III. PERANAN ORGANISME TANAH FUNGSIONAL UNTUK KESUBURAN TANAH

dokumen-dokumen yang mirip
V. ORGANISME TANAH UNTUK PENINGKATAN KESUBURAN TANAH

II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH

IV. ORGANISME TANAH UNTUK PENGENDALIAN BAHAN ORGANIK TANAH

VI. KELAYAKAN TANAH UNTUK APLIKASI PUPUK HAYATI

PEMANFAATAN BIOTA TANAH UNTUK KEBERLANJUTAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN LAHAN KERING MASAM

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu merupakan tanaman semusim dari Divisio Spermathophyta dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah

Syekhfani. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

BAB I. PENDAHULUAN. itu strategi dalam mengatasi hal tersebut perlu diupayakan. Namun demikian,

BAB I PENDAHULUAN. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2006 menjadi lebih dari 268,407 juta ton di tahun 2015 (Anonim, 2015).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mikrobia dan Tanah KULIAH 1 PENDAHULUAN 9/5/2013 BIOLOGI TANAH BIOLOGI TANAH TANAH. Tanah merupakan habitat yang sangat heterogen. Penghuninya beragam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 20 mm per hari) begitu pula dengan produksi bijinya. Biji gulma

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa.

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah

1. PENDAHULUAN. yang biasa dilakukan oleh petani. Tujuan kegiatan pengolahan tanah yaitu selain

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Kedelai. diberi nama nodul atau nodul akar. Nodul akar tanaman kedelai umumnya dapat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion

BIOLOGI TANAH. Tanah sebagai tempat kehidupan berbagai jasad hidup (makro, dan mikro)

KONSEP KESUBURAN TANAH BERKELANJUTAN DAN AKRAB LINGKUNGAN. Syekhfani. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

I. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar

TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

2) Komponen Penyusun Ekosistem

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

9/26/2013. TRANSFORMASI SENYAWA C (Bahan Organik) TRANSFORMASI SENYAWA C (Bahan Organik) PEROMBAK BAHAN ORGANIK

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Anorganik Peranan Pupuk N, P dan K pada Padi Sawah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

BAB 6. BAHAN ORGANIK DAN ORGANISME TANAH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam, dan sumber daya manusia yang sangat potensial untuk

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan dari tahun ke tahun meningkat, hal ini sejalan dengan

leguminosa sangat bervariasi, tergantung pada jenis leguminosanya, kultivarnya, spesies dan galur (strain) bakterinya (Gardner et al. (1991).

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan Tanah Ultisol dan Upaya Mengatasinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu ekosistem yang jumlahnya cukup luas di Indonesia,

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang unik antara faktor fisik, kimia, dan biologi. Komponen utama tanah terdiri dari

Transkripsi:

12 III. PERANAN ORGANISME TANAH FUNGSIONAL UNTUK KESUBURAN TANAH dari stabilitas, struktur, hidrolik konduktivitas, dan aerasi, namun memiliki sifat kimia kurang baik yang dicerminkan oleh kekahatan hara, kapasitas tukar kation (KTK) rendah, kapasitas tanah menahan air rendah, sematan P tinggi, dan Al/Fe dapat meracun tanaman (Lal 1995). Perpanjangan daur energi dan hara merupakan langkah yang penting untuk mengurangi laju penyusutan bahan organik tanah dan juga menahan kehilangan hara/pupuk dalam subsistem. Hara bebas yang tidak dimanfaatkan oleh akar tanaman dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme autotrof, sehingga dapat terhindar dari pencucian. Organisme tanah heterotrof seperti fauna, fungi, dan sebagian bakteri tanah dapat memperpanjang daur energi dan hara dari bahan organik dan secara bertahap dilepaskan kembali ke dalam tanah untuk dimanfaatkan oleh organisme lainnya, termasuk tanaman. Fauna tanah juga dapat memperbaiki aerasi tanah, menekan erosi tanah. Indonesia yang memiliki megabiodiversitas selayaknya mampu memberdayakan potensi sumber daya hayati tanah fungsional sebagai agen untuk mencegah kehilangan hara dan meningkatkan kesuburan tanah. 3.1. Mikroorganisme tanah fungsional Hasil penelitian pada tanah kawasan vulkanik tropika basah seperti halnya di Indonesia menunjukkan bahwa secara alami keberadaan jenis organisme sudah cukup memadai. Secara fungsional belum seluruhnya organisme tersebut mampu mendukung kebutuhan produksi pertanian sesuai yang diharapkan, sehingga masih diperlukan pengkayaan/inokulasi organisme dari luar (pupuk hayati). Hal ini terjadi karena komoditas pertanian yang dibudidayakan dengan komoditas tertentu pada suatu ekosistem bukan merupakan hasil seleksi alam dari subsistem itu sendiri. Agar tidak terjadi perubahan ekosistem yang ekstrim, pemanfaatan organisme tanah fungsional lokal (native) dapat dimanfaatkan secara proporsional. Inokulasi organisme yang mampu bersimbiose secara mutualistik (saling menguntungkan) dengan tanaman inang dan bersifat kompetitif dengan organisme lain disekitarnya mutlak diperlukan. Inokulasi bakteri Rhizobium mampu menambat N 2 Leguminosae dengan membentuk bintil akar (Gambar 3). Dalam simbiose ini, tanaman legum sebagai tanaman inang memasok energi untuk mendukung aktivitas penambatan N 2 oleh bakteri Rhizobium sebagai simbion. Selanjutnya N hasil penambatan oleh bakteri dapat dimanfaatkan oleh tanaman inang untuk mendukung pertumbuhannya/produksi.

13 Mekanisme dalam kerjasama ini ditunjukkan pada (Gambar 4). Demikian juga keberadaan (VAM) yang hidup bersimbiose pada akar tanaman inang dan mampu meningkatkan serapan hara P (Gambar 5). ATP

14 Gambar 5. Sebaran hifa dan spora (VAM) (Sumber: Simanungkalit) Apabila jumlah populasi organisme tanah fungsional yang ada tidak tanah dengan ameliorasi ataupun pemupukan. Apabila jenis organisme fungsional belum tersedia dapat dilakukan inokulasi dengan menggunakan pupuk hayati yang sesuai. Hal ini diharapkan dapat dihindari adanya persaingan (kompetisi) antar spesies ataupun antar jenis organisme yang ada, sehingga tidak mengganggu keseimbangan ekosistem itu sendiri. Interfensi organisme fungsional baru dalam suatu ekosistem dapat mengakibatkan goncangan daya hayati native penting diupayakan dan hindari semaksimal mungkin intervensi organisme baru dari luar. Subowo et al. (1984) mendapatkan bahwa native hasil dari perbanyakan dengan populasi awal 2.103 35.103 cfu/g tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman kacang tanah. Sebaliknya inokulasi strain Rhizobium yang belum pernah ditanami tanaman legume dengan populasi Rhizobium native 1,5.103 cfu/g mampu meningkatkan produksi kacang tanah >20% dari kontrol (Tabel 6). Penetapan populasi organisme fungsional tanah awal (native) penting agar dapat dihindari tejadinya kompetisi tersebut ( maupun ) dan untuk mengetahui efektivitas dari inokulan yang diintroduksikan.

15 Keterangan: * Angka yang diikuti dengan huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%. Sumber : Subowo dan Prihatini (1987). Sesuai dengan permasalahan pencucian hara N dan penyematan hara P yang tinggi, pemberdayaan beberapa organisme penambat N yang mampu memperkaya N tanah hasil dari penambatan N 2 nitrogenase maupun organisme pelarut P yang mampu melepaskan sematan P fosfatase penting untuk diupayakan. Apabila aktivitas organisme fungsional native tidak mencukupi dapat dilakukan intervensi secukupnya. Sejalan dengan permasalahan hara makro N dan P yang esensial, indikator/parameter aktivitas organisme fungsional native penambat N dan nitrogenase dan fosfatase di dalam tanah yang layak untuk kepentingan aplikasi pupuk hayati penambat N maupun pelarut P sangat perlu agar dapat dihindari adanya gangguan ekosistem tanah yang telah seimbang (steady state). Hal lain yang juga perlu diketahui ambang batas kelayakan aplikasi pupuk hayati adalah kehidupan organisme heterotrof tanah. 3.2. Fauna tanah fungsional Fauna tanah adalah hewan yang secara permanen merupakan komponen ekosistem tanah yang salah satu atau lebih phase dalam siklus hidupnya berada dalam tanah atau serasah tanah (Richards 1978). Berdasarkan ukurannya fauna tanah dapat dipilahkan ke dalam 3 kelompok (Wallwork 1970), yaitu: 3. Makrofauna dengan ukuran > 1,0 cm. Di antara fauna yang ditemukan di dalam tanah, kelompok mendominasi jenis fauna di dalam tanah (Gambar 6). Keberadaan di dalam tanah pada prinsipnya untuk berlindung dari tekanan lingkungan dan

