PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA Suatu Kajian Mengenai Pemberdayaan Pada Keluarga Yang Ter-Putus Hubungan Kerjanya (Ter-PHK)

dokumen-dokumen yang mirip
PERSETUJUAN PEMBIMBING

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

METODE PEKERJAAN SOSIAL BY AGUS SURIADI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM EKONOMI BERGULIR DI PNPM MANDIRI PERKOTAAN DESA LUHU KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO JURNAL OLEH

Jurnal Paradigma, Vol. 6 No. 1, April 2017 ISSN:

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pemberdayaan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA. Ditinjau secara segi etimologi, kata strategi berasal dari Yunani yaitu Strategos

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab VII merupakan penutup yang menguraikan kesimpulan merekondendasikan

Mengelola SDM dan Hubungan Tenaga Kerja

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN KECAMATAN WIROSARI DESA KALIREJO PERATURAN DESA KALIREJO KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 01 TAHUN 2011

IDENTIFIKASI TINGKAT KERENTANAN MASYARAKAT PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN LIVELIHOOD

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya.

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran di

IDENTIFIKASI MASALAH DAN UPAYA PEMBERDAYAAN NELAYAN: Telaah Pada Nelayan di RW 01 Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara

Pemberdayaan Keluarga Melalui Pemanfaatan Potensi Lingkungan Keluarga (Pengalaman LK-3 STISIP Widuri Dalam Meningkatkan Keberdayaan Keluarga)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

BAB II RUANG LINGKUP INSTANSI

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB IV KONDISI KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SERTA PROFIL KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT RUBAH

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG

Pandangan tentang kemiskinan sangat beragam, berubah dari waktu ke waktu dan dari suatu tempat ke tempat lain. Pada awalnya pendekatan yang terpusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jenis-Jenis Perundingan, Perundingan Kolektif, Peran Serikat Pekerja, Pengusaha dan Pemerintah Dalam Perundingan dan Pengadilan Hubungan

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

Oleh: MM Sri Dwiyantari*

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan, akhirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

BAB I PENDAHULUAN. lain (Wijaya 2001; Sigito 2001; Tawardi 1999; Karsidi 1999).

PENINGKATAN KEMANDIRIAN KELUARGA DALAM PERAWATAN DIRI (SELF CARE) MELALUI OPTIMALISASI PERAN PERAWAT UNTUK MENCAPAI INDONESIA CINTA SEHAT 2014

KELOMPOK KEPENTINGAN (INTEREST GROUP)

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap anggota dan lapisan masyarakat, tenaga kerja, perusahaan bahkan

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

Komitmen itu diperbaharui

BAB VI PENUTUP. pengelolaan modal sosial bonding, bridging dan linking didalam kehidupan. perempuan pelaku usaha di Wukirsari pasca bencana.

BAB I PENDAHULUAN. kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata To Manage yang berarti mengatur,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pelacuran dan pornografi merupakan eksploitasi seksual secara komersial

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

Penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Sektor Publik dan Pusat Kesehatan Masyarakat. Dwi Handono Sulistyo PKMK FKKMK UGM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. ujicoba, analisis, proses dan hasil dapat ditarik kesimpulan, implikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang

Pemantauan Berbasis Masyarakat Bagi Pekerja Rumah Tangga/Pekerja Rumah Tangga Anak

PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Sub Tema: KELUARGA HARAPAN JUDUL ESAI: SOCIAL COMMUNITY BASED SOCIETY EDUCATION DALAM MEMUTUS RANTAI KEMISKINAN MENUJU KELUARGA SEJAHTERA

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

SURAT KETERANGAN RUKUN TETANGGA (RT)/RUKUN WARGA (RW) Nomor:. Alamat Rumah. No. Tel./HP. Kecamatan..Kabupaten/Kota... Provinsi , No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TAHUN : 2005 NOMOR : 06

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai wadah atau tempat dari berbagai

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. membuktikan bahwa proses ini dapat menjawab kebutuhan masyarakat,

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Dalam hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia,

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc.

