arsitektur.net 2009 vol. 3 no. 2 Superimposition of Events: Gagasan Superimposisi Sheila Narita

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI KONSEP PERANCANGAN

III. PRESEDEN KARYA BERNARD TSCHUMI PARC DE LA VILETTE

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-75

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah :

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Teori Urban Desain. Mata Kuliah Arsitektur Kota. Figure ground

PENATAAN POLA TATA RUANG DALAM PASAR LEGI TRADISIONAL KOTA BLITAR

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

Wanita Subadra Abioso, Ir., M.T Halaman 1 dari 6

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH

BAB III TINJAUAN KHUSUS

ELEMEN SITE : MASSA DAN RUANG LUAR

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode Perancangan merupakan cara berfikir dengan menyesuaikan rumusan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

Optimalisasi Fungsi Masjid Pendekatan superimposisi (Desain Masjid Bulak)

G E O M E T R I FALLINGWATER FRANK LLOYD WRIGHT

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Marina Central Place di Jakarta Utara (Sebagai Lokasi Sentral Bisnis dan Wisata Berbasis Mixed Use Area)

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Henny Panjaitan. ia juga menghasilkan berbagai jenis karya lain seperti bangunan residensial, sayembara merancang museum untuk mengenang

DEKONSTRUKSI PADA ZAMAN ARSITEKTUR POST MODERN

ASPEK-ASPEK ARSITEKTUR BENTUK DAN RUANG.

Landscape Quality KUALITAS LANSKAP. Kualitas Fisik dan Ekologi Kualitas Visual TOPIK BAHASAN ARL 200. Departemen Arsitektur Lanskap A.

Women and Child Center di Semarang

Landscape Quality. Kualitas Fisik dan Ekologi Kualitas Visual. A. THE VIEW 1. Suitability as a factor

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KAJIAN TEORI. memanfaatkan lingkungan seperti pemanfaatan limbah peti kemas.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB III TINJAUAN KHUSUS

Skripsi Museum Keroncong

BAB V KONSEP DASAR. Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Kepanjen Educaion. Prinsip-prinsip tema Arsitektur Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Perancangan. adalah melalui jalur pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB V KAJIAN TEORI. Tema desain menjadi sebuah konsep untuk merancang dan membuat

BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi

GALERI TANAMAN HIAS DI MAKASSAR PENDEKATAN ARSITEKTUR MODERN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

ENTERTAINMENT CENTER DI PURWODADI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Olahraga ekstrem telah lama lahir dan dikenal oleh masyarakat luas, dengan banyak pilihan jenis serta spesifikasi yang berbeda beda.

Memahami Gagasan Primitive Future

MANAKALA GEDUNG BPI ITB UNJUK KEKUATAN

Pola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

GAME CENTER DI YOGYAKARTA

GAMBAR PRODI PEND. TEKNIK ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA

BAB VI LANDASAN TEORI

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

ABSTRAK. Keywords : minimalis,modern, geometris and asimetri, Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Judul

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB 3 TINJAUAN TEMA. 3.2 Latar belakang permasalahan Tema

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 06 KODE / SKS : KK / 4 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

APARTEMEN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN CONCEPT CONTEXT DAN CONTENT PADA KARYA BERNARD TSCHUMI

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya

BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

UTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Piramida Hirarki Kebutuhan (Sumber : en.wikipedia.org)

STUDI RUANG PARKIR UNIVERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK

diakui keberadaannya didunia. bahkan ditahun 1984 Indonesia pernah mencapai swasembada tanaman hias yang cukup tinggi. Namun akibat kebijakan

BAB III METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR. yang mendukung teori-teori yang dikerjakan.

KONSEP dan TEKNIK PENYAJIAN GAMBAR PADA PROYEK ARSITEKTUR KOTA (URBAN DESIGN)

BAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur.

BAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas

BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

Transkripsi:

