BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan hukum negara Republik Indonesia dalam rangka Undang - Undang

ANALISIS PENGARUH AKUISISI TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Studi Empiris pada PT. Sampoerna TBK di Bursa Efek Indonesia)

BAB IV GAMBARAN UMUM. merek rokok kretek yang dikenal luas, seperti Sampoerna Kretek, A Mild, serta

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PENGARUH BIAYA PROMOSI TERHADAP LABA BERSIH PT. SAMPOERNA. TBK. Zulyanto Ariwibowo

MUSLIKAH SUCIATI B

PENGARUH BIAYA PROMOSI TERHADAP PENJUALAN PT. HANJAYA MANDALA SAMPOERNA. TBK. Danial Farhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gudang Garam didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Tjoa Ing Hwie.

BAB I PENDAHULUAN. dan pada dunia bisnis. Keadaan ini yang menuntut suatu perusahaan untuk selalu

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

KETERBUKAAN INFORMASI SEHUBUNGAN DENGAN TRANSAKSI AFILIASI

TUGAS LAPORAN. Analisis Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur. PT. HM SAMPOERNA Tbk. Laporan ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.

KETERBUKAAN INFORMASI SEHUBUNGAN DENGAN TRANSAKSI AFILIASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Studi PT. Gudang Garam Tbk PT. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PT BENTOEL INTER LAPORAN POSISI KE 200 KETERANGAN 2009 ASSET ASSET LANCAR kas dan setara kas 84,310,801,719 piutang usaha pihak ketiga

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, hal ini dikarena industri tembakau mempunyai multiplier effect yang

Neraca Konsolidasi PT. GUDANG GARAM, Tbk.

SKRIPSI. PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN ANTARA PT. HM. SAMPOERNA Tbk DAN PT. GUDANG GARAM Tbk PERIODE TAHUN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. saran yang sesuai dengan penelitian analisis data yang telah dilakukan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN

Mamik Mardiani Topowijono M.G. Wi Endang NP Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. skripsi ini, mengggunakan buku acuan Manajemen Keuangan: Prinsip

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PAPARAN PUBLIK TAHUNAN KINERJA KUARTAL PERTAMA April 2015

BAB 3 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran Obyek Penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah event study menurut Jogiyanto

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PR. MUSTIKA TOBACCO INDONESIA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. GUDANG GARAM TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RASIO KEUANGAN

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK.

BAB I PENDAHULUAN. penghasil tembakau terbanyak di dunia setelah Cina, Brazil, India, Amerika

ANALISIS PENERAPAN RASIO KEUANGAN DAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DALAM MENILAI KINERJA KEUANGAN PT MAYORA INDAH Tbk AGUS NURAMIN

Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Pada Pt. Holcim Indonesia Tbk

Latar Belakang Masalah. 1. Keuangan Perusahaan 2. Laporan Keuangan 3. Penilaian Kinerja Perusahaan

Nama : Martha Romadoni NPM : Kelas : 3EA13

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan Perusahaan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT SEPATU BATA TBK PERIODE

Evaria Novita, Achmad Husaini, MG Wi Endang Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Astra Agro

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT KIMIA FARMA (PERSERO) TBK

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan melakukan sebuah aktivitas dalam menyediakan produk atau

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. seluruh kewajiban lancarnya. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah

ANALISIS KINERJA LAPORAN KEUANGAN PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK. CATUR PUTRI LUTPIANDARI Reni Diah Kusumawati, SE.

BAB III METODE PENELITIAN

Sumber: Bentoel Group (2014)

BAB 5 PENUTUP. keuangan Optik Airlangga Surabaya selama tahun , dapat ditarik

Paparan Publik. Ruang Seminar 1 & 2 Bursa Efek Indonesia, Jakarta 27 April 2018

BAB I PENDAHULUAN. Di era perdagangan bebas seperti sekarang ini persaingan usaha diantara

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA PADA PT. UNILEVER INDONESIA Tbk PERIODE

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN GUNA MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. UNILEVER INDONESIA TBK DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. dan pembahasan dapat disimpulkan kinerja keuangan PT Indofood Tbk adalah

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN

Universitas Bhayangkara Jaya

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS SOVABILITAS DAN RENTABILITAS UNTUK MELIHAT KONDISI KEUANGAN PADA PT. BENTOEL INTERNASIONAL INVESTAMA Tbk.

Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk

BAB I PENDAHULUAN. yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah

Daftar Pertanyaan. Mengenai Aktivitas Penjualan. No Daftar Pertanyaan Ya Tidak Penjelasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa angka-angka dari transaksi yang terjadi selama satu periode. Informasi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Industri rokok merupakan industri yang sangat besar di Indonesia,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2016

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT

PENILAIAN BISNIS PADA PT HM SAMPOERNA, TBK MENGGUNAKAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN ROKOK (Studi Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB IV PEMBAHASAN. analisis strategi SWOT, PESTEL analysis, dan analisis porter.

ANALISIS DU PONT SYSTEM TERHADAP PENGGUNAAN RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA PERUSAHAAN PADA PT. NIPPON INDOSARI CORPINDO Tbk.

