UJI ALAT PENGASAP TIPE RAK UNTUK PISANG SALE DENGAN VARIASI BAHAN BAKAR. Evaluation of Tray Smoke House for Banana by Different Biomass Fuels

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Efisiensi Pada Sistem Pengeringan Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) Menggunakan Alat Pengering Tipe Lemari

UJI VARIASI SUHU TERHADAP MUTU KELAPA PARUT KERING PADA ALAT PENGERING KELAPA PARUT (Desiccated Coconut)

PENGARUH JENIS KAYU BERBEDA TERHADAP MUTU IKAN SELAIS (Cryptopterus bicirchis) ASAP. Oleh : Abstrak

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

STUDI COMPERATIVE JENIS KAYU TERHADAP FLAVOR IKAN PATIN (Pangasius hypopthalmus) ASAP. Oleh: Abstrak

AGROTECHNO Volume 1, Nomor 1, April 2016, hal

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan

UJI KINERJA ALAT PENGERING HYBRID TIPE RAK PADA PENGERINGAN CHIP PISANG KEPOK [PERFORMANCE TEST OF HYBRID DRYER SHELVES TYPE FOR DRYING BANANA CHIPS]

BAB I PENDAHULUAN. Sale pisang merupakan salah satu produk olahan pisang masak konsumsi

PENGARUH KADAR AIR BIJI JAGUNG DAN LAJU PENGUMPANAN TERHADAP MUTU TEPUNG JAGUNG MENGGUNAKAN ALAT PENGGILING TIPE DISK MILL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

Jurnal Abdimas Mahakam Online ISSN : Juni 2017, Vol.1 No. 2

UJI BEDA UKURAN MESH TERHADAP MUTU PADA ALAT PENGGILING MULTIFUCER

A STUDY OF THE USE CITRONELLA XTRACT (Cimbopogon citratus) AT THE FISH PROCESSING LOMEK (Harpodon nehereus) SMOKED. By:

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan

ANALISIS SISTEM PENGERING OPAK SINGKONG TIPE RUANG KABINET DENGAN MENGGUNAKAN BIOMASSA LIMBAH PELEPAH PINANG DAN PELEPAH KELAPA

PENGERINGAN JAGUNG (Zea mays L.) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING DENGAN KOMBINASI ENERGI TENAGA SURYA DAN BIOMASSA

Program Studi Teknik Pertanian, Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Universitas Syiah Kuala, Nangroe Aceh Darussalam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN TUGAS AKHIR SIRUP GLUKOSA DARI BIJI SORGUM. ASAM KLORIDA (HCl)

UJI ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN SELAI GULMA KROKOT

Variasi Kemasan Plastik Polipropilen Berperforasi pada Pengemasan Buah Jeruk Manis (Citrus sinensis Osb.)

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia,

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGASAPAN. PENGASAPAN merupakan perlakuan terhadap produk makanan dengan gas yang dihasilkan dari pemanasan material tanaman (contoh : kayu)

PENGARUH SUHU TERHADAP KADAR VITAMIN C PADA PEMBUATAN TEPUNG TOMAT

PENGARUH JENIS GULA DAN KONSENTRASI EKSTRAK RUMPUT LAUT TERHADAP MUTU JELLI ASAM JAWA (Tamarindus indica L.)

SISTEM PENYALEAN PISANG BERTINGKAT DENGAN MENGUNAKAN ENERGI BAHAN BIO-MASSA

TINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Evaluasi Kualitas Produk Dadih Dalam Bentuk Bubuk Yang Dikeringkan Dengan Sinar Matahari Dan Oven

PERUBAHAN NILAI DESORPSI PRODUK KAKAO FERMENTASI PADA BERBAGAI SUHU DAN KELEMBABAN

I. PENDAHULUAN. penghasil pisang terbesar yaitu ton buah pisang per tahun. Buah. dan B yang penting bagi tubuh (Anonim, 1999).

