Anik Sulistyowati Pembimbing I : Dr. Hera Heru SS, M.pd Prodi BK FKIP UNISRI ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PERSEPSI SISWA KELAS X TKJ TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN IPPK DI SMK TAMANSISWA JETIS YOGYAKARTA. Oleh : Resti Kurnia Yulianti

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi.

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECENDERUNGAN MENCONTEK PADA SISWA KELAS XI IPS MAN 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII SMP N 1 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

Marina Tri Handhani. Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS XI IPS MAN II KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PERUBAHAN PERSEPSI SISWA SMP TERHADAP BIMBINGAN KONSELING MELALUI LAYANAN INFORMASI. Siti Masruroh SMP Negeri 4 Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai

Tyas Siti Syarifah ( ) Pembimbing :Lydia Ersta K. Prodi BK FKIP UNSIRI ABSTRAK

ARTIKEL ILMIAH PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING DI SMP NEGERI I MUARO JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

HUBUNGAN PEMBERIAN TUGAS DENGAN KREATIVITAS PADA PESERTA DIDIK KELAS X DI SMA NEGERI 8 KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DI SMA NEGERI SE-KOTA METRO

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Bimbingan dan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

Oleh : Dra Siti Masruroh ( SMP Negeri 4 Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya proses pembelajaran. Pendidikan nasional diarahkan untuk. masalah hidup, serta membentuk manusia kreatif dan inovatif.

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 WERU SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dijalani oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

PENGARUH PENERAPAN METODE BELAJAR TUNTAS TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI WIRONANGGAN 01 GATAK SUKOHARJO TAHUN 2014/2015

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

KORELASI ANTARA KEPRIBADIAN KONSELOR DENGAN PEMANFAATAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING PADA SMP NEGERI 1 PALANGKA RAYA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. potensi kreatif dan tanggung jawab kehidupan, termasuk tujuan pribadinya. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Disadari atau tidak, setiap orang mempunyai dua sifat yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

ERFIANA RESTYA RAHMAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya tujuan nasional tersebut harus ada perhatian dari. pemerintah dan masyarakat yang sungguh-sungguh.

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KEDISIPLINAN KERAPIHAN BERSERAGAM PADA SISWA KELAS XII IPS 1 SMA NEGERI 1 COLOMADU TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

Disusun oleh : Putri Setya Wardani A

Titis Fitri Putri Astuti ( ) Pembimbing : Dra. Sri Hartini, M.Pd. Prodi BK FKIP UNISRI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak

UPAYA GURU BK DALAM MEMPERBAIKI CARA BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DI SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas baik melalui pendidikan informal di rumah

HUBUNGAN BIMBINGAN KARIR DENGAN MINAT MELANJUTKAN STUDI SISWA KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 2 KANDAT KABUPATEN KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pribadi manusia secara normative. Pendidikan tidak hanya diperoleh di lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KELENGKAPAN FASILITAS SEKOLAH DENGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS XI SMK NEGERI KEBONAGUNG KABUPATEN PACITAN TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Dhoni Aprianto, A , Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012.

Kata Kunci : Layanan Informasi Karir, Pemilihan Karir

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas,

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDY BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI DALAM MENGEMUKAKAN DAN MEMPERTAHANKAN PENDAPAT PADA SISWA KELAS

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pendidikan saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan pendidikan di

PENGARUH MINAT PROFESI GURU TERHADAP INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MAHASISWA PGSD UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN ANGKATAN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

HUBUNGAN ANTARA PERGAULAN KELOMPOK SEBAYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X DI SMK NEGERI 1 TANJUNGANOM TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin, sehingga akan diperoleh hasil

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATAKULIAH AKUNTANSI BIAYA II MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UMS ANGKATAN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN TERHADAP ORIENTASI KARIR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP TUGAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN KESEDIAAN BERKONSULTASI PADA SISWA KELAS XI IPS 4 MAN 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Anik Sulistyowati 11500044 Pembimbing I : Dr. Hera Heru SS, M.pd Prodi BK FKIP UNISRI ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap Guru Bimbingan dan Konseling Dengan Kesediaan Berkonsultasi Siswa Kelas XI IPS 4 MAN 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas XI IPS 4 MAN 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. Dengan metode pengambilan sampel total sampling dan jumlah sampel yang digunakan adalah 30 siswa. Teknik pengumpulan data digunakan observasi dan angket. Obervasi dilakukan sebagai langkah pendahuluan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap guru BK. Angket digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan persepsi siswa terhadap tugas Guru Bimbingan dan Konseling serta kesediaan berkonsultasi siswa. Teknik analisis data menggunakan product moment. Berdasarkan analisis data diperoleh nilai r hitung sebesar 0,789 berarti lebih besar dari r tabel baik dalam taraf signifikansi 5% maupun 1% (0,361 < 0,789 > 0,463). Dengan demikian dapat disimpulkan uji hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara persepsi terhadap tugas Guru Bimbingan dan Konseling dengan Kesediaan Berkonsultasi Pada Siswa Kelas XI IPS 4 MAN 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015, diterima kebenarannya. Kata Kunci : Hubungan, Persepsi Tugas Guru BK, Kesediaan Berkonsultasi Siswa 1