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT MANIS KIDUL DALAM MENUNJANG PENDIDIKAN FORMAL DI OBJEK WISATA CIBULAN KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan. pembangunan nasional, karena pada hakekatnya pendidikan bukan hanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Etika subsistensi merupakan sebuah teori yang dikemukaan James C. Scott

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

SERATUS PERSEN RELIGIUS DAN SERATUS PERSEN INDONESIA Rohani, Agustus 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

115 Universitas Indonesia

30 PENTINGNYA PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KERANGKA ACUAN KERJA SARASEHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN INDONESIA Jakarta, 4 Februari 2009

Pengorganisasian * (Berbasis Komunitas)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

TINJAUAN PUSTAKA Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

POWER MAPPING. Sukri Tamma, Fisip Universitas Hasanudin

PROGRAM PELAYANAN KEUANGAN MIKRO LEMBAGA BINA SWADAYA DI KECAMATAN KIARACONDONG BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA Suatu Kajian Mengenai Pemberdayaan Pada Keluarga Yang Ter-Putus Hubungan Kerjanya (Ter-PHK) MM Sri Dwiyantari Abstrak: Masalah utama keluarga yang ter-phk adalah kesulitan keuangan keluarga. Dalam hal ini Pekerja Sosial dapat berperan secara berarti dalam pemberdayaan keluarga tersebut, terutama sebagai penggerak (enabler) dan pengantara sosial (social broker). Peran-peran tersebut dilakukan agar keluarga ter-phk dengan daya /kekuatan yang dimiliki dapat memanfaatkan sumber-sumber internal keluarga dan sumber-sumber eksternalnya untuk mengupayakan agar kondisi keuangan keluarga baik sehingga keluarga tersebut dapat menjalani kehidupan dengan baik. PENDAHULUAN Dalam lingkungan masyarakat industri diperkotaan, masalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) merupakan masalah yang hampir setiap saat dapat dijumpai. Jika PHK tersebut terjadi pada anggota keluarga, lebih-lebih jika yang ter-phk adalah Kepala Keluarga, maka masalah utama bagi keluarga tersebut adalah kesulitan keuangan keluarga. Kesulitan keuangan keluarga ini membuat keluarga tersebut membatasi diri dalam aktivitas pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya mulai dari kebutuhan yang dasar, sosial hingga kebutuhan aktualisasi diri. Termasuk dalam hal ini keluarga tersebut terpaksa membatasi sekolah anak-anak karena tidak tersedianya dana untuk membiayainya. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan berbagai upaya agar keluarga dapat menjalani kehidupan sebagaiman layaknya. Dalam situasi semacam itu pada dasarnya keluarga itu memiliki sejumlah kekuatan yang apabila ia diberdayakan maka kekuatan-kekuatan itu akan menjadi sumber ketahanan keluarga itu sendiri sehingga keluarga tersebut tidak colaps. Dalam pandangan bahwa keluarga sebagai sistem, maka sumber-sumber keberdayaan keluarga pada dasarnya jauh lebih banyak dan kuat karena sumber-sumber tersebut juga berasal dari suprasistemnya atau masyarakat lingkungannya. Demikian pula di dalam masyarakat industri khususnya di perkotaan terdapat sumber daya yang potensial untuk penanganan masalah keluarga tersebut. Masalahnya ialah bagaimana memberdayakan keluarga yang ter-phk tersebut. Banyak pihak dapat membantu memberdayakan keluarga ter- PHK. Salah satunya ialah dengan berperannya Pekerja Sosial secara efektif di dalamnya. Melalui tulisan ini ingin dikaji mengenai peran apa dapat dilakukan oleh pekerja sosial secara signifikan sehingga dapat memberdayakan keluarga yang ter-phk. Pada pembahasan ini, diasumsikan bahwa keluarga-keluarga tersebut berada pada kondisi proses hukum PHK telah selesai, sehingga kajian ini tidak mempersoalkan pemberdayaan keluaga dari aspek penyelesaian perselisihan perburuhannya dalam hubungannya dengan perusahaan. KERANGKA TEORI Pemberdayaan (Empowerment) Pada dasarnya setiap anggota masyarakat secara individu maupun kelompok, termasuk keluarga yang mengalami kelemahan perlu diberdayakan agar mereka mampu menjalankan fungsi-fungsinya. Tanpa pemberdayaan mereka akan berada dalam kondisi yang lemah, tidak berkekuatan dalam menjalani kehidupan. Yang dimaksud pemberdayaan (empowerment)menurut pandangan Payne (1977) yang dikutip Adi (2001:32) ialah: Proses yang ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuann dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya Adapun cara pemberdayaannya dapat menmpuh 2 (dua). Hal ini sesuai pandangan Oakley & Marsden (1984) yang dikutip oleh Hikmat INSA NI No.8/Th.XXII/Februari/2005 23

