1. Apa itu Kontrak Konstruksi UU 18/1999 tentang Jasa Konstruksi Kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia, jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Perpres 54/2010 Jo Perpres 4/2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola. Permen PU 07/2011 Jo Permen PUPR 31/2015 Kontrak kerja konstruksi selanjutnya disebut Kontrak adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan Penyedia Barang/Jasa dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan Jasa Konsultansi. Problem : 2. Apa dasar hukum terkait Kontrak Kerja Konstruksi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi; Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Buku III tentang perikatan); Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2015; Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 31/PRT/M/2015.
3. Bagaimana cara perhitungan denda untuk pekerjaan konstruksi yang melewati akhir tahun anggaran? apakah dihitung dari nilai sisa pekerjaan yang belum selesai atau dari total nilai kontrak dikali dengan1/1000? 1) Pasal 120 Perpres 54/2010 Jo Perpres 4/2015. Selain perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (1), Penyedia Barang/Jasa yang terlambat menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa, dikenakan denda keterlambatan sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari nilai Kontrak atau nilai bagian Kontrak untuk setiap hari keterlambatan. 2) Penjelasan Pasal 120 Perpres 54/2010 Jo Perpres 4/2015. Bagian kontrak adalah bagian pekerjaan yang tercantum di dalam syarat-syarat kontrak yang terdapat dalam rancangan kontrak dan dokumen kontrak. Penyelesaian masingmasing pekerjaan yang tercantum pada bagian kontrak tersebut tidak tergantung satu sama lain dan memiliki fungsi yang berbeda, dimana fungsi masing-masing bagian kontrak tersebut tidak terkait satu sama lain dalam pencapaian kinerja pekerjaan. 3) Lampiran Perka LKPP Nomor 14 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Perpres 70 Tahun 2012 Bab III Tata Cara Pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi. Besarnya denda kepada Penyedia atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan adalah: 1/1000 (satu perseribu) dari sisa harga bagian Kontrak yang belum dikerjakan, apabila bagian pekerjaan yang sudah dilaksanakan dapat berfungsi; 1/1000 (satu perseribu) dari harga Kontrak, apabila bagian pekerjaan yang sudah dilaksanakan belum berfungsi; pilihan denda huruf a) atau huruf b) dituangkan dalam Dokumen Kontrak. 4) Permen PUPR Nomor 31/PRT/M/2015 Lampiran I Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Tunggal SSUK Pasal 66.4 huruf c Besarnya denda yang dikenakan kepada penyedia atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan untuk setiap hari keterlambatan adalah: 1/1000 (satu perseribu) dari sisa harga bagian kontrak yang belum dikerjakan (sebelum PPN), apabila bagian pekerjaan yang sudah dilaksanakan dapat berfungsi; atau 1/1000 (satu perseribu) dari harga kontrak (sebelum PPN), apabila bagian pekerjaan yang sudah dilaksanakan belum berfungsi; sesuai yang ditetapkan dalam SSKK; SSKK huruf W tentang Denda
Untuk pekerjaan ini besar denda keterlambatan untuk setiap hari keterlambatan adalah 1/1000 (satu perseribu) dari...[total nilai kontrak atau nilai bagian kontrak yang belum diserahterimakan apabila ditetapkan serah terima pekerjaan secara parsial] SSUK Pasal 33 33.1 Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus), penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK untuk penyerahan pekerjaan. 33.4 PPK menerima penyerahan pertama pekerjaan setelah seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Kontrak sejak tanggal berita acara penyerahan pekerjaan dan telah diterima oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan. 33.10 Serah terima pekerjaan dapat dilakukan perbagian pekerjaan (secara parsial) yang ketentuannya ditetapkan dalam SSKK. SSKK huruf U tentang Serah Terima sebagian pekerjaan Dalam kontrak ini diberlakukan serah terima pekerjaan sebagian atau secara parsial untuk bagian sebagai berikut: 1.... 2.... 3. Dst.. [diisi bagian pekerjaan yang berfungsi dan segera dimanfaatkan (apabila ada)] Berdasarkan angka 1 s.d. 4 tersebut di atas, untuk perhitungan besaran denda keterlambatan apakah 1/1000 dari nilai sisa pekerjaan (bagian kontrak) atau 1/1000 dari total harga kontrak harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Kontrak. Jika mengacu pada Permen PUPR 31/2015 denda keterlambatan 1/1000 dari harga bagian kontrak dapat dilakukan jika telah dilakukan serah terima sebagian pekerjaan, dimana yang dikenakan denda adalah pekerjaan yang belum dilakukan serah terima pekerjaan pertama. Jadi yang dimaksud dengan berfungsi = telah PHO.