Superimposition of Events: Gagasan Superimposisi Sheila Narita Geometri Arsitektur merupakan sebuah pembelajaran yang membahas mengenai bentuk-bentuk geometris yang hadir dan terbentuk di dalam suatu ruang untuk dialami oleh manusia. Dalam pengertiannya, geometri dan arsitektur secara bersama-sama memberikan suatu makna terhadap kehadiran suatu bentuk entah itu berupa titik, garis, ataupun bidang di dalam suatu ruang tiga maupun empat dimensi untuk dialami oleh manusia. Lahirnya sebuah geometri di dalam arsitektur tidak lagi semata-mata hanya melihat dari hasil akhirnya saja melainkan dari bagaimana geometri itu terbentuk dan bagaimana proses penjabaran eksplorasi dalam menemukan geometri tersebut. Mekanisme pembentukan geometri arsitektur yang saya eksplorasi merupakan salah satu hasil karya arsitektur Bernard Tschumi yang sangat terkenal di Paris pada tahun 1990, Parc de la Villette. Pada awalna, salah satu hal mendasar yang paling menarik perhatian saya adalah komposisi bentuk follies yang ada di lahan kosong seluas 125 hektar. Bentuk follies tersebut memiliki kesan unik dan khas tersendiri. Dia tidak memiliki kesan homogen antara yang satu dengan yang lainnya. Semua seolah tersebar di taman itu dengan bentuk yang berbedabeda. Bagaimana cara Tschumi menghasilkan bentuk-bentuk itu? Bagaimana ia membuat bidang-bidang itu bertabrakan, bersinggungan, atau kemudian diteruskan hingga membentuk suatu yang kontinu di dalam lahan itu dan dapat dinikmati oleh berbagai event manusia dalam ruang dan waktu? Gambar 1. Parc de la Villette, Paris Parc de La Villette, Paris, berawal mula dari konsep taman yang ditawarkan oleh Tschumi. Berbeda dengan pandangan masyarakat saat itu bahwa taman adalah tempat di mana mereka dapat melupakan city (kesibukan mereka bekerja, contohnya), Tschumi berusaha menghadirkan konsep murni berupa Urban Park. Konsep yang berusaha dihadirkannya ini benar-benar tidak berasal dari lingkungan sekitar site yang berupa daerah industri tua di Paris. Sebagai langkah awal ia melihat beberapa preseden organisasi ruang taman-taman kota yang ada di Paris dari abad ke-18 hingga abad ke-20. Dari situlah kemudian ia menemukan layer- layer berupa point and grid system yang dapat diaplikasikan pada desainnya. Secara mendasar proses Tschumi dalam menghasilkan bentuk folie yang abstrak ini adalah dengan menggunakan teknik superimposition di mana ia menggabungkan beberapa layer-layer yang berbeda satu sama lainnya ke dalam satu bidang datar. Prosesnya adalah dengan menyatukan tiga layer dasar pembentukan geometri yaitu titik, garis, dan bidang sehingga pada hasil sistem lainnya. Tiap- tiap layer memiliki makna dan tujuan tersendiri di dalam proses melahirkan suatu event dalam ruang. Bila kita lihat, layer-layer ini pada awalnya merupakan layer-layer yang mengandung order atau keteraturan di dalamnya. Ada keteraturan orientasi dan arah dalam membagi grid, penitikan kubus yang disebar dengan jarak dan ritme yang memiliki pola yang sama, dan 14

bentuk bidang-bidang geometri yang mendasar. Namun pada hasil akhirnya, ketika proses superimpose itu telah dilakukan, kita tidak lagi melihat order dari layer-layer sebelumnya. Telihat dari proses pemikiran Bernard Tschumi ketika mendesain proyek Parc de La Villette ini adanya transformasi atau perubahan dari sesuatu yang memiliki kemurnian, kesempurnaan dan order dalam bentuk (proporsi yang ideal menurut Vitruvius) menjadi sesuatu lain yang kacau, tidak lagi terlihat sempurna di mata manusia yang melihatnya. Tschumi berusaha melahirkan bentuk yang tidak lagi pure dan dapat dimengerti dengan mudah oleh manusia dari bentuk dan tatanan order bentuk-bentuk geometris yang murni.. Seolah-olah semua garis terganggu kestabilannya, bentuk-bentuk yang dihadirkan tidak lagi dapat dengan mudah dan cepat dimengerti. Bernard Tschumi berusaha menjadikan bentuk-bentuk geometri dasar yang ideal sebagai sumber bentuk-bentuk yang tidak seimbang dan berbeda.. Bagaimana proses lahirnya bentuk geometri yang awalnya penuh keteraturan klasikal menjadi bentuk geometri yang abstrak dan tidak teratur? Gambar 2. Mekanisme pembentukan geometri Parc de la Villette Prinsip mendesain paling mendasar yang dilakukan oleh Tschumi adalah dengan teknik superimpose tiga sistem layer: point, lines, dan surface. Dari hasil superimpose ini kemudian timbul suatu distorsi antar layer atau sistem. Distorsi muncul antar sistem satu dengan sistem lainnya. Distorsi juga dimunculkan memberikan forces berupa twist atau dipatahkan (seperti yang dilakukannya terhadap North-South Axis Galery). Dalam proses distorsi, tiap-tiap folie dalam satu sistem titik terjadi proses pembongkaran (decomposition atau extraction) yang kemudian di rekombinasi lagi dengan permutasi tiap-tiap elemen penyusun hasil ekstraksi. Setelah proses rekombinasi, kemudian bentuk tersebut diberikan force berupa deformation untuk penyesuaian bentuk dengan program aktivitas atau event yang ingin dihadirkan. Berikutnya sebelum beranjak ke tahap eksplorasi bentuk saya akan membahas secara detail tiap-tiap langkah yang dilakukan oleh Tschumi dalam menghasilkan bentuk geometri Parc de La Villette. Points, Lines, Surfaces Pertama adalah pembentukan geometri dari tiga sistem yang berbeda dan mendasari geometri Euclidean yang kita kenal; points, lines, dan surface. Pada layer point, Tschumi menggunakan sistem koordinat point-grid dengan interval 120 meter. Setiap interval 120 meter, garis vertikal dan horizontal bertemu dan membentuk titik yang disebut folie. Sistem koordinat grid ini untuk membentuk image atau shape yang berbeda di antara bentuk-bentuk bangunan lain di sekitar yang rapat. Selain itu juga, dengan sistem koordinat grid ini akan memudahkan orientasi pengguna publik yang belum familiar dengan taman tersebut. Untuk bentuk tiap folie secara mendasar adalah berupa kubus berukuran 10 x 10 x 10 15