(2001:44) untuk pemberdayaan dapat menempuh dua cara yaitu: 1. Proses pemberdayaan yang menekankan proses memberikan atau mengalihkan kekuasaan, kekuatannn atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula dengan upaya menggali sistem sumber guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi. 2. Proses pemberdayaan yang menekankan proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Secara garis besar tujuan pemberdayaan, adalah untuk meningkatkan peran dan kekuatan dari masyarakat. Hal ini sesuai pandangan pandangan Sanim (1997:3) yang menyebutkan lima tujuan pemberdayaan berikut ini: 1. Meningkatkan kemampuan dan kekuatan masyarakat dari potensi yang dimilikinya 2. Pembinaan dan pemupukan masyrakat madani (civil society) 3. Meningkatkan peran masyarakat dalam setiap kegiatan pembangunan diberbagai sektor 4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengembangkan usaha ekonomi produktif 5. Memberikan kekuasaan atau wewenang dalam mengambil tindakan/keputusan dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan sebagai proses intinya adalah membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginannya. pada dasarnya pemberdayaan sebagai suatu gagasan tidaklah jauh berbeda dengan gagasan Biestek (1961) yang dikenal di bidang pendidikan Ilmu Kesejahteraan Sosial dengan nama Self Determination Pekerjaan Sosial yang menurut Pincus dan Minahan (1977:17) adalah suatu bidang keahlian yang mempunyai tanggung jawab untuk memperbaiki dan atau mengembangkan interaksi-interaksi diantara orang dengan lingkungan sosial sehingga orang ini memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas kehidupan mereka, mengatasi kesulitankesulitan, serta mewujudkan aspirasi-aspirasi dan nilai-nilai mereka dapat memberikan sumbangnnya. Dalam hal ini orangnya disebut Pekerja Sosial. Pincus dan Minahan (1979: 65) mengemukakan bahwa Pekerja Sosial adalah orang yang mempunyai keahlian dan ketrampilan untuk meningkatkan kemampuan keberfungsian sosial individu-individu. Dalam upaya tersebut Pekerja Sosial dapat melakukan berbagai peran. Pandangan Compton & Galaway yang dalam Enny (1994) dapat digunakan sebagai acuan bagi Pekerja Sosial dalam melakukan peran-perannya. Menurutnya terdapat tiga peran intervensi yaitu pengantara sosial (social broker), penggerak (enabler) dan pembela (advocate). Penjelasan ketiga peran ini adalah: 1. Peran sebagai pengantara sosial (social broker) Melalui peran ini, tujuan utama adalah mengarahkan orang kepada usaha-usaha bantuan sosial yang sudah ada yang dapat membantu mereka. Fokusnya ialah memungkinkan atau membantu orang menggunakan sistem itu dan memenuhi persyaratannya. Tujuan lain adalah mengkaitkan unsur-unsur dalam sistem usaha bantuan satu dengan yang lain. Dalam hal ini pekerja sosial harus memiliki pengetahuan yang luas tentang sumber daya dalam masyarakat serta prosedur-prosedur kerja dalam lembaga-lembaga tersebut agar dapat menghubungkan secara efektif. Unsur dalam kegiatan pekerjaan sosial ini ialah adanya rujukan (referral) agar klien dihubungkan dengan suatu sumber daya lain. 2. Peran sebagai penggerak (enabler) Seorang pekerja sosial melakukan peranperan penggerak jika kegiatan intervensinya dimaksud untuk membantu klien menmukan kemampuan-kemampuan dan sumbersumber daya didalam dirinya sendiri untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang perlu untuk mencapai tujuan kontrak usaha bantuan. Unsur khas dalam peranan 24 INSA NI No.8/Th.XXII/Februari/2005

