II. TINJAUAN PUSTAKA. Penambatan nitrogen secara hayati yang non simbiotik dilakukan oleh jasad mikro

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk buatan adalah bahan tertentu buatan manusia baik dari bahan alami

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

I. PENDAHULUAN. Saat ini kelangkaan pupuk menjadi suatu masalah di Indonesia. Harga pupuk

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi Umum Lahan Hutan Tanaman Industri (HTI) faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan dapat

Aktivator Tanaman Ulangan Ʃ Ӯ A0 T1 20,75 27,46 38,59 86,80 28,93 T2 12,98 12,99 21,46 47,43 15,81 T3 16,71 18,85 17,90 53,46 17,82

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanah sebagai media nutrisi dan media pertumbuhan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Nitrogen (N) dan Fosfor (P) merupakan unsur hara makro utama yang diperlukan

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan kondisi fisik dan kimia tanah akibat kebakaran akan berakibat

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

PEMBAHASAN Kualitas Pupuk Kompos dengan Penambahan Mikroba Pemacu Tumbuh

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditi yang sangat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

Elysa Dwi Oktaviana Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, MT L/O/G/O

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

I. PENDAHULUAN. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas. banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008).

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006).

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan-perubahan yaitu pada sifat fisik, kimia, ataupun biologinya.

Pupuk Hayati Wednesday, 26 January :40 - Last Updated Wednesday, 26 January :04

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

Arsip Meori September 2009 PUPUK HAYATI P

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

TINJAUAN PUSTAKA. endomikoriza atau FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada jenis tanaman. (Harley and Smith, 1983 dalam Dewi, 2007).

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diduga tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Merkel, 1981). Limbah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan-bahan organik yang dibuat menjadi pupuk cair memiliki

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

BAB 6. BAHAN ORGANIK DAN ORGANISME TANAH

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

Kompos, Mikroorganisme Fungsional dan Kesuburan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

BAB I PENDAHULUAN. banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang bermanfaat untuk. pertanian yang dapat memberikan unsur hara dalam tanah.

BAB I PENDAHULUAN. serangan hama karena buahnya yang berupa polong berada dalam tanah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

TINJAUAN PUSTAKA. yang terjadi hampir sepanjang tahun. Keadaan hidro-topografi berupa genangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Media Kultur. Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Berat Total Limbah Kandang Ternak Marmot. Tabel 3. Pengamatan berat total limbah kandang ternak marmot

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, M. T.

Bioteknologi Mikroba Untuk Pertanian Organik

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi.

EFEKTIFITAS MIKROORGANISME (EM) PADA PERTUMBUHAN TANAMAN GELOMBANG CINTA (Anthurium Plowmanii) DENGAN MEDIA CAMPURAN ARANG SEKAM DAN KOMPOS SKRIPSI

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

PENDAHULUAN. dalam tiga dasawarsa terakhir telah mencapai tingkat rendah bahkan sangat rendah.

Lestari Alamku, Produktif Lahanku

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

1.PENDAHULUAN. Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan oleh petani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

Bahan Kuliah Biologi Tanah Jurusan Agroteknologi Fak. Pertanian UPN Veteran Yogyakarta. Keuntungan Adanya Mikroba di Rhizosfer Bagi Tanaman:

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mikroba Penambat Nitrogen Penambatan nitrogen secara hayati yang non simbiotik dilakukan oleh jasad mikro yang hidup bebas. Enterobacteriaceae, Bacillus, Azotobacter, Azospirillum, dan Herbaspirillum telah terbukti mampu melakukan fiksasi N 2 (James and Olivares, 1997). Di samping itu, Azotobacter merupakan bakteri fiksasi N 2 yang mampu menghasilkan substansi zat pemacu tumbuh giberelin dan sitokinin sehingga dapat memacu pertumbuhan akar (Alexander, 1977). Populasi Azotobacter dalam tanah dipengaruhi oleh pemupukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penambatan nitrogen non simbiotik adalah faktor lingkungan, terutama ciri kimia dan fisika habitatnya (Imas,1989). Faktor-faktor tersebut meliputi : a. Ketersediaan senyawa nitrogen Jazad mikro penambat N 2 pada umumnya juga mampu menggunakan amonium, nitrat, dan senyawa nitroge organik. Amonium lebih disukai dan bersama-sama dengan senyawa-senyawa yang dapat diubah menjadi amonium (seperti urea dan nitrat) merupakan penghambat penambatan nitrogfen yang paling efektif. b. Kesediaan nutrien anorganik Bila jazad mikro penambatan nitrogen ditumbuhkan pada media yang mengandung garam-garam amonium dan senyawa nitrogen lainnya, beberapa

