2015 ISOLASI DNA PARSIAL GEN

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

2015 ISOLASI DAN AMPLIFIKASI GEN PARSIAL MELANOCORTIN - 1 RECEPTOR (MC1R) PADA IKAN GURAME

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Menurut Kottelat dkk., (1993), klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah.

BAB I PENDAHULUAN. Gurame merupakan ikan air tawar yang berada di perairan Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

MEKANISME KERJA WHITENING AGENT MAKALAH

Identifikasi mikroba secara molekuler dengan metode NCBI (National Center for Biotechnology Information)

I. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI)

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER

URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Ikan merupakan salah satu makanan yang memiliki nilai gizi yang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN MOLEKULER BAKTERI ASAM LAKTAT ISOLAT 9A HASIL ISOLASI DARI KOLON SAPI BALI MELALUI ANALISIS GEN 16S rrna SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BIO306. Prinsip Bioteknologi

DNA FINGERPRINT. SPU MPKT B khusus untuk UI

I. PENDAHULUAN. Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Maesaroh, 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Kualitas DNA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riska Lisnawati, 2015

PENDAHULUAN. Latar Belakang. masyarakat terhadap konsumsi susu semakin meningkat sehingga menjadikan

I. PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Hingga saat ini jati masih menjadi komoditas mewah

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk semak, termasuk Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae,

REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen pengendali hayati

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN...

Fakultas Biologi Unsoed

BAB I PENDAHULUAN. perikanan pada posisi yang penting sehingga menyebabkan intensifikasi yang

PENGENALAN BIOINFORMATIKA

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jeruk merupakan salah satu tanaman buah yang penting dan

I. PENDAHULUAN. tanaman jagung di Indonesia mencapai lebih dari 3,8 juta hektar, sementara produksi

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REVERSE TRANSKRIPSI. RESUME UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Genetika I Yang dibina oleh Prof. Dr. A. Duran Corebima, M.Pd. Oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4 Hasil dan Pembahasan

Kasus Penderita Diabetes

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan salah satu sayuran penting

IDENTIFIKASI ISOLAT BAKTERI DARI PANTAI BANDEALIT JEMBER BERDASARKAN SEKUEN DNA PENGKODE 16S rrna SKRIPSI. Oleh Dina Fitriyah NIM

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala saraf yang progresif dan hampir selalu berakhir dengan kematian. Korban

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ikan kerapu (Epinephelus sp.) merupakan jenis ikan air laut yang

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2010 di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

diregenerasikan menjadi tanaman utuh. Regenerasi tanaman dapat dilakukan baik secara orgnogenesis ataupun embriogenesis (Sticklen 1991; Zhong et al.

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

menggunakan program MEGA versi

PENYISIPAN GEN FITASE PADA TEBU (Saccharum officinarum) VARIETAS PS 851 DAN PA 198 DENGAN PERANTARA Agrobacterium tumefaciens GV 2260

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-)

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

B. KARAKTERISTIK VIRUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagi sel tersebut. Disebut sebagai penghasil energi bagi sel karena dalam

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ikan merupakan komoditas budidaya unggulan di Indonesia, karena

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dalam budidaya perikanan karena memiliki nilai jual yang lebih tinggi

Kromosom, gen,dna, sinthesis protein dan regulasi

KIMIA KEHIDUPAN, BIOLOGI SEL, GENETIKA, DAN BIOLOGI MOLEKULAR

HASIL DAN PEMBAHASAN. pb M 1 2. pb M 1 2. pb M 1 2. (a) (b) pb M 1 2. pb M pb M 1 2. pb M (d) (e) (c)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

I. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan

Polimerase DNA : enzim yang berfungsi mempolimerisasi nukleotidanukleotida. Ligase DNA : enzim yang berperan menyambung DNA utas lagging

IDENTIFIKASI KARAKTER SPESIFIK UNGGUL KARET BERDASARKAN. Budi Martono Edi Wardiana Meynarti SDI Rusli KODE JUDUL: X.26

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbesar di seluruh dunia. Nenek moyang ikan mas diduga berasal dari Laut Kaspia