penggerak ialah bahwa perubahan terjadi karena usaha-usaha klien sendiri. Tanggung jawab pekerja sosial ialah memudahkan atau memungkinkan klien mencapai perubahan yang telah dirumuskan. 3. Peran sebagai pembela (advocate) Sebagai pembela seorang pekerja sosial menjadi juru bicara bagi klien karena ia membela hak klien jika perlu untuk mencapai tujuan kontrak. Seorang pembela akan mempertahankan, memperdebatkan, melaksanakan tawar-menawar, merundingkan dan memanipulasikan lingkungan atas nama kliennya. Berbeda dengan peran pengantara dan penggerak. Peran pembelaan dapat dipakai tanpa keterlibatan klien secara langsung. Oleh karena itu ada bahaya bahwa pekerja sosial dapat bertindak sebagai juru bicara klien tanpa mempunyai kontrak yang jelas. sejalan dengan pandangan Elder (1974) dan Moen (1980) yang dikutip Voydanoff (1984:62) yang mengemukakan kesulitan keluarga yang menganggur berikut: Finantial hardship frequently results from the unemployment of a family eaner. The extend of hardship has been defined in two ways: (1) an income level insufficient to meet family needs and (2) economic deprivation, i.e. the loss of at least 30 percent of the income earned before unemployment Maksudnya ialah bahwa kesulitan keuangan karena menganggur dapat didefinisikan dalam dua hal yaitu (1) tingkat pendapatan yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan (2) miskin secara ekonomi, contohnya hilangnya paling sedikit 30% pendapatan dibanding sebelum menganggur. Keluarga dengan isteri tidak bekerja, maka kesulitan keuangan berupa hilangnya 100% pengahsilan keluarga. sedang untuk keluarga GAMBARAN MASALAH KELUARGA dengan isteri yang tidak memiliki pekerjaan YANG TER-PHK tetap namun memiliki pekerjaan sampuingan Sesuai pandangan Asri (1986:197) yang maka kesulitan keuangan keluarga berupa dimaksud Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hilangnya 75% penghasilan keluarga dan adalah berakhirnya suatu hubungan kerja antara keluarga dengan isteri yang bekerja sebagai buruh dengan pengusaha yang disebabkan pekerja tetap kesulitan keuangan adalah berupa karena salah satu pihak tidak dapat memenuhi hilangnya kurang lebih 50% pengahsilan kewajibannya atau karena berakhirnya suatu keluarga. Hasil penelitian di wilayah Tangerang perjanjian kerja antara buruh dengan pengusaha. (Dwiyantari 2002: 98-108) menunjukkan Sedangkan rumusan PHK yang sesuai dengan bahwa ekonomi keluarga merupakan masalah UU No. 22 Tahun 1957 ialah pengakhiran utama bagi keluarga ter-phk. Kesungguhan hubungan kerja antara pengusaha dengan kesulitan ekonomi tersebut tampak dari pekerja berdasarkan ijin Panitia Penyelesaian kenyataan bahwa setelah PHK, keluarga tidak Perselisihan Perburuhan Daerah (P4D) atau mampu membayar cicilan KPR BTN, juga panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan terdapat keluarga yang tidak mampu membayar Pusat (P4P). Akibat PHK seorang pekerja listrik dan air PAM. Selain itu keluarga-keluarga kehilangan pekerjaannya dan berakibat pada tersebut juga tidak memberi kesempatan anakanak hilangnya penghasilan yang biasanya ia terima usia sekolah untuk melanjutkan sekolahnya sebagai imbalan (reward) atas biaya (cost) disebabkan tidak dimilikinya biaya untuk tenaga kerja ang ia serahkan pada perusahaan sekolah anak-anak. dimana hubungan sosial pekerja dan perusahaan Demikian pula akhirnya akibat PHK terjadi. Sesorang yang ter-phk tersebut menjadi tersebut berpengaruh negatip pada hubunganhubungan lemah. Jika pekerja tersebut adalah anggota sosial keluarga dengan keluarga, lebih-lebih jika ia kepala keluarga lingkungannya. Hal ini ditunjukkan oleh kondisi maka keluarga tersebut sebagai sistem akan dimana anggota keluarga yang ter-phk tersebut terpengaruh, artinya anggota keluarga sebagai mengisolasi diri di dalam rumah tinggalnya sub sistem dari keluarga tersebut akan lemah. untuk beberapa waktu. Alasan mereka adalah Kesulitan utama bagi keluarga ter-phk adalah merasa malu berhubungan dengan rekan-rekan kesulitan keuangan (finantial hardship). Hal ini tetangganya. Kondisi ini semakin lama membuat INSA NI No.8/Th.XXII/Februari/2005 25