BAB 5 PENUTUP. kinerja keuangan PT. Fastfood Indonesia, Tbk dan PT. Pioneerindo Gourmet

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS PADA LAPORAN KEUANGAN PT. SIANTAR TOP (PERSERO) TBK. : Sovia Yohana Lumban : 1A214419

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PT KALBE FARMA TBK. : DWI PRATIWI NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Rino Rinaldo, SE.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Perjuangan PT Gudang Garam Tbk hingga mencapai sukses seperti

BAB I PENDAHULUAN UKDW. secara efektif dan efisien agar dapat mempertahankan keunggulan sehingga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD PADA PT. POS INDONESIA (PERSERO) CABANG BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Haryani & Serfianto (2011:22) mengatakan bahwa :

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

Transkripsi:

46 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Perusahaan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. ( Sampoerna ) merupakan salah satu produsen rokok terkemuka di Indonesia dengan memproduksi sejumlah merek rokok kretek yang dikenal luas, seperti Sampoerna Kretek, A Mild, serta Raja Kretek yang legendaris Dji Sam Soe. PT HM. Sampoerna Tbk adalah afiliasi dari PT Philip Morris Indonesia dan bagian dari Philip Morris International, produsen rokok terkemuka di dunia. Misi perusahaan adalah Menawarkan pengalaman merokok terbaik kepada perokok dewasa di Indonesia. Hal ini dilakukan dengan senantiasa mencari tahu keinginan konsumen, dan memberikan produk yang dapat memenuhi harapan mereka. Pada tahun 2012, Sampoerna memiliki pangsa pasar sebesar 35,6% di pasar rokok Indonesia, berdasarkan hasil Nielsen Retail Audit Results Full Year 2012. Pada akhir 2012, jumlah karyawan Sampoerna dan anak perusahaannya mencapai sekitar 28.500 orang. Selain itu, Perseroan juga berkerja sama dengan 38 unit Mitra Produksi Sigaret ( MPS ) yang berada di berbagai lokasi di Pulau Jawa dalam memproduksi Sigaret Kretek Tangan, dan secara keseluruhan

47 memiliki lebih dari 61.000 orang karyawan. Perseroan menjual dan mendistribusikan rokok melalui 73 kantor penjualan di seluruh Indonesia. Tahun 2012 merupakan tahun yang cemerlang bagi Perusahaan dimana kami mencapai rekor penjualan melebihi 100 miliar batang, ditambah berbagai pencapaian lain di banyak bidang. Tahun 2012 juga merupakan tahun yang istimewa bagi Sampoerna, ditandai dengan HUT Sampoerna ke-99, angka 9 memiliki makna khusus dalam sejarah Sampoerna dan beberapa tonggak penting tercapai, antara lain pembukaan dua pabrik sigaret kretek tangan baru di Jawa Timur dan pendirian pusat pelatihan search and rescue di Pasuruan sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial Sampoerna. Sebagai salah satu produsen rokok terkemuka di Indonesia, Sampoerna bangga pada tradisi dan filosofi yang menjadi dasar kesuksesan perusahaan yang didukung dengan merek-merek yang kuat serta karyawan-karyawan terbaik, sambil terus berinovasi untuk masa depan yang lebih gemilang. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk mempunyai kantor pusat yang terletak di Jalan Rungkut Industri Raya No. 18 Surabaya dan mempunyai kantor perwakilan Jakarta di Gedung One Pacific Place Lt.18 Sudirman Central Business District (SCBD) Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53. Berikut sekilas sejarah perjalanan PT HM Sampoerna, Tbk sebagai berikut:

48 1. Tahun 1913 Liem Seeng Tee, seorang imigran asal Cina, mulai membuat dan menjual rokok kretek linting tangan di rumahnya di Surabaya, Indonesia. Perusahaan kecilnya tersebut merupakan salah satu perusahaan pertama yang memproduksi dan memasarkan rokok kretek maupun rokok putih. 2. Tahun 1930 Liem Seeng Tee mengganti nama keluarga sekaligus nama perusahaannya menjadi Sampoerna, yang berarti kesempurnaan. Setelah usahanya berkembang, Beliau memindahkan tempat tinggal keluarga dan pabriknya ke sebuah kompleks bangunan yang terbengkalai di Surabaya yang kemudian direnovasi dan dinamai Taman Sampoerna. 3. Tahun 1959 Kepemimpinan Sampoerna beralih ke generasi kedua di bawah pimpinan Aga Sampoerna, yang berfokus pada produksi Sigaret Kretek Tangan (SKT) premium. 4. Tahun 1978 Generasi ketiga keluarga Sampoerna, Putera Sampoerna, mengambil alih kemudi perusahaan, dan pertumbuhan Sampoerna kian melaju. 5. Tahun 1989 Sampoerna meluncurkan merek A Mild di Indonesia.

