Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Pejalan Kaki di Kota Pontianak

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

KAJIAN ASPEK KENYAMANAN PADA JALUR PEDESTRIAN PENGGAL JALAN PROF. SOEDHARTO, SEMARANG (NGESREP (PATUNG DIPONEGORO) - GERBANG UNDIP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya

BAB III LANDASAN TEORI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAU PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut

BAB I PENDAHULUAN. pengguna kendaraan tidak bermotor dan pedestrian seperti terabaikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya jaringan jalan diadakan karena adanya kebutuhan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Iswanto (2006), Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana

IDENTIFIKASI KENYAMANAN PEJALAN KAKI DI CITY WALK JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA

Kajian Angkutan Umum yang Baik terkait Korespondensi Lokasi Tempat Tinggal dan Profesi Komuter

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemeliharaan dan regenerasi lingkungan KEBERLANJUTAN MENYELURUH. Perkembangan ekonomi dan kinerja sistem transportasi

Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut Indonesia

Studi Pemilihan Jenis dan Sebaran Fasilitas Penyeberangan di Koridor Urip Sumiharjo Kota Makassar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch

EVALUASI PELAYANAN FASILITAS PEJALAN KAKI (Studi Kasus : Jalan Urip Sumoharjo Yogyakarta)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Peningkatan arus lalu lintas kendaraan dan pergerakan orang di

BAB II KAJIAN TEORI. dari berbagai pustaka. Adapun topik yang akan dibahas adalah fasilitas pedestrian

BAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki peran penting dalam sistem transportasi setiap kota karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

ELEMEN ELEMEN PELENGKAP JALUR PEDESTRIAN TERHADAP KENYAMANAN PEJALAN KAKI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Berbagai aktivitas perkotaan terutama di kota-kota besar dimana mobilitas. lintas dan pergerakan manusia didaerah tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perhubungan Darat : SK.43/AJ 007/DRJD/97).

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development

TINGKAT PEMANFAATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN MEGA MALL JALAN A.YANI KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

JALUR PEJALAN KAKI / PEDESTRIAN PADA JALAN UMUM

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

Persyaratan Teknis jalan

Perancangan Fasilitas Pejalan Kaki Pada Ruas Jalan Cihampelas Sta Sta Kota Bandung Untuk Masa Pelayanan Tahun 2017 BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II KERANGKA TEORITIS. NO.: 011/T/Bt/1995 Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari :

BAB ll TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Kualitas Walkability Jalur Pedestrian Pada Koridor Jalan Permindo, Padang Berdasarkan Persepsi Masyarakat

Arahan Pengembangan Kawasan Pendidikan Tinggi Tamalanrea yang Ramah Pejalan Kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Kondisi dan Pemanfaatan Trotoar Pada Jalan Ir. H. Juanda-Bandung

UNIVERSITAS GUNADARMA KRITIK ARSITEKTUR

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Pesepeda. Latar Belakang 5/16/2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perlu dirinci dan dicatat ciri khasnya, termasuk tingkat pelayanan dan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bertambah banyaknya kebutuhan akan sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

PERSEPSI TENTANG LINGKUNGAN APARTEMEN DI KOTA BANDUNG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL TETAP PADA MAHASISWA PERANTAU FITRIYANTI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

JALAN TOL BAGI KENDARAAN TIDAK BERMOTOR

1. Manajemen Pejalan Kaki

Alternatif Pemilihan Kawasan Pusat Olahraga di Kota Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hasil Penelitian Yang Pernah Dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan perkotaan yang manusiawi merupakan lingkungan perkotaan yang ramah

STUDI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN HALTE DI KOTA MEDAN (Studi Kasus : Koridor-koridor Utama Kota Medan)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Studi beberapa..., Annisa Putri Handayani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 03/PRT/M/2014 TANGGAL : 26 Februari 2014 PEDOMAN

Kualitas Walkability pada Koridor Jalan Kayu Aya Seminyak Bali

PETUNJUK TEKNIS EVALUASI KRITERIA TRANSPORTASI BERKELANJUTAN DI PERKOTAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS

Transkripsi:

Reka Loka PWK - Itenas No.x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional [Januari 2013] Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Pejalan Kaki di Kota Pontianak Enni Lindia Mayona S.T., M.T. (Dosen Teknik Planologi Itenas) Email: rizkyazhari08@gmail.com ABSTRAK Kota Pontianak memiliki visi untuk menjadi kota berwawasan lingkungan yang dapat diwujudkan dengan penyediaan fasilitas pejalan kaki sebagai salah satu bentuk transportasi berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan fasilitas pejalan kaki berdasarkan kenyamanan, keselamatan, dan keamanan. Hasil studi menunjukkan fasilitas pejalan kaki yang memenuhi tiga aspek di atas adalah yang berada pada daerah Pasar Kemuning (Jalan Prof M Yamin). Fasilitas pejalan kaki yang memenuhi aspek keselamatan adalah yang berada pada daerah Pasar Kemuning (Jalan Prof M Yamin) dan Jalan Tanjungpura. Fasilitas pejalan kaki yang memenuhi aspek keamanan adalah yang berada pada ruas Jalan Gajahmada, daerah Pasar Siantan (Jalan Gusti Situt Machmud), daerah Pasar Kemuning (Jalan Prof M Yamin), dan Jalan Tanjungpura. Rekomendasi yang penelitian ini adalah pelebaran dan penambahan trotoar di tujuh ruas jalan studi agar lebar dan menerus, dan penambahan penyeberangan zebra serta lampu penerangan dan pohon peneduh. Kata Kunci: fasilitas pejalan kaki, kenyamanan, keselamatan, keamanan ABSTRACT Pontianak City is the city that has the vision to become environmentally friendly city that can be realized with the provision of pedestrian ways. This study aims to identify the needs of pedestrian ways. Conclusion of the analysis is that pedestrian facilities that fulfill the comfort aspect is Pasar Kemuning area (Jalan Prof M Yamin). Pedestrian facilities that fulfill safety aspect is on the Pasar Kemuning area (Jalan Prof M Yamin) and Jalan Tanjungpura. Pedestrian facilities that fulfill security aspects is pedestrian ways on Jalan Gajahmada, Pasar Siantan area (Jalan Gusti Situt Machmud), Pasar Kemuning area (Jalan Prof M Yamin), and on Jalan Tanjungpura. Recommendations of this research is expanding and also build sidewalks on seven streets so its will be wider and continuous, addition of zebra crossings, lights, and also trees. Key Word: pedestrian facilities, comfort, safety, security Reka Loka 1

