BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

RPJMN dan RENSTRA BPOM

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, DAN KEBIJAKAN Visi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Dan Penanaman Modal

WALIKOTA BUKITTINGGI

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BPPTPM PROV. KEP.BABEL BAB I PENDAHULUAN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAPPEDA Planning for a better Babel

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BAB 4 VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATGEI DAN ARAH KEBIJAKAN

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 25 TAHUN 2012

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN

Rencana Strategis (RENSTRA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pendahuluan. Latar Belakang

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIANTAN SELATAN

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BPMD Prov.Jateng Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015

Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran

Ikhtisar Eksekutif. vii

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

RENCANA STRATEGIS KANTOR PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Sistem In vasi Administrasi Negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG.

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator. Kinerja Utama

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI. Isu adalah permasalahan yang dijumpai dan menjadi suatu opini publik yang

Transkripsi:

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Provinsi Kepulauan Bangka Belitung a. Identifikasi permasalahan berdasarkan bidang Pengembangan Potensi Daerah Adapun permasalahan yang ada pada bidang Pengembangan Potensi Daerah Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebagai berikut: 1. Bidang Pengembangan Potensi Daerah membutuhkan sumber daya manusia yang handal dapat menyediakan data yang akurat. 2. Kurangnya sarana dan prasarana yang memenuhi standar kerja pegawai. 3. Perlunya pengembangan profil potensi daerah yang berisi tentang informasi peluang usaha yang layak bagi investor. 4. Perlunya pengumpulan data potensi daerah yang existing baik dari sektor primer, sektor sekunder maupun sektor tersier baik secara manual maupun elektronik. 5. Perlunya menganalisa ketersedian lahan, potensi bahan baku, infrastruktur dan daya dukung investasi. 6. Perlunya strategi pengembangan peluang potensi daerah yang sistematis. 7. Kewirausahaan perlu di dorong sehingga menciptakan investasi lokal dan membuka lapangan kerja. b. Identifikasi permasalahan berdasarkan bidang pelayanan perizinan terpadu Adapun permasalahan yang ada pada bidang pelayanan perizinan terpadu Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebagai berikut: 17

1. Masih seringnya pemohon /masyarakat mengajukan permohonan perizinan dengan persyaratan yang belum lengkap sehingga tidak bisa segera di layani/proses. Hal ini dikarenakan Standar Operasional Prosedur pelayanan mempersyaratkan permohonan perizinan akan dilayani setelah semua persyaratan yang di tetapkan di penuh, sehingga waktu penyelesaian yang ditetapkan dalam SOP tidak dapat di penuhi. Untuk itu pada masa masa selanjutnya perlu di tingkatkan sosialisasi tentang pelayanan perizinan kepada masyarakat atau calon Investor untuk datang mengurus langsung perizinan yang bersangkutan sehingga pandangan negative perizinan yang rumit bisa sedikit demi sedikit dihilangkan. 2. Masih lemahnya komitmen dari Kepala Dinas atau SKPD dilingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam mendukung penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) baik dari yang sudah mendelegasikan kewenangan perizinan dan non perizinan maupun yang belum mendelegasikan kewenangan perizinan dan non perizinan.sehingga Perda Nomor 1 Tahun 2013 yang juga mengatur fungsi layanan perizinan secara administrasi yang terdapat pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di koordinasikan dan dilaksanakan oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak berjalan dengan Optimal. 3. Dalam pengurusan pelayanan dokumen perizinan dan non perizinan masih banyak masyarakat/calon Investor MENITIP pengurusan perizinan melalui Pegawai baik Pegawai Negeri Sipil maupun Pegawai Honorer atau apapun namanya di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hal ini berdampak buruk bagi proses pelayanan perizinan (melahirkan percaloan) dan bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. 18

c. Identifikasi permasalahan berdasarkan Bidang Promosi Adapun permasalahan yang ada pada Bidang Promosi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebagai berikut: 1. Belum optimalnya promosi investasi di dalam dan luar negeri. 2. Belum optimalnya koordinasi antara instansi sektoral dan BPM lainnya tentang promosi peluang investasi. 3. Belum optimalnya penyelenggaraan sistem informasi investasi. 4. Terbatasnya bahan promosi yang komprehensif. 5. Belum optimalnya marketing intelijen investasi. 6. Belum tersedianya business plan investasi. 7. Belum tersedianya event tahunan promosi investasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 8. Belum tersedianya master plan promosi investasi. 9. Belum optimalnya kerjasama dengan media. 10. Belum optimalnya kerjasama kemitraan antar UMKM tingkat Provinsi dengan pengusaha nasional/asing. d. Identifikasi permasalahan berdasarkan Bidang Pengawasan dan Pengendalian Adapun permasalahan yang ada pada Bidang Pengawasan dan Pengendalian Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebagai berikut: 1. Diterbitkannya IMTA di instansi teknis provinsi menyulitkan pemantauan tenaga kerja asing di PMDN/PMA. 2. Masih rendahnya tingkat kepatuhan perusahan dalam penyampaian LKPM ke PDPPM dan PDKPM. 3. Dalam pelaksanaan pengawasan terhadap PMDN dan PMA terdapat kendala dalam hal kesulitan mendapatkan data yang konkret seperti alamat perusahaan yang tidak jelas, Perizinan perusahaan yang tidak lengkap dan keterlambatan dalam pengiriman izin-izin yang dikeluarkan 19

dari BKPM sehingga mempengaruhi laporan perkembangan dan realisasi investasi daerah. 3.2 Telaah visi, misi dan program RPJMD Adapun visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah adalah Terwujudnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sebagai Wilayah Agri- Bahari yang Maju dan Berwawasan Lingkungan,didukung oleh Sumber Daya Manusia Handal dan Pemerintah yang Amanah Menuju Masyarakat Sejahtera yang ditempuh melalui 5 (lima) Misi yaitu : 1. Mengembangkan ekonomi kerakyatan Mengembangkan potensi ekonomi lokal yang sejalan dengan upaya mewujudkan wilayah agri-bahari dan meningkatkan daya saing daerah; 2. Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat (Society Empowerment) dan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Peningkatan kualitas dan daya saing SDM melalui penguasaan,pemanfaatan dan penciptaan iptek yang berbasis potensi lokal serta pemantapan imtaq; 3. Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian tata ruang Penciptaan lingkungan hidup yang asri,nyaman dan lestari bagi generasi sekarang dan generasi yang akan datang. 4. Mempercepat pembangunan infrastruktur wilayah dan mengembangkan wilayah strategis dan cepat tumbuh Pemerataan pembangunan dan berkeadilan melalui peningkatan pembangunan daerah; 5. Mewujudkan good governance dalam rangka mencapai clean government Penguatan ketatapemerintahan yang baik (good local governance); Arah pembangunan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal mengacu pada misi pertama dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2012-2017 mengembangkan potensi ekonomi lokal yang sejalan. Adapun keselarasan visi misi SKPD dengan 20

RPJMD di lihat dari arah visi Kepala SKPD yang memanfaatkan potensi daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2012-2017 pada dasarnya adalah jabaran dari visi dan misi Kepala Daerah terpilih dengan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. 3.3 Telaah renstra K/L dan Renstra Provinsi Visi BKPM dalam periode 2015-2019 adalah sebagai berikut: Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. Pernyataan visi di atas mengandung makna, yaitu kedaulatan ekonomi, kemandirian di bidang ekonomi, bangsa yang berkepribadian didorong dengan berlandaskan semangat gotong royong. Sesuai dengan visi 2015-2019, misi BKPM meliputi tiga hal berikut: 1) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera ; 2) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing; 3) Mewujudkan Indonesia menjadi Negara maritime yang mandiri, maju dan berbasiskan kepentingan nasional. 9 (sembilan) Agenda Pembangunan Nasional : 1. Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap Bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara. 2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerahdaerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan. 4. Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya. 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. 21

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional. 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. 8. Melakukan revolusi karakter bangsa. 9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial indonesia Arah kebijakan dan strategis Nasional di bidang penanaman modal dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 pada agenda pembangunan nasional nomor 6 (enam) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional dengan sub agenda prioritas Penguatan Investasi. Penguatan Investasi ditempuh melalui (2) dua pilar kebijakan, yaitu: Pertama : Peningkatan iklim investasi dan iklim usaha untuk meningkatkan efisiensi proses perizinan bisnis. Kebijakan ini di tujukan untuk meningkatkan efisiensi proses perizinan, meningkatkan kepastian berinvestasi dan berusaha di Indonesia, serta mendorong persaingan, usaha yang lebih sehat dan berkeadilan. Kedua : Peningkatan investasi yang inklusif terutama dari investor domestik. Kebijakan ini di tujukan untuk mengembangkan dan memperkuat investasi di sektor riil, terutama PMDN yang dapat mendorong pengembangan investasi dan usaha di Indonesia secara inklusif dan berkeadilan terutama pada sektor produktif yang mengutamakan sumber daya lokal. 22

Upaya penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2012-2017 pada dasarnya adalah penjabaran dari visi dan misi Kepala Daerah terpilih dengan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Berdasarkan jabaran dan sinkronisasi tersebut, maka prioritas bidang pembangunan untuk periode 2012-2017 adalah: 1. Ekonomi 2. Sosial, Politik, dan Sumber Daya Manusia 3. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 4. Sarana dan Prasarana 5. Pemerintahan 3.4 Telaah Rencana Tata Ruang Wilayah Dan Kajian Lingkungan Hidup Rencana Tata Ruang Wilayah dapat menjadi fungsi koordinasi dan pengendalian dengan munculnya pemahaman bersama mengenai orientasi dan paradigma pembangunan perkotaan masa depan, dan dalam upaya mengurangi fragmentasi sektoral dan fungsional. Penataan Ruang ditujukan untuk menyerasikan peraturan penataan ruang dengan peraturan lain yang terkait, harmonisasi pembangunan antar wilayah, mengendalikan pemanfaatan ruang yang efektif, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang dan mewujudkan sistem kelembagaan penataan ruang. Lebih lanjut, penataan ruang memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan pembangunan demi terwujudnya pembangunan berkelanjutan yaitu dalam bentuk memberikan kontribusi yang nyata dalam pengembangan wilayah dan kota yang berkelanjutan, sehingga keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia dapat tercapai) RTRW merupakan rencana tata ruang yang bersifat umum yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah, rencana struktur ruang, rencana pola ruang, penetapan kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah baik tingkat nasional (RTRWN), provinsi (RTRWP) maupun RTRW kab/kota. Tujuan RTRW 23

merupakan arahan perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang pada aspek keruangan, yang pada dasarnya mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Dan yang terpenting adalah, RTRW menjadi dasar dalam memberikan rekomendasi pengarahan pemanfaatan ruang. Adapun fungsi dari RTRW itu sendiri diantaranya: 1. Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). 2. Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah. 3. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah. 4. Acuan lokasi investasi dalam wilayah yang dilakukan pemerintah, masyarakat, dan swasta. 5. Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah. 6. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan wilayah yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi dan 7. Acuan dalam administrasi pertanahan. RTRW yang baik adalah yang disusun dengan memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Selain itu, rona wilayah dan kondisi fisik wilayah juga harus diperhatikan sehingga rencana peruntukan ruang yang dihasilkan dapat efisien dan optimal. 3.5 Penentuan Isu-Isu Strategis Penentuan isu-isu strategis dapat dilihat dari matrik keterkaitan isu strategis dengan program dan kegiatan tahun 2012-2017, yaitu: 1. Masih kurangnya kerjasama promosi penanaman modal dan masih rendahnya minat investor untuk berinvestasi 2. Perlunya rebranding investasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 3. Menyajikan data terkini (up to date) peta potensi sumber daya dan peluang investasi lingkup provinsi. 24

4. Terkoneksinya kemitraan usaha bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dengan investor/pengusaha besar. 5. Tersedianya konsep produk turunan komoditas unggulan potensi sumber daya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 6. Tersedianya SDM promosi yang mempunyai kemampuan marketing investasi. 7. Peningkatan kompetensi dan profesionalisme aparatur. 8. Meningkatkan sarana prasarana yang memadai. 9. Mengembangkan sistem informasi pelayanan perizinan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 10. Mendorong sinergitas pelayanan administrasi perizinan dengan stakeholders dan kabupaten/kota. 11. Masih kurangnya kerjasama antara provinsi dengan kabupaten/kota dalam update data. 3.6 Analisis SWOT A. Kekuatan / Strengths 1. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki sumberdaya alam yang melimpah serta letak geografis yang strategis. 2. Iklim investasi yang kondusif. 3. BPPTPM merupakan komitment Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam mewujudkan Reformasi Birokrasi Pelayanan Publik di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 4. Komitmen yang kuat dari Kepala Badan dan seluruh Aparatur BPPTPM. B. Kelemahan / weakness 1. Kurangnya sumberdaya aparatur yang handal dan kompetitif. 2. Kurangnya infrastruktur penunjang investasi. 3. Belum sepenuhnya Dinas /Instansi teknis mendelegasikan kewenangan perizinannya kepada BPPTPM. 25

C. Peluang /Opportunity 1. Adanya otonomi daerah dapat dimanfaatkan kewenangan pemerintah untuk membuat kebijakan dalam mengembangkan potensi sumberdaya yang ada (kondisi lahan, tenaga kerja, sumber daya alam. 2. Pengembangan potensi sektor-sektor unggulan daerah mulai mendorong kegiatan perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung seperti sektor pariwisata, sektor pertanian, sektor kelautan dan perikanan, sektor perdagangan dan jasa. 3. Tersedianya peluang industri hilir. 4. Adanya dukungan Kepala Daerah dan Kebijakan Nasional untuk Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. D. Ancaman / Threat 1. Persaingan antar daerah. 2. Kerusakan lingkungan akibat pengelolaan dan eksploitasi SDA yang tidak terkendali. 3. Lemahnya koordinasi antar bidang pengembangan potensi daerah dengan bidang internal maupun eksternal. 4. Kepala Dinas /Instansi perizinan yang belum sepenuhnya mendukung penyelenggaraan PTSP sehingga masih banyak SKPD yang belum mendelegasikan kewenangannya kepada BPPTPM. 5. Kepala Dinas yang sudah melimpahkan kewenangan perizinan kepada BPPTPM belum memahami sepenuhnya hakekat keberadaan PTSP, sehingga dengan pelimpahan kewenangan beranggapan bahwa seluruh permasalahan perizinan menjadi tanggung jawab BPPTPM; 6. Tim Teknis yang di tunjuk kurang berkompeten dalam melaksanakan tugasnya. 7. Banyaknya praktek percaloan perizinan. 26