interaksi diantara anggota keluarga semakin tidak sulit karena situasi suntuk di dalam keluarga tersebut. Selain itu, keluarga ter-phk semakin mengurangi kontak sosial yang biasa mereka lakukan melalui sambungan telepon, pertemuan-pertemuan keluarga seperti arisan dan acara lain. Ini berarti hubungan-hubungan sosial dikurangi. Dalam situasi semacam ini keluarga-keluarga ter-phk tersebut memailiki sejumlah kekuatan. Kekuatan tersebut dapat dipandang sebagai sumber-sumber sistem keluarga untuk pemberdayaannya. PEMBERDAYAAN KELUARGA TER-PHK Sejalan dengan pandangan tersebut, maka pemberdayaan keluarga yang ter-phk diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang bersifat menyeluruh: 1. Meningkatkan kemampuan dan kekuatan keluarga ter-phk dari potensi yang dimilikinya 2. Pembinaan kearah peningkat-an peran sosial dan ekonomi dari seluruh anggota keluarga 3. Meningkatkan peran keluarga dalam setiap kegiatan pembangunan diberbagai sektor 4. Meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan mengembangkan usaha ekonomi produktif 5. Memberikan kekuasaan atau wewenang dalam mengambil tindakan/keputusan dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan dari keluarga ter-phk. Adapun sumber-sumber tersebut ialah: 1. Sumber-sumber yang berasal dari keluarga sendiri a. Pengalaman bekerja suami pada ector formal b. Pengalaman bekerja isteri pada ector informal/kerja sambilan a. Kemampuan bekerja anak yang telah dewasa b. Relasi suami/isteri dengan teman-temannya di lingkungan kegiatan keagamaan, daerah seasal dan kerabatnya 2. Sumber-sumber yang berada di lingkungan sekitar keluarga a. Pekerjaan di sektor informal yang terdapat dilingkungan Rt atau RW-nya b. Pekerjaan di sektor formal di lingkungannya seperti banyaknya perusahaan-perusahaan yang bertempat kedudukan dilingkungan c. Program-program pelayanan pemerintah yang ada dilingkungan antara lain: Progarm P2KP, Program JPS, Program Dana Sehat di Puskesmas d. Program-program pelayanan dari lembaga sosial di lingkungan seperti Lembaga Swdaya Masyarakat Sumber-sumber sistem tersebut yang oleh seorang Pekerja Sosial dapat dimobilisasi sehingga dapat memberdayakan keluarga ter- PHK. Dalam pemberdayaan tersebut seorang pekerja sosial dapat melakukan berbagai peran secara profesional sebagi berikut: Sumber-Sumber Pemberdayaan Keluarga, Arah Pemberdayaan dan Peran Pekerja Sosial No. Sumber-sumber system 1. Sumber-sumber dari dalam keluarga a. Pengalaman kerja suami disektor formal Arah pemberdayaan Pencarian lapangan kerja kerja baru dan Pengembangan usaha produktif sesuai pengalaman kerja Peran yang dilakukan Pekerja Sosial Penggerak - Pemberian informasi tentang lapangan kerja baru - Pelatihan ketrampilan Perantara - Mengakses pada sumber sistem misalnya pada Program P2KP 26 INSA NI No.8/Th.XXII/Februari/2005