7 nutrien anorganik diperlukan dalam jumlah lebih sedikit daipada medium tersebut bebas dari nitrogen. c. Macam sumber energi yang tersedia Bagi jazad heterotrof, tersedianya sumber energi merupakan faktor utama yang membatasi laju dan besarnya asimilasi N 2. Penambatan gula sederhana, selulosa, jerami, atau sisa-sisa tanaman dengan nisbah C/N yang tinggi sering sekali meningkatkan dengan nyata transformasi N. d. ph ph mempunyai pengaruh yang nyata, Azotobacter dan Sianobakteri tergolong sangat peka pada tanah-tanah dengan ph kurang dari 6,0 sedangkan Beijerinckia tidak peka dan dapat tumbuh dan menambat N 2 pada ph 3-9. e. Kelembaban tanah Kelembaban tanah sering kali menentukan laju penambatan nitrogen dan kandungan air optimum tergantung pada tanah yang bersangkutan dan jumlah bahan organik yang tersedia. Bila kelembaban terlalu tinggi maka keadaan aerobik berubah menjadi anaerobik. f. Suhu Suhu optimum bagi penambatan nitrogen adalah suhu sedang. Penambatan terhenti pada suhu beberapa derajat di atas suhu optimum. Di beberapa daerah beriklim sedang bagian Utara didapati bahwa penambatan nitrogen masih berlangsung sekalipun pada musim dingin. Jazad mikro pelakunya diperkirakan algae atau lumut kerak. Kadar N total menunjukkan jumlah keseluruhan nitrogen di dalam bahan organik yang diberi inokulan penambat N, termasuk di dalamnya protein, asam amino,

8 amina, dan N mineral. Lebih lanjut Susanto (2002) menyatakan N total yang terdapat pada kompos dapat menjadi energi dan makanan bagi mikroorganisme, seperti bakteri. Maka, semakin tinggi kandungan N total pada kompos, semakin tinggi aktivitas mikroorganismenya (bakteri). Kandungan N yang rendah pada awal pengomposan mengakibatkan sedikitnya jumlah populasi bakteri, karena masih tingginya C/N awal pada kotoran sapi tersebut. Mikroba pemecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat. Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan perlakuan khusus, misalnya menambahkan mikroorganisme selulotik (Toharisman, 1991) atau dengan menambahkan kotoran hewan karena kotoran hewan mengandung banyak senyawa nitrogen. Kemampuan bakteri penambat N non simbiotik untuk mengikat nitrogen tanpa kehadiran inang dan kemampuannya untuk hidup pada kondisi masam membuat kelompok bakteri ini memiliki tingkat toleransi tinggi terhadap lingkungannya. Genus Azotobacter tumbuh dengan baik pada kondisi NH 3 juga pada berbagai jenis media seperti karbohidrat, alkohol dan asam organik. Azotobacter bersifat aerob obligat, namun enzim nitrogenasenya sangat sensitif terhadap O 2 sama seperti nitrogenase lainnya, oleh kerena itu Azotobacter melakukan respirasi tinggi untuk melindungi nitrogenase dari O 2 sehingga konsentrasi O 2 intraseluler pada Azotobacter relatif lebih sedikit (Brock,dkk.,1994). Menurut Rao (1994),