2 PENDAHULUAN Siswa pada tingkatan Sekolah Menengah Atas umumnya berada dalam kategori remaja. Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit berhubungan dengan penyesuaian sosial dan pencarian identitas. Ada remaja yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain. Dalam hal inilah bimbingan dan konseling sangat diperlukan, para siswa perlu dibimbing ke arah terciptanya hubungan pribadi yang baik dengan lingkungannya. Kesediaan yang rendah untuk memanfaatkan keberadaan guru BK tentunya dipengaruhi oleh persepsi siswa kepada pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan guru BK di sekolah. Atkinson, R.C, Hilgard, E.R. (1997: 69) menyampaikan bahwa banyaknya siswa yang tidak memanfaatkan keberadaan guru BK terjadi karena kesalah pahaman dalam bimbingan dan konseling dimana timbul persepsi bahwa peran konselor di sekolah adalah sebagai polisi sekolah yang bertugas untuk menghukum siswa yang terlambat datang ke sekolah ataupun siswa yang terlambat membayar SPP. Apabila siswa mengetahui secara jelas mengenai tugas guru Bimbingan dan Konseling maka siswa akan menerima guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor di sekolah dan dijadikan mediasi atau fasilitator untuk mengatasi berbagai permasalahan yang menghambat dirinya dan tidak segan untuk berkonsultasi. Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu perangkat pembelajaran di ranah pendidikan yaitu merupakan suatu proses kegiatan belajar dan mengajar dalam instansi pendidikan formal yang tertuju untuk membentuk karakter, watak, sikap dan kepribadian peserta didik. Bimbingan dan konseling itu sendiri pada dasarnya tertuju pada tercapainya suatu tujuan pendidikan yang optimal bagi semua peserta didiknya, sebagaimana telah dituliskan didalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang didalamnya menyebutkan bahwa : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

3 bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2000:8). Dari tujuan pendidikan nasional yang telah disebutkan diatas ternyata pada kenyataanya banyak berbagai kendala yang muncul di lapangan dan dapat menghalanganginya suatu proses tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Kendala tersebut berasal dari berbagai pihak khususnya berasal dari siswa yang melakukan proses pembelajaran dimana siswa sebagai agen perubahan atau generasi penerus, serta kendala tersebut bisa berasal dari penyelenggara pendidikan itu sendiri yaitu guru dan perangkat yang ada didalamnya. Terutama dalam keberhasilan proses Bimbingan dan Konseling siswa sering tidak mau dan enggan berkonsultasi dengan Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor yang ada disekolah, Guru Mata pelajaran dan Guru wali kelas apabila mereka mempunyai suatu permasalahan yang ada dalam diri mereka masalah tersebut baik masalah pribadi, masalah sosial, masalah belajar dan masalah karier sehingga apabila gurunya tidak aktif dan kreatif memantau perkembangan siswanya secara intensif ketika ada hal atau masalah kecil yang ada dalam diri siswa maka masalah tersebut akan menjadi besar dan akan mengganggu proses belajar dan proses perkembangannya. Kesediaan siswa untuk berkonsultasi kepada guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor yang ada di sekolah mengenai segenap permasalahannya berawal dari persepsi siswa mengenai tugas guru Bimbingan dan Konseleling atau Konselor di sekolah itu sendiri. Keberadaan guru Bimbingan dan konseling atau Konselor disekolah diharapkan mampu untuk menunjang proses keberhasilan suatu pendidikan yang ada di sekolah dan dimasa yang akan datang secara merata dan menyeluruh. Konsepsi pemikiran siswa berkenaan dengan profesi Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor disekolah dan apa sebenarnya tugas dari seorang guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor sekolah masih belum jelas bagi mereka. Persepsi siswa mengenai tugas seorang guru Bimbingan dan Konseling masih ada

