BAB II LANDASAN TEORI. A. Prokrastinasi Akademik. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastinasi dengan awalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kancah psikologi, fenomena prokrastinasi merupakan istilah lain dari

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi Akademik. pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus

PENDAHULUAN Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sesuai dengan program akademis dalam arti bahwa mahasiswa tersebut telah menempu

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap

juga kelebihan yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, terutama di kalangan mahasiswa. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI AKADEMIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB II KAJIAN TEORITIS. pada diri seseorang terkadang membuat hilangnya semangat untuk berusaha, akan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Bullying. ketidaknyamanan fisik maupun psikologis terhadap orang lain. Olweus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sekali, tetapi penundaan yang sekali itu bisa dikatakan dengan menundanunda

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

[ISSN VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

BAB I PENDAHULUAN. konseling konselor penddikan, dalam bidang industri HRD (Human Resources

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. waktu yang telah ditentukan sering mengalami keterlambatan, mempersiapkan

HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI SELF- REGULATED LEARNING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS VIII SMP N 1 TAMBUN SELATAN

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR DALAM MENGURANGI TINGKAT PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA DI SEKOLAH

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BABI PENDAHULUAN. Dalam sebuah perguruan tinggi, perkuliahan merupakan kegiatan yang wajib

HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA IPA MAN MALANG I KOTA MALANG

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

2016 PROFIL PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA BERDASARKAN TEORI ENAM TIPE PROKRASTINASI DAN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Prokrastinasi Akademik 1. Definisi prokrastinasi akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok dan jika digabungkan menjadi menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya (Gufron, 2003). Solomon dan Rothblum (1984) menjelaskan bahwa, prokrastinasi adalah kecenderungan menunda untuk memulai dan menyelesaikan tugas dengan melakukan aktivitas lain yang tidak berguna atau lebih menyenangkan sehingga tugas menjadi terhambat, tidak selesai tepat waktu, dan menimbulkan perasaan subyektif tidak nyaman pada pelakunya. Prokrastinasi berkaitan dengan perasaan takut akan kegagalan, ketidaksukaan terhadap tugas yang diberikan, menentang dan melawan kendali, mempunyai sifat ketergantungan dan kesulitan dalam membuat keputusan (dalam Gufron, 2003). Individu yang melakukan prokrastinasi menyadari bahwa, ia memiliki tugas yang harus diselesaikan namun ia tidak berusaha segera menyelesaikannya. Dewey (dalam Knaus, 2004) mengatakan bahwa, individu yang melakukan penundaan biasanya setelah menetapkan suatu tujuan, individu akan secara pasif menunggu pencapaian tujuan dan tidak berusaha hingga tercapainya tujuan tersebut. 14

15 Penundaan yang dilakukan individu dalam mengerjakan tugas juga dipengaruhi oleh pikiran irasional seperti rasa takut akan kegagalan menyelesaikan tugas dengan benar sehingga ia memilih untuk menghindari tugas tersebut. Ellis dan Knaus (dalam Gufron, 2003) mengatakan bahwa, prokrastinasi adalah kebiasaan penundaan yang tidak bertujuan dan proses penghindaran tugas yang seharusnya tidak perlu dilakukan seseorang karena adanya ketakutan untuk gagal atau adanya pandangan bahwa, segala sesuatu harus dilakukan dengan benar. Penundaan yang telah menjadi respon tetap atau kebiasaan dapat dipandang sebagai suatu trait prokrastinasi. Hal ini didukung oleh pernyataan Burka dan Yuen (dalam Solomon & Rothblum, 1984) menegaskan kembali dengan menyebutkan adanya aspek irrasional yang dimiliki oleh seorang prokrastinator. Seorang prokratinator memiliki pandangan bahwa, suatu tugas harus diselesaikan dengan sempurna, sehingga dia merasa lebih aman untuk tidak segera melakukannya. Penundaan yang dikategorikan sebagai prokrastinasi adalah jika penundaan tersebut merupakan kebiasaan menetap yang selalu dilakukan seseorang ketika menghadapi suatu tugas, dan penundaan tersebut disebabkan oleh adanya keyakinan-keyakinan irasional dalam memandang tugas. Millgram (1998) mengatakan bahwa, prokrastinasi adalah suatu perilaku spesifik, yang meliputi pertama, melibatkan unsur penundaan, baik untuk memulai maupun menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas, kedua menghasilkan akibat-akibat lain yang lebih jauh, misalnya keterlambatan menyelesaikan tugas maupun kegagalan dalam mengerjakan tugas, ketiga