m3 atau disebut juga neutral space karena pada tahap awal ini Tschumi belum memasukkan event atau program ruang ke dalamnya. Neutral space ini memiliki sifat yang masih kosong dan akan dapat dirubah dan dicocokkan kembali dengan dari bentuk folie-folie ini, saya melihat adanya repetisi bentuk folie yang masih serupa. Repetisi ini memberikan identitas yang dapat dengan mudah dikenali di tengah-tengah garis axis kota paris yang tidak ortogonal. Identitas folie ini sangat kuat seperti layaknya booth telepon yang ada di Inggris atau seperti bentuk Paris Metro Gates. Repetisi dan interval pada layer points yang mengandung ritmeritme ini secara tidak langsung mengingatkan saya dengan metode Durand. Sangat proporsional dan penuh keseimbangan. Gambar 3. Site plan Parc de la Villlette Kemudian pada layer garis, Tschumi berusaha melihat koordinat koordinat utama yang ada di sekitar lahan 125 hektar. Koordinat utama yang dapat dengan mudah terlihat adalah koordinat utara - selatan dan koordinat timur - barat dimana axis ini merupakan jalur pedestrian yang sangat tinggi tingkat pergerakan dan sirkulasinya. Koordinat utara dan selatan menghubungkan dua Paris Gates dan Subway Stations Porte de La Villette dan Porte de La Panin. Sedangkan koordinat timur barat menghubungkan taman dengan western suburbs. Di dalam koordinat axis besar ini, Tschumi membuat layer garis dengan melihat kondisi movement dari pedestrian user di koordinat utama itu. Architecture as event, dimana arsitektur terlahir dari movement, use, dan space. Garis-garis abstrak ini akan menunjukkan jalur-jalur mana yang lebih sering dilalui oleh pengguna jalan. Nantinya ketika dilakukan proses superimpose, antara sistem garis dan titik ini akan saling menentukan folies mana saja yang lebih sering akan diisi oleh program ruang yang cenderung dapat menarik orang banyak seperti misalnya and dan music performance. Sehingga pada produk akhirnya, folies yang ada di taman ini akan berfungsi sebagai building-generator untuk events yang akan hadir di taman ini. Gambar 4. Lines system and building as event generator Pada layer surfaces, Tschumi melihat zona-zona pembagian ruang yang mungkin hadir di site. Dan kemudian mewujudkannya dalam sebuah bentuk permukaan bidang yang cukup luas untuk menampung berbagai aktvitas di taman tersebut. Semua aktivitas yang membutuhkan pertambahan area secara horizontal, seperti ruang untuk bermain, olahraga, exercise, mass entertainment, markets, dan lain-lain, dalam arti tidak lagi di dalam satu follie, dituangkannya di dalam layer surface ini dengan bentuk-bentuk geometri yang mendasar. 16

Superimpose Process Gambar 5. Superimpositions: Points, lines, surfaces Pada tahap selanjutnya, yaitu tahap superimpose, yang dilakukan oleh Tschumi adalah menggabungkan atau merge ketiga layer sistem yang masing-masing independen atau bediri sendiri (autonomous). ini adalah munculnya beberapa distorsi perfection, and order become sources of impurity, imperfection, and disorder. Layerlayer yang pada awalnya murni sebagai bentuk geometri yang mendasar mengalami berbeda sama sekali namun tetap memiliki jejak bentuk sebelumnya. Distortion Process Distorsi yang muncul tersebut kemudian disikapi lebih jauh oleh Tschumi dengan memberikan forces yang pada akhirnya membuat semacam deviasi bentuk dari geometri ideal yang kita kenal sebelumnya menjadi suatu bentuk ideal form baru yang terlahir dari bentuk ideal dasar. Distorsi yang dilakukan tidak lagi menunjukkan kestabilan bentuk karena langkah berikutnya yang dilakukan Tschumi dalam proses distorsi ini adalah mengekstraksi tiap-tiap folie yang telah elemen dasar yang membentuk folie tersebut. Berikut ini penjelasan proses dekomposisi permutasi deformasi yang dia lakukan terhadap folies: kemudian folies ini dilakukan dekomposisi atau proses disintegrasi, pemecahan elemen elemen dasar yang membentuk suatu objek. Istilah lainnya adalah proses ekstrasi. Seperti pada gambar di bawah,l kubus folie berukuran 10 x 10 x 10 m3 tersebut seolah-olah diledakkan sehingga rangka rangka penyusunnya terlihat. Begitupun garis, bidang, dan rangka yang memotong folie saat proses superimpose. Dari proses dekomposisi ini kemudian diperoleh elemen-elemen dasar apa yang menyusun folies tersebut. Tiap folie yang ada di taman tersebut memiliki hasil ekstrasi yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Sehingga tidak heran bila folie yang awalnya hanya berbentuk kubus dengan 6 sisi berubah menjadi suatu bentuk yang lain. 17

Various Recombination/Permutation Elemen-elemen dasar hasil ekstrasi yang telah diperoleh oleh Tschumi kemudian direkombinasikan kembali satu dengan lainnya sehingga membentuk beberapa alternative untuk memperoleh bentuk. Each of the cubes is decomposed into a number of formal elements which are then variously recombined. The result is that each point of the grid is marked by a different permutation of the same object. Proses rekombinasi elemen elemen pembentuk cube dilakukan dengan menggunakan permutasi. Sebagai contoh proses permutasi, bentuk A, bentuk B, dan bentuk C dapat dipermutasikan menjadi bentuk ABC, bentuk ACB, bentuk BAC, bentuk BCA, bentuk CAB, dan bentuk CBA. Hasil permutasi ini kemudian akan menghasilkan folies yang berbeda satu dengan yang lainnya. Susunan permutasi inipun tidak secara simple disusun kembali menjadi bentuk yang stabil melainkan tiap-tiap elemen dipasangkan dengan elemen lain dengan penyusunan yang tidak seimbang. The cube has been distorted by elements that were extracted from it. Deformation Hasil permutasi elemen-elemen tersebut kemudian dideformasikan atau merubah bentuknya kembali untuk menyesuaikan dengan kebutuhan mengakomodasi fungsi-fungsi kegiatan yang berbeda-beda sepert restoran, arcade, dan lainnya. Di bawah ini adalah gambar folies yang telah dideformasi. Gambar 7 Permutation of cube; Deformation of cube Superimposition of Events Dari hasil analisa bagaimana sang arsitek, Bernard Tschumi, dalam menghasilkan suatu bentuk geometris kemudian saya mengambil kesimpulan mendasar terhadap teknik yang digunakan oleh Tschumi. Teknik mendasar yang digunakan adalah teknik superimposition sedangkan langkah-langkah berikutnya merupakan tindakan lanjutan setelah proses superimpose. Sebelum menentukan benda apa yang akan saya buat pada project kali ini, terdapat beberapa hal yang saya lihat sebagai elemen utama dari metode pembentukan geometri Parc de La Villette ini. Beberapa hal tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tschumi berusaha menampilkan sesuatu yang tidak teratur dari suatu bentuk dasar geometri yang penuh keseimbangan dan proporsional. Ideals of purity, perfection, and order become sources of impurity, imperfection, and disorder. Data ini menunjukkan adanya suatu transformasi dari kondisi A ke kondisi B yang bertolak belakang. 2. Teknik superimpose tiga layer yang dilakukan Tschumi untuk meraih bentuk akan saya coba tampilkan sebagai berikut: Points terkait dengan interval, repetisi bentuk, ritme, image, identity; Lines terkait dengan main axis, movement, space, 18

use, circulation, connection; Surfaces terkait dengan area dimana aktivitas berlangsung, peluang event berlangsung. Dalam langkah berikutnya saya menamakan project ini sebagai The Superimposition of Events dimana saya akan memanfaatkan event-event yang terjadi sebagai subjek pemberi forces terhadap proses superimpose dan proses deformasi bentuk murni menjadi bentuk lain yang tak seimbang. Berbeda dari cara Tschumi yang memberikan forces dari dirinya sendiri sebagai subjek, saya akan melihat bagaimana bila event itu sendiri yang memberikan gayanya terhadap suatu bentuk dalam susunan tiga layer dan bukanlah sang perancang. Mengapa tidak, apabila Tschumi sendiri melihat arsitektur sebagai sesuatu yang terlahir dari event-event yang hadir? Apa yang akan terjadi bila event-event itu sendiri secara kontak langsung melakukan transformasi bentuk-bentuk pure menjadi bentuk impure? Superimpose bentuk- bentuk arsitektur akan dihasilkan oleh event ataupun pergerakan manusia secara langsung. Jadi manusia akan secara langsung sebagai subjek pemberi action melakukan kontak dengan bentukbentuk murni. Deformasi dan transformasi yang terjadi dalam kasus Tschumi tidak lagi dilakukan oleh sang perancang itu sendiri tetapi oleh si pengguna ruang yang ada. Langkah-langkah yang saya lakukan adalah menyiapkan satu buah modul triplek berukuran 103,5 x 103,5 cm2 yang cukup besar sebagai alas injak yang dapat diletakkan di area yang banyak dilalui manusia sebagai jalur sirkulasi dari tempat ke tempat (perempatan misalnya). Langkah berikutnya adalah mengaplikasikan metode 3 layer titik, garis, dan bidang pada modul tersebut dengan titik sebagai neutral space berkomposisi grid yang menunjukkan adanya interval dan ritme dari titik-titik tersebut. Layer titik berupa kubus-kubus plastisin yang disusun dengan sistem grid berinterval 12,5 cm. Bentuk kubus dipilih agar mempertahankan seirama dengan perempatan yang dilalui. Bentuk kubus dapat mewakili dan menguatkan identitas dan orientasi tersendiri di perempatan. Manusia yang melaluinya dapat bersikap familiar ketika melewatinya. Layer garis akan menunjukkan jalur-jalur sirkulasi yang memungkinkan terjadi pergerakan menusia di dalamnya (sama seperti yang dilakukan Tschumi ketika melihat adanya dua garis axis utama yang di dalamnya terdapat benyak pergerakan). Untuk movement layer garis ini berupa garis-garis maya yang menggambarkan arah alur dan gerak movement manusia di perempatan. Layer surface merupakan area yang mungkin digunakan untuk berkegiatan yaitu area di antara kubus-kubus plastisin sebelumnya. Disini layer surface adalah hasil invert dari pola jejak-jejak kaki orang berjalan. Invert dari jejak-jejak ini kemudian menjadi bidang-bidang kosong tak terinjak yang membentuk pola movement berjalan di perempatan. Setelah modul ini selesai, saya meletakkannya di area ramai yang memungkinkan modul ini sering dilalui bagaimana pembentukan geometri yang terjadi pada si kubus-kubus plastisin ini apabila mereka diremukkan sendiri oleh manusia yang sedang mengalami event bergerak, berlalu lalang, berpindah. Akan ada jejak-jejak pergerakan dari hasil superimpose antara layer titik, garis, dan surface. Efek deformasi yang timbul pun akan hadir tanpa perlu campur tangan sang perancang. Deformasi bentuk yang terjadi hadir dari hasil event yang terjadi pada suatu rentang waktu tertentu. Superimpositions of Events, events secara langsung berperan dalam menciptakan suatu bentuk arsitektural. Gambar 8. Superimposition of Events 19

Di dalam geometri arsitektur, peran geometri dan arsitektur tidak akan pernah dapat terlepas satu sama lainnya. Setiap geometri yang terbentuk dan hadir pasti memiliki arti dalam kehidupan manusia berkegiatan dalam ruang. Begitupun arsitektur yang dapat terkonkritkan wujudnya dari bentuk-bentuk geometri yang ada. Geometri dan arsitektur, masing- masing memiliki peranan dan kontribusi langsung di dalam membentuk suatu ruang berkegiatan manusia. Seperti pada eksplorasi project yang telah saya lakukan, Superimpositions of Events, dapat kita lihat terdapat kesinambungan antara subjek pelaku action dengan objek berdasar kemauan sang perancang melainkan kepada manusia pengguna ruang pada satu tempat di dalam rentang waktu tertentu. Daftar Pustaka The Museum of Modern Art. Tschumi, Bernard (1994). Museum of Modern Art. USA. http://en.wikipedia.org/wiki/parc de la villette 20