Enni Lindia Mayona S.T., M.T. Ari Moravian S.T., M.T. Rizky Azhari 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Upaya mewujudkan transportasi yang ramah lingkungan pada dasarnya dapat dilakukan dengan pengadaan sarana transportasi yang tepat. Sarana transportasi yang dikembangkan untuk mengurangi dampak lingkungan akibat transportasi seperti kebisingan dan polusi udara umumnya mengarah ke penggunaan kendaraan tidak bermotor maupun penggunaan bahan bakar terbarukan seperti sinar matahari, listrik dll. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mewujudkan kota yang ramah lingkungan adalah dengan menyediakan fasilitas pejalan kaki yang memadai untuk dapat mendukung dan mengoptimalkan masyarakat untuk berjalan kaki. Penyediaan fasilitas pejalan kaki harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang menggunakannya. Fasilitas pejalan kaki harus dapat memenuhi kebutuhan berdasarkan aspek kenyamanan, keselamatan, dan keamanan pejalan kaki sebagai penggunanya (Murthy, 2001:61). Permasalahan secara umum fasilitas pejalan kaki yang terjadi di negara berkembang seperti di Indonesia adalah aktivitas pejalan kaki sebagai pengguna utama belum diwadahi secara maksimal. Kenyamanan, keselamatan, dan keamanan pejalan kaki saat berjalan kaki masih diabaikan dengan banyaknya kondisi fasilitas pejalan kaki yang tidak memadai. Fenomena yang banyak terjadi adalah penyalahgunaan fungsi fasilitas pejalan kaki oleh pedagang kaki lima dan kegiatan lain seperti pengemis. Tahapan analsis Untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli rumah, maka adapun tahapan-tahapan analisis yang dilakukan yaitu sebagai berikut: Mengelompokkan item fasilitas pejalan kaki ke dalam tiap aspek yang berhubungan, yaitu kenyamanan, keselamatan, dan keamanan. Meninjau kondisi tiap fasilitas pejalan kaki dengan pengamatan langsung yang kemudian menjadi dasar yang akan digabungkan dengan persepsi dan preferensi Memasukkan hasil pengamatan peneliti, persepsi, dan preferensi responden ke dalam aspek kenyamanan, keselamatan, dan keamanan dengan rincian tabel dan penjelasannya masing-masing. Melakukan analisis tabulasi silang berdasarkan teori untuk dapat melihat suatu fenomena yang terjadi melalui pengelompokan jenis responden berdasarkan golongan usia, membawa barang bawaan atau tidak, dan jumlah teman seperjalanan. Merumuskan hasil studi berupa kebutuhan fasilitas pejalan kaki berdasarkan kenyamanan, keselamatan, dan keamanan yang ada di ruas jalan studi dengan menggabungkan hasil pengamatan langsung peneliti, persepsi, dan preferensi (penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 1) Merumuskan hasil dengan melakukan penilaian pembobotan. Kategori nyaman, selamat, dan aman bernilai 5 poin. Kategori kurang nyaman, kurang selamat, dan kurang aman bernilai 3 poin. Kategori tidak nyaman, tidak selamat, dan tidak aman bernilai 1 poin. Menghitung jumlah poin dan mengkategorikannya ke dalam kategori yang baru lagi untuk menilai fasilitas pejalan kaki di ruas jalan studi secara keseluruhan. Range yang digunakan adalah 1-15, 1-10, dan 1-5. Mengelompokkan ruas jalan mana saja yang nyaman, selamat, dan aman dilihat dari fasilitas pejalan kakinya. Pengelompokan ini untuk mengetahui rumusan ruas jalan Reka Loka 2

Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Pejalan Kaki di Kota Pontianak mana yang paling membutuhkan perbaikan untuk dapat memenuhi kebutuhan pejalan kaki terhadap fasilitas pejalan kaki di ruas jalan studi. Metode Analisis Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Mix Method, yang menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif. Penelitian Mix Method adalah sebuah metode pendekatan campuran, pada penelitian ini peneliti mengumpulkan, menganalisis, dan mengintegrasikan data kuantitatif dan kualitatif dalam studi tunggal atau dalam beberapa studi (Creswell, 2003:218). Teknik sampel dalam penelitian ini adalah convenience sampling yakni teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Soleh, 2005:276). Pada penelitian ini, penentuan jumlah sampel ditentukan dengan berdasarkan kebutuhan dan keselarasan pada tiap ruas jalan yang akan menjadi wilayah studi. Peneliti menentukan sendiri jumlah sampel yang akan diambil di tiap ruas jalannya. Hal ini dilakukan karena jumlah populasi tidak dapat diketahui dengan pasti jumlahnya. Penelitian ini menggunakan teknik convenience sampling, yang mana peneliti memilih 15 orang sebagai responden di tiap ruas jalan yang menjadi wilayah studi. 2. LANDASAN TEORI Pengertian Fasilitas Pejalan Kaki Pedestrian berasal dari pedos bahasa Yunani yang berarti kaki, sehingga dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan kaki, sedangkan jalan yaitu media di atas bumi yang memudahkan manusia dalam tujuan perjalanan. Kelebihan dan kekurangan moda berjalan kaki dibandingkan dengan moda angkutan lain adalah : a. Terus menerus tersedia b. Waktu dan rute fleksibel c. Dapat menghantarkan sampai tujuan yang hendak dicapai d. Mudah dan murah e. Memiliki keterbatasan terhadap gangguan cuaca, jarak tempuh dan hambatan lalu lintas. Jenis Fasilitas Pejalan Kaki A. Ruang Pejalan Kaki (Trotoar) Ruang pejalan kaki yang dibuat terpisah dari jalur kendaraan, biasanya terletak bersebelahan atau berdekatan. Pejalan kaki melakukan kegiatan berjalan kaki sebagai sarana angkutan yang akan menghubungkan tempat asal dan tempat tujuan. Ruang pejalan kaki yang berada di Kota Pontianak adalah sebagai berikut: Ruang Pejalan Kaki di Sisi Jalan (Sidewalk) Ruang pejalan kaki di sisi jalan (sidewalk) merupakan bagian dari sistem jalur pejalan kaki dari tepi jalan raya hingga tepi terluar lahan milik bangunan. Ruang Pejalan Kaki di Kawasan Komersial/Perkantoran (Arcade) Ruang pejalan kaki yang berdampingan dengan bangunan pada salah satu atau kedua sisinya. Ruang Pejalan Kaki di Tepian Air (Promenade) Ruang pejalan kaki yang pada salah satu sisinya berbatasan dengan badan air. Reka Loka 3