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ikan gurame (Osphronemus merupakan salah satu ikan air tawar yang termasuk ke dalam infraclass Teleostei (Integrated Taxonomic Information System, 2012). Menurut Direktoral Jenderal Perikanan Budidaya (2014) gurame merupakan salah satu komoditas perikanan budidaya yang potensial untuk dikembangkan. Terjadi peningkatan produksi gurame pada tahun 2009 hingga tahun 2013 sebesar 19,86 % per tahun di mana pada tahun 2009 produksi gurame sebesar 46,254 ton dan meningkat pada tahun 2013 menjadi 94,605 ton. Menurut Sumanto (2005) strain gurame yang dikenal masyarakat pada umumnya yaitu strain gurame soang / angsa dan jepang. Gurame soang merupakan strain gurame yang sangat diminati dikalangan pembudidaya, karena masa panennya yang singkat yaitu berkisar antara sembilan hingga sepuluh bulan. Dalam kurun waktu tersebut gurame soang dapat mencapai bobot tubuh 500 gram dan dapat langsung di lepas ke pasaran, sedangkan pada gurame jenis lain dibutuhkan waktu satu tahun untuk mencapai bobot tubuh tersebut. Gurame soang banyak dikembangkan di daerah Jawa Barat seperti Tasikmalaya dan Ciamis. Omzet yang di peroleh dari budidaya ikan gurame soang dengan ukuran kolam 5x5 m sebanyak 10 buah, sebesar 27 hingga 30 juta rupiah per bulan. Hal tersebut sangat menguntungkan, di tambah dengan metode perawatan gurame soang yang mudah dilakukan (Mina, 2013). Dalam usaha budidaya ikan, mortalitas dalam skala besar merupakan hal yang sangat diwaspadai oleh para pembudidaya, sama halnya dengan budidaya ikan gurame, faktor internal dan eksternal yang menyebabkan mortalitas pada gurame patut diwaspadai. Keadaan stres merupakan salah satu penyebab kematian pada ikan gurame. Menurut Lass (2015) ikan yang mengalami stres menunjukkan ciri berbeda tergantung faktor yang menyebabkan kondisi stres tersebut. Pada ikan stres yang disebabkan oleh keadaan air kolam yang kurang baik, ikan akan menunjukkan ciri tingkah laku seperti, ikan selalu berenang di permukaan air, nafsu makan berkurang, dan kerap diam di sudut

2 kolam atau menyendiri. Menurut Hoglund et al., (2003) disebutkan bahwa keadaan stres pada ikan dapat ditunjukkan pula dengan keadaan tubuh yang lebih gelap secara drastis. Faktor keadaan sekitar yang membuat kondisi ikan terganggu merupakan faktor utama yang menyebabkan ikan mengalami perubahan warna menjadi lebih gelap sebagai ciri keadaan stres pada ikan. Pada bagian tubuh yang menghitam atau menunjukkan warna lebih gelap aktifitas melanin berperan aktif didalamnya. Melanin merupakan produk dari melanosit yang berperan dalam pembentukkan pigmen coklat atau hitam. Tidak hanya berperan dalam pigmentasi hitam atau coklat, melanin memiliki fungsi lain yaitu sebagai proteksi kulit dari sinar ultraviolet (UV). Melanin memiliki kuantitas bervariasi dalam kulit tergantung kondisi respon tubuh. Pada hewan, melanin memiliki fungsi tambahan yaitu sebagai aspek kamuflase dan ciri keadaan tubuh hewan tersebut (Prota, 1980). Sel melanosit terletak di daerah stratum basalis, di mana memiliki fungsi dalam pembentukan melanin yang di bantu dengan kerja kelompok enzim tyrosinase. Tirosin diubah menjadi 3,4 dihidroksifenil alanin (DOPA) untuk selanjutnya diubah menjadi dopaquinone yang kemudian dikonversi setelah melalui beberapa tahap perubahan menjadi melanin (Junqueira et al., 2003). Aktifitas kelompok enzim tyrosinase mempengaruhi kecepatan proses melanogenesis, di mana gen Tyrosinase-Related Protein-1 (TYRP1) berperan aktif dalam mengintruksikan pembuatan enzim tyrosinaserelated protein-1 (Yan et al., 2013). TYRP1 merupakan salah satu gen yang berperan dalam proses sintesis melanin. TYRP1 berfungsi untuk menginstruksikan pembuatan enzim tyrosinase-related protein-1, di mana letak enzim tersebut berada pada sel melanosit yaitu sel yang memproduksi pigmen melanin. Melanin memberi warna pada kulit, mata, serta jaringan lain yang peka terhadap cahaya (Kwon, 1993). Sampai saat ini belum diketahui adanya kaitan ekspresi gen TYRP1 dengan perubahan warna kulit pada ikan gurame yang mengalami stres. Hal ini disebabkan, karena minimnya informasi genetik terkait ekspresi gen tersebut. Sikuen gen TYRP1 yang terdokumentasikan pada ikan gurame diketahui sangat minim informasi pada laman GenBank (http://ncbi.nlm.nih.gov). Pada identifikasi suatu gen yang belum diketahui sikuennya atau minim informasi terakit gen tersebut, para peneliti umumnya