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

BAB I PENDAHULUAN. zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan, termasuk buah

Pemanfaatan Limbah Pelepah Pisang di Meteseh sebagai Bahan Baku pembuatan kertas dengan Proses Soda menggunakan Alat Digester

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGARUH KONSENTRASI BUSA

PENGARUH KONSENTRASI PEKTIN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU SELAI NANAS LEMBARAN SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan vitamin dan mineral yang diperoleh dari buah-buahan

Analisa Mekanisme Pembuatan Pisang Sale di Desa Bandar Tinggi

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya di era modern ini banyak hasil pengolahan ikan yang

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyebaran ubi kayu atau singkong ke seluruh wilayah nusantara terjadi pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK FLAKE

ESTABLISHMENT OF QUALITY ATTRIBUTES STANDARD OF RAMBAK CRACKER

PENGARUH TEKNIK PENGERINGAN TERHADAP KADAR GIZI DAN MUTU ORGANOLEPTIK SALE PISANG (Musa paradisiaca L.) Fery Indradewi A

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PERBANDINGAN SARI BUAH NENAS DAN MELON SERTA KONSENTRASI GULA TERHADAP MUTU PERMEN JAHE (HARD CANDY)

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang

Pengeringan Untuk Pengawetan

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA

BAB XI MEDIA PENGHANTAR PANAS

Kata kunci: jerami padi, kotoran ayam, pengomposan, kualitas kompos.

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman sukun tumbuh tersebar merata di seluruh daerah di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BABI. PBNDAilULUAN. Pisang merupakan buah yang telah lama dikenal oleh masyarakat

PENGARUH KONSENTRASI BUBUR BUAH MANGGA DAN CMC (CARBOXY METHYL CELLULOSE) TERHADAP MUTU SORBET AIR KELAPA

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Llatar Belakang, (2) Identifikasi

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

KARAKTERISTIK KIMIA SOSIS ASAP DENGAN BAHAN BAKU CAMPURAN DAGING DAN LIDAH SAPI SELAMA PENYIMPANAN DINGIN (4-8 o C)

UJI KECEPATAN PUTARAN OPTIMAL PADA ALAT PENYANGRAI KOPI TIPE ROTARI TERHADAP KUALITAS HASIL SANGRAI

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

A. Penggunaan. B. Alat dan Bahan. Berikut ini alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan selai. 1. Alat

PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU

UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI NASI DENGAN PENAMBAHAN LABU KUNING DAN JAGUNG MANIS

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Air dan Aktivitas Air

QUALITY ASSESSMENT OF SMOKED SELAIS (Cryptopterus bicirrhis) RESULTS USING LABAN WOOD SMOKE WITH DIFFERENT METHODS FOR THE STORAGE ROOM TEMPERATURE

PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP KARAKTERISTIK MUTU KERUPUK IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii)

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN : Uji Kinerja Pengering Surya dengan Kincir Angin Savonius untuk Pengeringan Ubi Kayu (Manihot esculenta)

INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN

PENGGUNAAN ENERGI BAHAN BAKAR UNTUK PENGERINGAN IKAN ASIN/KEUMAMAH

UJI VARIASI DIAMETER LUBANG NAMPAN PENGERING UBI KAYU (Manihot Esculenta) TIPE KABINET TERHADAP KUALITAS HASIL PENGERINGAN

Transkripsi:

Jurnal Biologi Edukasi Edisi 11, Volume 5 Nomor 2, Desember 213, hal 72-78 UJI ALAT PENGASAP TIPE RAK UNTUK PISANG SALE DENGAN VARIASI BAHAN BAKAR Evaluation of Tray Smoke House for Banana by Different Biomass Fuels Ratna, Rita Khatir, dan Elly Shafriaty Program Studi Teknik Pertanian Universitas Syiah Kuala Email: ukhti.ratna@gmail.com Abstrak Selama ini kualitas pisang sale di Aceh masih belum memuaskan konsumen. Perlu adanya upaya memperbaiki mutu pisang sale misalnya melalui peningkatan kualitas pengasapannya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji performansi alat pengasap tipe rak pada pengolahan pisang sale dengan menggunakan bahan bakar biomassa. Sebuah alat pengasap pisang sale dirancang dengan 2 bahagian yang masing-masing mempunyai 7 buah rak. Alat pengasap ini diuji dengan variasi 3 jenis bahan bakar yaitu kayu bakar, kayu bakau dan tempurung kelapa. Proses pengasapan dilakukan sampai kadar air maksimal 18%. Parameter analisis meliputi temperatur dan kelembaban relatif ruang pengasapan, kapasitas kerja alat, rendemen, kadar air, karbohidrat, vitamin C dan uji organoleptik terhadap karakteristik bentuk, warna, bau, rasa dan tekstur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur dan kelembaban relatif ruang pengasap ketika alat menggunakan bahan bakar tempurung lebih baik dari bahan bakar kayu. Hal ini mengakibatkan waktu yang diperlukan untuk pengasapan pisang sale dan kapasitas kerja alat ketika alat pengasap menggunakan bahan bakar tempurung kelapa juga lebih singkat yaitu 1 jam dan 4 kg/jam. Perbedaan jenis bahan bakar tidak menyebabkan terjadinya perbedaan rendemen pisang sale. Kandungan karbohidrat pisang sale mengalami peningkatan setelah proses pengasapan menjadi 8,84%, 1,18%, dan 9,45% masing-masing menggunakan bahan bakar kayu bakar, kayu bakau dan tempurung kelapa. Sedangkan kandungan vitamin C pisang sale mengalami penurunan menjadi 7,37 mg/1g (kayu bakar), 7,458 mg/1g (kayu bakau), dan 7,194 mg/1g (tempurung kelapa). Berdasarkan uji organoleptik, pisang sale yang proses pengasapannya menggunakan bahan bakar tempurung kelapa dan kayu bakau adalah yang paling disukai bentuk, warna, bau, rasa dan teksturnya. Kata kunci : pisang sale, pengasapan, bahan bakar biomassa, alat pengasap tipe rak Abstract Nowdays, the quality of pisang sale in Aceh has still not satisfying its consumers. Therefore, it is necessary to improve its quality for example by using appropriate smoking process. The study aimed to evaluate the performance of tray type smoke house in processing pisang sale. A tray smoke house is designed in two parts which has 7 racks in each side. The tool was tested with the variation of biomass fuels: mixed woods, mangrove woods, and coconut shells. The smoking process was applied until moisture content of pisang sale was 13%. Parameters observed and analyzed were temperature and relative humidity in the smoke house, working capacity of the tool, yield, moisture content, carbohydrate, vitamin C and sensory analysis. Results showed that the temperature and relative humidity in smoke house when the tool was using coconut shells as fuels was better than when the tool was using mixed and mangrove woods as fuels. According to that, the time needed and the working capacity when the tool was using coconut shells as fuels were also better, 1 hours and 4 kg/h, respectively. The variation of fuels had were no effects on yields. The carbohydrate content of pisang sale when the tool was using mixed wood, mangrove wood and coconut shells had increased to 8.84, 1.18, and 9.45%, respectively. In contrasts, a small decrease of ascorbic acid content was identified to 7.37, 7.458, and 7.194 mg/1g fresh matter. According to sensory analysis, pisang sale which was produced by using the coconut shell and mangrove woods as fuels were satisfying respondents. Key words: pisang sale, biomass fuels, and smoke house 72

Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, Biologi Edukasi Vol 5, Nomor 2,Desember 213, hlm 72-78 PENDAHULUAN Pisang dihasilkan sepanjang tahun yang dimanfaatkan oleh masyarakat dalam berbagai bentuk sesuai dengan jenis pisangnya. Munadjim (1984) mengatakan bahwa pisang merupakan produk hortikultura yang mempunyai aneka kegunaan dan bernilai gizi tinggi. Salah satu pisang lokal di Aceh adalah pisang awak yang dapat dimakan dalam bentuk segar ataupun diolah lebih lanjut menjadi pisang rebus, pisang goreng, keripik, dan pisang sale. Pisang sale merupakan olahan paling khas yang digemari karena proses pengolahannya yang unik dengan cara pengasapan. Selama ini, mutu pisang sale di Aceh masih relatif rendah. Warna, aroma serta cita rasa sering kali masih mengecewakan konsumennya. Rendahnya kualitas pisang sale dapat disebabkan oleh masih terbatasnya pengetahuan petani dalam menentukan saat panen yang tepat. Penanganan pascapanen pisang juga masih sangat minim, terutama proses pengasapan dan pengemasan yang seadanya. Menurut Taib dkk. (1987), pengolahan pisang dengan cara pengasapan yang dilakukan oleh masyarakat masih sangat tradisional yaitu dengan meletakkan pisang di atas bara kayu. Proses pengasapan secara tradisional mempunyai kelemahan antara lain waktu pengasapan lama, rendahnya efesiensi bahan bakar, dan rendahnya tingkat kebersihan. Atas dasar permasalahan tersebut, perlu dikembangkannya sebuah teknologi tepat guna untuk pengasapan pisang sale. Alat pengasapan tipe rak dengan sumber energi bahan bakar biomasa diharapkan dapat meningkatkan efesiensi proses pengolahan pisang sale. Jenis bahan bakar yang biasa digunakan pada proses pengasapan adalah kayu bakar, tempurung kelapa, sekam gergaji, sabut kelapa dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk menguji performansi alat pengasapan tipe rak pada pengolahan pisang sale dengan menggunakan bahan bakar biomassa berupa kayu bakar, kayu bakau dan tempurung kelapa. METODE Peralatan yang digunakan yaitu alat pengasapan Tipe Rak yang terdiri dari dua bahagian. Setiap bahagian terdiri dari 7 rak sehingga alat ini mempunyai 14 rak. Peralatan lain yang digunakan adalah oven, stop watch, timbangan, thermokopel, termometer, handrefraktometer, pisau, baskom, dan alat-alat analisis. Adapun bahan yang digunakan yaitu pisang awak yang sudah masak (Musa paradisiaca var Awak), kayu bakar, kayu bakau, tempurung kelapa, iodium,1%, pati 1%, fenol 8%, H2SO4 95,5%, larutan glukosa 1 gr dan aquadest. Alat pengasapan dipersiapkan pada suhu antara 7-8 oc. Pisang awak masak disortir berdasarkan kerusakan mekanis, lalu dikupas kulitnya. Setiap proses pengasapan membutuhkan 4 kg pisang, dan proses pengasapan dilakukan dengan variasi bahan bakar yaitu kayu bakar, kayu bakau dan tempurung kelapa. Pengukuran suhu dan kelembaban relatif dilakukan setiap 1 jam, sedangkan pengukuran kadar air dilakukan setiap 2 jam. Parameter yang dianalisis meliputi kapasitas kerja alat, rendemen, kadar air, distribusi suhu, kadar karbohidrat, vitamin C dan uji organoleptik. Uji organoleptik dilakukan berdasarkan parameter mutu dari segi bentuk, warna, bau, rasa dan tekstur. Masing-masing parameter dideskripsikan berdasarkan kriteria mutu yang dinilai oleh 2 panelis/responden. Kriteria mutu dinotasikan dalam bentuk alternatif jawaban yaitu a, b, c dan d, dengan deskripsi mutu diurutkan dari yang terbaik, tiap jawaban dihitung persentase jumlah panelis/responden. HASIL DAN PEMBAHASAN Kapasitas Kerja Alat Kapasitas kerja alat pengasapan dengan bahan bakar kayu bakar dan kayu bakau diperoleh sebesar 3,3 kg/jam, sedangkan kapasitas kerja alat pengasapan dengan bahan bakar tempurung kelapa adalah 4 kg/jam. Dengan demikian, penggunaan bahan bakar tempurung kelapa meningkatkan kapasitas kerja alat pengasapan, dimana waktu pengasapan yang dibutuhkan adalah paling cepat yaitu selama 1 jam. Rendemen Pisang sale yang dihasilkan dari pengasapan menggunakan bahan bakar kayu bakar, kayu bakau dan tempurung kelapa adalah sebesar 62,5% (25 kg). Hal ini diduga disebabkan oleh tingkat kematangan pisang yang seragam dan kadar air yang relatif seragam pula. Rendemen pisang sale yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 1. 73

Ratna: Uji Alat Pengasap Tipe Rak untuk Pisang Rendemen (%) 7 62.5 62.5 6 6 5 4 3 2 1 Kayu Bakar Kayu Bakau Tempur Gambar 1. Rendemen pisang sale pada variasi jenis bahan bakar Temperatur dan Kelembabab Relatif Ruang Alat Pengasap Hasil pengukuran temperatur dalam ruang pengasapan dapat dilihat pada Gambar 2. Temperatur awal dalam ruang pengasapan adalah 3 C. Penggunaan bahan bakar kayu tampaknya menghasilkan kenaikan temperatur yang lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar tempurung kelapa. Pada jam pertama dapat dilihat bahwa temperatur ruang pengasapan ketika menggunakan bahan bakar kayu bakar dan kayu bakau adalah 55 dan 5 C, sedangkan temperatur ruang pengasapan ketika menggunakan bahan bakar tempurung kelapa sudah mencapai 7 C. Terjadi kenaikan temperatur mencapai 9 oc pada jam ke-5 proses pengasapan dengan menggunakan bahan bakar kayu bakau dan jam ke-7 proses pengasapan dengan menggunakan bahan bakar kayu bakar. Adapun proses pengasapan dengan menggunakan bahan bakar tempurung kelapa menghasilkan temperatur yang lebih stabil. Perbedaan performansi temperatur ini sesuai dengan pernyataan Taib dkk. (1987) bahwa proses pembakaran dipengaruhi oleh struktur bahan bakar, ketebalan kayu, ketebalan lapisan abu dan lain-lain. Winarno (1993) merekomendasikan suhu awal pengasapan yang rendah agar terjadi proses penempelan dan pelarutan asap secara efektif. Jika pengasapan langsung dilakukan pada suhu tinggi maka lapisan permukaan pisang akan cepat matang dan mengeras dimana kondisi ini akan menghambat proses penempelan asap. Sebagai akibatnya, pembentukan warna dan aroma pisang sale menjadi kurang baik. 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 4 6 8 1 Gambar 2. Temperatur dalam alat pengasapan dengan variasi jenis bahan bakar Temperatur ( C) Kayu Bakar Kayu Bakau Tempurung Kela 74

Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, Biologi Edukasi Vol 5, Nomor 2,Desember 213, hlm 72-78 Kelembaban relatif (%) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Kayu Bakar Kayu Bakau Tempurung 2 4 6 8 1 Gambar 3. Kelembaban relatif dalam alat pengasapan dengan variasi jenis bahan bakar Taib dkk. (1987) merekomendasikan agar kelembaban relatif (RH) yang ideal untuk proses pengasapan adalah dalam kisaran 6-7%. Jika RH lebih tinggi dari 7% maka proses pengasapan akan berjalan lambat, dan sebaliknya jika RH kurang dari 6% maka permukaan pisang akan terlalu cepat mengering sehingga proses penempelan asap dan pengeringan akan terhambat. Kelembaban relatif dalam ruang pengasapan dengan variasi jenis bahan bakar dapat dilihat pada Gambar 3. Proses pengasapan diawali dengan RH yang tinggi sebesar 85% yang disebabkan oleh kondisi pisang yang masih basah. Selanjutnya RH mengalami penurunan seiring kenaikan temperatur, dimana RH rata-rata nya dalam kisaran 63-67%. RH ruang pengasapan ketika alat menggunakan bahan bakar tempurung kelapa adalah lebih rendah dari RH ruang pengasapan ketika alat menggunakan bahan bakar kayu. Kadar Air Pisang Sale Kadar air pisang sale menunjukkan banyaknya air yang dikandung oleh pisang sale. Besarnya penurunan kadar air pisang sale selama proses pengasapan dengan variasi jenis bahan bakar dapat dilihat pada Gambar 4. Kadar Air (%) 8 7 6 5 4 3 2 1 Kayu Bakar Kayu Bakau Tempurun 2 4 6 8 1 Gambar 4. Penurunan kadar air pisang sale selama proses pengasapan dengan variasi jenis bahan bakar Kadar air awal pisang sale bervariasi antara 71-74%. Gambar 4 memperlihatkan bahwa kadar air pisang sale mengalami penurunan seiring lamanya proses pengasapan. Penurunan kadar air paling besar terjadi di awal proses pengasapan yaitu pada jam ke-2 proses pengasapan. Kadar air pisang sale diturunkan sebesar 33% ketika alat menggunakan bahan bakar kayu bakar, 11% ketika alat menggunakan bahan bakar kayu bakau, dan 25% ketika alat menggunakan bahan bakar tempurung kelapa. Anomali terjadi pada proses penggunaan bahan bakar kayu bakau, dimana proses penurunan kadar air pada akhir pengaasapan jauh lebih besar dibandingkan dengan penurunan kadar air pada awal proses pengasapan. Mekanisme ini sangat sulit 75