16 melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan oleh pelaku prokrastinasi sebagai suatu tugas yang penting untuk dikerjakan, misalnya tugas kantor, tugas sekolah, maupun tugas rumah tangga, dan keempat menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan, misalnya perasaan cemas, perasaan bersalah, marah, panik, dan sebagainya. Berdasarkan definisi yang disampaikan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa, prokrastinasi adalah perilaku menunda dan menghindari untuk memulai maupun menyelesaikan tugas penting dikarenakan rasa tidak suka, dan pikiran irasional seperti takut gagal menyelesaikan, yang menimbulkan rasa tidak nyaman seperti rasa cemas, bersalah, juga panik dan dapat mengakibatkan kegagalan menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. 2. Definisi prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi Prokrastinasi dapat dilakukan pada semua jenis pekerjaan (Burka & Yuen, 1983), dan prokrastinasi di bidang akademik biasa disebut dengan prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik dan prokrastinasi non-akdemik biasa digunakan para ahli untuk mmebagi jenis-jenis tugas yang cenderung sering ditunda (Fibrianti, 2009). Milgram, Mey tal dan Levison (dalam Charlebois, 2007) mengungkapkan bahwa, prokrastinasi akademis adalah salah satu tipe prokrastinasi dari lima tipe prokrastinasi yang ada, empat prokrastinasi lainnya adalah prokrastinasi umum atau prokrastinasi rutinitas kehidupan, prokrastinasi dalam membuat keputusan, prokrastinasi neurotis dan prokrastinasi kompulsif atau disfungsional.

17 Prokrastinasi non-akademik adalah penundaan yang dilakukan pada jenis tugas non-formal atau tugas yang berhubungan dengan kehidupan seharihari seperti tugas rumah tangga, dan tugas sosial (Ferrari, Johnson, & Mccown, 2013). Adapun prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang biasanya dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa (Ferrari, Johnson, & Mccown, 2013) dan memiliki karakteristik terjadi khusus pada konteks tugas-tugas akademis. Mahasiswa biasanya melakukan prokrastinasi akademik untuk menghindari kewajiban menyelesaikan tugas, Noran (dalam Akinsola, Tella & Tella, 2007) mendefinisikan prokrastinasi akademis sebagai bentuk penghindaran dalam mengerjakan tugas yang seharusnya diselesaikan oleh individu. Aitken (dalam Ferrari, Johnson, & Mccown, 2013) menjelaskan bahwa, prokrastinasi akademik dilakukan pada tugas formal di bidang akademik seperti menulis paper, membaca buku-buku literature, mengetik makalah, belajar untuk ujian, dan membuat karya ilmiah, misalnya skripsi. Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan akademis di perguruan tinggi (Poerwodarminta, 2005). Skripsi merupakan tugas akhir mahasiswa berupa penelitian yang diadakan untuk membuktikan kematangannya akan ilmu yang selama ini dipelajari (Ganda, 2004). Skripsi merupakan karya tulis ilmiah hasil penelitian yang mandiri oleh mahasiswa. Tujuan skripsi adalah agar mahasiswa mampu melaksanakan penelitian dengan berbagai persyaratannya, sehingga menunjukkan penguasaan pada suatu bidang ilmu yang meliputi latar belakang teori, perumusan hipotesis,

18 metode penelitian yang tepat, dan analisis yang sesuai lalu mewujudkannya dalam suatu laporan penelitian berupa karya tulis ilmiah (Fibrianti, 2009). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi adalah kecenderungan perilaku menunda-nunda untuk menyelesaikan skripsi sebagai salah satu tugas akademik. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prokrastinasi akademik, diambil dari berbagai hasil penelitian, dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu: a. Faktor internal dalam diri individu yang dapat mempengaruhi prokrastinasi, meliputi, : 1) Kondisi fisik individu Faktor dalam diri individu yang mempengaruhi munculnya prokrastinasi akademik dapat berupa keadaan fisik dan kondisi kesehatan individu, misalnya fatigue atau rasa lelah. Seseorang yang mengalami fatigue, misalnya karena kuliah dan bekerja paruh waktu, akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi utnuk melakukan prokrastinasi daripada yang tidak (Ferrari, Johnson, & Mccown, 2013). Tingkat inteligensi seseorang tidak mempengaruhi prokrastinasi, walaupun prokrastinasi sering disebabkan oleh adanya keyakinan-keyakinan irasional yang dimiliki oleh seseorang (Ferrari, Johnson, & Mccown, 2013).