3 kerap merancang pasangan primer degenerate (Linhart & Shamir, 2004). Menurut Kwok et al., (1994) keberadaan basa degenerate memiliki keunikan tersendiri dalam suatu sikuen primer. Didefinisikan sebagai sikuen primer yang mewakili basa nukleotida lebih dari satu basa, primer degenerate memiliki kecenderungan dapat mewakili empat basa nukleotida dalam satu urutan sikuen primer. Para peneliti kerap menggunakan daerah Coding DNA Sequence (CDS) dalam merancang primer degenerate. CDS merupakan daerah yang terkonservasi atas exon, di mana daerah tersebut merupakan daerah spesifik pada suatu sikuen. Dalam identifikasi suatu gen dengan menggunakan pasangan primer degenerate, daerah CDS perlu diketahui, agar primer yang dirancang merupakan primer spesifik untuk suatu gen tertentu (Furuno et al., 2003). Dalam merancang pasangan primer degenerate guna analisa gen yang minim informasi terkait organisme tersebut, digunakan sikuen sekerabat yang memiliki informasi genetik yang baik dalam mendukung hasil temuan organisme target. Menurut metode kromatografi Edwin Chargaff pada tahun 1949 1953 (dalam Watson et al., 2014) didapat salah satu kesimpulan bahwa basa-basa yang menyusun rantai DNA dari species dengan kekerabatan yang dekat memiliki komposisi basa yang sama. Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan teknik perbanyakan DNA secara in-vitro guna didapatkan segmen DNA target dalam jumlah yang di butuhkan (Mullis et al., 1986). Nested PCR (npcr) merupakan salah satu jenis metode PCR di mana dalam prosesnya, digunakan dua kali reaksi PCR dengan menggunakan dua set primer yang berbeda (Yourno, 1993). Dalam proses npcr, reaksi pertama digunakan outer-primer guna memulai proses amplifikasi, kemudian di reaksi kedua, inner-primer digunakan untuk meminimalisir produk amplifikasi yang tidak diinginkan (Haff, 1994). Kajian integrasi molekuler dan perancangan primer dapat dijadikan landasan untuk mempelajari gen yang terlibat dalam proses sintesis melanin, salah satunya yaitu gen TYRP1. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini dilakukan isolasi dan karakterisasi gen TYRP1 pada ikan gurame dengan merancang pasangan primer degenerate berdasarkan konsensus sikuen gen TYRP1 dari beberapa ikan dari infraclass Teleostei dan amplifikasi dilakukan dengan metode npcr. Kemudian, analisa dan

4 karakterisasi gen TYRP1 diawali dengan menentukan daerah sikuen genom yang terkonservasi atas daerah exon dan intron yang didapatkan dari hasil pensejajaran sikuen sampel hasil sequencing menggunakan software Bioedit untuk selanjutnya dilakukan konstruksi pohon filogenetik gen TYRP1 yang dirancang dari sikuen nukleotida daerah CDS dan asam amino hasil translate sikuen nukelotida daerah CDS untuk mengetahui karakterisasi gen TYRP1 pada ikan gurame. Perancangan primer spesifik gen TYRP1 ikan gurame dilakukan secara online pada laman Primer3 (http://bioinfo.ut.ee/primer3/) yang dirancang dari sikuens nukleotida daerah CDS. B. Rumusan Masalah Penelitian Bagaimana primer degenerate yang dirancang berdasarkan konsensus sikuen gen TYRP1 dari beberapa ikan sekerabat ikan gurame dari infraclass Teleostei dapat mengamplifikasi gen TYRP1 pada DNA genom ikan gurame soang? C. Pertanyaan Penelitian 1) Bagaimana analisa primer degenerate yang dirancang berdasarkan konsensus sikuen gen TYRP1 dari beberapa ikan sekerabat ikan gurame dari infraclass Teleostei? 2) Bagaimana amplifikasi gen TYRP1 pada DNA genom ikan gurame dengan pasangan primer degenerate yag telah dirancang sebelumnya? 3) Bagaimana analisa sikuen hasil sequencing dari produk amplifikasi gen TYRP1 pada DNA genom ikan gurame oleh primer degenerate yang telah dirancang sebelumnya? 4) Bagaimana analisa sikuen genom ikan gurame yang didapat dari sikuen hasil sequencing gen TYRP1? 5) Bagaimana karakterisasi gen TYRP1 pada ikan gurame yang ditunjukkan dengan kontruksi pohon filogenetik yang dirancang dari sikuen nukleotida daerah CDS dan asam amino hasil translate sikuen nukelotida daerah CDS dengan organisme sekerabatnya?

5 6) Bagaimana perancangan primer spesifik gen TYRP1 pada ikan gurame yang dirancang dari sikuen nukleotida gen TYRP1 ikan gurame daerah CDS? D. Batasan Masalah Penelitian 1) Populasi yang digunakan adalah ikan gurame soang yang didapat dari tempat pengelolaan ikan, Tasikmalaya, Jawa Barat. 2) Sampel DNA yang digunakan berasal dari isolasi DNA genom ikan gurame pada penelitian Kusumawaty (2014, pustaka tidak dipublikasikan). 3) Primer degenerate dirancang berdasarkan konsensus sikuen gen TYRP1 dari beberapa ikan sekerabat ikan gurame dari infraclass Teleostei. Sikuen didapat pada laman GenBank (http://ncbi.nlm.nih.gov/). 4) Karakterisasi gen TYRP1 dalam penelitian ini dibatasi hingga proses mengetahui kelompok gen TYRP1 ikan gurame dengan kelompok ikan sekerabatnya melalui kontruksi pohon filogenetik. E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu : 1) Didapatkan pasangan primer degenerate gen TYRP1 yang mampu mengamplifikasi gen TYRP1 pada DNA genom ikan gurame, dimana primer degenerate yang digunakan dirancang berdasarkan konsensus sikuen gen TYRP1 dari beberapa ikan sekerabat ikan gurame dari infraclass Teleostei. 2) Didapatkan sikuen gen TYRP1 ikan gurame yang terkonservasi atas daerah exon dan intron berdasarkan analisa sikuen hasil sequencing 3) Mengetahui karakterisasi gen TYRP1 ikan gurame dari hasil konstruksi pohon filogenetik gen TYRP1 dengan ikan sekerabat ikan gurame 4) Didapatkan kandidat primer spesifik gen TYRP1 ikan gurame yang dirancang dari daerah CDS sikuen gen TYRP1 ikan gurame

6 F. Manfaat Penelitian 1) Dapat memberikan informasi mengenai perancangan primer degenerate gen TYRP1 pada ikan gurame yang dirancang dari sikuen sekerabat ikan gurame dari infraclass Teleostei. 2) Dapat memberikan informasi mengenai analisa daerah sikuen DNA parsial gen TYRP1 ikan gurame yang terkonseravasi atas daerah exon dan intron. 3) Dapat memberikan informasi mengenai metode nested PCR (npcr), karakterisasi gen, dan perancangan primer spesifik. 4) Kedepanya diharapkan informasi genetik gen TYRP1 pada ikan gurame dapat dijadikan dasar ilmu guna mengetahui kondisi ikan gurame yang mengalami stres yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak baik, ataupun infeksi bakteri / penyakit 5) Sebagai bahan tambahan ilmu, khususnya dibidang biologi molekuler, bioinformatika, dan zoologi 6) Sebagai pustaka awal bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut.