PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

KERAGAAN TANAMAN PADI BERDASARKAN POSISI TANAMAN TERHADAP KOMPONEN HASIL PADA SISTEM TANAM LEGOWO 4:1 ABSTRAK

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN:

Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH DENGAN BEBERAPA MODEL PLOT UBINAN PADA SISTEM TANAM LEGOWO 4:1

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Efisiensi Penggunaan Pupuk dan Lahan dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Padi Sawah

LAPORAN AKHIR MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (M-P3MI)

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO 2 1 MENINGKATKAN HASIL GABAH. Oleh : Drh. Saiful Helmy

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

Apa yang dimaksud dengan PHSL?

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN SELUMA ABSTRAK PENDAHULUAN

PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 13 PADA BERBAGAI AGROEKOLOGI LAHAN SAWAH IRIGASI

TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI PTT PADI DAN PENDAMPINGAN SL-PTT DI KALIMANTAN TENGAH

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI PENGEMBANGAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) DI PROVINSI JAMBI

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

Abstrak. Kata kunci : inovasi, padi sawah, peningkatan, produktivitas. Pendahuluan

TEKNOLOGI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN IRIGASI DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

Dampak Minat Petani terhadap Komponen PTT Padi Sawah di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah

PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAMPINGAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG DI PROVINSI BENGKULU

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI PADI MELALUI PENDEKATAN PTT DI LAHAN LEBAK KABUPATEN OGAN ILIR SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELALUI INDEK PERTANAMAN (IP-400) DALAM RANGKA KEMANDIRAN PANGAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Jakarta

SOSIALISASI REKOMENDASI TEKNOLOGI PTT BERDASARKAN KALENDER TANAM TERPADU MT II TAHUN 2014 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

Formulir PuPS versi 1.1

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

DAYA HASIL DAN POTENSI LIMBAH UNTUK PAKAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADA SISTEM TANAM LEGOWO 2:1. I NYOMAN ADIJAYA dan I MADE RAI YASA

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) PENDAMPINGAN PTT PADI DI PROVINSI BENGKULU

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

KAJIAN POLA PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

BAB III METODE PENELITIAN

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

LAPORAN AKHIR PENDAMPINGAN SL-PTT PADI SAWAH DI KABUPATEN LIMAPULUH KOTA DAN KOTA PAYAKUMBUH IRMANSYAH RUSLI NURHAYATI ERMIDIAS

PENGEMBANGAN PERBENIHAN (UPBS) PADI DI SUMATERA UTARA. Tim UPBS BPTP Sumatera Utara

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

I PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando,

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH DI DATARAN MEDIUM KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU PENDAHULUAN

EFEKTIVITAS PENYEBARAN INOVASI T PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU JAGUNG MELALUI DEMONSTRASI TEKNOLOGI DI KABUPATEN LUWU

Kelayakan Ekonomi Usahatani Padi Sawah Dengan Pendekatan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) Di Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

Pedoman Umum. PTT Padi Sawah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

Transkripsi:

