SISTEM PEMULIAAN INTI TERBUKA UPAYA PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI POTONG. Rikhanah

dokumen-dokumen yang mirip
ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

ALTERNATIF KEBIJAKAN PERBIBITAN SAPI POTONG DALAM ERA OTONOMI DAERAH

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

PENELITIAN MUTU GENETIK SAPI ONGOLE DAN BRAHMAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NUSA TENGGARA TIMUR

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012

OPERASIONAL PROGRAM TEROBOSAN MENUJU KECUKUPAN DAGING SAPI TAHUN 2005

Pengembangan Sistem Manajemen Breeding Sapi Bali

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

Pembibitan dan Budidaya ternak dapat diartikan ternak yang digunakan sebagai tetua bagi anaknya tanpa atau sedikit memperhatikan potensi genetiknya. B

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

IV. POTENSI PASOKAN DAGING SAPI DAN KERBAU

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak pemanfaatan sumberdaya pakan berupa limbah pert

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

Tabel. 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh Provinsi Aceh

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

Edisi Agustus 2013 No.3520 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KOMPARASI ESTIMASI PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI BALI BERDASARKAN SELEKSI DIMENSI TUBUHNYA WARMADEWI, D.A DAN IGN BIDURA


PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PEDET SAPI POTONG HASIL INSEMINASI BUATAN

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BALAI EMBRIO TERNAK CIPELANG. (sub sektor Peternakan) Tahun

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan.

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

Buletin IPTEKDA LIPI Komunikasi Info Iptek untuk Daerah Volume 1 No.3 Maret 2001 LIPI IKUT BERKIRAH DALAM BIDANG PEMBIBITAN SAPI

LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA

SILABUS MATA KULIAH MAYOR TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

I. PENDAHULUAN. Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

DINAMIKA POPULASI SAPI POTONG DI KECAMATAN PAMONA UTARA KABUPATEN POSO

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI MADURA DAN SAPI MADRASIN DI DESA TAMAN SAREH KECAMATAN SAMPANG. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

KEMAJUAN GENETIK SAPI LOKAL BERDASARKAN SELEKSI DAN PERKAWINAN TERPILIH

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KABUPATEN MALANG

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

PENDAHULUAN PERFORMANS GENETIK + LINGKUNGAN NILAI EKONOMIS KUALITATIF KUANTITATIF PRODUKSI SUSU PRODUKSI DAGING

ICASEPS WORKING PAPER No. 99

POTENSI DAN KERAGAMAN SUMBERDAYA GENETIK SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO)

SISTEM PERBIBITAN TERNAK NASIONAL

ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENGANTAR. Latar Belakang. andil yang besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan terutama daging.

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAPI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

RENCANA KINERJA TAHUNAN

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

TANTANGAN DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS SAPI POTONG MELALUI TEKNOLOGI REPRODUKSI

STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN

PEMURNIAN DAN PENGEMBANGAN MUTU GENETIK SAPI BALI DI BALI

SKRIPSI EVALUASI PENERAPAN GOOD BREEDING PRACTICE SAPI POTONG DI UPT BALAI KAJI TERAP PETERNAKAN SRI PULAU KOTA DUMAI PROVINSI RIAU

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT

PERBEDAAN FENOTIPE PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA SAPI F1 PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN SAPI FI SIMPO DI KECAMATAN SUBAH KABUPATEN SAMBAS

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

CROSSBREEDING PADA SAPI FH DENGAN BANGSA SAHIWAL. Oleh: Sohibul Himam Haqiqi FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008

P = G + E Performans? Keragaman? Dr. Gatot Ciptadi PERFORMANS. Managemen. Breeding/ Repro. Nutrisi

KEBUTUHAN INFORMASI PETERNAK SAPI BALI DALAM PELAKSANAAN INSEMINASI BUATAN DI KABUPATEN BARRU. Syahdar Baba 1, Hastang 1, M.

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYEBARAN DAN PENGEMBANGAN TERNAK PEMERINTAH DI KABUPATEN SITUBONDO

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari 21 program utama Departemen Pertanian terkait dengan

PEMBIBITAN SAPI BRAHMAN CROSS EX IMPORT DIPETERNAKAN RAKYAT APA MUNGKIN DAPAT BERHASIL?

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

Seleksi Awal Calon Pejantan Sapi Aceh Berdasarkan Berat Badan

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

PERFORMANS SAPI BALI INDUK SEBAGAI PENYEDIA BIBIT/BAKALAN DI WILAYAH BREEDING STOCK BPTU SAPI BALI

KAWIN SUNTIK/INSEMINASI BUATAN (IB) SAPI

Salmiyati Paune, Jurusan Peternakan Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo, Fahrul Ilham, Tri Ananda Erwin Nugroho

ABSTRAK ANALISIS KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN PADA SAPI BALI DI KABUPATEN KARANGASEM

PERSILANGAN. Oleh : Setyo Utomo

TEKNIK DAN MANAJEMEN PRODUKSI BIBIT SAPI BALI DI SUBAK KACANG DAWA, DESA KAMASAN, KLUNGKUNG ABSTRAK

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

Transkripsi:

SISTEM PEMULIAAN INTI TERBUKA UPAYA PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI POTONG Rikhanah Abstrak The influence of beef meat stock in Center Java is least increase on 2002-2006. However beef meat supplier more doing in rural livestock with management and pure social condition itself. To supply necessity of red meat and increasing productivity of beef cattle, cattle quality genetic correction doing first because selection of cattle quality that care conclude management maintenance and the result of production. Book study method used in this paper. Genei breeding sysem like open nuleus breeding. There are two method of open nucleus breeding, first, involve two group of breeder, nucleus herd breeder and village herd breeder under breeder cooperation management, second, involve three group of breeder, nucleus herd breeder, pre-nucleus herd breeder and commercial herd breeder. Implementation of government doing with integrity service pattern in group in one service pattern. On cost, development of rural breeding doing with government services model and partner model. Key words : open nucleus breeding, genetic quality, beef cattle Pendahuluan Laju pertumbuhan populasi sapi potong di Jawa Tengah selama kurun waktu 2002-2006 menunjukkan adanya peningkatan yang sangat kecil, yaitu sebesar 0,88% (Disnak Jateng, 2007). Bahkan dibeberapa daerah di Indonesia mengalami penurunan. Hal ini tentu tidak diinginkan mengingat komoditas peternakan sapi potong merupakan komoditas ternak andalan yang mensuplai kebutuhan protein hewani secara nasional. Komitmen pemerintah untuk menjadikan usaha budidaya ternak sebagai sumber lapangan kerja dan mata pencaharian rakyat terutama di pedesaan mengharuskan intervensi pemerintah dalam industri peternakan nasional. Atas dasar itu, usaha-usaha merancang strategi dan program pembangunan industri peternakan yang efektif menjadi hal yang lebih penting. Banyaknya peternakan rakyat yang berperan dalam menghasilkan sapi bakalan mendorong perlunya pengembangan peternakan berbasis kerakyatan. Hal yang menjadi permasalahan adalah bahwa kepemilikan ternak yang relatif kecil tersebut secara ekonomis kurang menguntungkan sementara petani/peternak tidak secara khusus MEDIAGRO 37 VOL.4. NO.1, 2008: HAL 37-43

melakukan kegiatan usaha peternakan. Aspek pembibitan pada sub sektor peternakan mempunyai peranan yang strategis karena benih dan bibit ternak merupakan awal dari serangkaian proses produksi ternak. Sudah banyak terjadi penurunan kualitas (mutu) bibit sapi terutama sapi potong yang disebabkan oleh terjadinya perkawinan silang dalam (in-breeding) sehingga menurunkan daya tahan, tingkat kesuburan, konvesi pakan dan terjadinya cacat tubuh. Penyebab lain adalah belum sempurnanya sistem peremajaan bibit yang diikuti dengan seleksi dan culling yang baik, sehingga calon bibit jantan dan calon bibit betina terbaik tidak digunakan untuk memperbaiki mutu, bahkan penggunaan bibit yang bermutu jelek semakin mempercepat penurunan mutu tersebut. Usaha persilangan yang dilakukan di peternakan rakyat nampaknya belum memberikan banyak hasil. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang berbeda untuk persilangan, kondisi agroklimat dan sosial-ekonomi budaya yang berbeda. Faktor tersebut antara lain adalah peternak belum siap menghadapi tuntutan lingkungan dari ternak hasil persilangan yang tentu saja berbeda dengan ternak lokal, ternak hasil silangan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat petani setempat, daya tahan panas yang rendah dari beberapa ternak silangan, tidak cocok dengan sosial budaya masyarakat setempat dan untuk beberapa silangan tidak dapat berkembang dengan baik. Kegagalan usaha persilangan ini dari segi genetik mungkin diakibatkan oleh kurang mantapnya persiapan pada tahap analisis genetik yang merupakan usaha yang harus dilakukan untuk mengetahui sifat genetik ternak berdasar data kualitatif dan kuantitatif. Mengingat bahwa 99% populasi sapi potong dimiliki oleh peternak tradisional, maka dalam usaha untuk memperbaiki mutu genetik ternak perlu dicari suatu sistem pembibitan yang dapat mengantisipasi keadaan sistem peternakan sapi potong. Bahan dan Metode Penulisan ilmiah ini dilakukan dengan metode telaah pustaka dari beberapa literatur dan pengamatan kondisi peternakan yang sedang berjalan. Pembahasan Program pembibitan sapi potong ternyata masih belum banyak diterapkan di lingkungan peternakan, terutama peternakan di pedesaan. Namun demikian sistem pemuliaan inti terbuka dapat menjadi alternatif, seperti yang telah diterapkan di P3bali pada sapi Bali (Pane, 1990). Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian 38

Sistem pemuliaan inti terbuka dapat melibatkan dua atau tiga macam tipe kelompok ternak (herd). Secara skematis metode dua tipe kelompok ternak menunjukkan adanya kelompok ternak inti (nucleus herd) dan kelompok ternak pedesaan (village herd) dibawah koperasikoperasi peternak seperti pada gambar 1. Kelompok Inti Pejantan Unggul Betina Unggul IB KA Kelompok Ternak Pedesaan Peternak Plasma Peternak Plasma Peternak Plasma Gambar 1. Skema Sistem Pemuliaan Inti Terbuka Dengan Dua Tipe Kelompok ternak Pada kelompok inti yang dikelola oleh institusi pemerintah dilakukan pencatatan performans dan penerapan cara-cara pemuliaan yaitu seleksi dan sistem perkawinan. 20 30% jantan terbaik hasil seleksi dengan melihat performans dan pedigree, akan dipergunakan untuk mengawini induk-induk di kelompok ternak pedesaan baik untuk kawin alam maupun inseminasi buatan. Sistem pemuliaan inti terbuka yang lain adalah sistem yang melibatkan tiga tipe kelompok yaitu kelompok ternak inti (nucleus herd), kelompok ternak pra-inti (pre-nucleus) dan kelompok ternak komersial (commercial herds). Sistem ini menggambarkan suatu struktur yang terbentuk apabila beberapa pemilik kelompok ternak bersama-sama bergabung dalam suatu kelompok usaha untuk tujuan tertentu. I. Kelompok Ternak Inti II. Kelompok Ternak Pra-inti III. Kelompok Ternak Komersial Gambar 2. Skema Sistem Pemuliaan Inti Terbuka dengan Tiga Tipe Kelompok Ternak Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian 39

Gambar diatas menjelaskan tentang struktur yang terbentuk apabila beberapa pemilik kelompok tenak bersama-sama bergabung dalam suatu kelompok usaha untuk tujuan pemuliaan dan kriteria seleksi (Warwick et al., 1983) Kelompok ternak pra-inti merupakan kelompok ternak yang dimiliki oleh peternak yang sudah maju dan memiliki catatan produksi meskipun belum sempurna. Pejantan yang dipergunakan pada kelompok ternak pra-inti berasal dari kelompok ternak inti, sedang pejantan yang dipergunakan pada kelompok ternak komersial berasal dari kelompok ternak pra-inti. Kelompok ternak inti akan menerima induk-induk yang baik dari kelompok ternak pra-inti (Astuti, 1997) Pada dua macam sistem pemuliaan inti terbuka tersebut dapat diamati terdapat aliran materi genetik dari luar, yaitu dari kelompok ternak pedesaan atau kelompok ternak pra-inti yang mengalir ke kelompok ternak inti, akibat dari pemasukan ternak-ternak betina. Peran Pemerintah dalam Pengembangan Pembibitan Sapi Potong Pedesaan Pengembangan pembibitan nasional ditetapkan dalam sebuah Surat Keputusan Direktur Bina Perbibitan Direktorat Jenderal Peternakan No. TN.300/32/III/Kpts/0496 tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Pembibitan Pedesaan Sapi Potong, Sapi Perah, Kambing/Domba, Ayam Buras dan Itik. Pola pengembangan pembibitan pedesaan sapi potong dilakukan melalui pola pelayanan terpadu. Didalam pola pelayanan terpadu ternak dibina dalam kelompok dan dalam Satuan Pelayanan Terpadu (SPT). Model Pengembangan Sesuai dengan sumber pembiayaannya, maka pengembangan pembibitan pedesaan dilakukan dengan 2 model, yaitu : a. Model Pelayanan Pemerintah (Gaduhan) Model ini diperuntukkan bagi daerah yang mengembangkan sentra peternakan sapi potong dengan sumber pembiayaan dana pemerintah melalui pola gaduhan. Sasaran awal populasi satu wilayah SPT ditargetkan minimal 600 ekor betina dewasa dengan skala pemilikan per KK diawali 1-3 ekor sapi betina dewasa. Paket Pembinaan Pola Gaduhan adalah : 1. pembibitan bibit unggul dan Uji Performans oleh UPT BPT- HMT, Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian 40

2. pelayanan terpadu (keswan, pelayanan reproduksi, bibit HMT, penyuluhan, bimbingan teknis) dan pembinaan kelompok dilakukan melalui SPT, 3. bimbingan pemasaran bekerjasama dengan KUD 4. dukungan dan kawalan Litbang mulai BPTP peternakan terdekat Program Pengembangan Sapi Brangus (Brangusisasi) Pengembangan sapi Brahman-Angus (Brangus) merupakan pola pemuliabiakan untuk membentuk sapi pedaging yang cocok dikembangkan di daerah tropis karena tahan caplak dan parasit serta mempunyai daya produksi dan reproduksi tinggi. Pola pemuliabiakan program Brangusisasi dilaksanakan dengan Inseminasi Buatan dan atau Transfer Embrio. Inpres Perbibitan Inpres perbibitan adalah suatu kegiatan untuk membangun sentrasentra pembibitan rakyat di pedesaan secara berkelompok didukung bantuan dana (dalam bentuk Inpres) secara bergulir. Tujuannya adalah : 1. mendayagunakan kemampuan dan potensi penangkar bibit ternak untuk menghasilkan bibit yang berkualitas sesuai kebutuhan, 2. meningkatkan kemampuan kelompok tani penangkar dalam mengelola usaha bersama untuk memproduksi bibit ternak secara komersil dan 3. meningkatkan kesejahteraan petani penangkar bibit ternak. Program Transmigrasi Pola Usaha Peternakan Pola pengembangannya antara lain : 1. Model pembibitan sapi sebagai usaha pokok dan penggemukan secara intensif sebagai usaha pendukung 2. Model pengembangbiakan sapi sebagai usaha pokok dengan intensif dan budidaya ayam buras secara semi intensif sebagai pendukung b. Model Kemitraan Pola kemitraan atau kerjasama antara kelompok peternak dengan badan usaha (KUD/swasta/BUMN) dilakukan dengan syarat adanya jaminan berupa : - Jaminan sarana produksi (bibit, pakan, obat-obatan) - Jaminan pemasaran hasil - Jaminan bimbingan teknis Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian 41

Paket pembinaan pola kemitraan meliputi : 1. Pembibitan bibit unggul dan uji performans oleh UPT BPT-HMT 2. Pelayanan terpadu (keswan, palayanan reproduksi, bibit HMT, penyuluhan, bimbingan teknis) dan pembinaan kelompok dilakukan melalui SPT 3. bimbingan pemasaran bekerjasama dengan KUD dan atau kemitraan dengan swasta 4. dukungan dan kawalan melalui BPTP peternakan terdekat Kemitraan sapi bibit - sasarannya adalah untuk memproduksi bibit dalam negeri melalui crossing untuk menghasilkan bibit bakalah - pelakunya feedloter sebagai inti dan peternak sebagai plasma - pola sentra pembibitan pedesaan melalui kemitraan bibit pola-a dan pola-b Kemitraan Pola- A terdiri dari - komponen IB, bimbingan teknis dan pakan - Jaminan pembelian bibit sebelum umur 18 bulan - Program lanjutan pembesaran sapi betina (90%) olah peternak dengan jantan dijual (100%) - Lokasi didaerah penyebaran ternak pemerintah Kemitraan Pola-B terdiri dari : - komponen sapi betina kredit, IB, bimbingan teknis dan paket pakan dari inti - Jaminan pembelian bibit betina umur18 bulan dan jantan (90%) ditarik feedlotter - Program lanjutan pembesaran sapi betina (90%) dan sapi jantan (10%) di petani. Kesimpulan Terdapat dua macam sistem pemuliaan inti terbuka. Sistem pertama melibatkan dua tipe kelompok ternak, yaitu kelompok inti yang terdiri dari pejantan dan betina unggul dan kelompok ternak pedesaan. Sistem kedua melibatkan tiga tipe kelompok yaitu kelompok ternak inti, kelompok ternak pra-inti dan kelompok ternak pedesaan. Peran pemerintah dalam pengembangan pembibitan sapi potong di pedesaan dijabarkan dalam Petunjuk Teknis Pengembangan Pembibitan Pedesaan Sapi Potong, Sapi Perah, Kambing/Domba, Ayam Buras dan Itik. Model pengembangan dilakukan dengan model gaduhan dan model kemitraan. Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian 42

Daftar Pustaka Astuti, J.M. 1997. Kemungkinan Penerapan Sistem Pemuliaan Inti Untuk Meningkatkan Mutu Genetik Sapi Potong. Makalah Seminar Nasional Peternakan dalam rangka Pertemuan Nasional Mahasiswa Peternakan, ISMAPETI. Pane, I. 1990. Pelaksanaan Perbaikan Mutu Genetik Sapi Bali. Denpasar, Bali:Proyek Pembibitan Sapi Bali. Warwick, E.J., J.Maria Astuti, Wartomo Hardjosubroto. 1983. Pemuliaan Ternak. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta. Direktorat Bina Perbibitan. 1998. Petunjuk Teknis Pengembangan Pembibitan Pedesaan Sapi Potong. Direktorat Bina Perbibitan, Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta. Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian 43