BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN TARIF INA-CBG S PASIEN KASUS BEDAH DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH MAYONG JEPARA TAHUN 2016

PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rekam medis harus dijaga kerahasiaannya. (1) c. Rekam medis dalam arti sempit dimaksud kasus-kasus yang tercatat

TINJAUAN TARIF INA-CBG S PASIEN KASUS BEDAH DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH MAYONG JEPARA TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH

RS dan JKN T O N A N G D W I A R D Y A N T O

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui. jaminan kesehatan. Permenkes No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan. rawat darurat. Rustiyanto (2010), mengatakan bahwa pelayanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

kesatuan yang tidak terpisahkan dari manajemen operasi RS. Manajemen operasi yang efisien (lean management) adalah manajemen operasi yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan adalah sesuai dengan standar pelayanan

ABSTRACT. : Inpatient Medical Record Documents patients BPJS case SectioCaesaria, Review of Quantitative, Qualitative Review, Accuracy Code.

BAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit sebagai institusi. pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang bermutu kepada

TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

KESIAPAN & STRATEGI RUMAH SAKIT SWASTA MENGHADAPI JKN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan SK Menteri kesehatan Nomor:269/Menkes/Per/III/2008

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Untuk memenuhi hak masyarakat miskin dalam. agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan

Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka mencapai cita-cita awal dari pembentukan Sistem

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit harus memberikan mutu pelayanan yang

MAKALAH SISTEM PEMBAYARAN INA CBGS

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I. Sistem Manajemen Pelayanan Rumah Sakit dengan Sistem Manajemen. Pelayanan yang baik, harus memperhatikan keselamatan pasien, dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengapa dan bagaimana pelayanan yang diberikan kepada pasien selama

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang

Dyah Ernawati 1, Eni Mahawati Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 50131

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya

BAB I PENDAHULUAN. isi, akurat, tepat waktu, dan pemenuhan persyaratan aspek hukum. berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

JENIS FORMULIR REKAM MEDIS

BAB I PENDAHULUAN. No.983/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit umum adalah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era perdagangan bebas dunia yang dimulai dengan Asean Free Trade

Sosialisasi Kaidah Koding sesuai Permenkes 76 tahun RIRIS DIAN HARDIANI Tim Teknis Ina CBG Kementerian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. representasi bagi data tersebut. Dalam bidang kesehatan, koding berarti

MENGOPTIMALKAN FUNGSI KODER DALAM MEMPERCEPAT CLAIM

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun non medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Republik Indonesia No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pusat rujukan dan merupakan pusat alih pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan serta pelayanan sosial lainnya yang dilakukan (Putri, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran dalam menyediakan data-data dan informasi yang penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jamkesmas ( Jaminan Kesehatan Masyarakat ) kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kebijakan Pembiayaan untuk pelayanan Dialisis di FKRTL dalam era JKN. Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Jakarta, 08 April 2017

dalam pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Adapun salah satu upaya dilakukan melalui suatu sistem jaminan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara komprehensif yang

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23/1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 40/2004, penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan yang sempurna kepada pasien baik pasien rawat jalan, rawat

BAB I PENDAHULUAN. inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Salah satu fungsi dari Rumah Sakit

LAPORAN PENELITIAN UNGGULAN PRODI

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan merupakan prioritas baik bagi pihak penyedia

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

Alumni S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan UDINUS Staf Pengajar Fakultas Kesehatan UDINUS

PRAKTEK SPESIALIS DI ERA SJSN. Aru W. Sudoyo Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PAPDI

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan

BAB VI KESIMPULAN PENELITIAN. Pelaksanaan kendali biaya di RSUD Kota Yogyakarta; sebagaimana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Kesehatan RI,Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis,Jakarta: 2008

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, Aspek hukum dan etika profesi, Manajemen rekam medis & informasi kesehatan, Menjaga mutu rekam