9 bakteri penambat N non simbiotik mampu menyumbang sekitar 10 sampai 15 kgn/ha/tahun, tergantung dari tersedianya sumber karbon. B. Mikroba Pelarut Fosfat Mikroba pelarut fosfat terdiri dari golongan bakteri dan fungi. Kelompok bakteri pelarut fosfat di antaranya Pseudomonas, Bacillus, Escherichia, Brevibacterium, sedangkan dari golongan jamur adalah Aspergillus, Penicillium, Culvularia, Humicola, dan Phoma. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P umumnya juga berkemampuan tinggi melarutkan K (Yuliana, 2010). Pemberian inokulan mikroba pelarut P dalam penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kelarutan P dan juga diharapkan meningkatkan aktivitas mikroorganisme (bakteri) selama proses dekomposisi. Inokulan yang diberikan berupa Aspergilus niger dan Pseudomonas fluorescens. Menurut (Buntan 1992 dalam Madjid, 2009) bahwa dalam aktivitasnya bakteri pelarut P akan menghasilkan asam-asam organik diantaranya asam sitrat, glutamat, suksinat, laktat, oksalat, glioksalat, malat, fumarat, tartarat dan alfa ketobutirat, meningkatnya asam-asam organik tersebut biasanya diikuti dengan penurunan ph. Mikroorganisme yang berperan dalam proses pelarutan fosfat ini antara lain dari kelompok bakteri : Pseudomonas, Bacillus, Mycobacterium, Micrococcus disebut phosphobacteria, sedangkan dari kelompok fungi : Penicillium, Aspergillus, Fusarium, Sclerotium. Berdasarkan hasil penelitian Goenadi dkk. (1999), menerangkan bahwa fungi dapat lebih tinggi melarutkan fosfat alam. Pelarutan fosfat oleh bakteri pelarut fosfat berlangsung karena bakteri pelarut fosfat

10 melepaskan senyawa organik (asam-asam organik) yang mampu membuat kation -kation pengikat P menjadi tidak aktif karena berikatan dengan senyawa organik yang dilepaskan oleh bakteri. Sifat asam organik tersebut lebih penting dibandingkan jumlahnya. Efektivitas asam-asam organik tersebut tergantung pada kondisi lingkungan mikro di dalam tanah. C. Interaksi antara Mikroba Penambat Nitrogen dan Pelarut Fosfat Inokulasi ganda bakteri dan fungi pelarut fosfat ternyata mampu meningkatkan serapan P paling tinggi dibandingkan jika hanya diinokulasikan secara tunggal hanya bakteri atau jamur saja. Hal ini membuktikan bahwa bakteri pelarut fosfat maupun fungi pelarut fosfat yang diberikan yaitu Pseudomonas sp. dan Aspergillus niger dapat bekerja sinergis dalam melarutkan fosfat sehingga dapat meningkatkan ketersediaan fosfat. Hasil penelitian Fitriantin dkk (2008) menunjukkan bahwa terjadi interaksi yang nyata antara pemberian inokulasi mikroorganisme penambat nitrogen dan pelarut fosfat. Inokulasi ganda bakteri dan fungi pelarut fosfat meningkatkan secara nyata serapan P. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, hasil penelitan Widawati (2005) bahwa aktivator fungi Aspergillus niger, Trichoderma viridae, dan Chaetomium sp. dapat mempercepat proses pematangan kompos, dan penurunan C/N ratio sesuai dengan standar perdagangan kompos yang ditetapkan oleh Food and Fertilizer Tecnology Center (FFTC). Inokulan yang sering diberikan dalam proses pengomposan adalah inokulan penambat nitrogen. Salah satu inokulan penambat nitrogen adalah Azotobacter. Aktivitas Azotobacter dalam menambat nitrogen juga akan meningkatkan jumlah

11 sel bakteri mati yang merupakan sumber nitrogen setelah bakteri tersebut mengalami dekomposisi. Peningkatan ini berkaitan dengan saling sinergi, baik antar populasi dalam inokulan maupun dengan mikroba lain pada lingkungan yang sama dalam memperebutkan nutrisi dan tempat tumbuh (Hindersah dkk., 2004). Hasil Penelitian Yuniarti dkk. (2009) menunjukkan bahwa pemberian inokulan mikroba pelarut fosfat (Pseudomonas sp., dan Penicillium sp.) dengan pupuk P tidak menunjukkan adanya interaksi yang signifikan terhadap populasi mikroba pelarut fosfat. Penambahan inokulan mikroba pelarut fosfat (fungi dan bakteri) pada kompos akan menimbulkan kompetisi dalam aktivitasnya. Sehingga, penambahan inokulan mikroba pelarut P tidak meningkatkan jumlah populasi bakteri dan fungi pelarut P. D. Campuran Bahan Organik dan Batuan Fostat Alam sebagai Subsrat bagi Mikroorganisme Kotoran sapi merupakan bahan yang baik untuk kompos karena relatif tidak terpolusi logam berat dan antibiotik. Kandungan fosfor yang rendah pada pupuk kandang dapat dipenuhi dari sumber lain. Prinsip pembuatan kompos adalah penguraian limbah organik menjadi pupuk organik melalui aktivitas mikro organisme. Pupuk kandang merupakan salah satu bahan baku dalam pembuatan kompos. Pupuk kandang berasal dari hasil pembusukan kotoran hewan, baik itu berbentuk padat (berupa feses atau kotoran) maupun cair (berupa air seni atau kencing),

