BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang- orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi masyarakat kecil yang hidup di perkotaan. Fenomena di atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik artinya orang tersebut memiliki kecerdasan emosional. Bar-On (1992,

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. positif pula. Menurut Ginnis (1995) orang yang optimis adalah orang yang merasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

k. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan untuk meningkatkan wawasan, kepedulian, perhatian, kapasitas perempuan, dan perlindungan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang sah karena terbentuk sesuai dengan aturan hukum yang. berlaku, demi kelangsungan bangsa, perkembangan pribadi, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kecemasan masing-masing

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

Tabel 1.1 Tempat Terjadinya Kekerasan terhadap Anak Kekerasan Jumlah Kasus Persentase Di Sekolah ,20% Di Luar Sekolah ,80% Total %

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja yang masuk ke Komnas Remaja tahun itu, sebanyak kasus atau

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sebagai sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

Transkripsi:

BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (UU No 23/2004, Pasal 1). Perilaku seperti ini dapat dikatakan pada tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan merupakan semua bentuk perilaku verbal dan non-verbal yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang atau sekelompok orang sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik, emosional dan psikologis. Selain itu, kekerasan juga dapat diartikan sebagai suatu perlakuan atau situasi yang menyebabkan realitas aktual seseorang di bawah realitas potensialnya. http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-pidana/653- undang-undang-no-23-tahun-2004-tentang-penghapusan-kekerasan-dalam-rumahtangga-uu-pkdrt.html Kasus kekerasan anak dalam rumah tangga terus bertambah setiap tahunnya. Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatat dalam semester I di tahun 2013 atau mulai Januari sampai akhir Juni 2013 ada 1032 kasus kekerasan anak yang terjadi di Indonesia. Dari jumlah itu kekerasan fisik tercatat ada 294 kasus atau 28 persen, kekerasan psikis 203 kasus atau 20 persen dan kekerasan seksual 535 kasus atau 52 persen.

http://www.tribunnews.com/nasional/2013/09/04/ada-1032-kasuskekerasan-anak-di-semester-i-tahun-2013 Kekerasan Dalam Rumah Tangga memiliki dampak yang sangat berarti terhadap perilaku anak khususnya remaja, baik berkenaan dengan kemampuan kognitif, kemampuan pemecahan masalah, maupun fungsi mengatasi masalah dan emosi. Adapun dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga pada remaja yaitu, menjadi cenderung agresif atau menarik diri dari lingkungan sosialnya. Pada usia remaja biasanya kecakapan kognitif dan kemampuan beradaptasi telah mencapai suatu fase perkembangan yang meliputi dinamika keluarga dan jaringan sosial di luar rumah, seperti kelompok teman sebaya dan pengaruh sekolah. Dengan kata lain, anak-anak remaja sadar bahwa ada cara-cara yang berbeda dalam berpikir, merasa, dan berperilaku dalam kehidupan di dunia ini (Burns, 1993). Masa remaja adalah periode transisi, dimana saat seorang individu mengalami perubahan fisik dan psikologis dari kanak-kanak menjadi dewasa. Perkembangan remaja dipengaruhi oleh interaksi antara faktor- faktor biologis, kognitif, dan sosial dan tidak hanya didominasi oleh faktor- faktor biologis. Sifat kontinuitas dan diskontinuitas adalah ciri transisi dari masa anak- anak ke masa remaja. Seperti pada perkembangan anak- anak, faktor genetis, biologis, lingkungan dan pengalaman juga saling berinteraksi. Pada masa ini, perkembangan fisik dan perkembangan kognitif menjadi penting karena mempengaruhi karekteristik remaja mencapai identitas diri dan mengaktualisasi diri (Santrock, 2003).