49 6. Tahun 1990 Sampoerna menjadi perseroan terbatas terbuka dengan struktur usaha modern dan memulai masa investasi dan ekspansi. Sampoerna berhasil memperkuat posisinya sebagai salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia. 7. Tahun 2005 Keberhasilan Sampoerna menarik perhatian Philip Morris International Inc.(PMI), salah satu perusahaan rokok terkemuka di dunia. Akhirnya pada bulan Mei 2005, PT Philip Morris Indonesia, afiliasi dari PMI, mengakuisisi kepemilikan mayoritas atas Sampoerna. 8. Tahun 2008 Sampoerna meresmikan pabrik Sigaret Kretek Mesin (SKM) di Karawang, Jawa Barat, dengan investasi senilai USD 250 juta. 9. Tahun 2013 Sampoerna memperingati 100 tahun berdirinya perusahaan. 4.1.1 Hasil Produksi Perusahaan Berikut penjelasan tentang hasil prosuksi produk PT HM Sampoerna dari lahan pertanian hingga pabrik. Setelah dipanen dan dikeringkan, tembakau dan cengkeh dibawa ke lokasi pabrik. Tembakau biasanya disimpan hingga selama tiga tahun dalam lingkungan

50 terkontrol untuk membantu meningkatkan cita rasanya. Cengkeh juga melewati proses penyimpanan serupa hingga selama satu tahun sebelum diproses menjadi cengkeh rajang (cut clove). Tembakau yang telah disimpan akan diproses terlebih dahulu sebelum dicampur dengan cengkeh rajangan yang telah kering, kemudian dijadikan racikan rokok yang akan dilinting menjadi rokok. Racikan yang telah selesai, yang biasa disebut cut filler, disimpan dalam lumbung berukuran besar sebelum memasuki proses produksi rokok. Rokok kretek dapat berupa sigaret kretek tangan (SKT) atau sigaret kretek mesin (SKM). Salah satu keunikan industri kretek Indonesia ialah masih digunakannya metode pelintingan secara manual dengan tangan, dimana para pekerja melinting produk rokok kretek dengan sangat cepat, bahkan hingga dapat mencapai 350 batang per jam. Fasilitas Linting-tangan dan Buatan mesin. Produksi sigaret kretek tangan dan sigaret kretek mesin terdiri dari tiga tahapan: 1. Pemrosesan daun tembakau 2. Produksi rokok 3. Dan pengemasan serta persiapan distribusi. Dalam tiap tahapan produksi, pengendalian mutu yang sangat cermat memegang peranan penting untuk memastikan bahwa setiap

51 batang rokok dibuat dengan standar tertinggi. Setelah siap, rokok kemudian dikemas dan dikirimkan untuk proses distribusi. Untuk merek-merek produksi PT HM Sampoerna, Tbk dan afiliasinya memproduksi, memasarkan, dan mendistribusikan rokok di Indonesia, yang meliputi sigaret kretek tangan (SKT) dan sigaret kretek mesin(skm). Sampoerna juga mendistribusikan produk PT Philip Morris Indonesia (PMID), Marlboro, di Indonesia. Rokok kretek menguasai sekitar 92% pasar rokok di Indonesia. Di antara merek rokok kretek Sampoerna adalah Dji Sam Soe, A mild, Sampoerna Kretek, dan U Mild. Berkat fokus dan investasi pada portofolio merek, pada tahun 2013, kelompok merek inti perusahaan berhasil mempertahankan posisi pada 10 merek rokok teratas di Indonesia, dan kami berhasil mendongkrak pangsa pasar hingga mencapai 36,1%. Kelompok merek inti tersebut adalah A Mild, Dji Sam Soe, Marlboro, Sampoerna Kretek dan U Mild. 1. Sampoerna A Keluarga Sampoerna A terdiri dari varian-varian SKM, yang meliputi merek A Mild. A Mild diluncurkan oleh Sampoerna pada

52 tahun 1989 dan merupakan pionir produk rokok kategori LTLN (rendah tar rendah nikotin) di Indonesia. Pada tahun 2013, A Mild tetap mempertahankan posisi sebagai merek rokok dengan pangsa pasar terbesar di Indonesia. 2. Dji Sam Soe Dji Sam Soe merupakan SKT pertama yang diproduksi oleh Handel Maatstchapijj Liem Seeng Tee, yang kemudian menjadi Hajaya Mandala Sampoerna. Dji Sam Soe hingga saat ini diproduksi dengan tangan di 5 fasilitas produksi Sampoerna dan 38 fasilitas produksi milik Mitra Produksi Sigaret (MPS) di sekitar pulau Jawa. Bentuk dan desain kemasan Dji Sam Soe tidak pernah berubah sejak tahun 1913 atau selama lebih dari 100 tahun. Dji Sam Soe diposisikan sebagai kretek premium di Indonesia dan sampai saat ini tetap menjadi pemimpin di segmen SKT. Varian Dji Sam Soe meliputi segmen SKT dan SKM. Dji Sam Soe Filter, Dji Sam Soe Magnum Filter, dan Dji Sam Soe Magnum Blue yang baru diluncurkan pada awal tahun 2014, merupakan bagian dari segmen SKM. Sedangkan

53 Dji Sam Soe Kretek dan Dji Sam Soe Super Premium merupakan bagian dari segmen SKT. 3. Sampoerna Kretek Sampoerna Kretek adalah sigaret kretek tangan yang diproduksi pertama kali pada tahun 1968 di Denpasar, Bali, oleh Aga Sampoerna, generasi kedua keluarga Sampoerna. Dengan menggabungkan tembakau dan cengkeh berkualitas, Sampoerna Kretek berhasil menjadi sigaret kretek tangan terbaik di kelasnya. 4. U Mild U Mild diluncurkan pada tahun 2005 sebagai bagian dari portofolio produk LTLN Sampoerna bersama dengan A Mild. Pertumbuhan volume penjualan U Mild terus meningkat sejak diluncurkannya, mencapai 35,6% pada tahun 2013.