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Ahmad Damiri dan Yartiwi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu ABSTRAK Guna meningkatkan produktivitas tanaman padi sawah di Kelurahan Rimbo Kedui, BPTP Bengkulu melalui kegiatan M-P3MI melakukan diseminasi inovasi teknologi padi sawah dengan wujud SDMC. Pengkajian bertujuan untuk mengetahui peningkatan produktiviitas padi sawah melalui penerapan inovasi teknologi pertanian pendekatan PTT. Metode pengkajian dilakukan secara deskriptif dengan membandingkan produktivitas yang dilakukan melalui penerapan inovasi teknologi pendekatan SL-PTT dengan produktivitas melalui penerapan teknologi eksisting. Pengkajian dilakukan pada bulan April sampai Agustus 2012 di Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma. Penerapan inovasi teknologi pendekatan PTT menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas yang dilakukan petani dengan penerapan teknologi eksisting. Produktivitas padi dengan penerapan inovasi teknologi pendekatan PTT mencapai 6,51 t/ha gabah kering panen (GKP), lebih tinggi bila dibandingkan dengan produktivitas padi dengan penerapan teknologi eksisting yang 3,50 t/ha gabah kering panen. Produktivitas yang 6,51 t/ha GKP setara dengan 5,60 t/ha GKG lebih tinggi dibandingkan dengan produksi rata-rata Kabupaten Seluma menurut data statistik pada Kabupaten Seluma Dalam Angka, 2010 yang hanya 4,01 t/ha GKG. Kata Kunci : padi sawah, SDMC, peningkatan produktivitas PENDAHULUAN Padi merupakan komoditas tanaman pangan yang strategis dan menjadi prioritas dalam menunjang program pertanian, dimana sampai saat ini usahatani padi di Indonesia termasuk Provinsi Bengkulu masih menjadi tulang punggung perekonomian perdesaan. Terjadinya penciutan lahan sawah akibat konversi lahan untuk kepentingan non-pertanian maupun usahatani lain selain padi sawah dan pengelolaan sawah yang kurang tepat karena keterbatasan pengetahuan petani serta perkembanngan inovasi teknologi yang belum terikuti dengan baik oleh petani, menyebabkan produktivitas padi sawah cenderung melandai, bahkan mungkin menurun. Belum stabilnya laju pertumbuhan produksi padi, apabila ditelaah lebih lanjut ternyata disebabkan oleh masih tergantungnya sumber pertumbuhan produksi yang berasal dari peningkatan produktivitas (Departemen Pertanian. 2005). Kelurahan Rimbo Kedui pada tahun 2010, memiliki peruntukan lahan tertinggi untuk lahan sawah yaitu 505,00 ha dibandingkan peruntukan lainnya yang 330,64 ha dari luas lahan keseluruhan sebesar 835,64 ha (BPS Seluma, 2011), sehingga Kelurahan Rimbo Kedui menjadi salah satu sentra penghasil padi di Kabupaten Seluma. Kondisi air yang hampir selalu tersedia sepanjang musim untuk penaman padi serta luas lahan sawah sebesar 505,00 ha (60,31%) dari luas lahan Kelurahan Rimbo Kedui menjadi salah satu tumpuan sumber pangan Kabupaten Seluma. Namun demikian, permasalahan yang dihadapi Kabupaten Seluma saat ini, selain pengurangan luas lahan sawah karena alih fungsi lahan, produktivitas yang dicapai masih relatif rendah akibat dari kurang/lambatnya adopsi inovasi teknologi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu adanya terobosan upaya peningkatan produktivitas tanaman padi dengan memanfaatkan lahan sawah yang masih tersedia melalui penekanan penerapan inovasi teknologi pendekatan PTT. Dalam penerapan inovasi teknologi pendekatan PTT, tidak hanya dilakukan menggunakan varietas hasil tinggi saja, tetapi harus diikuti dengan teknik budidaya yang benar sesuai dengan anjuran penerapan teknologi. Dalam rangka mengatasi hambatan kurang lancarnya adopsi teknologi hasil pengkajian pada tingkat pengguna, diperlukan strategi komunikasi yang tepat untuk mengatasinya. Salah satu strategi yang ditempuh adalah melalui kegiatan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI). Bila hambatan yang selama ini dapat diatasi, berarti adopsi teknologi hasil pengkajian dapat cepat diterapkan pada tingkat pengguna, sehingga dapat mempercepat peningkatan produksi, pendapatan, serta kesejahteraan petani dan pelaku agribisnis lainnya yang terlibat.

