GEOLOGI DAN PENGEMBANGAN DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
Pekan Teknologi BPTM 2016

GEOLOGI DAN PENGEMBANGAN DAERAH

Pekan Teknologi BPTM 2016

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

Keluarga Besar UPT LUTPMB LIWA mengucapkan mohon maaf lahir dan batin selamat hari raya Idul Fitri dan kemenangan 1438 H

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

Sosialisasi Kebumian dan Kebencanaan

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PELATIHAN TEKNIK MITIGASI BENCANA GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SMPN 2 BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sarat akan potensi bencana gempa bumi

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

BAB I PEDAHULUAN. yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 ).

BAB I PENDAHULUAN. pada episentrum LU BT (

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah mencatat bahwa Indonesia mengalami serangkaian bencana

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAPPEDA Kabupaten Probolinggo 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu

PENDAHULUAN Latar Belakang

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten

ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan lempeng tektonik

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

KEGEMPAAN DI INDONESIA PERIODE BULAN APRIL AGUSTUS 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA

UJI KOMPETENSI SEMESTER I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban paling tepat!

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

tektonik utama yaitu Lempeng Eurasia di sebelah Utara, Lempeng Pasifik di

PENGENALAN. Irman Sonjaya, SE

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

PELATIHAN TEKNIK PENYELAMATAN DIRI DARI DAMPAK BENCANA ALAM GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SLB B KARNNA MANOHARA YOGYAKARTA

Puslit Geoteknologi LIPI Jl. Sangkuriang Bandung Telepon

BAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerusakan. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan bumi yang

INVESTIGASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH JALUR LINTAS BENGKULU-CURUP KEPAHIYANG. HENNY JOHAN, S.Si

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

C I N I A. Pemetaan Kerentanan Tsunami Kabupaten Lumajang Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Dosen, FTSP, Teknik Geofisika, ITS 5

MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. semakin kuat gempa yang terjadi. Penyebab gempa bumi dapat berupa dinamika

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Gerakan ketiga

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala

BAB I P E N D A H U L U A N

menyiratkan secara jelas tentang perubahan paradigma penanggulangan bencana dari

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

Transkripsi:

GEOLOGI DAN PENGEMBANGAN DAERAH Pembangunan adalah mengadakan atau membuat atau mengatur sesuatu yang belum ada. Pengembangan adalah memajukan atau memperbaiki atau meningkatkan sesuatu yang telah ada. Pembangunan dan pengembangan dilakukan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan dan pengembangan itu dapat merupakan pembangunan fisik atau pengembangan fisik dan dapat merupakan pembangunan sosial ekonomi atau pengembangan sosial ekonomi. Baik pembangunan dan pengembangan memerlukan perencanaan dan pengawasan. Karena memerlukan kupasan data, proses perencanaan itu harus didahului dengan pengumpulan data lewat penelaahan dan survei. Untuk itu, Perencanaan mendapat bantuan / input dari berbagai ilmu. Salah satu disiplin ilmu yang membantu / menginput data dalam perencanaan pembangunan dan pengembangan suatu wilayah adalah Geologi. Sumbangsih data Geologi untuk pembangunan dan pengembangan daerah sebagian besar dituangkan dalam bentuk peta-peta tematik tertentu. Adapun macam peta tersebut adalah antara lain: Peta Geologi, Peta Zona Kerentanan Tanah, Peta Geomorfologi, Peta Geologi Lingkungan, Peta Kestabilan Lereng, Peta Penyebaran Potensi Sumber Daya Alam, dan sebagainya. Data data selain peta peta tematik tertentu adalah antara lain: informasi keteknikan suatu batuan, tanah, atau lahan; informasi mengenai cara penanggulangan dan pencegahan terhadap potensi terjadinya bahaya bencana kebumian, informasi mengenai optimalisasi suatu bahan galian, dan sebagainya.

Melalui Geologi, masyarakat dan Pemerintah setempat diharapkan dapat mengetahui wilayah mana saja yang dapat dibangun dan dikembangkan, serta dihindari; mengetahui jenis jenis sumberdaya alam yang berpotensi untuk dikembangkan, dan sebagainya. Intinya adalah mereka lebih mengenal dan memahami daerah tempat mereka tinggal. Tentu saja agar mereka lebih mengenal dan memahami daerah tempat mereka tinggal diperlukan peran serta para Ahli Geologi / Peneliti Geologi yang memberikan penjelasan secara komprehensif. Daftar Pustaka Jayadinata, T, Johara. 1999. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan & Wilayah. Penerbit ITB. Bandung Sosialisi Kebumian bersama MAN 1 Lampung Barat dan SD N Gunung Sugih 2016 Mengenal kebencanaan dikalangan masyarakat dilakukan sejak dini, ini merupakan salah satu tujuan dari diadakanya sosialisasi. Wawasan kebencanaan menjadi bekal ilmu yang bermanfaat untuk masyarakat yang bertempat tinggal di daerah rawan kebencanaan. Seperti diketahuai bahwa indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak potensi bencana, diantaranya Gempabumi, Gunung Api, Tsunami, Longsor dan lainlainya. Kegiatan sosialisasi kebumian diadakan pada tanggal 28

Septebmber 2016 bagi MAN 1 Lampung Barat, dan 29 Septebmber 2016 untuk SD N Gunung Sugih dengan bertempat di gedung aula UPT Loka Uji Teknik Penambangan dan Mitigasi Bencana Liwa. kegiatan sosialisasi dihadiri oleh total 80 peserta, dengan rincian 35 siswa dan 5 guru dari MAN 1 Lampung Barat, serta 35 siswa dan 5 guru dari SD N Gunung Sugih. gambar 1. Foto Bersama Guru dan Murid MAN 1 Lampung Barat gambar 2. Pemberian materi sosialisasi

gambar 3. Pemberian materi sosialisasi gambar 4. Pemberian materi sosialisasi

gambar 5. Pemberian Hadiah kepada Peserta terbaik dalam kegiatan sosialisasi kebumian Dalam kutipan Flipchart Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Children Science Support 2012, yang berjudul Indonesia Rawan Bencana yang dicetak oleh COMPRES menerangkan mengenai 5 point mitigasi pokok yang sangat perlu dikuasai oleh setiap masyarakat. Pertama adalah masyarakat memiliki pengetahuan mengenai kebencanaan, contohnya masyarakat tahu apa yang dimaksud gempabumi serta penyebabnya. kedua masyarakat memahami kondisi lingkungan tempat tinggal. Ketiga masyarakat paham mengenai tindakan penyelamatan diri terhadap berbagai jenis bencana, semisal apa yang perlu dilakukan ketika ada gempa bumi atau tsunami serta bencana lainya. Selanjutnya masyarakat dapat membentuk ke siap siagaan dalam bentuk komunitas. Terakhir dapat berkoordinasi dengan aparat terkait yang berhubungan dengan siaga bencana, seperti BMKG, BPBD, BNPB dan Informasi Televisi serta Radio informasi lokal.

gambar 6. Pemberian informasi Teknologi gambar 7. Pemberian informasi Teknologi TEKTONIK dan KEBENCANAAN Seperti diketahui daerah dengan tektonik aktif akan selalu mengalami suatu peristiwa yang dinamakan gempabumi. Secara umum gempabumi dibagi menjadi dua, yaitu gempabumi tektonik

dan gempabumi vulkanik. Masing-masing dari gempabumi akan menghasilkan potensi bencana sekunder (susulan) seperti tsunami, likuifaksi, dan longsor. Gempabumi Aceh 2004 (9 SR), gempabumi Sinchuan 2008 (7,9 SR), dan gempabumi Padang 2009 (7,9 SR) adalah contoh dari gempabumi yang menghasilkan bencana sekunder tsunami, likuifaksi, dan longsor yang besar. Tsunami akan dihasilkan ketika terjadi gempabumi dangkal di laut dengan kekuatan > 6 SR dan kedalaman epicenter + 10 km. Jika gempabumi tersebut terjadi dekat dengan pesisir, maka tsunami yang akan dihasilkan akan sangat mungkin mencapai daerah pesisir dengan membentuk tembok laut setinggi + 30 m. jika ini terjadi maka daerah pesisir akan tersapu dan menyebabkan kerugian material maupun jiwa jika daerah pesisir tersebut berpenghuni. Likuifaksi adalah fenomena berubahnya sifat sedimen dari keadaan padat menjadi keadaan cair yang disebabkan oleh tegangan siklik (tegangan geser bolak-balik) pada waktu terjadi gempabumi kuat (Seed, 1982). Proses tersebut terjadi karena hilangnya kekuatan sedimen akibat tekanan air pori berlebih sehingga kekuatan sedimen hampir seluruhnya digantikan oleh tekanan air pori. Likuifaksi akan mengakibatkan penurunan dan kegagalan pada fondasi (kerusakan infrastruktur). Salah satu penyebab longsor selain kenaikan tekanan air pori di lereng adalah getaran gempabumi yang kuat. Seperti pada gempabumi Padang 2009, banyak lereng yang mengalami kegagalan akibat getaran gempabumi yang terjadi menyebabkan kerugian material dan jiwa. Umumnya daerah di Indonesia terbentuk oleh endapan vulkanik muda dan bertopografi perbukitan yang memiliki kemiringan lereng curam. Endapan ini menghasilkan

tanah yang tidak terkonsolidasi dengan baik, lepas-lepas, dan memiliki daya serap tinggi. Karakteristik tersebut menyebabkan tanah berpotensi longsor jika mengalami gangguan dari luar maupun dari dalam tubuh tanah. Kegiatan Bimbingan Penelitian Perwakilan Universitas Bengkulu UPT Loka Uji Teknik Penambangan dan Mitigasi Bencana Liwa merupakan satuan kerja yang bergerak lebih ke arah kebencanaan dalam tugas dan fungsinya yang disiratkan dalam visi dan misi sekarang ini. Dalam hal ini dibutuhkan segala aspek ke ilmuan yang berhubungan bidang kebencanaan. Dalam hal ini ilmu kebumian merupakan salah satu yang sesuai, diantaranya ada geologi, geofisika, geokimia, dan lainya. Pada tanggal 20-21 Januari 2016 telah dilakukan kegiatan penelitian bersama perwakilan Universitas Bengkulu dengan tujuan menentukan lokasi sesar Liwa menggunakan metode Resistivity dan Seismik Refraksi serta maintenance jaringan stasiun GPS di Lampung Barat guna memantau pergerakan tanah di Sumatera. Lokasi penelitian terletak di Way Robok, Liwa, Lampung Barat. Gambar 1. Kunjungan mahasiswa Universitas

Bengkulu disambut KA UPT LIPI Liwa. Dari Aspek geologi teknik dan tektoniknya, daerah Liwa dan sekitarnya didominasi oleh batuan volkanik dan di dalam zona tektonik aktif mempunyai problema-problema khusus. Selain itu daerah ini rawan terhadap gempabumi. Aktivitas gempa bumi berupa pembentukan rekahan dan sesar-sesar baru, reaktifasi dari rekahan/sesar lama dan tremor (ground motion) bisa merupakan bencana langsung untuk peradaban manusia; disamping itu bisa juga berinteraksi dengan batuan dan tanah di tempat kejadian, kemudian men trigger suatu bencana alam yang lain seperti gerakan tanah dan amblasan ( ground subsidience )( Danny H. Natawidjaja dan Saiman kesumawardharma, 1995 :522). Pada hari pertama 20 januari 2016 team melakukan survey didaerah Way Robok, guna penentuan lokasi lintasan pengukuran. Rencana pengukuran dengan minimal 2 lintasan yang masingmasing berjarak lebih dari 100 m. Rencana arah lintasan akan memotong sesar yang arahnya berdarsarkan informasi dari jurnal yang disusun oleh A. Koswara dan Santoso (1995) Bahwa struktur yang berkembang di daerah Liwa dan sekitarnya adalah sesar mendatar berarah baratlaut-tenggara dan sesar normal berarah hampir timur laut-baratdaya. Sebelumnya kita melihat sebagian besar lokasi penelitian berupa persawahan dengan kadar air yang banyak, sehingga tidak memungkinkan untuk pengukuran. maka dari itu kita bergeser sekitar 1.5 km ke arah barat dari tempat pencucian mobil di pinggir jalan disana ada bukit hampir memotong daerah patahan, tetapi pada ujungnya terpotong sedikit oleh sungai. Akhirnya tempat ini diputuskan menjadi aera lintasan pertama, 100 meter ke timur mendekati jalan juga terdapat bukit kemungkinan sekitar 70 meter kedua lintasan ini berarah utara selatan sesuai true magnetic kompas.

Gambar 2. Personil dari LIPI dan perwakilan Universitas Bengkulu melakukan pengukuran Resistivity untuk identifikasi patahan Liwa Pada hari kedua dilakukan pengukuran dengan resistivity, dan hasil investigasi untuk sesar masih belum terlihat hal itu disimpulkan setelah dilakukan pengolahan data dikarenakan jarak lintasan yang kurang lebar sehingga belum bisa menembus lapisan tanah tufa. kemungkinan pada saat cuaca yang mendukung dilain kesempatan bisa menambah panjang lintasan sehingga penetrasi yang diinginkan untuk melihat patahan bisa teracapai. Gambar 3. Maintenance dan download data GPS di Stasiun Batu Besi, Lampung Barat Pada hari pertama juga setelah survey lapangan penentuan Lintasan, menuju desa Batu Besi, Lampung Barat guna memindah dan mengganti aki di stasiun GPS Batu Besi yang berada di

dalam SD N Batu Besi. setelah itu menuju stasiun GPS yang berada pada polsek Liwa. Data yang diperoleh ini kemuadian nantinya akan di investigasi lebih lanjut dikumpulkan dalam database akan terlihat perubahan pergerakan tanah di sumatera. Stasiun-stasiun ini kerjasama dari berbagai instansi penelitian yang sekarang dilakukan digagasi oleh Peneliti Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI), Universitas Bengkulu (UNIB) dan Earth Obeservatory of Singapore ( EOS ). Jalur Evakuasi Bencana Sekolah Kejadian bencana di wilayah Liwa, Lampung Barat meninggalkan cerita pilu tentang nasib anakanak di sekolah. Berbagai sumber mengatakan bahwa, dampak dan akibat dari bencana yang terjadi, anak-anak dapat mengalami tekanan psikis seperti perasaan takut, stress bahkan trauma yang tidak mudah untuk dihilangkan begitu saja. Mereka bukan hanya menjadi korban langsung akibat peristiwa bencana yang terjadi, tetapi dalam banyak kejadian kehilangan hak mereka atas pendidikan karena kegiatan belajar mengajar tergangu atau tidak bisa dilangsungkan untuk waktu yang sangat lama. UPT LIWA sebagai satuan kerja yang memiliki visi Menjadi institusi yang berperan aktif dalam pengembangan dan penyebarluasan IPTEK kebumian, memiliki peranan dalam memberikan pengarahan, pemasyarakatan dan penyebarluasan

informasi mitigasi bencana kebumian untuk meningkatkan kemampuan mitigasi dan adaptasi bencana kebumian. Untuk itu, UPT LIWA menginisiasi penyusunan zona evakuasi bencana sekolah yang merupakan hasil kerjasama dengan pihak sekolah SMPN Sekuting Terpadu yang berada di kota Liwa, Lampung Barat. Kegiatan ini di awali dengan melibatkan siswa dalam program school watching dimana siswa dituntut untuk mengenali lingkungan sekolahnya sendiri yang diharapkan anakanak sekolah memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pengurangan risiko bencana dan cara tanggap bencana. Sosialisasi Kebumian dan Kebencanaan Daerah Lampung Barat termasuk di dalamnya mempunyai tingkat kerawanan terhadap gempa bumi yang tinggi. Hal ini disebabkan kota Liwa terletak pada zona patahan besar Sesar Sumatera segmen Ranau yang merupakan tempat sumber gempa akibat adanya pergerakan aktif sesar tersebut. Gempa yang terjadi tahun 1933

dan 1994 telah menyebabkan korban jiwa, harta benda dan bangunan infrastrruktur yang cukup besar. Sumber pusat gempa lainnya terdapat di sebelah barat Sumatera di samudera Hindia yang merupakan pertemuan lempeng Hindia Australia dengan lempeng Eurasia. Getaran gempa yang ditimbulkan dapat mencapai kota-kota yang berada di propinsi Lampung. Disamping itu, pusat gempa yang terdapat di samudera Hindia ini dapat pula berpotensi menimbulkan tsunami jika pergerakan kulit bumi di bawah laut tersebut terdapat dislokasi vertikal. Kerawanan bencana lainnya yang terdapat di Lampung Barat adalah gerakan tanah/longsoran. Hal ini ditunjang oleh kondisi topografi yang berupa perbukitan dan kondisi tanah dan batuan yang mudah longsor. Hingga saat ini, di setiap daerah yang rawan bencana memerlukan suatu wadah yang dapat menginformasikan macam-macam bencana yang mungkin tanpa disadari akan terjadi pada daerah tempat tinggal mereka. Masyarakat mengeluhkan kurangnya upaya sosialisasi mengenai penanggulangan bencana minimal tindakan preventif ketika bencana alam akan terjadi. Sosialisasi yang dibutuhkan masyarakat ini, tentunya harus diupayakan bentuk penyampaiannya secara sederhana dan dengan bahasa yang mudah dipahami, sehingga informasi dapat mereka terima dengan mudah. Optimalitas dalam sosialisasi tersebut tentunya dapat membantu mengurangi resiko akibat bencana sebagai upaya mitigasi bencana. Manakala kita hidup di wilayah rawan bencana maka seyogyanya kita berusaha mengantisipasinya bila sewaktu-waktu terjadi bencana. Semua ini baru kita dapat lakukan apabila kita telah mengetahui segala sesuatu tentang kebumian serta bahaya dan dampak yang akan ditimbulkannya. Dengan kondisi demikian, pengetahuan tentang kebumian khususnya yang berhubungan dengan kebencanaan perlu dilakukan pada masyarakat khususnya anak usia dini di lingkungan sekolah dapat lebih siap dalam menghadapi bencana apapun.