Ratna: Uji Alat Pengasap Tipe Rak untuk Pisang dijelaskan. Secara teoritis, penurunan kadar air akan sangat dipengaruhi oleh kondisi temperatur dan kelembaban relatif ruang pengasapan. Pengasapan dihentikan jika kadar air sudah sesuai dengan kadar air pisang sale yaitu maksimal 13%. Kandungan Karbohidrat Kandungan karbohidrat pisang awak sebelum dilakukan proses pengasapan adalah sebesar 5,8%. Persentase kandungan karbohidrat meningkat setelah proses pengasapan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 5. Karbohidrat (%) 12 1 8 6 4 8.84 1.18 2 Kayu Bakar Kayu Bakau Tempur Gambar 5. Kandungan karbohidrat pisang sale denganvariasi jenis bahan bakar Peningkatan kandungan karbohidrat dapat dipahami sebagai efek dari penurunan kadar air. Besarnya peningkatan karbohidrat tampak berbeda-beda dengan variasi jenis bahan bakar. Hal ini diduga karena perbedaan jenis bahan bakar menghasilkan kondisi temperatur dan RH yang berbeda pula. Pantastico (1986 ) menguraikan bahwa perubahan gula sangat dipengaruhi oleh keadaan temperatur, waktu dan tingkat fisiologis buah. Lebih lanjut dia menambahkan bahwa pada buah pisang perubahan karbohidrat sangat berpengaruh terhadap munculnya cita rasa dan juga sebagai prekursor senyawa aroma yang khas. Kandungan Vitamin C Kandungan vitamin C pisang awak sebelum dilakukan proses pengasapan sebesar 8,69 mg/1 g, namun setelah dilakukan proses pengasapan, kandungan vitamin C pisang sale mengalami penurunan (Gambar 6). Penurunan vitamin C ini tergolong rendah yaitu antara 1,2 1,5 mg/1 g bahan. 8 7 7.37 7.458 7 Vitamin C (mg/1g) 6 5 4 3 2 1 Kayu Bakar Kayu Bakau Tempur Gambar 6. Kandungan vitamin C pisang sale dengan variasi jenis bahan bakar Penurunan vitamin C diduga disebabkan oleh temperatur pengasapan yang tinggi karena vitamin C sangat mudah rusak pada suhu tinggi. Kartasapoetra (1994) mengatakan bahwa pada buah perbandingan kadar gula-asam (sugar -acid ratio) merupakan salah satu parameter terbaik untuk menilai mutu buah. Umumnya rasa buah ditentukan oleh adanya perpaduan rasa manis dan asam pada perbandingan yang tepat. Jika karbohidratnya meningkat maka akan terjadi penurunan rasa asam sehingga vitamin C nya menurun seiring lamanya penyimpanan dan suatu proses. Dengan demikian, gejala penurunan vitamin C pada pisang sale 76

Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, Biologi Edukasi Vol 5, Nomor 2,Desember 213, hlm 72-78 berhubungan dengan gejala peningkatan kandungan karbohidratnya. Uji Organoleptik Hasil uji organoleptik terhadap 2 panelis/responden yang melakukan penilaian secara deskriptif dengan cara melihat dan mencicipi pisang sale hasil pengasapan dengan tiga variasi jenis bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil uji organoleptik pada variasi jenis bahan bakar Parameter Uji Alternatif Jawaban a (%) b (%) c (%) d (%) Bahan Bakar kayu Bakar Bentuk 35 3 5 3 Warna 25-35 35 Bau - 1 75 - Rasa - 25 75 - Tekstur 25 75 - - Bahan Bakar kayu Bakau Bentuk 9 1 - - Warna 75-1 15 Bau 95 5 - - Rasa 1 - - - Tekstur 75 25 - - Bahan Bakar Tempurung Kelapa Bentuk 75 15 1 - Warna - 85 15 - Bau 2 75 5 - Rasa 5 85 1 - Tekstur 2 8 - - Pisang sale yang paling disukai oleh responden adalah pisang sale yang dihasilkan dari proses pengasapan menggunakan bahan bakar kayu bakau dan tempurung kelapa. Salah satu pernyataan responden yang sangat sesuai dengan analisis kimiawi yaitu mengenai rasa. Kandungan karbohidrat paling tinggi adalah pisang sale yang dihasilkan dari proses pengasapan menggunakan bahan bakar kayu bakau (1,18%) 1% responden mengatakan rasanya sangat manis, sedangkan yang menggunakan tempurung kelapa (9,45%) 5% responden mengatakan sangat manis dan 85% responden mengatakan manis. Menurut Suharto (1991), ketika tempurung kelapa dibakar, jumlah udara yang kontak dengan tempurung kelapa terhambat sehingga tempurung kelapa terbakar perlahan dan menghasilkan asap yang banyak. Bahan bakar yang menghasilkan pengasapan yang baik adalah jenis bahan bakar kayu jenis keras dan tempurung kelapa. SIMPULAN Temperatur rata-rata dalam alat pengasapan tipe rak pada proses pengasapan pisang sale adalah 7-8 oc dan kelembaban relatif 6-7%. Waktu pengasapan untuk memperoleh kadar air pisang sale maksimal 13% adalah 12 jam ketika alat menguunakan bahan bakar kayu bakar dan kayu bakau. Sedangkan dengan pengunaan bahan bakar tenpurung kelapa, waktu pengasapan yang dibutuhkan adalah 1 jam. Perbedaan jenis bahan bakar tidak menyebabkan terjadinya perbedaan rendemen pisang sale, sedangkan kapasitas kerja alat ketika menggunakan bahan bakar tempurung kelapa adalah lebih baik dari penggunaan bahan bakar 77

Ratna: Uji Alat Pengasap Tipe Rak untuk Pisang kayu. Proses pengasapan menyebabkan terjadinya peningkatan kandungan karbohidrat dan penurunan kandungan vitamin C. Sesuai dengan pendapat responden, pisang sale terbaik adalah yang dihasilkan dari proses pengasapan berbahan bakar tempurung kelapa dan kayu bakau. Perlu penelitian lebih lanjut untuk menguji daya simpan dan kualitas pisang sale selama penyimpanan. DAFTAR PUSTAKA Harahap. 1979. Pengering Gabah. Pusat Teknologi Pembangunan, IPB. Kartasapoetra, A. G. 1994. Teknologi Penangganan Pasca Panen. Rineka Cipta, Jakarta. Munadjim. 1984. Teknologi Pengolahan Pisang. PT. Gramedia, Jakarta. Pantastico, E. R. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Suharto. 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. Rineka Cipta, Jakarta. Taib, G., G. Said dan S. Wiraatmadja. 1987. Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil Pertanian. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta. Winarno, F. G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi Dan Konsumsi. PT. Gramedia Pustaka, Jakarta. 78