19 2) Kondisi psikologis individu Prokrastinasi berhubungan dengan persepsi individu terhadap tugas, menyenangkan atau tidak menyenangkan (Milgram dan Marshevsky, 1995), kurangnya motivasi (Briordy dalam Ferrari, Johnson dan McCown, 2013 ) paham tentang kesempurnaan, ketakutan akan kegagalan (Burka dan Yuen, 2008). Beberapa hasil penelitian lainnya juga menemukan aspek-aspek lain pada diri individu yang turut mempengaruhi seseorang untuk mempunyai suatu kecenderungan prokrastinasi, antara lain Locus of Control (LOC) dan kecerdasan emosi (Deniz, Tras dan Aydogan, 2009), serta self-control (Ariely dan Wertenbroch, 2002). b. Faktor eksternal yang terdapat diluar diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi, yaitu, : 1) Keadaan sosial-keluarga Berdasarkan hasil penelitian Rosario, dkk. (2009), ditemukan bahwa, variabel-variabel dalam kehidupan sosial dan keluarga siswa (contohnya, tingkat pendidikan orang tua, jumlah saudara, tingkat kelas disekolah, dan prestasi yang rendah) berpengaruh pada tingkat prokrastinasi akademik siswa. Hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prokrastinasi akademik adalah berlawanan atau negatif, artinya tingkat prokrastinasi berkurang bila pendidikan orang tua siswa lebih tinggi. Namun hubungan antara jumlah saudara, tingkat kelas disekolah, dan prestasi yang rendah dengan prokrastinasi akademik

20 adalah positif, prokrastinasi juga meningkat seiring dengan banyaknya jumlah saudara, semakin tinggi tingkat kelas siswa, dan semakin rendah tingkat prestasinya. 2) Masa pembelajaran di sekolah Kecenderungan mahasiswa melakukan prokrastinasi meningkat seiring dengan semakin lamanya mereka kuliah di perguruan tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferrari, Johnson, dan McCown (2013) menemukan bahwa, ada peningkatan sekitar 50% perilaku penundaan pada perubahan dari mahasiswa baru ke mahasiswa tingkat empat selama lebih dari tiga tahun masa perkuliahan. 3) Reward and punishment Adanya objek lain yang memberikan reward lebih menyenangkan daripada objek yang sedang diporkrastinasi (dalam Ferrari, Johnson, & Mccown, 2013) dapat memunculkan perilaku prokrastinasi akademik. Di samping reward yang diperoleh, prokrastinasi akademik juga cenderung dilakukan pada jenis tugas sekolah yang mempunyai punishment atau konsekuensi dalam jangka waktu yang lebih lama daripada tugas yang mempunyai jangka pendek (dalam Ferrari, Johnson, & Mccown, 2013). 4) Tugas yang terlalu banyak Burka dan Yuen (2008) menjelaskan bahwa, prokrastinasi terjadi karena tugas-tugas yang menumpuk terlalu banyak dan harus segera

21 dikerjakan. Pelaksanaan tugas yang satu dapat menyebabkan tugas yang lain tertunda. 5) Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan yang tingkat pengawasannya rendah atau kurang akan menyebabkan timbulnya kecenderungan prokrastinasi, dibanding dengan lingkungan yang penuh pengawasan (Burka dan Yuen, 2008). Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, prokrastinasi akademik dapat dipengaruhi faktor internal, yaitu faktor yang dalam diri individu, yang meliputi kondisi fisik dan psikis, faktor eksternal berupa faktor di luar diri individu, yang meliputi keadaan sosio-keluarga, masa pembelajaran di sekolah, tugas yang terlalu banyak, dan kondisi lingkungan. Kondisi psikologis individu merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab terjadinya prokrastinasi, pola pemikiran pesimis merupakan salah satu bagian dari kondisi psikologis seseorang. 4. Aspek-aspek prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi Schouwenburg (dalam Ferrari, Johnson, & Mccown, 1995) menjelaskan bahwa, ada empat aspek-aspek prokrastinasi akademik yang meliputi: a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas skripsi Mahasiswa yang melakukan prokrastinasi cenderung menunda atau mengabaikan untuk mengerjakan skripsinya dan lebih memilih untuk

22 menghindar dibandingkan duduk di depan meja untuk segera menyelesaikan skripsi. b. Keterlambatan atau kelambanan dalam mengerjakan tugas skripsi Mahasiswa yang melakukan prokrastinasi cenderung memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan kebanyakan mahasiswa untuk menyelesaikan skripsi. Mahasiswa prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan untuk menyelesaikan skripsi tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual Mahasiswa prokrastinator kesulitan untuk memenuhi batas waktu yang sebelumnya telah mereka atau orang lain tentukan, entah karena batas waktu yang mereka buat terlalu sulit atau sengaja mereka abaikan, sehingga akhirnya mereka cenderung mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline yang sudah ditentukan. d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan skripsi Mahasiswa prokrastinator cenderung tidak segera mengerjakan skripsinya, akan tetapi menggunakan waktu yang dimilikinya untuk melakukan aktifitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan. Seperti membaca (novel, komik, buku cerita lainnya), menonton televisi, bermain video game, mengobrol dengan teman,

23 jalan-jalan, dan mendengarkan musik, sehingga menyita waktu yang ia miliki untuk mengerjakan skripsi yang harus diselesaikannnya. Millgram (dalam Ferrari, Johnson, & Mccown, 2013) juga menjabarkan aspek-aspek prokrastinasi akademik yang meliputi empat aspek, yaitu : a. Perilaku penundaan yang terjadi terus menerus Mahasiswa prokrastinator cenderung terus menerus menunda untuk memulai dan menyelesikan skripsinya, hingga akhirnya tanpa sadar waktu yang mereka mereka miliki semakin menipis dan akhirnya habis. b. Memberikan hasil yang tidak memuaskan Mahasiswa yang memiliki kecenderungan untuk menunda, lebih lambat saat memulai mengerjakan dan menyelesaikan skripsi yang menyebabkan mahasiswa yang bersangkutan akan tergesa-gesa sehingga hasil akhirnya biasanya tidak maksimal. c. Melibatkan tugas yang dipersepsikan oleh prokrastinator sebagai suatu hal yang penting Mahasiwa prokrastinator menunda untuk mengerjakan skripsinya, meskipun tahu penyelesaian skripsi merupakan tugas yang penting. Prokrastinator malah memilih mengerjakan tugas lain yang kurang penting namun mempersepsikannya sebagai suatu tugas yang penting dan harus di selesaikan lebih dahulu. d. Menghasilkan keadaan emosi yang tidak menyenangkan Mahasiswa yang melakukan prokrastinasi cederung merasakan perasaan yang tidak mengenakkan seperti perasaan cemas, rasa bersalah,

24 dan rasa ingin menyerah karena di dalam dirinya sadar tugas utama yang harusnya segera diselesaikan belum dia kerjakan. Peneliti menggunakan aspek aspek dari Schouwenburg, sehingga dapat disimpulkan bahwa, aspek-aspek prokrastinasi akademik dalam mengerjakan skripsi yaitu penundaan untuk memulai dan menyelesaikan skripsi, keterlambatan atau kelambanan dalam menyelesaikan skripsi, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, dan melakukan aktifitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan skripsi. 5. Jenis-jenis prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi Solomon dan Rothblum (1984) mengemukakan bahwa, prokrastinasi akademik biasa terjadi pada enam area, yaitu: a. Menulis Tugas menulis meliputi mengulur pelaksanaan tugas-tugas menulis, seperti pengetikan latar belakang skripsi, mengerjakan revisi, dan menulis hasil pengumpulan data. b. Belajar untuk menghadapi ujian Tugas belajar mencakup mengesampingkan belajar untuk menghadapi ujian, khususnya dalam pengerjaan skripsi, misalnya belajar saat akan sidang validasi proposal dan sidang pendadaran skripsi. c. Tugas membaca Tugas membaca meliputi menunda membaca buku atau jurnal referensi yang berkaitan dengan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pengerjaan skripsi.

25 d. Tugas administratif Kinerja tugas administratif, seperti mengembalikan buku perpustakaan, dan melengkapi syarat-syarat yang berkaitan dengan skripsi. e. Menghadiri pertemuan akademik Menghadiri pertemuan akademik meliputi penundaan maupun keterlambatan dalam menemui dosen untuk bimbingan skripsi. f. Kinerja akademik secara keseluruhan Kinerja akademik secara keseluruhan meliputi mengesampingkan dan menunda mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik yang berkaitan dengan skripsi secara keseluruhan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, prokrastinasi akademik terjadi pada enam area, yaitu menulis, belajar untuk menghadapi ujian, membaca, tugas-tugas administratif, menghadiri pertemuan akademik, dan kinerja akademik secara keseluruhan. B. Kecerdasan Emosi 1. Definisi kecerdasan emosi Berdasarkan kamus Oxford English Dictionary (Goleman, 2011) emosi merupakan pergolakan pikiran, perasaan, nafsu yang hebat atau meluap-luap. Lanawati (1999) mendefinisikan emosi sebagai keadaan perasaan yang banyak berpengaruh pada perilaku. Prezz (dalam Syukur, 2011) menambahkan jika emosi adalah suatu reaksi tubuh dalam menghadapai situasi tertentu. Sifat dan

26 intensitas emosi biasanya terkait erat dengan aktivitas kognitif (berpikir) manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, emosi adalah reaksi individu terhadap situasi tertentu berupa pikiran, perasaan, nafsu yang meluap-luap dan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Goleman (2011) mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain. Cooper dan Sawaf (2002) menyatakan bahwa, kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, emosi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Emosi dapat timbul ketika individu mendapatkan stimulus tertentu. Emosi yang dikelola dengan baik dapat membantu individu untuk mencapai keberhasilan dengan mengarahkan emosi yang muncul ke arah yang lebih produktif. Emosi yang dikelola dengan benar dapat digunakan sebagai sumber energi untuk menyelesaikan tugas, mempengaruhi orang lain, dan menciptakan hal-hal baru. Individu yang memiliki kecerdasan emosi juga mampu merasakan dan memahami kondisi perasaannya serta memanfaatkannya sebagai dasar dalam membina hubungan. Baron (dalam Goleman, 2011) mendefinisikan kecerdasan emosional, sebagai bagian lintas kompetensi antara emosi dengan kemampuan sosial, keterampilan dan fasilitator yang menentukan seberapa efektif seseorang memahami dan mengekspresikan diri, memahami orang lain dan berhubungan