12 sehingga warna, rupa, tekstur, bau, dan kadar airnya tidak lagi seperti aslinya (Redaksi AgroMedia, 2007). Ketersediaan bahan baku kotoran sapi segar dari industri penggemukan sapi di Provinsi Lampung mencapai 576.700 ton tahun -1 diantaranya terdapat di PT Santosa Agrindo (Santori) di Kampung Bumiaji, Kecamatan Anaktuha, Lampung Tengah (Lamteng) 160 ribu kg hari -1, dan Sidomulyo Lampung Selatan 75 ton hari -1. Batuan fosfat sumber bahan baku pupuk P juga tersedia di Provinsi Lampung, misalnya di Kec, Selagai Lingga Lampung Tengah, Kabupaten Tanggamus dan diproduksi di Sinar Harapan 80 PK Tanggamus, PT. Tajung Kemalaraya Tanggamus dan CV. Sinar Bara Manik Tanggamus. Batuan fosfat sebaiknya dapat diaplikasikan langsung ke tanah. Penggunaan batuan fosfat yang diberikan secara langsung sebagai pupuk fosfat merupakan salah satu cara untuk mengatasi mahalnya harga pupuk dan rendahnya efisiensi pemupukan menggunakan pupuk superfosfat (Adiningsih dkk, 1998). Namun demikian, sifat batuan fosfat yang sukar terlarut dalam air menyebabkan laju pelarutannya tidak berimbang dengan kebutuhan fosfat tanaman (Matunubun dkk, 1988). Kemudahan dekomposer bahan organik berkaitan erat dengan nisbah kadar hara. Secara umum, makin rendah nisbah antara kadar C dan N di dalam bahan organik, akan semakin mudah dan cepat mengalami dekomposer. Oleh karena itu, untuk mempercepat dekomposer bahan organik yang memiliki nisbah C dan N tinggi sering ditambahkan pupuk nitrogen dan kapur untuk memperbaiki perbandingan kedua hara tersebut serta menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik bagi

13 dekomposer. Selain itu, kandungan bahan juga mempengaruhi proses pengomposan. Komarayati dkk, 2002, bahwa penambahan arang pada proses pembuatan arang kompos selain dapat mempercepat proses, juga dapat meningkatkan populasi mikroba antara lain bakteri. Fungsi arang disini adalah sebagai rumah bakteri atau sebagai tempat berkembang biak bakteri, karena arang merupakan sumber karbon (C). Dari beberapa penelitian lain diketahui bahwa bakteri menempati jumlah total populasi terbesar. Diduga dalam kegiatan selulotik, bakteri lebih aktif dibandingkan dengan jamur dan actinomycetes (Rao, 1994). Pemberian bahan organik dapat meningkatkan jumlah dan aktivitas metabolisme organisme tanah serta meningkatkan kegiatan jasad mikro dalam membantu proses dekomposisi bahan organik. Aktivitas mikroorganisme potensial dan penambahan hara pada tanah dapat ditingkatkan dengan pemberian bahan organik. Bahan organik mengandung sejumlah enzim dan zat tumbuh yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan jasad mikro. Peranan bahan organik dalam tanah dapat meningkatkan aktivitas biota tanah, juga sebagai sumber energi bagi mikroba tanah (Shiddieq dan Partoyo, 1999). Hasil penelitian Noor (2008) menunjukkan bahwa pemberian fosfat alam yang dicampurkan dengan pupuk kandang dengan kombinasi faktor perlakuan 7,5% fosfat alam + 92,5% pupuk kandang, dapat meningkatkan P tersedia sebesar 30% dibandingkan dengan kontrol. Jika campuran diinokulasi dengan bakteri pelarut dapat meningkatkan P tersedia sampai 48% dibandingkan dengan kontrol (Noor, 2008). Dalam hal ini faktor nisbah campuran bahan organik dan batuan fosfat menentukan besarnya pelepasan N dan sekaligus P (Soelaeman, 2008).