Kegiatan Model Pengembangann Pertanian Melalui Perdesaan (M-P3MI) merupakan diseminasi inovasi teknologi padi sawah, telah dimulai sejak tahun 2011 yang lalu guna meningkatkan pendapatan petani. Setelah dilakukan diseminasi teknologi melalui berbagai media atau Spectrum Diseminasi multi Channel (SDMC) seperti petak percontohan, pertemuan, media cetak, dan media elektronik, penyebaran inovasi teknologi menjadi tersebar cepat pada berbagai lapisan masyarakat khususnya anggota kelompok tani yang kelompoknya menjadi petani kooperator petak percontohan kegiatan M-P3MI. Diseminasi melalui kegiatan SDMC sangat cepat berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan penguasaan teknologi khususnya budidaya padi sawah. Kegiatan M-P3MI yang berada di Kabupaten Seluma, merupakan bentuk konkrit dukungan Badan Litbang Pertanian Melalui BPTP Bengkulu yang dilakukan dalam rangka mendukung kebijakan Kabupaten Seluma terkait usaha peningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi padi sawah. Oleh karena itu, pengkajian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan produktiviitas padi sawah melalui penerapan inovasi teknologi pertanian pendekatan PTT. BAHAN DAN METODA Kegiatan dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan September 2012 di Desa Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma melalui diseminasi kegiatan SDMC seperti: a) Pameran/Peragaan melalui petak percontohan penerapan teknologi pendekatan 10 komponen PTT (Tabel 1.); b) forum Pertemuan berupa pertemuan petani; c) media cetak berupa petunjuk pelaksanaan petak percontohan; d) media elektronik sebagai media penjelasan teknis (Kementerian Pertanian, 2011). Tabel 1. Komponen teknologi yang di terapkan selama pengkajian. No Komponen teknologi pendekatan PTT 1 Varietas unggul baru : Inpari 10 2 Benih bermutu dan berlabel : Varietas baru 3 Dosis dan waktu pemberian pupuk : Urea 200 kg, NPK Phonska 250 kg/ha (3kali) 4 Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT : Kombinasi secara mekanis dg pestisida 5 Pengaturan populasi optimum /Jarak tanam : Legowo 4:1 / [(20 x 10) x 40 cm] Menggunakan alat pembuatan pola garis tanam Caplak Roda 6 pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam : Pengolahan tanah sempurna 7 penanaman bibit muda (<21 hari) : Paling lambat umur 21 hari sudah ditanam 8 tanam 1-3 batang per rumpun : Tanam 2 3 batang per rumpun 9 Panen tepat waktu : Berdasarkan umur varietas atau 90% gabah telah menguning 10 perontokan gabah sesegera mungkin : Perontokan di lapangan setelah panen Metode pengkajian dilakukan dengan cara deskriptif yaitu membandingkan produktivitas yang dicapai setelah dilaksanakan diseminasi melalui kegiatan SDMC dengan produktivitas petani yang menerapkan teknologi eksisting. Produktivitas yang dicapai berasal dari petak percontohan pada kegiatan SDMC yang menerapkan inovasi teknologi pendekatan PTT. Diseminasi Melalui Kegiatan SDMC HASIL DAN PEMBAHASAN Diseminasi melalui kegiatan SDMC dilakukan melalui 4 wujud kegiatan yaitu : a) Pameran/Peragaan melalui petak percontohan penerapan teknologi; b) Forum pertemuan berupa pertemuan petani, c) Media cetak berupa petunjuk pelaksanaan pengkajian pada petak percontohan; d) Media elektronik sebagai media penjelasan teknis dan e) teknologi petani (Eksisting)

a. Pameran/Peragaan Melalui Petak Percontohan Petak percontohan dilaksanakan di agroekosistem lahan sawah dataran rendah iklim basah pada lahan petani dengan melibatkan petani secara partisipatif sehingga apa yang dilakukan diketahui secara jelas oleh petani pelaksana kegiatan. Penetapan satu petak percontohan untuk setiap kelompok dimaksudkan agar petak percontohan pada setiap kelompok dapat berfungsi sebagai kelas belajar bagi anggota kelompok masing-masing. Inovasi teknologi yang diterapkan pada petak percontohan ini yaitu teknologi pendekatan PTT. b. Forum Pertemuan Berupa Temu Lapang Pelaksanaan Kegiatan Agar anggota kelompok tani lebih memahami inovasi teknologi yang diterapkan, dilakukan pertemuan berulang-ulang pada berbagai tahapan pertumbuhan tanaman seperti: (1) temu lapang persiapan pelaksanaan penyemaian benih, (2) temu lapang setelah pemupukan ke dua pada saat tanaman berumur 25 hst, (3) temu lapang setelah pemupukan ke tiga pada saat tanaman berumur 45 hst, (4) temu lapang panen pada saat dilaksanakan panen. Pada setiap pertemuan dijelaskan semua komponen teknologi yang diterapkan pada petak percontohan mulai dari persemaian, pembuatan pola garis tanam menggunakan Caplak Roda, penanaman 2 3 tanaman per rumpun dengan sistem tanam legowo 4:1, pemupukan tiga kali dalam satu musim tanam, dan panen dengan menghitung produktivitas berdasarkan data ubinan yang dikonversi ke dalam hektar. Peserta pertemuan terdiri dari 10 orang petani pelaksana petak percontohan ditambah dengan masing-masing 3 orang dari setiap kelompok sehingga peserta dari anggota kelompok tani sebanyak 40 orang. Pada setiap pertemuan, 3 orang dari setiap kelompok selalu diganti. Mengganti 3 orang peserta dengan anggota kelompok lainnya dimaksudkan agar inovasi teknologi yang diterapkan cepat tersebar pada sebagian besar anggota kelompok tani. Dengan demikian akan terjadi penyebaran informasi secara luas pada anggota kelompok tani. Sedangkan ketua kelompok tani diundang terus menerus setiap pertemuan dimaksudkan agar pada setiap kelompok tani terdapat anggota kelompok yang betul-betul menguasai inovasi teknologi budidaya padi secara utuh. Setelah semua petak percontohan selesai panen dan data produktivitas sudah diketahui semua, dilakukan pertemuan per kelompok. Pada pertemuan ini semua anggota kelompok diundang dan dilakukan tes penguasaan inovasi teknologi yang sudah diterapkan melalui quisioner. Setelah semua quisioner terisi, lalu dikumpulkan dan dievaluasi apakah semua komponen teknologi yang diterapkan sudah dilakukan petani. Biasanya tidak semua anggota kelompok tani sudah menerapkan inovasi teknologi yang dianjurkan. Selanjutnya dilakukan penjelasan kembali komponen teknologi yang digunakan secara detail dan dilakukan diskusi. Pada setiap akhir pertemuan kelompok dilakukan tes minat menerapkan inovasi teknologi melalui quisioner kembali. c. Media Cetak Media cetak yang digunakan tidak berupa leaflet, tetapi petunjuk teknis pengelolaan tanaman yang memuat petunjuk pemeliharaan tanaman. Pada tahap pemeliharaan tanaman inilah biasanya kesalahan yang dilakukan petani yang menyebabkan produktivitas lahan menjadi rendah dan tidak efisien. Petunjuk yang disusun terdiri dari petunjuk untuk lahan per hektar dan lahan berdasarkan luas lahan masing-masing petak percontohan milik petani. Dengan demikian petunjuk yang diberikan bersifat aplikatif. d. Media Elektronik Media elektronik digunakan pada saat penjelasan tentang inovasi teknologi yang akan diterapkan. Melalui media elektronik, penjelasan-penjelasan lebih mudah ditangkap peserta (anggota kelompok tani). Bila memungkinkan, media elektronik yang digunakan berupa video penerapan inovasi teknologi.

e. Teknologi Eksisting Teknologi eksisting yang diterapkan petani sangat mempengaruhi produktivitas yang dicapai. Dalam penerapan teknologi penanaman padi, sebagian besar petani mendapatkan informasi teknologi berasal dari sesama anggota kelompok tani. Dari hasil wawancara dengan petani kooperator diketahui bahwa kebiasaan petani dalam melakukan usahataninya, teknologi yang diterapkan yaitu: (1) sistem tanam tegel, (2) varietas IR 64 atau Ciherang yang telah ditanam berulang-ulang, (3) jumlah benih 100 150 kg/ha, (4) pemupukan tidak berimbang dan pemberian pupuk 1 2 kali dalam satu musim tanam. Tabel 2. Rata-rata dosis pupuk dan produktivitas tanaman padi petani (eksisting) per hektar di Kabupaten Seluma. No Uraian Penggunaan pupuk/ha (kg) N P K Produktivitas (t/ha) GKP 1. Petani 1 214,00 102,00 30,00 3,800 2. Petani 2 217,86 121,38 35,70 4,760 3. Petani 3 107,00 69,00 15,00 3,375 4. Petani 4 142,31 115,71 19,95 1,915 5. Petani 5 173,13 19,95 19,95 3,660 6. Petani 6 107,00 51,00 15,00 3,500 Jumlah 961,30 479,04 135,60 21,01 Rata-rata 160,22 79,84 22,60 3,50 Sumber : Data primer, diolah. Pada Tabel 2. Gambaran umum petani melakukan pemupukan dalam usahatani padi di Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan, rata-rata penggunaan pupuk per hektar umumnya menggunakan; pupuk Urea, SP-36, dan NPK Phonska saja. Pupuk KCl jarang sekali digunakan dengan alasan pupuk mahal dan sering tidak ada di pasaran, sehingga untuk mengganti pupuk KCl biasanya petani beranggapan telah terpenuhi dari pupuk NPK Phonska. Hal ini sebenarnya dikarenakan petani banyak yang tidak mengetahui kebutuhan tanaman akan hara serta juga ketidaktahuan petani cara menghitung kebutuhan pupuk, maka pemberian pupuk dikira-kira saja. Oleh karena itu setiap petani berbeda-beda dalam penggunaan dosis pupuk. f. Rekomendasi Pemupukan Berdasarkan analisis tanah menggunakan perangkat uji tanah sawah (PUTS) yang dilakukan di Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma, kandungan N rendah, P rendah, dan K sedang. Menurut Setyorini et al., (2006), pada status N rendah, P rendah, dan K sedang, maka rekomendasi pemupukannya yaitu: Urea 250 350 kg, SP-36 100 125 kg, dan KCl 50 75 kg. Kandungan hara dari masing-masing pupuk tersebut yaitu : N = 112,50 157,50 kg, P 2 O 5 = 36,00 45,00 kg, dan K 2 O = 30 45 kg/ha. Penggunaan pupuk tunggal seringkali sulit dilakukan karena pupuk tunggal KCl sering tidak dijumpai di lapangan. Untuk itu perlu diatasi dengan penggunaan pupuk majemuk NPK Phonska. Berdasarkan perhitungan kandungan hara yang terdapat pada masing-masing pupuk, maka penggunaan pupuk yang mudah digunakan petani tetapi telah memenuhi kecukupan hara, dosis pupuk yang digunakan yaitu Urea 200 kg dan NPK Phonska 250 kg/ha dengan kandungan hara sebagai berikut: N = 127,50 kg, P 2 O 5 = 37,5, dan K 2 O =37,5 kg. g. Produktivitas Per Hektar Produktivitas per hektar dihitung dari konversi hasil ubinan rata-rata setiap petak percontohan dan dikonversi ke hektar. Pada kegiatan ini ukuran ubinan yang digunakkan yaitu 5 x 2 m. Ukuran 5 meter diambil pada 5 jajar legowo dan 2 meter diambil dalam barisan tanaman. Hasil yang diperoleh dikonversi ke hektar dengan mengalikan hasil ubinan dengan 1.000 petak.