54 5. Marlboro Marlboro diluncurkan di Indonesia pada tahun 1984 oleh PMID dan merupakan salah satu merek internasional terbesar di pasaran. Sampoerna mendistribusikan Marlboro di Indonesia. Saat ini terdapat lima varian Marlboro yang terdiri dari Marlboro Red, Marlboro Lights, Marlboro Black Menthol, dan Marlboro Lights Menthol, dan Marlboro Ice Blast. 4.1.2 Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Presiden Komisaris Wakil Presiden Komisaris Komisaris Independen : John Gledhill : Charles Bendotti : RB Permana Agung Dradjattun Phang Cheow Hock Goh Kok Ho Komisaris Presiden Direktur Direktur : Niken Rachmad : Paul Norman Janelle : Andre Dahan

55 Michael Sandritter Nikolaos Papathanasiou Peter Alfred Kurt Haase Yos Adiguna Ginting Wayan Mertasana Tantra Mark Ingo Niehaus

56 Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT HM Sampoerna, Tbk

57 4.2 Analisis dan Pembahasan Sumber data yang digunakan adalah laporan keuangan dari PT HM Sampoerna, Tbk dengan menggunakan Time Series Analysis dan Cross Section Analysis dapat dilihat sebagai berikut: 4.2.1 Time Series Analysis 1. Rasio Likuiditas a. Perhitungan Current Ratio Tabel 4.1 (Dalam Juta Rupiah) Tahun Current Ratio 2011 2012 2013 Aktiva Lancar 14,851,460 21,128,313 21,247,830 Hutang Lancar 8,368,408 11,897,977 12,123,790 Current Ratio 1.77 1.78 1.75 Berdasarkan perhitungan diatas, current ratio PT HM Sampoerna cenderung fluktuatif. Pada tahun 2012 current ratio mengalami kenaikan namun tidak signifikan, sedangkan pada tahun 2013 mengalami menurunan sebesar 0,03 sehingga menjadi 1,75. Jika dianalisis dari tahun ke tahun aktiva lancar PT HM Sampoerna mengalami kenaikan yang cukup baik dan terlihat kenaikan yang signifikan terjadi pada tahun 2012. Penurunan current ratio tersebut disebabkan karena naiknya hutang lancar perusahaan. Namun penurunan

58 current ratio ini tetap menunjukan bahwa perusahaan masih mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan harta lancarnya. Artinya setiap Rp 1 utang lancar dijamin oleh Rp 1,75 harta lancar atau 1,75:1 antara aktiva lancar dengan hutang lancar. b. Perhitungan Cash Ratio Tabel 4.2 (Dalam Juta Rupiah) Cash Ratio Tahun 2011 2012 2013 Kas 2,070,123 783,505 657,276 Hutang lancar 8,368,408 11,897,977 12,123,790 cash ratio 0.25 0.07 0.05 Berdasarkan perhitungan diatas, dari tahun 2011 sampai tahun 2013 cash ratio PT HM Sampoerna terus menerus mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan karena kas perusahaan mengalami penurunan terus-menerus tiap tahunnya. Kondisi rasio kas ini kurang baik karena apabila perusahaan diharuskan untuk membayar kewajibannya mampu untuk membayar tanpa harus memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aktiva lancarnya seperti menjual persediaan.

59 2. Rasio Solvabilitas a. Perhitungan Debt to Equity Ratio Debt To Equity Ratio Tabel 4.3 (Dalam Juta Rupiah) Tahun 2011 2012 2013 Total Kewajiban 9,027,088 12,939,107 13,249,559 Modal 10,302,670 13,308,420 14,155,035 Debt To Equity Ratio 0.88 0.97 0.94 Berdasarkan perhitungan diatas, debt to equity ratio PT HM Sampoerna mengalami kenaikan di tahun 2012 menjadi 0,97 namun di tahun 2013 debt to equity ratio turun kembali menjadi 0,94. Debt to equity ratio perusahaan menurun kembali walaupun tidak sebaik di tahun 2011, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berusaha untuk meningkatkan kinerjanya. Namun secara keseluruhan dari tahun ke tahun debt to equity ratio masih dalam batas baik karena hasil dari debt to equity ratio kurang dari 1 (< 1) yaitu 0,88 ditahun 2011, 0,97 ditahun 2012 dan 0,94 ditahun 2013. Hal terlihat dari porsi modal yang dimiliki perusahaan lebih besar jika dibandingkan dengan porsi hutangnya.

60 b. Perhitungan Debt to Total Asset Ratio Debt To Total Asset Ratio Tabel 4.4 (Dalam Juta Rupiah) Tahun 2011 2012 2013 Total Kewajiban 9,027,088 12,939,107 13,249,559 Total asset 19,329,758 26,247,527 27,404,594 Debt To Total Asset Ratio 46.70% 49.30% 48.35% Berdasarkan perhitungan diatas, debt to total asset ratio tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 2,6% menjadi 49,30 namun ditahun 2013 mengalami penurunan kembali menjadi 48,35%. Hal tersebut disebabkan karena meningkatnya hutang perusahaan. Namun berdasarkan perhitungan tersebut tercermin bahwa perusahaan terus melakukan perbaikan dengan menunjukkan nilai debt to total asset ratio masih berada dibawah 50% yang menandakan perusahaan masih efektif dalam memanfaatkan asset yang dimiliki untuk menutupi hutangnya

61 3. Rasio Profitabilitas a. Perhitungan Net Profit Margin Tabel 4.5 (Dalam Juta Rupiah) Net Profit Margin Tahun 2011 2012 2013 Laba Bersih 8,064,426 9,945,296 10,818,486 Pendapatan/Penjualan 52,856,708 66,626,123 75,025,207 Net Profit Margin 15.26% 14.93% 14.42% Berdasarkan perhitungan diatas, net profit margin PT HM Sampoerna mengalami penurunan tiap tahunnya. Ditahun 2011 net profit margin sebesar 15,26%, lalu di tahun 2012 turun menjadi 14,93% dan di tahun 2013 mengalami penurunan lagi menjadi 14,42%. Hal ini disebabkan karena meningkatnya nilai beberapa akun pada pos beban penjualan meskipun pendapatan tahun 2012 dan tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup besar.

62 b. Perhitungan Return On Investment Tabel 4.6 (Dalam Juta Rupiah) Tahun Return On Investment 2011 2012 2013 Laba Bersih 8,064,426 9,945,296 10,818,486 Total asset 19,329,758 26,247,527 27,404,594 Return On Investment 41.72% 37.89% 39.48% Berdasarkan perhitungan diatas, hasil ROI PT HM Sampoerna mengalami penurunan di tahun 2012 sebesar 3,83% menjadi 37,89% namun mengalami kenaikan kembali di tahun 2013 menjadi 39,48%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan cukup berhasil dalam memaksimalkan potensi asset yang dimiliki untuk dijadikan net income dan perusahaan diharapkan bisa terus menambah assetnya serta meningkatkan perolehan laba bersih sehingga sebanding dengan peningkatan jumlah investasi atas asset yang dimiliki dan dapat dinilai bahwa investasi yang dilakukan membawa dampak positif bagi kinerja perusahaan.

63 c. Perhitungan Return On Equity Tabel 4.7 (Dalam Juta Rupiah) Return On Equity Tahun 2011 2012 2013 Laba Bersih 8,064,426 9,945,296 10,818,486 Total Modal 10,302,670 13,308,420 14,155,035 Return On Equity 78.28% 74.73% 76.43% Berdasarkan perhitungan diatas, hasil ROE PT HM Sampoerna tahun 2012 mengalami penurunan jika dibandingkaan dengan ROE tahun 2011. Penurunan tersebut sebesar 3,55% sehingga ROE tahun 2012 menjadi 74,73%. Namun di tahun 2013 ROE mengalami kenaikan kembali menjadi 76,43%. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan PT HM Sampoerna cukup efisien dalam menggunakan modal sendiri dan dapat mempertahankan nilai dalan level yang positif.

64 4. Rasio Aktivitas a. Perhitungan Total Asset Turnover Total Asset Turnover Tabel 4.8 (Dalam Juta Rupiah) Tahun 2011 2012 2013 Penjualan 52,856,708 66,626,123 75,025,207 Total asset 19,329,758 26,247,527 27,404,594 Total Asset Turnover 2.73x 2.54x 2.74x Berdasarkan perhitungan diatas, perputaran aktiva PT HM Sampoerna tahun 2011 sebesar 2,73x, kemudian tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 2,54x dan di tahun 2013 mengalami kenaikan kembali menjadi 2,74x. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi perputaran aktiva mencapai hasil yang produktif karena hasil perputaran aktiva PT HM Sampoerna diatas 1 (>1) meskipun mengalami penurunan di tahun 2012.

65 b. Perhitungan Account Receivable Turnover Account Receivable Turnover Tabel 4.9 (Dalam Juta Rupiah) Tahun 2011 2012 2013 Penjualan 52,856,708 66,626,123 75,025,207 Rata-Rata Piutang 1,046,594 1,232,830 1,411,090 Account Receivable Turnover 50.50x 54.04x 53.17x Berdasarkan perhitungan diatas, perputaran piutang mencerminkan bahwa PT HM Sampoerna memiliki rasio yang cukup baik, dimana di tahun 2012 perputaran piutang mengalami kenaikan dari tahun 2011 yaitu sebesar 3,54 sehingga perputaran pitang menjadi 54,04x, namun mengalami penurunan di tahun 2013 menjadi 53,17x, hal ini mencerminkan bahwa perusahaan mengalami penurunan kemampuan dalam melakukan penagihan atas piutang. Namun penurunan tersebut tidak terlalu signifikan.