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

Lampiran I. Panduan Wawancara. NO Uraian Jawaban /Penjelasan

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 28H dan pasal 34 Undang-Undang Dasar Dalam Undang Undang Nomor

TARIF INA CBG UNTUK JKN Bambang Wibowo National Casemix Center Kemenkes

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. 1. standar profesi rekam medis dan informasi kesehatan. Standar profesi rekam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang. Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan. dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis Berdasarkan PerMenKes Nomor:269/Menkes/PER/III/2008 tentang rekam medis menjelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Bab I pasal 1). [5] Menurut E.K Huffman, 1992 rekam medis adalah rekaman atau catatan mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana pelayanan yang diberikan kepada pasien selama masa perawatan yang memuat pengetahuan mengenai pasien dan pelayanan yang diperolehnya serta memuat info yang cukup untuk mengidentifikasi pasien, membenarkan diagnosa dan pengolahan data. [1] Rekam medis yang memuat informasi evaluasi keadaan fisik dan riwayat penyakit pasien sangat penting dalam perencanaan dan koordinasi pelayanan pasien, bagi evaluasi lanjut serta menjamin kontinuitas pelayanan yang diberikan. Oleh karena itu kelengkapan, keakuratan dan ketepatan waktu pengisian harus diupayakan dalam organisasi kesehatan karena amat penting bagi kelayakan tindakan pelayanan dan rujukan. 2. Tujuan Rekam Medis Rekam medis bertujuan untuk menyediakan informasi guna memudahkan pengelolaan dalam pelayanan kepada pasien dan memudahkan 9

pengambilan keputusan manajerial (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, penilaian dan pengendalian) oleh pemberi pelayanan klinis dan administrasi pada sarana pelayanan kesehatan. [8][11] 3. Kegunaan Rekam Medis Menurut Gilbony 1991 Rekam medis memiliki 6 manfaat, yang terangkum dalam kata ALFRED yaitu : a. Administration Data dan informasi yang dihasilkan dalam rekam medis dapat digunakan manajemen untuk melaksanakan fungsinya guna pengelolaan berbagai sumber daya. b. Legal Rekam medis dapat digunakan sebagai alat bukti hukum yang dapat melindungi pasien, provider (dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya) serta pengelola dan pemilik sarana pelayanan kesehatan terhadap hukum. c. Financial Catatan yang ada dalam dokumen rekam medis dapat digunakan untuk memprekdisikan pendapatan dan biaya sarana pelayanan kesehatan. d. Research Dapat dilakukan penelusuran terhadap berbagai macam penyakit yang telah dicatat kedalam dokumen rekam medis guna kepentingan penelitian. e. Education Dokumen rekam medis dapat digunakan untuk pengembangan ilmu.

f. Documentation Dapat digunakan sebagai dokumen karena menyimpan sejarah medis seseorang. B. Metode Pembayaran Sistem INA-CBG S 1. Pengertian Sistem INA-CBG S Sistem INA-CBG S adalah metode sistem pembayaran rumah sakit berdasarkan pengelompokan diagnosis penyakit dan pengelompokan tindakan prosedural yang dikaitkan dengan biaya perawatan, yang sudah ditentukan dalam bentuk paket biaya sebelum diagnosa ditegakkan maupun tindakan prosedural dilakukan dalam rumah sakit dan dimasukkan kedalam group group. Ciri ciri setiap group adalah : a. Penyakit yang mempunyai gejala klinis yang sama b. Pemakaian sumber daya yang sama (biaya perawatan yang sama) Sistem INA-CBG S dikelompokkan menjadi 1.077 kode kelompok / group INA-CBG S yaitu 789 kode rawat inap dan 288 kode rawat jalan. [2][12] 2. Tujuan Penggunaan Cara Pembayaran Dengan INA-CBG S Adapun tujuan rumah sakit dari sistem pembayaran dengan metode INA- CBG S adalah : a. Meningkatkan Efisiensi Pembiayaan kesehatan, antara lain : 1) Menurunkan pelayanan yang tidak perlu (unnecessary treatment) 2) Menurunkan lama hari rawat (lenght of stay) 3) Menurunkan excess hospital capacity

b. Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan, antara lain : 1) Mendorong standarisasi pelayanan kesehatan melalui penerapan standart pelayanan medis (PPK,SOP), asuhan keperawatan, formularium obat, kompendium alkes, dll 2) Memperbaiki manajemen RS yaitu sistem informasi dan rekam medis yang lebih baik, lebih lengkap, lebih akurat, dan lebih tepat waktu pengembalian ke tempat filling. [8][11] 3. Kelompok Tarif INA-CBG S a. Kelas RS dalam INA-CBG S yang berlaku saat ini di Indonesia adalah: 1) Rumah Sakit kelas D 2) Rumah Sakit kelas C 3) Rumah Sakit kelas B 4) Rumah Sakit kelas A 5) Rumah Sakit Umum Rujukan Nasional 6) Rumah Sakit Khusus Rujukan Nasional b. Tarif INA-CBG S menurut kelas RS tersebut juga dibedakan dalam beberapa regionalisasi, yaitu : 1) Regional I 2) Reginal II 3) Rgional III 4) Regional IV 5) Regional V Regionalisasi diberlakukan untuk membedakan tarif antar wilayah yang perlu dilakukan karena adanya perbedaan harga obat, alkes dll. Acuan regionalisasi adalah Indeks Harga Konsumen.

4. Perbedaan Besaran Tarif Antar Kelas RS Besaran tarif antar kelas RS dalam INA-CBG S berbeda beda sesuai dengan kelas tipe yang dimiliki rumah sakit masing masing, salah satunya dipengaruhi oleh : a. Biaya operasional (jasa medik, biaya obat, alkes, operasional lainnya) b. Biaya Investasi (biaya gedung, peralatan penunjang medis, dll) c. Biaya pemeliharaan gedung dan peralatann, dll Perbedaan antar kelas RS bisa menyebabkan perbedaan unit cost, tarif dasar rumah sakit (Hospital Base Rate) dan tarif INA-CBG S. [2] [6] 5. Komponen Sistem Casemix/ INA-CBG S a. Costing b. Coding c. Sistem informasi d. Clinical pathway C. Peran Koding Dalam Casemix INA-CBG S Dalam pelaksanaan Casemix INA-CBG S, peran koding sangat menentukan, dimana logic software yang digunakan untuk menentukan tarif adalah dengan pedoman ICD 10 CM untuk menentukan diagnosis dan ICD 9 CM untuk tindakan prosedural. Besar kecilnya tarif yang muncul dalam software INA-CBG S ditentukan oleh diagnosis dan prosedur. Kesalahan penulisan diagnosis akan mempengaruhi tarif. Tarif bisa menjadi lebih besar atau lebih kecil. Diagnosis dalam kaidah CBG S, harus ditentukan diagnosa utama dan diagnosa penyerta (diagnosa sekunder), diagnosa penyerta terdiri dari diagnosa komplikasi dan komorbiditas.