Tabel 3. Data petak percontohan 10 kelompok tani, hasil per hektar, dan hasil rata-rata per hektar. No Luas petak percontohan Jumlah angota dan luas lahan Nama kelompok Desa Hasil panen (t/ha) GKP 1. 2475 m 2 27 ha/25 org Harapan maju Rimbo Kedui 5,10 2. 2566 m 2 22 ha/23 org Tunas harapan II Rimbo Kedui 7,50 3. 2500 m 2 25 ha/42 org Panca Usaha Rimbo Kedui 6,35 4. 3984 m 2 20 ha/25 org Tanjung Mas Tanjung Seru 6,20 5. 2418 m 2 20,5 ha/27 org Renah Penanding Padang Genting 6,40 6. 2566 m 2 25 ha/22 org Tunas Harapan Rimbo Kedui 5,93 7. 2751 m 2 30 ha/37 org Mulya Tani Rimbo Kedui 5,75 8. 2500 m 2 16 ha/18 org Rimbo Damar Rimbo Kedui 7,37 9. 2537 m 2 25 ha/24 org Margo Suko I Rimbo Kedui 8,40 10. 3489 m 2 15 ha/31 org Kerinjing Baru Tanjungan 6,10 Jumlah 65,10 Rata-rata 6,51 Catatan : 6,51t/ha GKP = 5,60 t/ha GKG Berdasarkan Tabel 3. Produktivitas rata-rata yang diperoleh sebesar 6,51 t/ha GKP, lebih tinggi dari produktivitas rata-rata Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Kabupaten Seluma yang 3,50 t/ha GKP. Produktivitas yang rendah pada petani Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma, selain disebabkan waktu pemupukan yang tidak tepat, juga dosis pupuk yang diberikan tidak berimbang (Tabel 2). Menurut Adiningsih et al., (1989) Dalam Sukristiyonubowo et al., (2011), penggunan pupuk N dan P yang berlebihan akan mempercepat pengurasan unsur-unsur hara lain seperti K, S, Mg, Zn, dan Cu, sehingga akan menngganggu keseimbangan hara, menurunkan produktivitas dan kualitas lingkungan. Terhadap peluang peningkatan produksi Kabupaten Seluma, Produktivitas hasil pengkajian melalui petak percontohan yang 6,51 t/ha GKP atau setara dengan 5,60 t/ha GKG, terjadi peningkatan 1,59 t/ha GKG dibandingkan dengan produktivitas Kabupaten Seluma Dalam Angka 2010 yang hanya 4,01 t/ha GKG. Hasil ini sejalan dengan pengkajian yang di lakukan Hastini et al., (2011); penerapan PTT padi sawah yang dilakukan di Desa Wanasari Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta mampu meningkatkan produktivitas sebesar 54,02% selama beberapa musim tanam. Selain itu penerapan PTT memberikan efisiensi penggunaan pupuk anorganik Urea 10%, SP-36 dan KCl 33,33%, pestisida 75%, serta benih mencapai 20%. Melalui PTT padi sawah, terdapat kenaikan B/C dari 0,78 menjadi 1,21 yang berarti terdapat kenaikan pendapatan petani. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN 1. Produktivitas padi dengan penerapan inovasi teknologi pendekatan PTT mencapai 6,51 t/ha gabah kering panen (GKP), lebih tinggi bila dibandingkan dengan produktivitas padi dengan penerapan teknologi eksisting yang 3,50 t/ha gabah kering panen. 2. Terhadap produktivitas Kabupaten Seluma yang 4,01 t/ha GKG, terjadi peningkatan 1,59 t/ha GKG. Kondisi ini berpeluang untuk meningkatkan produktivitas Kabupaten Seluma. Saran 1. Mengingat luasa lahan sawah yang semakin sempit karena terjadinya alih fungsi lahan, maka disarankan agar lahan sawah yang tersisa dapat dimanfaatkan seefisien mungkin. 2. Penerapan inovasi teknologi pendekatan PTT pada petak percontohan terbukti mampu meningkatkan produktivitas padi sawah. Untuk itu agar anggota kelompok tani dapat memanfaatkan inovasi teknologi pendekatan PTT setiap melakukan usahatani padi sawah.

DAFTAR PUSTAKA Departemen Pertanian. 2005. Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005 2010. Lima komodita: 1. Beras: Swasembada Berkelanjutan, 2. Jagung : Swasembada 2007, 3. Kedelai: Swasembada 2015 (2010 = 65%), 4. Gula : Swasembada 2009, 5. Daging Sapi: Swasembada 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Hastini, T., K. Permadi, dan S. Putra. 2011. Dampak Penerapan PTT Padi Sawah Terhadap Peningkatan Produktivitas, Efisiensi, dan Pendapatan Petani Pada Program Prima Tani Kabupaten Purwakarta. Prosd. Seminar Ilmiah Hasil Penelitian Padi Nasional 2010. Variabilitas dan Perubahan Iklim: Pengaruhnya Terhadap Kemandirian Pangan Nasional. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta. BPS Seluma. 2011. Kabupaten Seluma Dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik Kabupaten Seluma. Seluma Kementerian Pertanian (2011). Pedoman Umum Model Pengembangan Pertanian Perdesaaan Melalui Inovasi (M-P3MI). Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta. Setyorini, D., L. R. Widowati, dan A. Kasno. 2006. Petunjuk Penggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah Versi 1.1. Balai Penelitian Tanah. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta. Sukristiyonubowo, S. Anda, Suwandi dan I. Adamy S. 2011. Pengaruh Dosis dan Waktu Pemupukan Terhadap Pertumbuhan, Komponen Hasil, dan Hasil Padi Varietas Ciliwung Yang Di Tanam Pada Sawah Bukaan Baru. Prosd. Seminar Ilmiah Hasil Penelitian Padi Nasional 2010. Variabilitas dan Perubahan Iklim: Pengaruhnya Terhadap Kemandirian Pangan Nasional. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta.