BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang

Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB I PENDAHULUAN. Bali, respon reaktif dan proaktif telah banyak bermunculan dari berbagai pihak, baik

Dr Siti Nadia M Epid Kasubdit P2 AIDS dan PMS Kementerian Kesehatan RI. Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

Pelibatan Komunitas GWL dalam Pembuatan Kebijakan Penanggulangan HIV bagi GWL

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

BAB I PENDAHULUAN Pada Januari hingga September 2011 terdapat penambahan kasus sebanyak

ANALISIS EPIDEMIOLOGI HIV AIDS DI KOTA BANDUNG DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

SITUASI EPIDEMI HIV DAN AIDS SERTA PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS PROVINSI DKI JAKARTA 2015

BAB V HASIL. Jakarta Pusat. Layanan yang tersedia adalah layanan kesehatan dasar untuk. Kelompok Dukungan Sebaya untuk ODHA pengguna NAPZA suntik

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Satiti Retno Pudjiati. Departemen Dermatologi dan Venereologi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat umum dan penting, sedangkan infeksi bakteri lebih sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi berisiko

dan kesejahteraan keluarga; d. kegiatan terintegrasi dengan program pembangunan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota; e.

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi 5,6 juta kasus HIV baru dan 2,6 juta kematian karena AIDS serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. masalah dunia karena melanda di seluruh negara di dunia (Widoyono, 2005).

SURVEI TERPADU BIOLOGIS DAN PERILAKU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

SITUASI HIV/AIDS RIAU

Program Peningkatan Cakupan Tes HIV, Inisiasi Dini ART dan Kelangsungan ODHA Minum ARV pada Populasi Berisiko Tinggi di Kota Denpasar,

BAB I PENDAHULUAN. seksual disebut infeksi menular seksual (IMS). Menurut World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian HIV dan AIDS Di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang akan disampaikan (Azrul & Azwar, 1983). Sedangkan Glanz, dkk.,

BAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010).

ANTARA KEBUTUHAN DAN PEMENUHAN HAK PEMBIAYAAN PENANGGULANGAN AIDS DALAM SKEMA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL. dr Endang Sri Rahayu

SITUASI PENDANAAN PROGRAM HIV DAN AIDS DI DKI JAKARTA. Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi DKI Jakarta 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

Penjangkauan dalam penggulangan AIDS di kelompok Penasun

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di berbagai belahan bumi mengalami masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Departemen Kesehatan RI, sampai dengan September 2006 secara kumulatif jumlah orang yang terinfeksi HIV sebanyak 4.617 kasus dan AIDS sebanyak 6.987 kasus, tersebar di 32 propinsi dan 158 kabupaten/kota. Pada tahun 2006 Jakarta dan Bali termasuk 6 propinsi (Papua, DKI Jakarta, Riau, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat) yang memiliki prevalensi HIV kelompok berisiko tertentu telah melewati angka 5 persen yang menurut kategori WHO telah memasuki tingkat terkonsentrasi (www.depkes.go.id). Kemudian kejadian kumulatif kasus AIDS Nasional sampai dengan Desember 2007 adalah 4,91 per 100.000 penduduk. Jumlah kumulatif kasus AIDS sampai dengan Desember 2007 sebanyak 11.141 kasus dan HIV mencapai 6.066 kasus. Kejadian kumulatif kasus AIDS di DKI Jakarta (6,8 kali angka nasional) dan Bali (4,3 kali angka nasional). Depkes juga melaporkan kasus AIDS kumulatif berdasarkan cara penularan dan kelompok umur. Jumlah kasus AIDS terbanyak melalui penasun (49,9%), heteroseksual (41,9%), dan homoseksual (3,9%). Proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun (54,05%), disusul kelompok umur 30-39 tahun (27,96%) dan kelompok umur 40-49 tahun (8,03%) (Depkes, 2007). Tingkat prevalensi HIV dari waktu ke waktu semakin meningkat adalah masalah kesehatan masyarakat yang berdampak luas. Oleh karena itu, 1

2 penanganannya juga harus berdasarkan kepada pendekatan kesehatan masyarakat, yakni melalui upaya pencegahan primer sekunder, dan tersier. Ada lima tingkat pencegahan, yakni promosi kesehatan, perlindungan khusus, diagnosis dini, pengobatan segera, pembatasan cacat, dan rehabilitasi. Penanggulangan HIV/AIDS memiliki salah satu tujuan khusus, yakni menyediakan dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan, pengobatan, dan dukungan kepada orang terinfeksi HIV yang terintegrasi dengan upaya pencegahan (KPA, 2007). Salah satu upaya tersebut adalah upaya deteksi dini untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV melalui tes HIV (Depkes, 2004). Penyediaan pelayanan terhadap perawatan orang terinfeksi HIV menjadi salah satu strategi yang dilakukan untuk penanggulangan HIV/AIDS. Adanya layanan tes HIV sebagai tempat untuk konseling dan melakukan tes HIV sangat berperan sebagai pintu masuk untuk membantu setiap orang mendapatkan akses ke semua pelayanan, baik informasi, edukasi, terapi atau dukungan psikososial (Depkes, 2004). Menurut hasil Surveilans Terpadu Biologi Perilaku (STBP) tahun 2007, Jakarta memiliki prevalensi kedua terbesar setelah Batam untuk kalangan Wanita Penjaja Seks Tidak Langsung (WPSTL). Prevalensi HIV pada WPSTL dan Wanita Penjaja Seks Langsung (WPSL) di Jakarta masing-masing sebesar 5,7% dan 10,2% (KPA, 2007). Namun, hanya sekitar 50% Wanita Penjaja Seks (WPS) pernah menggunakan layanan medis (umum atau swasta) ketika gejala IMS muncul (KPA, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh George Martin Sirait yang memaparkan hasil penelitian dalam diskusi publik penanggulangan narkoba dan AIDS, pada pertengahan Januari 2008 saja jumlah pemakai narkoba suntik sebanyak 2500 di Jakarta Pusat, hanya 104 orang yang bersedia mengikuti layanan tes HIV. Ada 60

3 persen dari jumlah pengguna narkoba suntik terinfeks HIV/AIDS. Sedangkan di Bali dari hasil STBP tahun 2007, pada kelompok WPSL prevalensi HIV sebesar 14,1%. Menurut STBP tahun 2007 WPSL yang mengunjungi klinik IMS untuk check up selama satu bulan terakhir sebesar 33% di Jakarta dan 75% di Bali (KPA, 2007). Layanan tes HIV memiliki manfaat besar terhadap penanganan orang terinfeksi HIV, guna memantau sejauh mana kondisi kesehatan dialami hingga pemberian motivasi dalam kehidupannya. Di sebagian daerah, misalnya saja Sulawesi Utara sebagian besar penderita HIV/AIDS jarang memanfaatkan layanan tes HIV di setiap rumah sakit, padahal kehadiran klinik itu sangat membantu penderita. Oleh karena itu, agar dapat memaksimalkan pemanfaatan layanan tes HIV serta menjangkau seluruh kelompok berisiko untuk mau memanfaatkan layanan tes HIV, maka kita perlu mengetahui gambaran pengguna layanan tes HIV. 1.2 Rumusan Masalah Pada tahun 2006 Jakarta dan Bali termasuk ke dalam 6 provinsi (Papua, DKI Jakarta, Riau, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat) yang memiliki prevalensi HIV pada kelompok berisiko tertentu telah melewati angka 5 persen yang menurut kategori WHO, wilayah tersebut telah memasuki tingkat terkonsentrasi (www.depkes.go.id). Salah satu upaya penanggulangan epidemi HIV/AIDS adalah upaya deteksi dini untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV melalui layanan tes HIV (Depkes, 2004). Penyediaan pelayanan terhadap perawatan orang terinfeksi HIV menjadi salah satu strategi yang dilakukan untuk penanggulangan HIV/AIDS. Adanya layanan tes HIV sebagai tempat untuk konseling dan melakukan tes HIV sangat berperan sebagai pintu masuk untuk membantu setiap orang

4 mendapatkan akses ke semua pelayanan, baik informasi, edukasi, terapi atau dukungan psikososial (Depkes, 2004). Oleh karena itu, untuk dapat memaksimalkan pemanfaatan layanan tes HIV serta menjangkau seluruh kelompok berisiko untuk mau memanfaatkan layanan tes HIV, maka kita perlu mengetahui gambaran pengguna layanan tes HIV. 1.3 Pertanyaan Penelitian Dari rumusan masalah, maka peneliti mengajukan pertanyaan penelitian yaitu bagaimana deskripsi dan faktor yang berpengaruh terhadap status HIV pada pengguna klinik-klinik layanan tes HIV (KIOS, PKBI, PPTI, RSKO, RSUD Buleleng, RS Sanglah, dan YKP) di Jakarta dan Bali tahun 2007 yang berpartisipasi pada uji coba surveilans pasif HIV dengan susunan sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran pemanfaatan layanan tes HIV di Jakarta dan Bali Buleleng, RS Sanglah, dan YKP) tahun 2007? 2. Bagaimana gambaran karakteristik (umur, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan) klien layanan tes HIV di Jakarta dan Bali berdasarkan tempat layanan tes HIV (KIOS, PKBI, PPTI, RSKO, RSUD Buleleng, RS Sanglah, dan YKP) tahun 2007? 3. Bagaimana gambaran kelompok risiko klien layanan tes HIV di Jakarta dan Bali Buleleng, RS Sanglah, dan YKP) tahun 2007?

5 4. Bagaimana gambaran cara penularan klien layanan tes HIV di kota Jakarta dan Bali berdasarkan tempat layanan tes HIV (KIOS, PKBI, PPTI, RSKO, RSUD Buleleng, RS Sanglah, dan YKP) tahun 2007? 5. Bagaimana gambaran motivasi klien layanan tes HIV di Jakarta dan Bali Buleleng, RS Sanglah, dan YKP) tahun 2007? 6. Bagaimana gambaran sumber informasi yang diperoleh klien layanan tes HIV di Jakarta dan Bali berdasarkan tempat layanan tes HIV (KIOS, PKBI, PPTI, RSKO, RSUD Buleleng, RS Sanglah, dan YKP) tahun 2007? 7. Bagaimana gambaran (karakteristik masyarakat, kelompok risiko, dan cara penularan) klien layanan tes HIV berstatus HIV positif di Jakarta dan Bali tahun 2007? 8. Faktor yang paling berpengaruh terhadap status HIV positif pada klien layanan tes HIV di Jakarta dan Bali tahun 2007? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah mengetahui gambaran pengguna layanan tes HIV Buleleng, RS Sanglah, dan YKP) dan faktor yang paling berpengaruh terhadap status HIV positif pada klien layanan tes HIV di Jakarta dan Bali tahun 2007 dengan susunan sebagai berikut : 1. Mengetahui gambaran pemanfaatan layanan tes HIV di Jakarta dan Bali Buleleng, RS Sanglah, dan YKP) tahun 2007.

6 2. Mengetahui gambaran karakteristik (umur, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan) klien layanan tes HIV di Jakarta dan Bali berdasarkan tempat layanan tes HIV (KIOS, PKBI, PPTI, RSKO, RSUD Buleleng, RS Sanglah, dan YKP) tahun 2007. 3. gambaran kelompok risiko klien layanan tes HIV di Jakarta dan Bali Buleleng, RS Sanglah, dan YKP) tahun 2007. 4. Mengetahui gambaran cara penularan klien layanan tes HIV di kota Jakarta dan Bali berdasarkan tempat layanan tes HIV (KIOS, PKBI, PPTI, RSKO, RSUD Buleleng, RS Sanglah, dan YKP) tahun 2007. 5. Mengetahui gambaran motivasi klien layanan tes HIV di Jakarta dan Bali Buleleng, RS Sanglah, dan YKP) tahun 2007. 6. Mengetahui gambaran sumber informasi yang diperoleh klien layanan tes HIV di Jakarta dan Bali berdasarkan tempat layanan tes HIV (KIOS, PKBI, PPTI, RSKO, RSUD Buleleng, RS Sanglah, dan YKP) tahun 2007. 7. Mengetahui gambaran (karakteristik masyarakat, kelompok risiko, dan cara penularan) klien layanan tes HIV berstatus HIV positif di Jakarta dan Bali tahun 2007. 8. Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap status HIV positif pada klien layanan tes HIV di Jakarta dan Bali tahun 2007.

7 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini ingin mengetahui gambaran pengguna layanan tes HIV. Dengan mengetahui gambaran pengguna layanan tes HIV diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan pelayanan dengan optimal dan menjangkau masyarakat yang belum sama sekali memanfaatkannya. 1.5.2 Manfaat Aplikatif Penulis dapat menambah wawasan dalam penulisan ilmiah di bidang kesehatan sehingga penelitian ini dapat memberikan masukan dalam upaya pencarian intervensi yang tepat dan efektif serta efisien bagi masalah masih minimnya pemanfaatan layanan tes HIV. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan kepada tempat-tempat layanan tes HIV. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Peneliti akan melakukan analisis terhadap data surveilans pasif HIV untuk mengetahui gambaran pengguna layanan tes HIV dan faktor yang berpengaruh terhadap status HIV pengguna layanan tes HIV di Jakarta dan Bali tahun 2007 dilihat karakteristik (kelompok umur, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan pekerjaan), kelompok risiko, cara penularan, motivasi tes HIV, dan sumber informasi tes HIV serta melakukan analisis terhadap tempat layanan tes HIV.