b. Pengalaman kerja isteri disektor informal 2. Sumber-sumber dari lingkungan sekitar keluarga a. Pekerjaan sektor informal d i lingkungan RT atau RW b. Pekerjaan sektor formal di lingkungan Pengembangan usaha produktif sesuai jenis usaha yang telah dilakukan Pengangggur mendapatkan pekerjaan baru dilingkungan Ter-PHK dapat mengakses pada lapangan kerja baru dan Keluarga memperoleh suport dari perusahaanperusahaan di lingkungan Penggerak: - Membantu keluarga mengatasi apatisme - Mendorong ibu-ibu megembangkan usaha sampingannya untuk menjadi pekerjaan pokok Perantara: - Menghubungkan ibu-ibu pada sumber-sumber sistem terutama p rogram dana bergulir atau program P2KP di lingkungannya - Mengorganisir ibu-ibu untuk pengembangan kelo mpok swadaya dan mengaksesnya pada lembaga pelayanan sosial di lingkungan contoh: Yayasan Dian Mandiri di Tangerang yang bergerak untuk pengembangan keswadayaan masyarakat Perantara Mendorong ter-phk untuk aktif mencari informasi tentang pekerjaan-pekerjaan sektor informal d i lingkungannya contoh: men jadi petugas keamanan di RW Perantara: - Mendorong ter-phk bersama petugas Keluarahan menghimpun informasi tentang lapangan kerja di sektor formal, ke mudian menyebarluaskan pada keluargakeluarga - Berangkat dari konsep tanggung jawab sosial perusahaan, PS mendorong kegiatan pengorganisasian sumber-sumber dana dari perusahaan untuk mensuport biaya sekolah dari keluarga ter-phk - Bekerjasama dengan petugas kesehatan di lingkungan menghubungkan keluarga pada program Dana Sehat di Puskesmas c. Teman-tema di kegiatan keagamaan, teman sedaerah asal, teman partai politik dan sanak keluarga Ter-PHK memperoleh pekerjaan baru baik sektor formal atau informal Penggerak: PS mendorong terciptanya komunikasi dan jaringan kerja d iantara ter-phk dengan rekanrekannya sehingga setiap informasi baru tentang lapangan kerja dapat diakses. Dari tabel diatas dapat dipahami bahwa dengan sumber-sumber keluarga yang dapat dikembangkan untuk pemberdayaan keluarga ter-phk untuk upaya peningkatan kesejahteraan keluarga ter-phk, Pekerja Sosial dapat melakukan peran-peran terutama sebagai: 1. Perantara Sosial (Social Broker) INSA NI No.8/Th.XXII/Februari/2005 27