27 dengan mereka, serta menghadapi tuntutan dalam hidup sehari-hari. Kecerdasan emosi secara sederhana dapat diartikan sebagai kepiawaian seseorang menggunakan dan mengarahakan emosinya untuk melakukan hal-hal yang mengungtungkan bagi dirinya. Mayer dan Salovey (2003) menjelaskan kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk mengenali, meraih, dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran dan memahami perasaan, makna, serta mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. Pendapat tersebut didukung oleh Baron(dalam Goleman, 2011) yang menambahkan pengertian kecerdasan emosi sebagai serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk dapat berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Davies (dalam Satiadarma dan Waupuwu, 2003) berpendapat bahwa, kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri dan orang lain, yang membedakan satu emosi dengan lainnya dalam menggunakan informasi untuk menuntun proses berpikir serta perilaku seseorang. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa, kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengenali, serta mengendalikan reaksinya berupa perasaan dan pikiran yang dapat mempengaruhi perilakunya dalam mencapai tujuan dan berhubungan dengan orang lain ketika ia berhadapan dengan situasi tertentu.

28 2. Aspek-aspek kecerdasan emosi Tridhonanto (2009) menjelaskan bahwa, terdapat 3 aspek kecerdasan emosi, yaitu: a. Kecakapan pribadi, yakni kemampuan mengelola diri sendiri. b. Kecakapan sosial, yakni kemampuan menangani suatu hubungan. c. Keterampilan sosial, yakni kemampuan menggugah tanggapan yang dikehendaki orang lain. Menurut Goleman (2011), aspek-aspek kecerdasan emosional, yaitu : a. Mengenali emosi diri, yaitu kemampuan individu untuk mengenali perasaan sesuai dengan apa yang terjadi, mampu memantau perasaan dari waktu ke waktu dan merasa selaras terhadap apa yang dirasakan. b. Mengelola emosi, yaitu kemampuan untuk menangani perasaan sehingga perasaan dapat ditangkap dengan tepat; kemampuan untuk menenangkan diri, melepaskan diri dari kecemasan, kemurungan dan kemarahan yang menjadi-jadi. c. Memotivasi diri sendiri, yaitu kemampuan untuk mengatur emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan, menunda kepuasan dan merenggangkan dorongan hati, mampu berada dalam tahap flow. d. Empati atau mengenali emosi orang lain, yaitu kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, dan mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe orang. e. Membina hubungan, yaitu kemampuan untuk mengendalikan emosi dengan baik ketika berhubungan sosial dengan cermat dapat berinteraksi dengan

29 lancar, menggunakan ketrampilan ini untuk mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan permasalahan dan bekerja sama dengan tim. Peneliti menggunakan aspek aspek dari Goleman, sehingga dapat disimpulkan bahwa, aspek-aspek kecerdasan emosi dalam mengerjakan skripsi adalah mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubuungan. A. Dukungan Sosial 1. Definisi dukungan sosial Dukungan sosial merupakan pertukaran hubungan antar pribadi yang bersifat timbal balik dimana seseorang memberi bantuan kepada orang lain. Menurut Sarafino (2014) dukungan sosial adalah suatu kesenangan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang dirasakan dari orang lain atau kelompok. Lebih lanjut dukungan sosial diartikan sebagai dukungan yang terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan atau non-verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban atau didapat karena kehadiran orang yang mendukung serta hal ini mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima (Gottlieb, 1988). Menurut Leavit (dalam Purba, 2006) dukungan sosial adalah suatu hubungan yang didalamnya terkandung pemberian bantuan dan dukungan yang memiliki nilai khusus. Sementara Weiten (dalam Karanina, 2005)

30 mendefinisikan dukungan sosial sebagai suatu bentuk bantuan yang terdiri dari berbagai tipe yaitu dukungan emosional, dukungan penilaian, dukungan informasi, dan dukungan instrumental dan tersedia dari anggota jaringan sosial. Menurut Andriani (2004) dukungan sosial adalah tindakan yang bersifat menolong atau membantu dengan melibatkan aspek dukungan emosi, bantuan instrumental, dukungan informasi, dan penilaian dalam interaksinya dengan orang lain di sekitarnya yang bisa menyokong individu dalam mengatasi masalah. Dukungan sosial merupakan suatu kumpulan proses sosial, emosi, kognitif dan perilaku yang berlangsung dalam sebuah hubungan pribadi dimana individu memperoleh bantuan untuk melakukan penyesuaian adaptif atas masalah yang dihadapinya (Dalton dalam Wandansari, 2004). Taylor (2003) mengatakan dukungan sosial merupakan bentuk pemberian informasi serta merasa dirinya dicintai dan diperhatikan, terhormat dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban timbal balik dari orangtua, kekasih/ kerabat, teman, jaringan lingkungan sosial serta dalam lingkungan masyarakat. Pendapat senada dikemukakan juga oleh Sarason (1999) yang mengatakan bahwa, dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, dukungan sosial adalah tindakan yang bersifat menolong atau membantu dari orang lain baik verbal maupun non-verbal yang dapat membantu individu mengatasi masalahnya baik dari segi emosi, instrument, informasi maupun penilaian.

31 2. Aspek-aspek dukungan sosial House (dalam Smet, 1994) menjelaskan beberapa aspek dari dukungan sosial yaitu: a. Dukungan Informasi Dukungan informasi dapat berupa saran-saran, nasehat, petunjuk yang diperoleh dari orang lain, sehingga individu dapat membatasi masalahnya dan mencoba mencari jalan keluarnya. b. Dukungan emosional Perhatian secara emosional yang berupa kehangatan, kepedulian dan empati yang diberikan oleh orang lain dapat meyakinkan dia bahwa, dirinya diperhatikan orang lain. c. Dukungan penilaian Penilaian berisi penghargaan positif, dorongan untuk maju atau persetujuan terhadap gagasan atau perasaan individu lain. d. Dukungan instrumental Bantuan instrumental merupakan bantuan nyata yang berupa dukungan materi seperti layanan, barang-barang, dan finansial. Sheridan & Radmacher, Taylor, dan Sarafino dalam Sarafino (2014) menjabarkan aspek-aspek dukungan sosial sebagai berikut : a. Dukungan emosional (emotional support) Dukungan emosional adalah suatu bentuk dukungan yang diekspresikan melalui empati, perhatian, kasih sayang dan kepedulian terhadap individu lain. Bentuk dukungan ini dapat menimbulkan rasa

32 nyaman, perasaan dilibatkan dan dicintai pada individu yang bersangkutan. Dukungan ini juga meliputi perilaku seperti memberikan perhatian dan afeksi serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain. b. Dukungan penghargaan (esteem support) Dukungan penghargaan adalah suatu bentuk dukungan yang terjadi melaui ekspresi seseorang dengan menunjukan suatu penghargaan positif terhadap individu, dukungan atau persetujuan tentang ide-ide atau perasaan dari individu tersebut dan perbandingan positif dari individu dengan orang lain yang keadannya lebih baik atau lebih buruk. Bentuk dukungan ini bertujuan untuk membangkitkan perasaan berharga atas diri sendiri, kompeten dan bermakna. c. Dukungan instrumental (instrumental support) Dukungan instrumental adalah bentuk dukungan langsung yang di wujudkan dalam bentuk bantuan material atau jasa yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah secara praktis. Contoh dukungan ini seperti pinjaman atau sumbangan uang dari orang lain, penyediaan layanan penitipan anak, penjagaan dan pengawasan rumah yang ditinggal pergi pemiliknya, membantu menyelesaikan tugas-tugas, menyediakan bendabenda seperti perabot, alat-alat kerja dan buku-buku dan sebagainya yang merupakan bantuan nyata berupa materi atau jasa. d. Dukungan informasi (information support) Dukungan informasi adalah suatu dukungan yang diungkapkan dalam bentuk pemberian nasehat/saran, penghargaan, bimbingan/

33 pemberian umpan balik, mengenai apa yang dilakukan individu, guna untuk memecahkan masalah yang dihadapi. e. Dukungan jaringan sosial (network support) Dukungan yang berasal dari jaringan ini merupakan bentuk dukungan dengan memberikan rasa kebersamaan dalam kelompok serta berbagi dalam hal minat dan aktivitas sosial. Peneliti menggunakan aspek aspek dari Sheridan & Radmacher, Taylor, dan Sarafino, sehingga dapat disimpulkan bahwa, aspek-aspek dukungan sosial aadalah dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan jaringan sosial. B. Hubungan antara Kecerdasan Emosi dan Dukungan Sosial dengan Prokrastinasi Akademik 1. Hubungan antara Kecerdasan Emosi dan Dukungan Sosial dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa diharuskan membuat skripsi setelah mengambil seluruh mata kuliah yang diperlukan untuk membuktikan pemahamannya akan ilmu yang selama ini ia pelajari di perguruan tinggi (Ganda, 2014). Ketika mengerjakan skripsi mahasiswa akan menemui hambatan-hambatan yang berpotensi menimbulkan emosi negatif. Salah satu cara mahasiswa melakukan koping akan situasi penuh tekanan yang dirasakan saat mengerjakan skripsi adalah dengan menunda pekerjaannya atau prokrastinasi (Kendall & Hammen,

34 1998). Prokrastinasi yang dilakukan mahasiswa meskipun awalnya dapat mengurangi beban pikiran yang dimiliki, namun berpotensi untuk menjadi stresor dikarenakan pekerjaan yang tidak kunjung selesai menimbulkan rasa cemas (Ackerman & Gross, 2005). Untuk menghindari prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi mahasiswa membutuhkan kelola diri yang baik untuk mengenali emosi yang muncul pada dirinya dan menjadikannya motivasi dalam menyelesaikan skripsi. Kedua hal tersebut merupakan bagian dari kecerdasan emosi yang juga berfungsi untuk mengatur suasana hati mahasiswa untuk tetap optimis ketika ketika mengerjakan skripsi (Deniz, Tras, & Aydogan, 2009). Armiyanti (dalam Devina, 2012) juga menjelaskan jika individu dengan kecerdasan emosi yang baik dapat menguasai berbagai situasi termasuk situasi penuh tekanan ketika diharuskan untuk menyelesaikan suatu tugas maupun pekerjaan. Prokrastinasi yang merupakan dampak negatif dari stres yang dialami mahasiswa dapat dihindari jika emosi negatif yang muncul dapat dikendalikan dan diarahkan menjadi perilaku yang produktif. Konrad & Hendl (1997) mengatakan individu akan memiliki cara mengendalikan emosi menjadi produktif jika ia memiliki kecerdasan emosi yang baik. Selain mengendalikan emosi di dalam diri, keputusan untuk menggunakan waktu luang juga penting dalam proses mengerjakan skripsi. Ketika mahasiswa mengerjakan skripsi mahasiswa dituntut untuk secara mandiri mengatur waktu maupun deadline menyelesaikan tugas, sehingga manajemen waktu pribadi akan dibutuhkan untuk kelancaran menyelesaikan

35 skripsi. Hal ini didukung oleh pernyataan Kanoy (2014), yaitu individu yang dapat menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya biasanya memiliki kecerdasan emosi yang baik karena mereka memahami pentingnya mengatur waktu untuk tugas yang sedang mereka kerjakan sehingga prokrastinasi dapat dihindari. Peran dari lingkungan terutama orang terdekat dari mahasiswa juga dapat menentukan terjadinya prokratinasi akademik. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, mengerjakan skripsi dapat dianggap sebagai situasi penuh tekanan bagi mahasiswa sehingga berpotensi menimbulkan hal-hal negatif dalam menyelesaikan skripsi seperti prokrastinasi akademik. Salah satu hal yang dapat meringankan tekanan tersebut adalah dukungan sosial yang ketika diterima oleh individu (Sarafino, 2014). Individu akan merasa beban pikiran dan akademis yang dimilikinya berkurang ketika individu menerima dukungan dari orang-orang di sekitarnya dan hal ini menghindarkan prokrastinasi yang dapat muncul ketika individu merasa beban pikiran yang dimiliki terlau banyak (Smith & Renk, 2007). Dukungan sosial tidak hanya mengenai dukungan yang diberikan oleh lingkungan kepada individu yang bersangkutan, namun juga bagaimana individu mengartikan dukungan tersebut. Berbagi pengalaman dan mencari jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi dengan orang yang juga mengalami hal serupa dapat menjadi bentuk dukungan sosial yang dibutuhkan mahasiswa ketika mengerjakan skripsi (Astuti & Hartati, 2013). Schwarzer & Leppin dalam (Smith & Renk, 1994) berpendapat jika bentuk dukungan sosial

36 bukan hanya mengenai dukungan yang diberikan namun juga bagaimana individu mempersepsi dukungan tersebut. Oleh karena itu proses memberi dukungan sosial kepada mahasiswa tidak hanya soal memberi namun juga bagaimana mengarahkannya. Cohen & Syme ( dalam Astuti & Hartati, 2013) menjelaskan jika proses pemberian dukungan sosial adalah yang penting karena mempengaruhi individu untuk menarik, mengarahkan, dan mempertahankan dukungan tersebut. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dan dukungan sosial dengan prokrastinasi akademik. 2. Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Prokrastinasi Akademik Proses menyelesaikan skripsi berdasarkan suatu kegiatan penelitian yang dibuat dan dilaksanakan oleh mahasiswa merupakan rangkaian proses yang tidak sebentar. Dalam melalui proses-proses ini ada kemungkinan mahasiswa menemui kesulitan dan tidak bisa mengerjakan skripsi dengan optimal jika tidak bisa mengendalikan emosi negatif yang muncul. Konrad & Hendl (1997) menyatakan bahwa, seseorang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik mampu untuk mengendalikan emosi yg muncul di dalam dirinya dan menjadi lebih produktif. Kecerdasan emosi juga berfungsi membantu mahasiswa mengatasi masalah, Kanoy (2014) menjelaskan jika kecerdasan emosi akan membuat mahasiswa secara alami menemukan cara paling efektif untuk menemukan solusi dari masalahnya.

37 Mahasiswa yang melakukan prokrastinasi dalam menyelesaikan skripsi disebabkan oleh rendahnya control diri yang merupakan salah satu cakupan dari kecerdasan emosi ( Tondok, Ristyadi, & Kartika, 2008). Memiliki kecerdasan emosi yang baik, dapat membantu mahasiswa untuk mengurangi dan mengendalikan hal-hal negatif yang muncul ketika menghadapi situasi penuh tekanan. Mayer (dalam Goleman, 2011) menjelaskan kecerdasan emosi diperlukan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan tugas dengan optimal dan menghindari terjadinya penundaan. Mahasiswa yang memiliki kendali akan emosi yang ia rasakan ketika melakukan sesuatu akan mengerjakan pekerjaan yang ia miliki dengan optimal. Karena ketika mahasiswa dapat mengendalikan emosinya ke arah yang lebih positif ia akan merasa optimis untuk menyelesaikan tugas yang ia miliki (Deniz, Tras, & Aydogan, 2009). Rasa optimis yang dirasakan oleh mahasiswa membantunya dalam menyelesaikan tugas termasukmengerjakan skripsi yang merupakan tugas akhir mahasiswa di perguruan tinggi. Hal ini didukung oleh penjelasan Orpen (1998) bahwa, ketika mahasiswa mengerjakan sesuatu yang tidak memberikan emosi posiitif terhadap dirinya, ia akan melakukan prokrastinasi dalam menyelesaikan tugasnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan prokrastinasi akademik. 3. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir dan berpotensi mengalami stres membutuhkan dukungan dari lingkungan serta orang-orang

38 terdekatnya untuk mengurangi efek negatif stres yang ia rasakan. Smet (1994) menjelaskan bahwa, dukungan sosial yang didapat individu dapat mengubah pengalaman stres yang ia rasakan. Pengalaman ini berubah ketika individu memiliki pandangan baru saat menghadapi situasi penuh tekanan dan menjadikan hal tersebut motivasi untuk menjadi lebih produktif. Dukungan dari orang-orang di sekitar individu baik berupa dukungan emosional, instrumental, dan finansial juga dapat membantu individu dalam mengerjakan skripsi. Hal ini karena dukungan yang diterima individu dapat membantu individu untuk mengatasi stres yang ia alami selama proses mengerjakan skripsi (Sarafino,2014) terutama jika individu dapat merasakan langsung dukungan dan bantuan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Astuti & Hartati (2013) menjelaskan jika mahasiswa merasakan peran yang besar dari teman-teman maupun dosen pembimbingnya. Teman-teman sebayanya memiliki peran memberi dukungan emosional maupun berdiskusi mengenai hal-hal berkaitan dengan proses mengerjakan skripsi yang sedang mereka jalani. Sedangkan dosen pembimbing diangap para mahasiswa sebagai sumber informasi yang penting untuk menyempurnakan skripsi yang sedang mereka susun. Sarason (dalam Kanoy, 2014) menjelaskan jika dukungan sosial bukan hanya memberi bantuan dan dukungan kepada individu bersangkutan namun juga bagaimana individu mempersepsikan bantuan tersebut Penelitian Eggens, dkk. (2007) menjelaskan jika dukungan sosial yang dipersepsi positif oleh mahasiswa yang menerimanya akan membantu mahasiswa menghindari prokrastinasi akademik. Dukungan sosial yang dapat

39 dipersepsi positif oleh mahasiswa merupakan bantuan yang dapat membantu mahasiswa menyelesaikan masalah yang dihadapainya secara langsung. Cutrona (dalam Astuti & Hartati, 2013) menjelaskan dukungan sosial yang dapat membantu memecahkan masalah meliputi memberikan nasihat, memberikan buku-buku untuk dipelajari, atau meminjamkan buku-buku berisi materi yang diperlukan oleh individu. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan prokrastinasi akademik. C. Kerangka Pemikiran Kecerdasan Emosi Dukungan Sosial Prokrastinasi Akademik dalam Menyelesaikan Skripsi Gambar 1. Kerangka berpikir D. Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka, hipotesis penelitian sebagai berikut :

40 1. Terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dan dukungan sosial dengan prokrastinasi akademik. 2. Terdapat hubungan negatif antara kecerdasan emosi dengan prokrastinasi akademik. 3. Terdapat hubungan negatif antara dukungan sosial dengan prokrastinasi akademik.