4. Untuk pekerjaan dengan Kontrak Harga Satuan dengan masa pelaksanaannya melebihi 12 (dua belas) bulan, berdasarkan Perpres 54/2010 Jo Perpres 04/2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah diberikan Penyesuaian Harga. Ada beberapa variabel yang harus diketahui untuk perhitungan Penyesuaian Harga salah satunya yaitu koefisien komponen kontrak seperti tenaga kerja, bahan, alat kerja, dan sebagainya. Bagaimana cara untuk menentukan besaran nilai koefisien komponen tersebut? Rumus Perhitungan Penyesuaian Harga Permen PU 07/2011 Jo Permen PUPR 31/2015 = Ho(a+b.Bn/Bo+c.Cn/Co+d.Dn/Do+...) Ho = Harga Satuan pada saat pekerjaan dilaksanakan; = Harga Satuan pada saat harga penawaran; a b,c,d Bn,Cn,Dn Bo,Co,Do = Koefisien tetap yang terdiri atas keuntungan dan overhead; Dalam hal penawaran tidak mencantumkan besaran komponen keuntungan dan overhead maka a=0,15. = Koefisien komponen kontrak seperti tenaga kerja, bahan, alat kerja,dsb; Penjumlahan a+b+c+d+...dst adalah 1,00. = Indeks harga komponen pada saat pekerjaan dilaksanakan (mulai bulan ke-13 setelah penandatanganan kontrak). = Indeks harga komponen pada bulan ke-12 setelah penandatanganan kontrak. Rumusan tersebut diatas memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) Penetapan koefisien bahan, tenaga kerja, alat kerja, bahan bakar, dan sebagainya ditetapkan seperti contoh sebagai berikut: Pekerjaan Koefisien Komponen a b c d a+b+c+d Timbunan 0,15......... 1,00 Galian 0,15......... 1,00 Galian dengan Alat 0,15......... 1,00 Beton 0,15......... 1,00 Beton bertulang 0,15......... 1,00
b) Koefisien penyesuaian harga ditentukan oleh PPK berdasarkan analisis detail harga yang diperoleh melalui Engineer Estimate (EE), dan dicantumkan dalam dokumen pemilihan. c) Indeks harga yang digunakan bersumber dari penerbitan BPS. d) Dalam hal indeks harga tidak dimuat dalam penerbitan BPS, digunakan indeks harga yang dikeluarkan oleh instansi teknis. e) Rumusan penyesuaian nilai kontrak ditetapkan sebagai berikut: Pn = (1xV1)+(2xV2)+(3xV3)+... dst Pn V = Nilai Kontrak setelah dilakukan penyesuaian Harga Satuan; = Harga Satuan baru setiap jenis komponen pekerjaan setelah dilakukan penyesuaian harga menggunakan rumusan penyesuaian Harga Satuan; = Volume setiap jenis komponen pekerjaan yang dilaksanakan. f) Pembayaran penyesuaian harga dilakukan oleh PPK, apabila penyedia telah mengajukan tagihan disertai perhitungan dan data-data; g) Penyedia dapat mengajukan secara berkala selambat-lambatnya setiap 6 (enam) bulan. Cara penentuan Koefisien Komponen