Bahwa di lingkungan yaitu pada komunitas keluarahan terdapat berbagai program yang dapat diakses oleh setiap warga masyarakat khususnya oleh keluarga ter-phk. Dalam hal ini Pekerja Sosial dapat menghubungkan keluargakeluarga ter-phk pada sumber-sumber di lingkungan yaitu pada Program Pengentasan Kemiskinan Masyarakat Perkotaan (P2KP), Puskesmas dan Sumber lain seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di lingkungannya. Disamping itu juga sumber-sumber yang ada di kalurahan seperti Program Dana Bergulir, Jaring Pengaman Sosial (JPS) Pekerja Sosial bekerjasama dengan kelurahan dapat berperan sebagai organizer untuk mengoganisasikan sumbersumber yang berasal dari perusahaanperusahaan, baik berupa penggalangan dana maupun sumber daya manusia yang berupa tenaga-tenaga yang memiliki keahlian dibidang pengelolalan usaha untuk dilibatkan bersamadari perusahaan-perusahaan untuk terlibat dalam penanganan keluarga korban PHK. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perusahaan 2. Penggerak (Enabler) Peran ini lebih ditekankan pada upaya menguatkan ke luarga termasuk anggotaanggota yang memiliki kekuatan untuk memperoleh pekerjaan baru atau mengembangkan usaha-usaha sampingannya menjadi usaha pokok. Dengan pandangan mengubah usaha sampingan enjadi usaha pokok keluarga diharapkan keluarga semakin efisien dan efektif dalam mengelola usaha yang telah dimilikinya. Peran ini juga lebih diarahkan untuk menghilangkan sikapsikap apatisme keluarga sehingga keluarga makin memiliki kepercayaan diri bahwa mereka bisa bangkit kembali dari kelemahan yang terjadi karena di- PHK. KESIMPULAN Untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi keluarga ter-phk pada dasarnya setiap keluarga ter-phk di daerah perkotaan memiliki sumber-sumber sistem keluarga yang dapat diberdayakan dan dalam pemberdayaan ini seorang Pekerja Sosial dapat berperan di dalamnya. Sumber-sumber keluarga ter-phk tersebut ialah sumber yang terdapat di dalam sistem keluarga itu sendiri antara lain pengalama kerja suami dan isteri dan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan keluarga antara lain pekerjaan formal maupun in formal di lingkungan, teman dalam kegiatan keagamaan, parti maupun teman sedaerah asal serta sanak keluarga. Untuk pemberdayaan keluarga ini, seorang Pekerja Sosial dapat berperan terutama sebagai pengantara sosial dan sebagai penggerak. Dengan dukungan Pekerja Sosial tersebut diharapkan keluarga ter-phk mampu memperoleh penguatan diri untuk bangkit ekonomi SARAN Pada dasarnya keluarga ter-phk di perkotaan memiliki berbagai macam sumber. Untuk itu, kepada Pekerja Sosial diasarankan agar secara cermat menggali secara mendalam potensi-potensi keluarga baik dalam maupun lingkungannya., kemudian berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait di lingkungan melaksanakan upaya pemberdayaan keluarga ter-phk. Demikian pula bagi keluarga ter-phk disarankan untuk secara proaktif mampu memanfaatkan sumbersumber atau kekuatan-keuatannya sehingga diperoleh jalan bagi keluarga untuk meningkatkan kondisi ekonominya yang melemah karena ter-phk. DAFTAR PUSTAKA Adi, Isbandi Rukminto.2001. Pemberda-yaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI 28 INSA NI No.8/Th.XXII/Februari/2005

Asri, Marwan dan Awig Dwi Sulistyo. 1996 Pengelolaan Karyawan. Yogya-karta: BPFE-UGM Enny Supit. 1994. Proses Pekerjaan Sosial (Social Work Processes). Jakarta: STISIP Widuri Dwiyantari, Sri. 2002 Strategi Adaptasi Keluarga Buruh Ter-Putus Hubungan Kerjanya (Ter-PHK) Dalam Rangka Mempertahankan Hidup Keluarga. Tesis. S-2 Universitas Indonesia Hikmat, Harry. 2001 Strategi Pember-dayaan Masyarakat. Bandung: HUP Sanim, Bunasor. 1997 Pemberdayaan Aparatur, Makalah dalam Seminar Pemberdayaan Masyarakat Jawa Barat Voydanoff, Patricia (Ed). 1984 Work & Family. California: Mayfield Publishing Company INSA NI No.8/Th.XXII/Februari/2005 29