BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan oleh Van Den Akker et al (2004), menunjukan bahwa rata-rata

dokumen-dokumen yang mirip
Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan pembicara dan pendengar (Finn, 2003). Cameron dan Widmer (2008)

BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti

BAB 5 HASIL DAN BAHASAN. adenotonsilitis kronik dengan disfungsi tuba datang ke klinik dan bangsal THT

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N DENGAN POST OPERASI TONSILEKTOMI DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO

MODUL II : SPEECH AND AUDIO PROCESSING

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Farokah, dkk Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Amandel atau tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang

KARAKTERISASI PARAMETER AKUSTIK PADA SUARA YANG DIPRODUKSI OLEH PITA SUARA BUATAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasien pada awal pemakaian gigi tiruan lengkap sering terjadi banyak

BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga

KARAKTERISASI PARAMETER AKUSTIK PADA SUARA YANG DIPRODUKSI OLEH PITA SUARA BUATAN

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

ANALISA KARAKTERISTIK SPEKTRUM SUARA ANAK PAUD MENGGUNAKAN SOFTWARE PRAAT. Juli Hartanti *, Erwin, Riad Syech

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

Analisis Frekuensi Dan Pola Dasar Frekuensi Gender Laras Slendro

BAB I PENDAHULUAN. lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson, 2002). Apendisitis

Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis Yang Diindikasikan Tonsilektomi Di RSUD Raden Mattaher Jambi

Gambar. Klasifikasi ukuran tonsil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISA PENGARUH PENYAKIT FLU DAN BATUK TERHADAP SUARA PENDERITA DENGAN MENGGUNAKAN KOMPUTER

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gigi merupakan salah satu komponen penting dalam rongga mulut. Gigi

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehingga akan menentukan eksistensi seseorang dalam

ANALISIS SPEKTRUM SUARA MANUSIA BERDASARKAN SUKU PADA KELOMPOK USIA ANAK-ANAK DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE PRAAT

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik dan bangsal THT-KL dan laboratorium

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 SINDROMA WAJAH ADENOID. Sindroma wajah adenoid pertama kali diperkenalkan oleh Wilhelm Meyer (1868) di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

4.3.1 Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Instrumen Penelitian

IDENTITAS MATA KULIAH 16/03/2008 HERMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi yang belum sempurna. Mulut bayi masih pendek, licin, dan

PENENTUAN FREKUENSI FUNDAMENTAL DAN FORMANT SUARA MANUSIA DEWASA BERDASARKAN PERBEDAAN SUKU DAN GENDER MENGGUNAKAN SOFTWARE PRAAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian

Konsep Dasar Artikulasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. apendisitis akut (Lee et al., 2010; Shrestha et al., 2012). Data dari WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa insiden

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PADA dasarnya, sistem konversi teks ke ucapan (text-tospeech)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. sebagai parameter dalam menentukan perkembangan anak. Bicara

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular dan penyakit tidak menular atau degeneratif.penyakit Tidak

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI

a. Tujuan terapi.. 16 b. Terapi utama pada hepatitis B.. 17 c. Alternative Drug Treatments (Pengobatan Alternatif). 20 d. Populasi khusus

PENGUKURAN SPEKTRUM SUARA MANUSIA LANSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN SUKU MENGGUNAKAN SOFTWARE PRAAT

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI

Identifikasi Suara Vokal Suku Banjar Berdasarkan Frekuensi Formant

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Studi yang dilakukan pada bayi baru lahir didapatkan 2-3/1000 bayi lahir

BAB 1 PENDAHULUAN. negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN. Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi. yang berasal dari alam ataupun buatan yang pada dosis

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Jaringan Komputer. Transmisi Data

By : RACHMAN HAKIM ADITYA M

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. dua variabel atau lebih. Misalnya untuk memperkirakan hasil nilai anak berdasarkan

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan bentuk infeksi saluran napas. bawah akut yang tersering. Sekitar 15-20% kasus

Kualitas hidup anak dengan gangguan bernapas saat tidur pra dan pasca-adenoidektomi

udara maupun benda padat. Manusia dapat berkomunikasi dengan manusia dari gagasan yang ingin disampaikan pada pendengar.

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

Faktor Risiko dan Sistem Skor sebagai Prediksi OSAS pada Anak. Bambang Supriyatno, MD. PhD. Issue mendengkur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau

ANALISIS SPEKTRUM SUARA MANUSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN (GENDER) DAN KELOMPOK UMUR MENGGUNAKAN KOMPUTER. Widia Rahim*, Erwin, Usman Malik

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

Karakterisasi Suara Vokal dan Aplikasinya Dalam Speaker Recognition

HUBUNGAN ANTARA SPEECH INTELLIGIBIITY SUARA WANITA DAN TINGKAT TEKANAN BUNYI BACKGROUND NOISE

LAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

ANIS SILVIA

Harimurti Kridalaksana FONETIK. Definisi dari Para Linguis 21/03/2014. Kamus Linguistik. Fonologi Jepang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan meningkatnya tuntutan. akademis menyebabkan peningkatan frekuensi melihat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hidung dan sinus paranasal ditandai dengan dua gejala atau lebih, salah

BAB I PENDAHULUAN. ganas hidung dan sinus paranasal (18 %), laring (16%), dan tumor ganas. rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase rendah.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu

Mata Kuliah. Optimalisasi Pendengaran

BAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI.

ABSTRAK. Kata Kunci: Gangguan Pendengaran, Audiometri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dua atau lebih gejala berupa nasal. nasal drip) disertai facial pain/pressure and reduction or loss of

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tonsilektomi dengan atau tanpa adenoidektomi merupakan salah satu prosedur operasi yang sering pada anak di negara-negara barat. Studi yang dilakukan oleh Van Den Akker et al (2004), menunjukan bahwa rata-rata adenotonsilektomi sangat bervariasi antar negara dan tidak ada bukti definitif yang menunjukan bahwa penurunan angka adenotonsilektomi pada anak dihubungkan dengan penyakit adenotonsilitis dan operasi. Adenotonsilektomi di Kanada pada tahun 1998 dilaporkan 19 kasus per 10.000 anak-anak dan 19 kasus per 10.000 orang dewasa, di Irlandia Utara 118 kasus per 10.000 anak-anak, di Inggris 65 kasus per 10.000 anak-anak, di Belanda 115 kasus per 10.000 anakanak dan di Finlandia didapatkan 76 per 10.000 orang dewasa (Van Den Akker et al., 2004). Data dari National Center for Health Statistic menunjukkan sebanyak 418.000 tonsilektomi dengan atau tanpa adenoidektomi di Amerika Serikat pada tahun 1996 (Nelson et al., 2010). Data nasional mengenai jumlah operasi tonsilektomi atau adenotonsilektomi di Indonesia belum ada. Di RSUP dr. SardjitoYogyakarta, selama 5 tahun terakhir (2006-2011) sebanyak 332 kasus (Rekam medis RSUP dr. Sardjito Yogyakarta). Di RSCM Jakarta, selama 5 tahun terakhir (1999-2003) terdapat 427 kasus (Hermaniet al., 2004). Indikasi dan rata-rata operasi tonsilektomi bervariasi antar negara (Wilson et al., 2012), tetapi tujuan pokoknya adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidup (Baugh et al., 1

2 2011). Menurut Health technology assessment (HTA) Indonesia tahun 2004, indikasi operasi tonsilektomi dibagi menjadi indikasi absolut dan relatif. Sejak berkembangnya penggunaan antibiotik dan perbaikan guideline untuk observasi dan pemantauan penyakit infeksi, terjadi penurunan jumlah operasi karena indikasi infeksi tetapi indikasi yang paling sering pada populasi anak-anak adalah sumbatan jalan napas (Bhattacharyya et al., 2010; Parker et al., 2011). Meskipun banyak keuntungan dari tonsilektomi, tetapi perlu juga diperhatikan komplikasi dari operasi seperti sakit pada tenggorok, mual dan muntah setelah operasi, tertundanya asupan makan, perdarahan dan perubahan suara serta kematian walaupun jarang terjadi (Baugh et al., 2011). Tonsila palatina terletak pada traktus vokalis diantara plika palatoglosus dan plika palatofaringeal. Traktus vokalis berperan sebagai resonator dengan frekuensi yang dapat dimodulasi oleh artikulator-artikulator yang membentuk formant vokal sehingga vokal dapat dikenali (Sundberg & Nordstrom, 1977). Karakteristik resonansi traktus vokalis dicerminkan oleh frekuensi formant yang ditentukan oleh ukuran dan bentuk traktus vokalis tersebut (Warren, 2008). Tonsilektomi dapat menyebabkan perubahan pada struktur dalam rongga mulut yang berfungsi sebagai resonator pada proses pembentukan speech. Perubahan pada struktur resonator setelah tonsilektomi dapat menyebabkan perubahan pada karakteristik speech pada individu yang dilihat dari parameter analisis suara yaitu frekuensi formant, jitter, shimmer, harmonic noice ratio (HNR) (Ilk et al., 2002; Kandogan et al., 2006; Mora et al., 2007; Salami et al., 2008), voice turbulence index (VTI), soft phonation index (SPI), degree of

3 voiceless (DUV), dan degree of voice breaks (DVB) (Mora et al., 2007; Salami et al., 2008). Analisis suara telah mulai digunakan untuk menilai perubahan karakteristik speech pada pasien yang menjalani operasi di daerah saluran napas atas khususnya tonsilektomi dengan hasil yang bervariasi, sementara di Indonesia belum ada studi seperti ini sebelumnya. Karakteristik suara manusia dibagi menjadi dua jenis, yaitu 1) karakteristik non akustik: contohnya adalah pulsa dan waktu, 2) karakteristik akustik: terdiri dari pitch, formant dan formant bandwidth. Pitch merupakan formant kenol (F0). Formant didefinisikan sebagai spektrum puncak gelombang ke puncak gelombang suara manusia. Formant bandwidth merupakan lebar dari suatu formant. Pada saat manusia berbicara dan mengucapkan bunyi vokal dapat menghasilkan lebih dari empat formant. Untuk membedakan suatu bunyi vokal diperlukan dua formant, yaitu formant kesatu (F1), yang berhubungan dengan posisi lidah terhadap palatum mole saat berbicara dan formant kedua (F2), yang berhubungan dengan posisi lidah di depan atau di belakang saat berbicara. Formant ketiga (F3), formant keempat (F4) dan seterusnya, berpengaruh terhadap warna (timbre) suara yang dihasilkan (Adhi et al n.d). Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu dilakukan analisis karakteristik speech sebelum dan sesudah dilakukan tonsilektomi dengan atau tanpa adenoidektomi secara obyektif sehingga dapat dijadikan landasan untuk menjelaskan tentang perubahan karakteristik speech berdasarkan parameter analisis suara setelah dilakukan tonsilektomi. Pada studi ini menilai pengaruh

4 tonsilektomi terhadap traktus vokalis yang menggunakan parameter analisis suara yaitu frekuensi formant (F1, F2 dan F3). B. Perumusan Masalah 1. Tonsilektomi dengan atau tanpa adenoidektomi merupakan operasi yang sering dilakukan dibidang THT terutama pada anak-anak. 2. Salah satu komplikasi dari tindakan tonsilektomi adalah perubahan suara. 3. Pada individu yang berkerja dengan mengandalkan suara sebagai profesionalnya seperti pada penyanyi, pembicara profesional dan sebagainya akan menjadi masalah bagi mereka. 4. Tonsilektomi dengan atau tanpa adenoidektomi mempengaruhi volume resonator dan posisi lidah terhadap pergerakan palatum mole saat berbicara yang mungkin mempengaruhi F1, F2 dan F3, sehingga diperlukan analisis suara yang obyektif berupa parameter frekuensi formant. C. Pertanyaan Penelitian Apakah tonsilektomi dengan atau tanpa adenoidektomi mempengaruhi frekuensi formant suara? D. Tujuan Penelitian Menentukan pengaruh tonsilektomi dengan atau tanpa adenoidektomi terhadap frekuensi formant suara. E. Manfaat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan dalam memberikan informasi mengenai kemungkinan terjadi perubahan suara pada pasien yang menjalani tonsilektomi dengan atau tanpa adenoidektomi.

5 F. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian mengenai pengaruh tonsilektomi dengan atau tanpa adenoidektomi pada speech sudah pernah dilakukan dengan hasil yang bervariasi. Ilk et al., 2002, melaporkan penelitiannya tentang efek tonsilektomi pada spektrum speech pada 10 pasien yang menjalani tonsilektomi. Hasilnya terdapat perubahan terutama F3 dan formant bandwidth ketiga (B3) untuk vokal /o/ dan /a/, penurunan yang ringan pada formant bandwidth kesatu (B1) dan formant bandwidth kedua (B2) untuk vokal /a/, penurunan yang ringan pada NHR yang berarti berkurangnya vokal nasalized, dan konsonan fikatif dan glotal /h/ juga berubah. Kandogan et al., 2006, melaporkan penelitiannya tentang efek tonsilektomi pada parameter akustik pada 20 pasien yang menjalani tonsilektomi. Hasilnya menunjukan F0, F1, F2 dan F3 setelah operasi secara statistik tidak berubah signifikan pada perempuan tetapi berubah secara signifikan pada laki-laki. Penelitian pendahuluan Bertino et al., 2006, tentang perubahan akustik suara setelah operasi jalan napas atas pada pasien OSAS, hasilnya menunjukan F0 tidak berubah, F1 untuk vokal /a/ dan F2 untuk vokal /e/ signifikan lebih tinggi, F1 untuk vokal /i/ dan F2 untuk vokal /o/ dan /u/ signifikan lebih rendah dibanding sebelum operasi. Penelitian Mora et al., 2007, tentang efek adenotonsilektomi pada spektrum speech pada 40 anak usia 4-14 tahun (25 pasien laki-laki, 15 pasien perempuan), hasilnya menunjukan Fo, jitter, shimmer, NHR, VTI, SPI, DUV, dan DVB 1 bulan setelah operasi menurun secara signifikan dan terdapat perbedaan yang

6 signifikan dari NHR, VTI, dan DVB sesudah operasi, yaitu mendekati nilai pada kelompok sehat. Test mirror-fogging menunjukkan penurunan hipernasality dari rata-rata 3,2 sebelum operasi menjadi 0 sesudah operasi, test Gutzman menunjukan nilai 1 sebelum dan 0 setelah operasi, rata-rata nasality severity index dari 3,7 sebelum operasi menjadi 0,6 setelah operasi. Penelitian Salami et al., 2008, tentang pengaruh tonsilektomi terhadap speech pada 40 anak usia 4-12 tahun yang dibagi menjadi 2 kelompok: kelompok A adenotonsilektomi dan kelompok B tonsilektomi dengan kelompok kontrol anak sehat, hasilnya menunjukan kelompok A terdapat penurunan yang signifikan dari F0, jitter, shimmer, NHR, VTI, SPI,DUV, DVB, dan peak amplitudo variation (vam) sesudah operasi dan terdapat perbedaan yang signifikan dari F0, jitter, shimmer, NHR, VTI, DUV, DVB, dan vam sesudah operasi, yaitu mendekati nilai pada kelompok sehat. Test mirror-fogging menunjukkan penurunan hipernasality dari rata-rata 3,1 sebelum operasi menjadi 1,4 setelah operasi, test Gutzman menunjukan nilai 1 sebelum dan 0 setelah operasi, rata-rata voice handicap index (VHI) sebelum operasi 94 menjadi 26 setelah operasi. Pada kelompok B terdapat penurunan yang tidak signifikan dari F0, jitter, shimmer, NHR, VTI, SPI, DUV, DVB, dan vam sesudah operasi dan terdapat perbedaan yang signifikan dari jitter, DUV, DVB, dan vam sesudah operasi, yaitu mendekati nilai pada kelompok sehat. Test mirror-fogging menunjukkan penurunan hipernasality dari rata-rata 1,5 sebelum operasi menjadi 1,3 setelah operasi, test Gutzman menunjukan nilai 1 sebelum dan setelah operasi, rata-rata VHI sebelum operasi 96 menjadi 46 setelah operasi.

7 Mora et al., 2009, melaporkan penelitiannya tentang perubahan suara setelah tonsilektomi yang dilakukan pada 40 pasien laki-laki dengan tonsil hipertrofi usia antara 18-60 tahun dengan kelompok kontrol 40 laki-laki tanpa tonsil hipertrofi. Sebelum dan 1 bulan setelah tonsilektomi dilakukan:1) test nasality dengan test mirror-fogging dari Glatzel, test Gutzman dan nasality severity index, 2) VHI, 3) evaluasi artikulasi dengan test picture-naming, 4) penilaian phonetik dengan menggunakan multi-dimensional voice program (MDVP). Hasil penelitiannya menunjukkan F0, jitter, shimmer, NHR, VTI, SPI, DUV, DVB, dan vam setelah operasi menurun secara signifikan, test mirror-fogging menunjukan penurunan hipernasality dari rata-rata 3,3 sebelum operasi menjadi 1,6 setelah operasi, test Gutzman menunjukan nilai 1 sebelum operasi dan menjadi 0 setelah operasi, ratarata VHI sebelum operasi 3,6 menjadi 0,5 setelah operasi. Penelitian yang akan dilakukan ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan vokal dalam bahasa Inggris. Pada penelitian ini analisis speech dikhususkan menilai frekuensi formant yang menggunakan vokal dalam bahasa Indonesia. Apakah akan terdapat perbedaan hasil dengan penelitian sebelumnya, dengan adanya perbedaan bahasa yang digunakan dalam penelitian ini.