66 Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Time Series PT HM Sampoerna, Tbk Ratio PT HM. Rata-Rata Time Series 2011 2012 2013 Sampoerna 2011-2013 Analysis 1. Likuiditas Current Ratio 1.77 1.78 1.75 1.77 Baik Cash Ratio 0.25 0.07 0.05 0.12 Baik 2. Solvabilitas Debt To Equity Ratio 0.88 0.97 0.94 0.93 Baik Debt To Total Asset Ratio 46.70% 49.30% 48.35% 48.11% Baik 3. Profitabilitas Net Profit Margin 15.26% 14.93% 14.42% 14.87% Baik Return On Investment 41.72% 37.89% 39.48% 39.70% Baik Return On Equity 78.28% 74.73% 76.43% 76.48% Baik 4. Aktivitas Total Asset Turnover 2.73x 2.54 2.74 2.67 Baik Account Receivable Turnover 50.50x 54.04 53.17 52.57 Baik PT. HM Sampoerna, Tbk memiliki pesaing dalam yang cukup banyak, seperti PT Gudang Garam, Tbk dan PT Bentoel International Investama, Tbk. Dengan adanya pesaing, perusahaan akan menjadi lebih kreatif dan terus termotivasi untuk menghasilkan produk-produk baru, selain itu pesaing juga dapat dijadikan alat untuk menukur kineja baik dalam segi keuangan, manajemen, operasional, dan hasil usaha. Berikut analisa Time Series PT

67 Gudang Garam, Tbk dan PT Bentoel International Investama, yang nantinya bisa menjadi informasi bagi pembaca, namun penulis tidak membahas panjang lebar. Tabel 4.11 Time Series Analysis PT Gudang Garam, Tbk Ratio PT Gudang Garam 2011 2012 2013 1. Likuiditas Rata-Rata 2011-2013 Time Series Analysis Current Ratio 2.24 2.17 1.72 2.05 Baik Cash Ratio 0.08 0.09 0.07 0.08 Menurun 2. Solvabilitas Debt To Equity Ratio 1.41 0.56 0.73 0.90 Baik Debt To Total Asset Ratio 37.19% 35.90% 42.06% 38.39% Baik 3. Profitabilitas Net Profit Margin 11.84% 8.30% 7.91% 9.35% Baik Return On Investment 12.68% 9.80% 8.63% 10.37% Baik Return On Equity 48.12% 15.29% 14.90% 26.11% Baik 4. Aktivitas Total Asset Turnover 1.07x 1.18x 1.09x 1.11x Baik Account Receivable Turnover 45.56x 42.52x 30.98x 39.69x Baik

68 Tabel 4.12 Time Series Analysis PT Bentoel International Investama Ratio PT Bentoel International 2011 2012 2013 Rata-Rata 2011-2013 Time Series Analysis 1. Likuiditas Current Ratio 1.12 1.64 1.18 1.31 Baik Cash Ratio 0.02 0.07 0.07 0.05 Menurun 2. Solvabilitas Debt To Equity Ratio 1.41 0.56 0.73 0.90 Baik Debt To Total Asset Ratio 64.52% 72.26% 90.45% 75.74% Baik 3. Profitabilitas Net Profit Margin 3.04% -3.28% -8.49% -2.91% Buruk Return On Investment 4.83% -4.66% -11.29% -3.71% Buruk Return On Equity 1.36% -16.81% -118.17% -44.54% Buruk 4. Aktivitas Total Asset Turnover 1.59x 1.42 1.33 1.45 Baik Account Receivable Turnover 42.83x 40.78 50.17 44.59 Baik

69 GRAFIK ANALYSIS TIME SERIES LIKUIDITAS 2011 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Current Ratio Cash Ratio PT HM Sampoerna, Tbk PT Gudang Garam, Tbk PT Bentoel International Investama, Tbk SOLVABILITAS 2011 70 60 50 40 30 20 10 0 Debt to Equity Ratio Debt to Total Asset Ratio PT HM Samporna, Tbk PT Gudang Garam, Tbk PT Bentoel International Investama, Tbk

70 GRAFIK ANALYSIS TIME SERIES PROFITABILITAS 2011 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 NPM ROI ROE PT HM Samporna, Tbk PT Gudang Garam, Tbk PT Bentoel International Investama, Tbk AKTIVITAS 2011 60 50 40 PT HM Samporna, Tbk 30 20 PT Gudang Garam, Tbk 10 0 Total Asset Turnover Account Receivable Turnover PT Bentoel International Investama, Tbk

71 GRAFIK ANALYSIS TIME SERIES LIKUIDITAS 2012 2,5 2 1,5 PT. HM Sampoerna, Tbk PT Gudang Garam, Tbk 1 0,5 PT Bentoel International Investama, Tbk 0 Current Ratio Cash Ratio SOLVABILITAS 2012 80 70 60 50 40 30 20 10 PT. HM Sampoerna, Tbk PT Gudang Garam, Tbk PT Bentoel International Investama, Tbk 0 Debt To Equity Ratio Debt To Total Asset Ratio

72 GRAFIK ANALYSIS TIME SERIES PROFITABILITAS 2012 80 60 40 20 PT. HM Sampoerna, Tbk PT Gudang Garam, Tbk 0-20 NPM ROI ROE PT Bentoel International Investama, Tbk -40 60 AKTIVITAS 2012 50 40 30 20 10 PT. HM Sampoerna, Tbk PT Gudang Garam, Tbk PT Bentoel International Investama, Tbk 0 Total Asset Turnover Account Receivable Turnover

