif efektivitas dan efisiensi proses atau operasi dengan berpedoman pada target-target dan tujuan organisasi. Sementara Dharma (2004:24), mengatakan bahwa hampir semua cara pengukuran kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1) Kuantitas, berkaitan dengan jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. 2) Kualitas, berkaitan dengan mutu yang harus dihasilkan baik berupa kerapian kerja dan ketelitian kerja atau tingkat kesalahan yang dilakukan pegawai. 3) Ketepatan waktu, yaitu sesuai apa tidak dengan waktu yang direncanakan. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal dengan Kinerja Pegawai Pendidikan dalam suatu organisasi sebagai salah satu upaya untuk pengembangan sumber daya manusia, untuk itu maka kemampuan dalam suatu organisasi harus ditingkatkan seiring dengan kemajuan perkembangan organisasi. Seperti yang dikemukakan oleh Manulang (2002:79) faedah pendidikan adalah sebagai berikut: 1) Memperbaiki metode dan system kerja 2) Meningkatkan kerja sama yang baik 3) Meningkatkan kinerja 4) Memenuhi rasa puas Dalam usaha pembinaan kepada pegawai agar mempunyai kemampuan dan keterampilan serta rasa disiplin yang tinggi maka usaha yang dilakukan melalui pendidikan. Manulang (2002:79) mengatakan bahwa pendidikan adalah untuk menjamin tersedianya tenaga-tenaga dalam pemisahan yang mempunyai keahlian, para petugas dapat mempergunakan pikiran secara kritis. Pada dasarnya sistem pendidikan di suatu Negara mempunyai pengaruh terhadap kondisi pendidikan, agar lebih bisa mendukung suatu pertumbuhan masyarakat kearah pembaharuan pembangunan. Dengan demikian jelaslah bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan formal dengan kinerja pegawai, dalam hal memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian pegawai. Menurut Bangun (2012:233), setiap individu dalam organisasi dinilai kinerjanya, bagi karyawan yang memiliki kinerja rendah perlu dilakukan pengembangan baik melalui pendidikan maupun pelatihan. 638

Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai (Adriyanto) Hubungan antara Disiplin Kerja dengan Kinerja Pegawai Menurut Rofi (2012), disiplin kerja karyawan merupakan faktor yang paling dominan sehingga disiplin kerja perlu ditingkatkan agar harapan karyawan dapat tercapai dan mendapatkan kepuasan dalam bekerja. Hal ini dapat meningkatkan kinerja karyawan tersebut. Perusahaan harus memberikan sanksi bagi karyawan yang melanggar aturan dan melakukan pengawasan yang lebih ketat untuk meningkatkan kinerja karyawan (Dwipayana, 2014). Sanksi yang diberikan harus tepat sehingga karyawan yang melanggar aturan maupun tata tertib perusahaan tidak melakukan kesalahan yang sama (Krisnanda & Sudibya, 2014). Hubungan antara Tingkat Pendidikan Formal dan Disiplin Kerja dengan Kinerja Pegawai Strategi atau perilaku pemimpin birokrasi pemerintah dalam meningkatkan kinerja individu dan organisasi yaitu meningkatkan kemampuan atau kualitas aparatur pemerintah. Menurut Widodo (2005:84), aparatur pemerintah daerah dapat dikatakan berkualitas, jika mereka mempunyai kemampuan untuk melaksanakan kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kemampuan untuk melaksanakan kewenangan dan tanggung jawab tadi, hanya dapat dicapai jika mereka mempunyai bekal pendidikan, latihan dan pengalaman yang cukup dan memadai untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Karena pada dasarnya, kemampuan merupakan ilmu pengetahuan, pengalaman dan keterampilan (Hersy, dalam Widodo 2005:84). Pengaruh kualitas sumber daya manusia aparatur yang diharapkan tidak lain adalah terciptanya aparatur pemerintah yang handal, mampu melaksanakan keseluruhan penyelenggaraan pemerintahan umum, pembangunan dan pelayanan masyarakat dengan efisien, efektif dan professional. Peningkatan kinerja aparat menjadi sangat penting, karena dapat menjadi input bagi perbaikan dan peningkatan kinerja organisasi dimasa yang akan datang. Dalam instansi pemerintah, peningkatan kinerja sangat berguna untuk menilai tingkat kualitas, efisiensi pelayanan, motivasi birokrat dan mendorong agar lebih memperhatikan kebutuhan masyarakat yang dilayani dan menuntut perbaikan pelayanan publik (Hatry dan Keban, dalam Sulistiyawati 2011:41) Kinerja yang baik dapat dicapai oleh birokrasi pemerintah apabila didukung oleh aparatur yang berkualitas. Kualitas sumberdaya aparatur pemerintah yang baik adalah berstamina tinggi, tangguh, cerdas, terampil, mandiri, tanggung jawab, setia kawan, produktif, kreatif, inovatif, berorientasi masa depan, berbudi pekerti yang luhur dan berdisiplin tinggi (Sutiono, dalam Sulistiyani 2011:41) Metode Penelitian Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian yang bersifat kuantitatif asosiatif. Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kecamatan Long Ikis 639

ejournal Pemerintahan Integrattif, Volume 4, Nomor 4, 2016 : 632-646 Kabupaten Paser. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di Kantor Kecamatan Long ikis Kabupaten Paser yang masih terdaftar sebagai staf atau pegawai kantor. Jumlah pegawai kantor tersebut adalah 34 orang, terdiri dari 22 orang PNS dan 12 orang Honorer. Karena yang terikat dalam penilaian kinerja hanya PNS maka penulis mengambil sampel dalam penelitian ini hanya PNS saja yang berjumlah 22 orang. Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data mengenai masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Penelitian Kepustakaan (Library research) 2. Penelitian Lapangan (Filed research) a. Observasi b. Kuisoner/Angket 3. Dokumentasi Data yang diperolah dalam penelitian ini berskala ordinal karena pengambilan data yang dilakukan melalui survei kepada responden menggunakan skala likert, mengenai kriteria atau skor menurut Singarimbun (1995:110) ada peneliti yang menggunakan jenjang 3 (1,2,3), jenjang 5 (1,2,3,4,5) dan jenjang 7 (1,2,3,4,5,6,7). Berdasarkan pendapat tersebut, maka jawaban responden dalam penelitian ini dikelompokkan dalam nilai skala 5 menggunakan 5 jenjang (1,2,3,4,5). Untuk menganalisis data yang diperoleh dan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, maka penulis menggunakan teknik analisis, yaitu (1) korelasi product moment, (2) korelasi parsial, (3) regresi linear berganda, (4) kecermatan prediksi, (5) koefisien penentu atau koefisien determinasi. Hasil dan Pembahasan Analisis Sub-Variabel Untuk variabel dalam penelitian ini terdapat indikator sebagai alat ukur yang menjadi isi kuesioner. Untuk indikator tingkat pendidikan formal antara lain (pendidikan dasar): tentang apakah pendidikan dasar bermanfaat bagi seorang pegawai dalam memahami tugas yang telah diberikan diperoleh hasil jawaban terbanyak responden sebesar 50 persen berpendapat bahwa cukup bermanfaat pendidikan dasar bagi seorang pegawai dalam memahami tugas yang telah diberikan. Tentang apakah pendidikan dasar bermanfaat bagi seorang pegawai dalam menghasilkan kinerja yang baik diperoleh hasil jawaban terbanyak responden sebesar 40,91 persen berpendapat bahwa bermanfaat pendidikan dasar bagi seorang pegawai dalam menghasilkan kinerja yang baik. Untuk variabel tingkat pendidikan formal (pendidikan menengah): tentang apakah pendidikan menengah bermanfaat bagi seorang pegawai dalam memahami tugas yang telah diberikan diperoleh hasil jawaban terbanyak responden sebesar 81,82 persen berpendapat bahwa bermanfaat pendidikan 640

Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai (Adriyanto) menengah bagi seorang pegawai dalam memahami tugas yang telah diberikan. Tentang apakah pendidikan menengah bermanfaat bagi seorang pegawai dalam menghasilkan kinerja yang baik diperoleh hasil jawaban terbanyak respoden sebesar 77,27 persen berpendapat bahwa bermanfaat pendidikan menengah bagi seorang pegawai dalam menghasilkan kinerja yang baik. Untuk variabel tingkat pendidikan formal (pendidikan tinggi): tentang apakah pendidikan tinggi bermanfaat bagi seorang pegawai dalam memahami tugas yang telah diberikan diperoleh hasil jawaban terbanyak respoden sebesar 64,64 persen berpendapat bahwa bermanfaat pendidikan tinggi bagi seorang pegawai dalam memahami tugas yang telah diberikan. Tentang apakah pendidikan tinggi bermanfaat bagi seorang pegawai dalam menghasilkan kinerja yang baik diperoleh hasil jawaban terbanyak responden sebesar 45,46 persen berpendapat bahwa bermanfaat pendidikan tinggi bagi seorang pegawai dalam menghasilkan kinerja yang baik. Selanjutnya Untuk variabel disiplin kerja (ketaatan terhadap peraturan): tentang hadir tepat waktu di kantor dalam bekerja sehari-hari diperoleh hasil jawaban terbanyak responden sebesar 40,91 persen berpendapat bahwa sangat sering hadir tepat waktu di kantor dalam bekerja sehari-hari. Tentang mengikuti aturan yang ada di kantor dalam