Diagnosa penyerta juga dapat mempengaruhi besar kecilnya tarif, karena akan mempengaruhi severity level (tingkat keparahan) yang diderita oleh pasien. Logikanya pasien yang dirawat terjadi komplikasi, maka akan mempengaruhi lama perawatan di rumah sakit. Jika lama perawatan bertambah lama dibanding tidak terjadi komplikasi, maka akan menambah jumlah pembiyaan dalam perawatan. Dalam Logic software INA-CBG S penambahan tarif dari paket yang sebenarnya, jika terjadi tingkat keparahan 2 dan tingkat 3. Jika dalam akhir masa perawatan terjadi lebih dari satu diagnosis, koder harus bisa menentukan mana yang menjadi diagnosa utama maupun sekunder, yaitu : 1. Diagnosa Utama ( principal diagnosis) adalah diagnosa akhir / final yang dipilih dokter pada hari terakhir perawatan dengan kriteria paling banyak menggunakan sumber daya atau yang menyebabkan hari perawatan paling lama. Diagnosa utama selalu ditetapkan pada akhir perawatan seorang pasien (established at the end of the episode of health care). Jika lebih dari satu diagnosis maka dipilih satu diagnosis yang paling banyak menggunakan resources (SDM, bahan habis pakai, peralatan medik, tes pemeriksaan dan lain lain). 2. Diagnosa sekunder adalah diagnosa selain diagnosa utama yang muncul atau sudah ada sebelum dan selama dirawat di rumah sakit, diagnosa sekunder terdiri dari diagnosa penyerta (comorbidity) dan diagnosa penyulit (complication). 3. Diagnosa Penyerta ( comordibity) adalah diagnosa selain diagnosa utama yang sudah ada bersama pasien sebelum masuk dan dirawat di rumah sakit.

4. Dignosa Penyulit ( complication) adalah diagnosa selain diagnosa utama yang muncul ketika dalam perawatan pasien di rumah sakit. Dalam Tindakan atau prosedur juga ada prosedur utama dan prosedur sekunder, yaitu : 1. Prosedur Utama ( Principal Procedure) adalah prosedur tindakan yang paling banyak menghabiskan sumber daya atau menyebabkan hari rawatan paling lama dan biasanya berhubungan erat dengan diagnosa utama. 2. Prosedur Sekunder adalah seluruh signifikan prosedur tindakan yang dijalankan pada pasien rawat inap atau rawat jalan, membutuhkan peralatan special atau dikerjakan oleh staf terlatih dan berpengalaman. Dalam proses casemix INA-DRG, tidak semua prosedur atau tindakan harus diinput dalam software INA-DRG, Beberapa tindakan yang tidak perlu diinput dalam software INA-DRG adalah : 1. Prosedur / Tindakan yang berhubungan dengan keperawatan 2. Prosedur / Tindakan yang rutin dilakukan 3. Prosedur / Tindakan yang tidak memerlukan staff khusus. 4. Prosedur / Tindakan yang tidak memerlukan peralatan khusus. [2][15] D. Pembentukan Tarif INA-CBG S Pembentukan tarif INA-CBG S yaitu tarif diambil dari data costing dan data koding yang dikirim oleh rumah sakit rumah sakit seluruh indonesia baik itu negeri maupun swasta, Tarif akan dikaji dan diolah oleh tim NCC Kemenkes yang nantinya keluarlah ketetapan tarif INA-CBG S. Tarif INA-CBG S yang

telah ada akan direviuw kembali setelah 2 tahun waktu berjalan, dalam waktu 2 tahun tarif akan dievaluasi kembali. [6] E. Jenis Kasus Bedah Dan Tarif RS Tabel 2.1 Jenis Kasus Bedah Dan Tarif RS No Dx Utama Dx Sekunder Prosedural Tarif RS 1 Hernia Inguin Hypertensi Hernioraphy 6.178.206 2 Haemorroid PPOK, Hypertensi Haemorroidectomy 5.074.621 3 Ulcus Dm Anaemia Debridemen 6.120.004 4 Cellulitis HHD, Hypertensi Debridemen 5.104.109 5 Fractur Distal Pasang gips 3.887.384 6 Peritonitis Sepsis Laparotomy 13.669.900 7 App Acute Appendictomy 7.889.600 8 Soft Tissu Tumor Dm II Excision 4.617.795 9 Fimosis Circumsision 4.568.500 10 BPH Hypertensi TVP 8.557.786

F. Kerangka Teori Tindakan Prosedural Bedah DRM - Dx utama - Dx sekunder - Lama dirawat - Tingkat keparahan - Jenis tindakan Koding Grouper INA CBGS Tarif RS Tarif INA CBGS Evaluasi Manajemen RS Gambar 2.1 Kerangka Teori