Keberadaan teman sebaya dalam kehidupan remaja merupakan keharusan, untuk itu seorang remaja harus mendapatkan penerimaan yang baik untuk memperoleh dukungan dari kelompok teman sebayanya. Melalui berkumpul dengan teman sebaya yang memiliki kesamaan dalam berbagai hal tertentu. Frankel dan Lewil (2000: 17), menyatakan bahwa bagaimana remaja menerima dukungan sosial lebih merupakan suatu pengalaman pribadinya yang melibatkan penghayatan pribadi terhadap hubungan sosialnya dengan orang lain. Dengan demikian fungsi dukungan sosial dipengaruhi oleh bagaimana pandangan remaja terhadap dukungan yang diterima dari lingkungan sosialnya. Dalam penelitian Sarason dkk (Karono, 1996:38), menunjukan hasil bahwa remaja yang mendapatkan dukungan sosial yang tinggi akan mengalami hal- hal positif dalam hidupnya, mempunyai self esteem yang tinggi dan self concept yang baik. Sedangkan remaja yang dukungan sosialnya rendah akan cenderung mengalami kesulitan dalam menghadapi masalah dalam pergaulannya. Remaja yang mendapatkan perlakuan kekerasan dalam rumah tangga akan menganggap bahwa dirinya itu tidak berharga, tidak berguna dan mengganggap dirinya rendah. Namun yang peneliti temukan, mereka mampu menjadi individu yang sukses di bidangnya masing- masing, seperti remaja yang memiliki hobi menggambar dan dengan kemampuannya tersebut dia membuka toko sederhana untuk pakaian hasil rancangannya, bekerja untuk membiayai sekolah adiknya. Mereka bisa mengalami kesuksesan ini karena mereka merasa banyak mendapat bantuan dari teman- teman berupa informasi yang berkaitan dengan hobi atau kesukaan mereka.

Adapun hasil wawancara yang didapatkan dari beberapa subjek remaja yang mengalami KDRT di kota Bandung dengan cara mendatangi subjek satu persatu yaitu, remaja yang mengalami kekerasan ini sebenarnya banyak mengalami larangan- larangan seperti larangan untuk meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, melakukan kegiatan yang disukai serta hambatan dalam bergaul, karena remaja merasa tidak percaya diri dengan keadaan yang dialami di rumah atau ketika remaja harus bertemu dan berkumpul bersama teman- teman, mereka akan melihat tubuh remaja yang mengalami KDRT luka- luka akibat pukulan yang diterima, bahkan ada juga remaja yang mengalami KDRT nekat melakukan percobaan bunuh diri akibat tidak sanggup menahan penyiksaan dari orang yang mereka percayai atau ada juga remaja yang nekat kabur dari rumah untuk menghindari tindakan kekerasan ada juga remaja yang sulit berkonsentrasi dalam pelajaran sehingga menyebabkan nilai mata pelajarannya menurun. Akan tetapi remaja yang mengalami KDRT merasa bahwa tidak ada tempat yang mau menampung mereka sehingga banyak dari remaja yang mengalami KDRT kembali ke tempat dimana mereka mendapat perlakukan buruk dalam hal ini KDRT. Namun dengan adanya teman- teman remaja yang selalu membantu, remaja jadi mampu menyalurkan potensi yang mereka miliki seperti bakat design, fotografi, bela diri. Adanya teman yang selalu membantu membuat remaja merasa mendapatkan bantuan. Dengan adanya fasilitas yang memadai untuk membuka usaha hal ini menjadikan remaja ingin terus mengembangkan potensi untuk menjadi suatu usaha yang menguntungkan. Hal ini membuat remaja merasa memiliki tempat untuk menyalurkan kegemarannya dan hal ini juga yang membuat remaja ingin membuktikan diri bahwa diri mereka tidak seperti apa

yang dipikirkan orang terdekatnya sehingga mereka berani mengambil keputusan ditengah konflik. Mereka sadar bahwa mereka memiliki kemampuan yang menurut orang- orang yang melakukan hal buruk kepada mereka tidak akan menghasilkan apapun atau meremehkan potensi yang dimiliki oleh mereka. Kemudian dengan adanya pandangan sebelah mata dari orang orang yang melakukan kekerasan kepada remaja, tidak menjadi halangan bahkan hal ini menjadi pemacu semangat untuk meningkatkan kepercayaan diri atas kemampuan mereka. Dengan kemampuan tersebut menjadi dorongan bagi remaja yang mengalami KDRT akan potensi yang dimiliki. Dengan kemampuan inilah mereka dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri dan bisa menghasilkan suatu prestasi yang membanggakan contohnya membuka bisnis sederhana, mengikuti lomba fotografi dan menjuarai beberapa kompetisi bela diri. Mereka senang akan pujian yang diterima dari orang lain akan prestasi yang mereka dapatkan, seperti prestasi salah satu remaja dapatkan saat menang kompetisi beladiri. Selain itu remaja sering meminta nasihat atau masukan dari teman- temannya untuk menyelesaikan masalah dengan orang tua atau hanya untuk sekedar berbagi cerita bersama dengan teman- teman dekat remaja. Remaja berusaha mencari dukungan dengan banyak mengikut kegiatan- kegiatan organisasi, seperti bergabung dalam komunitas- komunitas anak muda atau komunitas pebisnis muda. Dengan adanya bantuan dan dukungan dari teman- teman, remaja yang mengalami KDRT yang awalnya tidak percaya diri, sedikit demi sedikit mereka berani untuk bergaul, kemudian mereka juga mulai berani berinteraksi dengan orang lain yang baru dikenalnya dan berani mencoba untuk mengambil keputusan

sendiri. Dalam hal ini sedikit demi sedikit mereka mulai dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mereka merasa senang ketika teman- teman atau orang di sekitarnya mau menerima keadaan dirinya apa adanya, meskipun terkadang mereka merasa khawatir akan pandangan orang lain mengenai keadaan dirinya ataupun keadaan dalam keluarganya. Remaja yang mengalami KDRT sedikit demi sedikit merasa bahwa dirinya diterima dengan baik oleh lingkungannya terutama oleh temanteman dekatnya. remaja yang mengalami KDRT juga merasa senang ketika harus menghabiskan waktunya bersama dengan teman- teman karena mereka merasa bahwa dirinya diterima oleh teman- teman. Berdasarkan data diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan konsep diri pada remaja yang mengalami KDRT di Kota Bandung 1.2 IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, dalam penelitian ini kekerasan yang di maksud adalah kekerasan rumah tangga yang di terima remaja dari orang terdekatnya seperti orang tua, paman, kakak ipar seperti kekerasan secara verbal, dengan dibentak atau kemampuannya dibandingkan dengan orang lain ataupun diremehkan, maupun kekerasan yang di terima secara fisik, seperti berupa pukulan yang dapat meninggalkan bekas luka di tubuh ataupun bekas memar. Hal tersebut membuat remaja cemas dan tidak berdaya. Keberadaan teman- teman yang menolong remaja dalam keadaan sulit dapat membantu remaja melewati masa- masa sulit tersebut. Dengan adanya temanteman yang selalu menolong, peduli, dapat membantu mereka melewati hal- hal

yang menyedihkan. Hal ini sejalan dengan dukungan sosial dari Sarafino (2006), bahwa dukungan sosial teman sebaya merupakan bantuan atau dukungan yang diterima oleh remaja yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dari temanteman sebaya remaja dalam berbagai aspek, yaitu dukungan secara emosional, harga diri, instrumental, informasi dan penerimaan akan diri mereka sendiri. Aspek pertama yaitu dukungan emosional dimana teman memberikan dukungan melalui ungkapan ekspresi berupa perhatian dan empati dengan bertanya ketika mereka terlihat murung dengan bertanya mengenai keadaannya. Aspek keduan yaitu, dukungan instrumental dimana teman- teman memberikan dukungan secara langsung yaitu kebutuhan uang atau alat- alat penunjang yang dapat membantu mereka menyelesaikan pekerjaan atau tugas- tugas. Aspek ketiga yaitu dukungan informasi dimana teman memberikan arahan kepada remaja seperti memberikan nasihat bahwa mereka memiliki bakat yang bisa disalurkan apabila bergabung dengan komunitas yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Aspek keempat yaitu dukungan persahabatan dimana remaja memiliki waktu dan aktivitas yang sama bersama teman- teman dan intensitas waktu yang dihabiskan bersama teman. Konsep diri di masa remaja yang terbentuk dengan baik menjadi peran penting terhadap perilaku individu di masa selanjutnya. Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan perubahan yang besar dalam sikap dan pola perilaku. Menurut Havighurst dalam Hurlock 1991, tugas perkembangan remaja antara lain mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. Mencapai peran sosial maskulin dan feminism, menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif,

mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab serta mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Intensitas remaja bergaul, diyakini dapat mengubah cara pandang remaja terhadap dirinya. Teman merupakan bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga remaja dapat menjadi individu yang lebih matang. Ketika remaja bergaul, remaja bersemangat memperjuangkan mimpi, berani mengejar cita- cita dan tidak menutup diri dari lingkungan. Remaja mampu dan aktif dalam mengejar mimpi. Bantuan- bantuan yang diberikan kepada remaja diyakini dapat mengubah cara pandang remaja terhadap dirinya. Hal ini sejalan dengan konsep diri dari Fitts (1971). Menurut Fitts, konsep diri sebagai keseluruhan kesadaran atau persepsi mengenai diri yang diamati, dialami, dinilai oleh individu. Konsep diri berpadu secara dinamis. Bagiannya berinteraksi secara bebas dan memiliki keterkaitan satu sama lain baik secara internal maupun eksternal. Dimensi internal yaitu bagaimana seorang remaja yang mengalami KDRT memandang dirinya sendiri sebagai objek atau identitas, diri pelaku dan diri penilai. Dimensi eksternal yaitu bagaimana seorang remaja yang mengalami KDRT memandang dirinya dengan pengaruh dari faktor- faktor luar dirinya. Dalam hal ini mencakup diri secara fisik, moral- etik, diri personal, diri keluarga dan diri sosial. Menurut Fitts terdapat aspek lain terkait dengan dimensi internal dan eksternal yaitu, kritik diri adalah bagaimana seseorang mengkritik dirinya guna menyadarkan terhadap perbuatan yang telah dlakukan. Setiap dimensi dan bagian dari konsep diri berinteraksi secara dinamis dan berfungsi menjadi konsep diri.

Artinya setiap bagian dari dimensi internal mengandung bagian dari dimensi eksternal begitupun sebaliknya. Dalam hal ini fenomena yang muncul adalah remaja merasa bahwa orangorang terdekat remaja seperi orang tua, kakak ipar, paman memandang diri mereka sebelah mata sehingga mereka merasa bahwa diri mereka tidak berguna dan remaja takut untuk bergaul atau mengembangkan diri. Namun dengan adanya dukungan dari teman- teman, sedikit demi sedikit remaja mulai dapat menerima keadaan keluarga mereka, berkat dukungan dari teman- teman remaja yang tadinya merasa tidak berguna mampu menunjukan potensi dalam bidang- bidang yang menjadi kegemaran mereka meskipun terkadang remaja yang mengalami KDRT tetap merasa sedih dengan keadaan yang mereka terima. Dari penjabaran diatas, maka peneliti akan mencoba merumuskan masalah sebagai berikut yaitu seberapa erat hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan konsep diri pada remaja yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga di kota Bandung? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keeratan hubungan dukungan sosial teman sebaya dengan konsep diri pada remaja yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga di kota Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian

1. Penelitian yang di lakukan dapat memberikan informasi kepada remaja yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga bahwa dukungan sosial merupakan hal yang penting untuk membentuk konsep diri yang baik.