menjalankan tugas yang diberikan diperoleh hasil jawaban terbanyak responden sebesar 36,36 persen berpendapat bahwa sangat sering mengikuti aturan yang ada di kantor dalam menjalankan tugas yang diberikan dan 36,36 persen berpendapat bahwa sering mengikuti aturan yang ada di kantor dalam menjalankan tugas yang diberikan. Pada variabel disiplin kerja (memiliki tanggung jawab terhadap tugas): tentang sungguh-sungguh dalam bekerja sehari-hari di kantor diperoleh hasil jawaban terbanyak responden sebesar 36,36 persen berpendapat bahwa cukup bersungguh-sungguh dalam bekerja sehari-hari di kantor. Tentang memberikan pelayanan kepada masyarakat sebaik-baiknya diperoleh hasil jawaban terbanyak responden sebesar 36,36 persen berpendapat bahwa sangat baik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pada variabel disiplin kerja (memanfaatkan dan menggunakan perlengkapan kerja dengan baik): tentang selalu berhati-hati dalam menggunakan sarana perlengkapan kerja di kantor dalam bekerja sehari-hari diperoleh hasil jawaban terbanyak responden sebesar 54,55 persen berpendapat bahwa berhati-hati dalam menggunakan sarana perlengkapan kerja di kantor dalam bekerja sehari-hari. Tentang sering menggunakan sarana perlengkapan kerja kantor untuk keperluan pekerjaan kantor diperoleh hasil jawaban terbanyak responden sebesar 63,64 persen berpendapat bahwa sering menggunakan sarana perlengkapan kerja kantor untuk keperluan pekerjaan kantor. Kemudian pada variabel kinerja pegawai (kuantitas kerja): tentang sering menyelesaikan semua pekerjaan yang diterima diperoleh hasil jawaban terbanyak responden sebesar 54,55 persen berpendapat bahwa sering 641

ejournal Pemerintahan Integrattif, Volume 4, Nomor 4, 2016 : 632-646 menyelesaikan semua pekerjaan yang diterima. Tentang sering menyelesaikan pekerjaan yang sama tapi lebih banyak jumlahnya dibanding rekan-rekan kerja yang lain diperoleh hasil jawaban terbanyak responden sebesar 40,91 persen berpendapat bahwa sering menyelesaikan pekerjaan yang sama tapi lebih banyak jumlahnya dibanding rekan-rekan kerja yang lain. Selanjutnya variabel kinerja pegawai (kualitas kerja): tentang sering melaksanakan pekerjaan kantor secara teliti dan rapi diperoleh hasil jawaban terbanyak responden sebesar 63,64 persen berpendapat bahwa sering melaksanakan pekerjaan kantor secara teliti dan rapi. Tentang pernah ditegur atasan mengenai kesalahan kerja diperoleh hasil jawaban terbanyak responden sebesar 54,55 persen berpendapat bahwa kadang-kadang ditegur atasan mengenai kesalahan kerja. Untuk variabel kinerja pegawai (ketepatan waktu): tentang sering menyelesaikan tugas yang diberikan tepat pada waktunya diperoleh hasil jawaban terbanyak responden sebesar 54,54 persen berpendapat bahwa sering menyelesaikan tugas yang diberikan tepat pada waktunya. Tentang sering menyelesaikan pekerjaan kantor sebelum batas waktu yang ditetapkan diperoleh hasil jawaban terbanyak responden sebesar 54,54 persen berpendapat bahwa sering menyelesaikan pekerjaan kantor sebelum batas waktu yang ditetapkan. Pengujian Hipotesis Berdasarkan perhitungan menggunakan SPSS Statistics 15.0 diperoleh hasil korelasi product moment antara X1 dan Y yaitu r = 0,451. Jadi terdapat hubungan antara tingkat pendidikan formal dengan kinerja pegawai di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser sebesar 0,451. Diketahui Ftest sebesar 5,348 dan Ftabel pada taraf kesalahan 5% sebesar 3,52. Artinya Ftest > Ftabel (5,348 > 3,52) maka korelasi signifikan atau dapat dikatakan tingkat pendidikan formal memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja pegawai di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser. Hasil korelasi product moment antara X2 dan Y yaitu r = 0,667. Jadi terdapat hubungan antara disiplin kerja dengan kinerja pegawai di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser sebesar 0,667. Diketahui Ftest sebesar 16,769 dan Ftabel pada taraf kesalahan 5% sebesar 3,52. Artinya Ftest > Ftabel (16,769 > 3,52) maka korelasinya signifikan atau dapat dikatakan disiplin kerja memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja pegawai di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser. Selanjutnya analisis korelasi parsial, berdasarkan perhitungan menggunakan SPSS Statistics 15.0 setelah variabel disiplin kerja dibuat tetap (dikontrol) untuk seluruh sampel, maka korelasinya sebesar 0,004. Ternyata ttest lebih kecil dari ttabel (0,018 < 1,729). Dengan demikian koefisien korelasi variabel tingkat pendidikan formal dengan kinerja pegawai di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser dimana variabel disiplin kerja sebagai 642

Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai (Adriyanto) variabel pengontrol adalah tidak signifikan yaitu tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi pegawai pada Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser. Hal ini dikarenakan angka yang diperoleh dari perhitungan sangat kecil. Kemudian hasil selanjutnya diperoleh Ftest < Ftabel (0,000288 < 3,52). Artinya korelasi parsial yang terjadi adalah tidak murni atau dapat dikatakan tidak terdapat hubungan atau pengaruh yang murni antara tingkat pendidikan formal terhadap kinerja pegawai di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser dengan mengendalikan variabel disiplin kerja. Sedangkan setelah variabel tingkat pendidikan formal dikontrol untuk seluruh sampel, maka korelasinya sebesar 0,550. Ternyata ttest lebih besar dari ttabel (2,870 > 1,729). Dengan demikian koefisien korelasi variabel disiplin kerja dengan kinerja pegawai di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser dimana variabel tingkat pendidikan formal sebagai variabel pengontrol adalah signifikan yaitu dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi pegawai pada Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser. Selanjutnya diperoleh pula Ftest > Ftabel (7,787 > 3,52) artinya korelasi parsial yang terjadi adalah murni atau dapat dikatakan terdapat hubungan yang murni antara disiplin kerja terhadap kinerja pegawai di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser dengan mengendalikan variabel tingkat pendidikan formal. Selanjutnya analisis regresi linear berganda yang menunjukkan arah dan kuatnya pengaruh dua variabel secara bersama-sama atau lebih terhadap variabel lainnya. Berdasarkan perhitungan menggunakan aplikasi SPSS Statistics 15.0 diperoleh data sebagai berikut a = 8,027, b1 = 0,004 dan b2 = 0,539. Dengan demikian maka persamaan regresinya adalah Y = 8,027+0,004 X1+0,539X2. Diketahui Ftest > Ftabel atau (7,594 > 3,52), maka persamaan garis regresi tersebut adalah signifikan yang berarti dapat dipakai untuk mengetahui hubungan pengaruh tersebut. Besarnya pengaruh dapat dilihat dar nilai b. Dengan nilai koefisien b1 sebesar 0,004 maka diperoleh ttest sebesar 0,018 maka diperoleh ttest < ttabel (0,018< 1,729). Maka tidak signifikan. Jadi pengaruh tingkat pendidikan formal terhadap kinerja pegawai di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser adalah tidak signifikan. Selanjutnya dengan nilai koefisien regresi b2 sebesar 0,539 maka diperoleh ttest > ttabel (2,870 > 1,729). Maka signifikan. Jadi pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser adalah signifikan. Berdasarkan tabel koefiesien diatas juga bisa diketahui koefisien regresi variable tingkat pendidikan formal terhadap kinerja pegawai di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser sebesar 0,004. Hal ini berarti perubahan satu satuan terhadap variabel tingkat pendidikan formal mengakibatkan perubahan sebesar 0,004 terhadap variabel kinerja pegawai. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat pendidikan formal dalam hal ini tingkat pendidikan formal pegawai di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser memiliki pengaruh yang positif dengan kinerja pegawai di Kantor 643

ejournal Pemerintahan Integrattif, Volume 4, Nomor 4, 2016 : 632-646 Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser, akan tetapi pengaruh tersebut tidak signifikan. Selain koefisien regresi variabel tingkat pendidikan formal, juga bisa diketahui regresi variabel disiplin kerja terhadap kinerja pegawai di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser. Pengaruhnya adalah sebesar 0,539. Hal ini berarti perubahan satu satuan pada variabel disiplin kerja mengakibatkan perubahan sebesar 0,539 pada kinerja pegawai. Maka disiplin kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja pegawai dan pengaruh tersebut signifikan. Dengan menggunakan aplikasi SPSS Statistics 15.0 maka diperoleh hasil perhitungan kecermatan prediksi diperoleh harga Sy yaitu 3,393 dan SEest yaitu 2,659. Dengan demikian maka Sy > SEest. Hal ini menunjukkan bahwa prediksi tersebut di atas cermat. Dengan menggunakan aplikasi SPSS Statistics 15.0 maka diperoleh hasil perhitungan koefisien penentu = 0,444 x 100 persen = 44,4. Hal ini berarti besarnya pengaruh variabel tingkat pendidikan formal dan disiplin kerja terhadap kinerja pegawai adalah sebesar 44,4%. Hal ini pula menunjukkan bahwa sisa pengaruh sebesar 55,6% adalah merupakan pengaruh dari variabelvariabel lain di luar variabel tingkat pendidikan formal dan disiplin kerja mempunyai pengaruh sebesar 55,6% terhadap kinerja pegawai di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan analisis data yang diperoleh maka diketahui pengaruh tingkat pendidikan formal terhadap kinerja pegawai di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser adalah positif tetapi tidak signifikan. Jadi ini menunjukkan hipotesis pertama pada penelitian ini diterima dan ditolak. Kemudian diketahui pengaruh disiplin kerja terhadap kineja pegawai di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser adalah positif dan signifikan. Jadi ini menunjukkan hipotesis kedua pada penelitian ini ditolak dan diterima. Dan secara bersama-sama terdapat pengaruh yang positif dan signifikan (bermagna) pada tingkat pendidikan formal dan disiplin kerja terhadap kinerja pegawai di Kantor Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser. Jadi pada hipotesis ketiga yang diajukan pada penelitian ini ditolak dan diterima. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Setiap pimpinan harus berperan aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi bawahannya serta mampu menjadi contoh atau teladan yang baik untuk bawahannya. Selain itu upaya lain yang dapat dilakukan adalah membudayakan disiplin kerja dalam sistem administrasi dan manajemen dalam segala bidang serta diikuti dengan langkah-langkah tindak lanjut yang nyata, tepat dan berkelanjutan. 644

Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai (Adriyanto) Tingkat pendidikan formal pegawai perlu ditingkatkan agar kinerja pegawai menjadi lebih baik lagi. Memberikan izin kepada pegawai yang ingin melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, menerima pegawai yang memiliki jenjang pendidikan minimal S1 dan sesuai dengan jurusan yang diambil untuk ditempatkan di suatu bidang pekerjaannya. Daftar Pustaka Bangun, Wilson. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga. Dharma, Agus. 2004. Manajemen Supervisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Hasibuan, Malayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Mahsun, Mohamad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2003. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Reflika Aditama. Manizar, Elly. 2009. Psikologi Pendidikan. Palembang: Rafah Press. Manulang, M. 2002. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nasution, Mulia. 2003. Manajemen Personalia. Bandung: Djambatan. Ndraha, Taliziduhu.. 1997. Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Notoatmodjo, Prof.DR. Soekidjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Makassar: Alfabeta. Riduwan, Prastya. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Ilmu Sosial. Jakarta. Sastrohadiwiryo, B. Siswanto. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administratif dan Operasional cetakan kedua. Jakarta: Bumi Aksara. Satriawan, Sony. 2008. Persepsi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Gerbang Dayaku Bidang Pendidikan di Desa Sebuntal Kecamatan Marang Kayu Kabupaten Kutai Kertanegartas Kerja. Samarinda: Fisipol. Simamora, Henry. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Ketiga. Yogyakarta: STIE YKPN. Sinambela, Lijan Poltak. 2006. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi Aksara. Sinungan, M. 1995. Produktifitas apa dan Bagaimana. Jakarta: Bumi Aksara. Sulistiyani, Ambar Teguh. 2011. Memahami Good Governance Dalam Perspektif Sumber Daya Manusia. Yogyakart: Gava Media. Suranto, AW. 2005. Komunikasi Perkantoran. Yogyakarta: Media Wacana. Widodo, joko. 2005. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja. Malang: Bayu Media. 645

ejournal Pemerintahan Integrattif, Volume 4, Nomor 4, 2016 : 632-646 Dokumen-Dokumen Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sumber Internet: http://jurnalmanajemen.petra.ac.id/index.php/man/article/view/19348/ (diakses 29 Februari 2016) 646