73 GRAFIK ANALYSIS TIME SERIES LIKUIDITAS 2013 2 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 Current Ratio Cash Ratio PT. HM Sampoerna, Tbk PT Gudang Garam, Tbk PT Bentoel International Investama, Tbk 2 1,8 SOLVABILITAS 2013 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 Debt To Equity Ratio Debt To Total Asset Ratio PT. HM Sampoerna, Tbk PT Gudang Garam, Tbk PT Bentoel International Investama, Tbk

74 GRAFIK ANALYSIS TIME SERIES PROFITABILITAS 2013 100 50 0-50 -100 NPM ROI ROE PT. HM Sampoerna, Tbk PT Gudang Garam, Tbk PT Bentoel International Investama, Tbk -150 AKTIVITAS 2013 60 50 40 30 20 PT. HM Sampoerna, Tbk PT Gudang Garam, Tbk 10 0 Total Asset Turnover Account Receivable Turnover PT Bentoel International Investama, Tbk

75 4.2.2 Cross Section Analysis Dalam menilai kinerja perusahaan dapat juga dilakukan dengan membandingkan rasio tahun berjalan dengan rata-rata industri pada tahun yang bersangkutan, agar dapat diketahui kondisi perusahaan diantara para pesaing apakah dalam posisi kurang dari rata-rata atau melebihi rata-rata. Berikut akan dibahas perbandingan kinerja keuangan PT HM Sampoerna, Tbk dengan rata-rata industri perusahaan sejenis periode tahun 2011-2013. Tabel 4.13 Cross Section Analysis Tahun 2011 Tahun 2011 PT HM Sampoerna PT Gudang Garam PT Bentoel International Investama Rata- Rata Industri 1. Likuiditas Current Ratio 1.77 2.24 1.12 1.71 Baik Cash Ratio 0.25 0.08 0.02 0.12 Baik 2. Solvabilitas Debt To Equity Ratio 0.88 1.41 1.41 1.23 Baik Debt To Total Asset Ratio 46.70% 37.19% 64.52% 49.47% Baik 3. Profitabilitas Net Profit Margin 15.26% 11.84% 3.04% 10.04% Baik Return On Investment 41.72% 12.68% 4.83% 19.75% Baik Return On Equity 78.28% 48.12% 1.36% 42.59% Baik 4. Aktivitas Total Asset Turnover 2.73 1.07 1.59 1.80 Baik Account Receivable Turnover 50.50 45.56 42.83 46.30 Baik Analisis

76 Berdasarkan analisis cross section pada tahun 2011, dimana membandingkan rasio tahun 2011 dengan rata-rata industri sejenis ditahun tersebut. Dimulai dengan posisi rasio likuiditas tahun 2011 PT HM Sampoerna Tbk dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya berada pada posisi diatas rata-rata industri, dimana current ratio PT HM Sampoerna sebesar 1,71 dengan rata-rata industri sebesar 1,71. Selanjutnya cash ratio PT HM Sampoerna sebesar 0,25 dengan rata-rata industri sebesar 0,12. Dari ketiga perusahaan rokok ini yang memiliki current ratio paling baik yaitu PT Gudang Garam,Tbk dengan nilai 2,24 sedangkan untuk cash ratio yang paling baik yaitu PT HM Sampoerna sebesar 0,25. Ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan masuk kategori Baik karena masih berada diatas ratarata industri perusahaan sejenis. Untuk rasio solvabilitas tahun 2011, dimana debt to equity ratio sebesar 0,88 dan debt to total asset ratio sebesar 46,70 berada diposisi dibawah ratarata industri. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu dalam memenuhi kewajiban jangka panjang dan jangka pendeknya bila perusahaan ini dilikuidasi, karena semakin kecil rasio ini semakin baik. Selanjutnya untuk rasio profitabilitas tahun 2011, dimana hasil net profit margin, return on investment dan return on equity berada diatas rata-rata dan menunjukkan posisi paling baik dan paling besar jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa PT HM Sampoerna

77 mampu mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada. Kemudian jika diliat dari rasio aktivitas yang meliputi rasio total asset turnover dan account receivable turnover perusahaan berada pada posisi diatas baik karena hasil menunjukkan diatas rata-rata industri yang menandakan perusahaan cukup efektif penggunaan assetnya dalam memperoleh laba serta perusahaan juga cukup berhasil dalam menagih piutang. Tahun 2012 1. Likuiditas Tabel 4.14 Cross Section Analysis Tahun 2012 PT HM Sampoerna PT Gudang Garam PT Bentoel International Investama Rata-Rata Industri Analisis Current Ratio 1.78 2.17 1.64 1.86 Kurang Baik Cash Ratio 0.07 0.09 0.07 0.08 Kurang Baik 2. Solvabilitas Debt To Equity Ratio 0.97 0.56 0.56 0.70 Kurang baik Debt To Total Asset Ratio 49.30% 35.90% 72.26% 52.49% Baik 3. Profitabilitas Net Profit Margin 14.93% 8.30% -3.28% 6.65% Baik Return On Investment 37.89% 9.80% -4.66% 14.34% Baik Return On Equity 74.73% 15.29% -16.81% 24.41% Baik 4. Aktivitas total asset turnover 2.54 1.18 1.42 1.71 Baik Account Receiv turnover 54.04 42.52 40.78 45.78 Baik

78 Sedangkan pada tahun 2012 rata-rata industri untuk analisis likuiditas PT HM Sampoerna mengalami penurunan dimana posisi current ratio dan cash ratio perusahaan berada pada posisi dibawah rata-rata industri perusahaan sejenis. Current ratio perusahaan sebesar 1,78 sedangkan rata-rata industri sebesar 1,86. Walaupun current rasio mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya tetapi untuk diposisi rata-rata industri berada pada posisi dibawah rata-rata. Sedangkan untuk cash ratio perusahaan sebesar 0,07 dengan nilai rata-rata industri sebesar 0,08, posisi tersebut berada dibawah rata-rata industri walaupun tidak terlalu jauh. Selanjutnya untuk analisis solvabilitas perusahaan, debt to equity ratio perusahaan sebesar 0,97 sedangkan rata-rata industri sebesar 0,70, walaupun menunjukkan peningkatan debt to equity ratio jika dibandingkan dengan tahun 2011 ini menujukkan bahwa perusahaan masih mampu mengcover setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Sedangkan untuk debt to total asset ratio berada pada posisi baik yaitu posisi dibawah rata-rata karena semakin kecil rasio ini semakin baik. Untuk analisis profitabitas PT HM sampoerna terlihat sangat baik, karena semua posisi ratio berada diatas rata-rata industri dan cukup unggul dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Walaupun jika dibandingkan dengan tahun 2011 ratio profitabilitas mengalami penurunan namun masih

79 menunjukkan kinerja yang baik jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis yang lain. Kemudian jika diliat dari rasio aktivitas yang meliputi rasio total asset turnover dan account receivable turnover perusahaan berada pada posisi diatas baik karena hasil menunjukkan diatas rata-rata industri yang menandakan perusahaan cukup efektif penggunaan assetnya dalam memperoleh laba serta perusahaan juga cukup berhasil dalam menagih piutang dan masih unggul diantara perusahaan sejenis lainnya. Tahun 2013 Tabel 4.15 Cross Section Analysis Tahun 2013 PT HM Sampoerna PT Gudang Garam PT Bentoel International Investama Rata- Rata Industri Analisis 1. Likuiditas Current Ratio 1.75 1.72 1.18 1.55 Baik Cash Ratio 0.05 0.07 0.07 0.07 Baik 2. Solvabilitas Debt To Equity Ratio 0.94 0.73 0.73 0.80 Kurang Baik Debt To Total Asset Ratio 48.35% 42.06% 90.45% 60.29% Cukup Baik 3. Profitabilitas Net Profit Margin 14.42% 7.91% -8.49% 4.61% Baik Return On Investment 39.48% 8.63% -11.29% 12.27% Baik Return On Equity 76.43% 14.90% -118.17% -8.94% Baik 4. Aktivitas Total Asset Turnover 2.74 1.09 1.33 1.72 Baik Account Receivable Turnover 53.17 30.98 50.17 44.77 Baik

80 Dan yang terakhir analisis cross section tahun 2013, untuk rasio likuiditas perusahaan current ratio menunjukkan posisi baik dengan hasil sebesar 1,75 dengan rata-rata industri sebesar 1,55. Namun untuk cash ratio perusahaan sebesar 0,05 dengan rata-rata industri sebesar 0,07 posisi tersebut dibawah rata-rata yang menunjukkan bahwa uang cash atau aktiva lancar perusahaan yang mudah untuk dicairkan tersebut mengalami penurunan (berkurang dari tahun sebelumnya). Selanjutnya untuk analisis solvabilitas tahun 2013, debt to equity ratio perusahaan sebesar 0,98 dengan rata-rata industri sebesar 0,80 hal ini menunjukkan hasil yang kurang baik hal debt to equity perusahaan berada diposisi di atas rata-rata yang seharusnya ratio tersebut dibawah rata-rata, karena semakin kecil ratio ini semakin baik. Untuk debt to total asset ratio sebesar 48,35% dengan rata-rata industri 60,29 hal ini menunjukkan hasil yang cukup baik karena berada diposisi dibawah rata-rata. Artinya hutang perusahaan tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan PT Bentoel International Investama, Tbk. Jika dilihat analisis profitabilitas perusahaan, net profit margin, return on investment dan return on equity menunjukkan hasil yang baik karena posisi diatas rata-rata dan paling baik diantara industri sejenis. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba sangat baik.

81 Sedangkan untuk analisis aktivitas, total asset turnover sebesar 2,74 dengan rata-rata industri 1,72 menunjukkan bahwa ratio tersebut baik karena lebih dari rata-rata dan hasilnya >1, artinya kegiatan operasi perusahaan dalam melakukan investasi baik itu jangka pendek maupun jangka panjang berhasil. Lalu untuk account receivable turnover sebesar 53,17 dengan ratarata industri sebesar 44,77 hal ini menunjukkan posisi yang baik jg karena jauh diatas rata-rata, artinya menggambarkan bahwa aktiva berputar perusahaan lebih cepat untuk menciptakan penjualan dan menghasilkan laba. GRAFIK RATA-RATA INDUSTRI