16 predator, dan memanfaatkan bahan organik sebagai sumber makanan. Peranan Arthropoda terhadap perbaikan kesuburan tanah pada prinsipnya pada perbaikan predator yang hidup di dalam tanah dan mampu menekan perkembangan (Collembola, Coleoptera, dll). Kelompok fungi tanah Arthrobotrys, Dactylaria, Dactylella, dan Harposporium, dengan aerasi tanah yang baik mampu hidup di Fungi berperan juga dalam dekomposisi selulosa, hemiselulosa, pektin, dan Mikrofauna Mesofauna Makrofauna Adanya gangguan lingkungan yang ekstrim, seperti pengolahan lahan, pembakaran, dan aplikasi pestisida, kelompok yang memiliki mobilitas tinggi (terbang) akan segera bermigrasi ketempat lain dan yang tidak memiliki mobilitas akan mati. Pada tanah pertanian intensif, yang sering dilakukan kegiatan pembakaran dan pengolahan tanah memiliki populasi fauna tanah rendah. Kegiatan pembakaran lahan selain berdampak menurunkan populasi fauna tanah juga menurunkan kandungan bahan organik tanah (Tabel 7). Pemulihan kepadatan populasi tanah akibat kebakaran tinggi/berat (bahan organik tanah terbakar) sangat lambat dibanding pada kebakaran ringan (bahan organik tanah tidak terbakar). Cacing tanah merupakan fauna tanah yang memiliki peranan tanah, dan bahan organik (Coleman dan Crossley 1996; Lee 1985)

17

18 sebagai indikator kesuburan tanah. Kerapatan biomassa cacing tanah pada sistem pertanian tanpa olah tanah 70% lebih besar dibanding pada sistem pertanian olah tanah konvensional (Parmelee et al 1990). native bertekstur halus (liat, liat berdebu atau lempung berdebu) dan jarang ditemukan pada tanah berpasir. Kebanyakan cacing tanah hidup pada ph antara 4,5 6,6, tetapi pada tanah dengan kandungan bahan organik tinggi mampu berkembang cacing tanah dikelompokkan dalam 3 kelompok, yaitu: 1. Geofagus : pemakan tanah 2. Limifagus : pemakan tanah subur (mud) atau tanah basah. 3. Litter feeder : pemakan bahan organik (sampah, kompos, dan pupuk hijau)

19 Pembuatan liang oleh cacing tanah berguna untuk mendukung pergerakan cacing tanah, menghindari dari tekanan lingkungan, dan sebagai tempat untuk menyimpan dan mencerna makanan (Schwert 1990). Setelah sebagai buangan padat ( (1990) mengatakan bahwa sebagian besar bahan mineral yang dicerna cacing tanah dikembalikan ke dalam tanah dalam bentuk kotoran ( ) yang mengandung hara lebih tersedia bagi tanaman. Kascing cacing tanah meningkatkan kadar Ca, Mg, dan K dapat tukar serta K dan Mo tersedia. Subowo (2002) mendapatkan bahwa Pheretima hupiensis pada Ultisols menghasilkan indek stabilitas agregat, ph, KTK, K, dan bahan organik lebih tinggi dibanding tanah disekitarnya, dan tersebut didepositkan kembali dalam liang cacing yang ditinggalkan. Hal ini menunjukkan bahwa P. hupiensis mampu berperan sebagai agen pengumpul hara tanah dan selanjutnya didistribusikan ke sehingga dapat lebih tersedia bagi tanaman. liang sekaligus memasukkan bahan organik tanah dari lapisan atas ke dalam cacing tanah mampu melakukan penggalian liang sampai mencapai lebih dari permukaan menyebabkan laju aliran permukaan dan erosi tanah berkurang. tetap tinggi. Adanya penggemburan tanah oleh cacing tanah dapat menambah kapasitas tanah mengikat air yang selanjutnya mengurangi erosi, aliran permukaan (run off), pencucian hara, menjaga kelembaban tanah serta dapat menyeimbangkan suhu dalam tanah. Liang liang tersebut juga memperbaiki aerasi tanah, aktivitas respirasi akar tanaman maupun organisme aerobik tetap berlangsung dengan baik. Cacing tanah juga berperan langsung dalam tanah, sehingga dapat memperpanjang fungsi bahan organik untuk mendukung pertumbuhan tanaman.