4 kekeliruan. Fakta yang saya temukan di lapangan bahwa ada yang beranggapan mengenai tugas seorang guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor hanyalah mencatat absensi siswa, memanggil siswa yang tidak masuk sekolah, memarahi siswa dan menghukum siswa apabila terlambat masuk sekolah, menghukum siswa apabila tidak bisa disiplin, tidak mentaati tata tertib yang ada di sekolah, memberikan poin apabila siswa melakukan suatu pelanggaran dan lain sebagainya. Apabila siswa mengetahui secara jelas mengenai tugas guru Bimbingan dan Konseling maka siswa akan menerima guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor di sekolah dan dijadikan mediasi atau fasilitator untuk mengatasi berbagai permasalahan yang menghambat dirinya dan tidak segan untuk berkonsultasi. Tetapi sebaliknya apabila siswa mempunyai persepsi yang salah maka siswa enggan untuk datang kepada guru Bimbingan dan Konseling atau konselor yang ada di sekolah untuk berkonsultasi mengenai permasalahannya. Dari penelitian skripsi yang dilakukan oleh Wahyudin Handoyo (2013: 75) yang berjudul hubungan persepsi siswa terhadap guru Bimbingan dan Konseling dengan kesediaan untuk melakukan konseling disekolah menyebutkan bahwa siswa merasa lebih baik bercerita mengenai permasalahannya dengan teman-temannya dibanding dengan guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor disekolahnya karena menurut subyek (siswa ) guru Bimbingan dan konseling tidak dapat menyelesaikan masalah siswa yang sedang dihadapi oleh siswa sehingga membuat subyek (siswa) enggan berhubungan dengan guru Bimbingan dan Konseling. Menurut Sobur Alex (2003: 445) persepsi adalah menerima atau mengambil apa yang dilihat dan dirasakan lalu diolah untuk mendapat pandangan yang baru berkaitan dengan suatu hal. Persepsi adalah proses yang di dahului oleh pengindraan yaitu merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera yang kemudian menseleksi, menginterprestasi, mereaksi atau menilai sehingga individu menyadari tentang apa yang di inderakannya (Bimo Walgito 2003:45). Dikemukakan oleh Purwa Atmaja (2012: 63) persepsi adalah merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan jelasnya, adanya stimulus yang diterima

5 individu atau seseorang melalui panca indera atau secara umum disebut reseptor atau penerima. Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi tugas guru bimbingan dan konseling atau konselor di sekolah adalah keadaan stimulus yang diterima dari individu yang berawal dari lingkungannya dimana ia melakukan proses interaksi dan dapat mempengaruhi segala pemikiran, perasaan, pemahaman serta pengalaman yang direspon didalam kinerja otak individu serta menginterprestasi tentang tugas guru bimbingan dan konseling atau konselor di sekolah. Menurut Lundquist dan Chamely yang dikutip oleh Belkin, 1981 dalam buku profesi keguruan (2009: 65) mereka menyatakan bahwa Konselor ternyata sangat membantu tugas guru dalam hal sebagai berikut : 1) Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah afektif yang mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru. 2)Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan mempengaruhi proses belajar-mengajar. 3)Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih efektif. 4)Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan tugasnya. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tugas guru bimbingan dan konseling atau konselor disekolah adalah menyusun, melaksanakan, mengevaluasi program layanan bimbingan dan konseling disekolah berupa bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, karier dan semua jenis layanan termasuk instrument layanan pendukung. Berkaitan dengan layanan Bimbingan dan Konseling, Pengertian konsultasi dalam program Bimbingan dan Konseling adalah sebagai suatu proses penyediaan bantuan teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas peserta didik atau sekolah. konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara tidak langsung melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain (Muhibbun Syah, 1999:1). Berdasarkan pendapat di atas pengertian kesediaan berkonsultasi pada penelitian ini adalah dorongan dari individu untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah

6 yang ada pada individu tersebut. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu diteliti tentang, Hubungan antara persepsi terhadap tugas Guru Bimbingan dan Konseling dengan kesediaan berkonsultasi pada siswa kelas XI IPS 4 MAN 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif sesuai dengan judul yang diajukan dalam penelitian ini maka, dapat diketahui mengenai lokasi penelitian yang dilakukan.penelitian ini dilaksanakan di MAN 2 Surakarta Tahun pelajaran 2014/2015. waktu penelitian direncanakan selama dua bulan yaitu Januari 2015 sampai Februari 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 4 MAN 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.Dengan jumlah siswa 30 siswa. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Moleong 2010:69). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009:118). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Seluruh siswa kelas XI IPS 4 MAN 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.Dengan jumlah siswa 30 siswa. Sampel yang digunakan adalah sampel total. Variabel penelitian ini terdiri dari dua Variabel,Variabel bebas yaitu variabel yang memberikan pengaruh terhadap variabel terikat. dalam penelitian ini variabel (X) persepsi terhadap tugas Guru Bimbingan dan Konseling. Variabel tergantung yaitu variabel yang terkena pengaruh bebas variabel ( Y ) yang digunakan dalam penelitian ini adalah kesediaan berkonsultasi pada siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode Angket atau kuesioner dan metode observasi. Obervasi dilakukan sebagai langkah pendahuluan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap guru BK. Angket digunakan untuk

7 mengumpulkan data yang berkaitan dengan persepsi siswa terhadap tugas Guru Bimbingan dan Konseling serta kesediaan berkonsultasi siswa. Teknik analisis data menggunakan product moment. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil pengumpulan data yang dilakukan pada variabel persepsi terhadap tugas guru BK diperoleh nilai tertinggi yaitu 120, nilai terendah 41. Sedangkan hasil dari analisis data diperoleh nilai mean = 79, median = 76,5, modus = 71,5 dan nilai untuk standar deviasi adalah sebesar =21,89. data mengenai variabel persepsi tentang tugas guru BK dapat dilihat pada tabel I frekuensi di bawah ini Tabel 1 Distribusi Frekuensi Persepsi Terhadap Guru BK Nilai X X 2 f fx f.x 2 116-130 123 15129 1 123 15129 101-115 108 11664 7 756 81648 86-100 93 8649 1 93 8649 71-85 78 6084 10 780 60840 56-70 63 3969 6 378 23814 41-55 48 2304 5 240 11520 Jumlah 47799 30 2370 201600 Sumber : Hasil Analisis Data, 2015 Variabel persepsi terhadap kersediaan berkonsultasi diperoleh nilai tertinggi yaitu 120, nilai terendah 32. Sedangkan hasil dari analisis data diperoleh nilai mean = 82,50, median = 106,5, modus = 154,5 dan nilai untuk standar deviasi adalah sebesar =23,98. variabel kesediaan berkonsultasi dapat dilihat pada tabel 2 frekuensi dibawah ini

8 Tabel 2 Distribusi frekuensi Kesediaan Berkonsultasi Nilai X X 2 f fx f.x 2 107-121 114 12996 8 912 103968 92-106 99 9801 3 297 29403 77-91 84 7056 5 420 35280 62-76 69 4761 8 552 38088 47-61 54 2916 4 216 11664 32-46 39 1521 2 78 3042 Jumlah 39051 30 2475 221445 Sumber :Hasil Analisis Data, 2015 Hasil analisis data yaitu antara persepsi tugas guru BK dengan kesediaan berkonsultasi siswa diperoleh nilai r hitung yaitu sebesar 0,789. Selanjutnya nilai r hitung tersebut dibandingkan nilai r tabel dengan N = 30 pada taraf signifikansi 5% dan 1% yaitu sebesar 0,361 dan 0,463. Sehingga diperoleh bahwa nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel atau 0,361 < 0,789 > 0,463. Dari hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada Hubungan antara persepsi siswa tentang tugas guru bimbingan dan konseling dengan kesediaan berkonsultasi pada siswa kelas XI IPS 4 MAN 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015 diterima kebenarannya baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1%.

9 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil uji hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara persepsi terhadap tugas guru bimbingan dan konseling dengan kesediaan berkonsultasi pada siswa kelas XI IPS 4 MAN 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa semakin positif persepsi siswa tentang tugas guru BK maka akan semakin kuat kesediaan pada siswa untuk berkonsultasi. Saran Berdasarkan kesimpulan maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Kepada Kepala Sekolah Hendaknya selalu melakukan monitoring terkait dengan tugas guru BK sehingga guru BK yang berada di bawah tanggung jawabnya dapat bekerja secara profesional, tidak menganggap dirinya sebagai polisi sekolah. 2. Kepada Guru BK a. Hendaknya dapat mengubah persepsi yang selama ini ada dimana guru BK sebagai polisi sekolah menjadi konselor siswa, sehingga akan memunculkan kedekatan dengan siswa. b. Guru BK hendaknya berbaur tidak hanya siswa yang sedang mengalami permasalahan namun dapat bertindak sebagai sahabat dan teman bagi semua siswa. 3. Kepada Siswa Disarankan untuk lebih terbuka dan berani berkonsultasi kepada guru BK tentang permasalahan yang dihadapi, karena tugas guru BK adalah sebagai konselor bagi siswa.

10 DAFTAR PUSTAKA Atkinson, R.L, Atkinson, R.C, Hilgard, E.R. (1997). Penghantar Psikologi (Edisi8). Jakarta : Erlangga. Bimo Walgito. 2003. Psikologi Sosial. Bandung: Armiko Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Dasar Standarisasi Profesi Konseling. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi. Maleong, 2007, Metode Penelitian dan Analisis. Bandung: Ganeca Exact Muhibun Syah. 1999. Psikologi Pendidikan Pendekatan Baru. Malang: Brawijaya Press Purwa Atamaja. 2012. Buku II Pelayanan Bimbingan dan Konseling SLTP. Padang: Singgalang Press. Republik Indonesia.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta : Depdiknas. Soetjipto, Raflis Kosasi.2009. Profesi Keguruan. Jakarta : Rieneka Cipta Sobur Alex. 2003. Psikologi Umum.Bandung : Pustaka Setya. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.