Enni Lindia Mayona S.T., M.T. Ari Moravian S.T., M.T. Rizky Azhari Secara umum, sudah diatur mengenai lebar minimum trotoar yang seharusnya. Lebar minimum untuk kawasan pertokoan dan perdagangan yang diatur dalam Petunjuk Perencanaan Trotoar (Dep. PU, 1990) adalah 2 meter. B. Prasarana Ruang Pejalan Kaki (Penyeberangan) Prasarana ruang pejalan kaki yang digunakan sebagai jalur menyeberang untuk mengatasi dan menghindari konflik dengan moda angkutan lain, yaitu jalur penyeberangan jalan, jembatan penyeberangan, atau jalur penyeberangan bawah tanah. Untuk itu diperlukan fasilitas yang berupa penyeberangan zebra, skyway, dan subway. Berdasarkan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan, fasilitas penyeberangan diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Penyeberangan Sebidang (At-Grade) Penyeberangan Zebra Penyeberangan Pelikan 2. Penyeberangan Tidak Sebidang (Elevated/Underground) Salah satu penyeberangan tidak sebidang adalah jembatan. Jembatan digunakan apabila: Jenis jalur penyeberangan tidak dapat menggunakan penyeberangan zebra. Pelikan sudah menganggu lalu lintas kendaraan yang ada. Pada ruas jalan dengan frekuensi terjadinya kecelakaan pejalan kaki yang cukup tinggi. Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dengan kecepatan tinggi dan arus pejalan kaki yang cukup ramai. Jalur yang melandai harus disediakan untuk seluruh tempat penyeberangan bagi pejalan kaki baik di atas jalan maupun di bawah jalan. Jika diperlukan, maka dapat disediakan tangga untuk mencapai tempat penyeberangan. Kriteria jembatan penyeberangan adalah: Lebar efektif jembatan penyeberangan adalah 2 meter dengan lebar keseluruhannya 2,6 meter. C. Sarana Ruang Pejalan Kaki (Street Furniture) Semua ruas jalan studi pada penelitian ini didominasi oleh kegiatan perdagangan dan jasa, sehingga peruntukan street furniture yang ada juga harus sesuai dengan kebutuhan pada kawasan perdagangan dan jasa. Jenis-jenis street furniture yang harus ada di kawasan perdagangan dan jasa menurut Buku Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan adalah sebagai berikut : 1. Pohon Peneduh 2. Halte/Lapak Tunggu 3. Lampu Penerangan 4. Tempat Duduk/Bangku 5. Pagar Pembatas 6. Tempat Sampah 7. Telepon Umum Perilaku Pejalan Kaki Setiap pejalan mempunyai karakteristik dan kemampuan yang berbeda satu sama lain, namun secara umum mempunyai kesamaan. Kesamaan pejalan menurut Whyte (1988:57) antara lain adalah : 1. Sebagian besar pejalan adalah berjalan berpasangan atau lebih. 2. Pria umumnya berjalan lebih cepat dari wanita. Reka Loka 4

Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Pejalan Kaki di Kota Pontianak 3. Orang yang lebih muda berjalan lebih cepat daripada yang tua. 4. Pejalan yang berombongan berjalan lebih lambat daripada berjalan sendiri. 5. Orang yang membawa barang-barang berusaha berjalan secepat orang-orang di sekitarnya. 6. Pejalan biasanya memilih jalan yang terpendek. 3. ANALISIS KEBUTUHAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI WILAYAH KAJIAN Fasilitas pejalan kaki harus dapat memenuhi kebutuhan berdasarkan aspek kenyamanan, keselamatan, dan keamanan pejalan kaki sebagai penggunanya (Murthy, 2001:61), oleh karena itu analisis yang akan dilakukan pada bab ini akan merujuk kepada hasil pengamatan peneliti beserta pengelompokan jawaban responden, baik berupa persepsi maupun preferensi sesuai dengan tiap aspek kebutuhan mendasar berupa kenyamanan, keselamatan, dan keamanan. Untuk lebih jelasnya tentang pembagian fasilitas pejalan kaki ke dalam aspek kenyamanan, keselamatan, dan keamanan dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini : Tabel 1 Cara Penilaian Fasilitas Pejalan Kaki Berdasarkan Indikator Kenyamanan, Keselamatan, dan Keamanan Indikator Kenyamanan Tidak Nyaman Kurang Nyaman Nyaman Fasilitas Pejalan Kaki yang Dinilai Trotoar Penyeberangan Street Furniture Lebar terbangun dan efektif trotoar kurang dari 2 meter, tidak menerus; trotoar kurang lebar menurut Tidak seluruh dari syarat lebar dan trotoar kurang dari 2 meter, trotoar menerus, dan trotoar lebarnya ideal menurut responden terpenuhi. Lebar terbangun dan efektif trotoar sebesar 2 meter, trotoar menerus; trotoar lebarnya ideal menurut respoden Lebar efektif jembatan penyeberangan kurang dari 2 meter, dan lebar keseluruhan kurang dari 2,6 meter; lebar jembatan kurang lebar atau sedang menurut Memiliki lebar efektif sebesar 2 meter, lebar keseluruhan sebesar 2,6 meter; lebar jembatan ideal menurut - Pohon peneduh tidak dapat meneduhi pejalan kaki; Tempat sampah tidak ada/ada tapi tidak dapat menampung semua sampah; Tidak tersedia bangku istirahat, halte, dan telepon umum. Pohon peneduh, tempat sampah, bangku, halte, dan telepon umum kondisi buruk menurut Tidak seluruh dari syarat pohon peneduh dapat meneduhi pejalan kaki, adanya tempat sampah yang dapat menampung semua sampah, ada bangku istirahat, halte, telepon umum, dan kondisi pohon peneduh, tempat samapah, bangku, halte, dan telepon umum berkondisi baik menurut responden terpenuhi. Pohon peneduh dapat meneduhi pejalan kaki; Tempat sampah dapat menampung sampah-sampah yang ada; Tersedia bangku istirahat, halte, dan telepon umum; pohon peneduh, tempat sampah, bangku, halte, dan telepon umum kondisinya baik menurut Keselamatan Tidak Selamat Lebar terbangun dan efektif trotoar kurang dari 2 meter, tidak menerus, kondisi permukaan rusak; trotoar kurang lebar dan kondisi permukaannya rusak menurut Kondisi cat penyeberangan zebra sudah tidak utuh dan sulit untuk dilihat; kondisi cat tidak terlihat/buram menurut Tidak tersedia lampu penerangan/lampu penerangan banyak yang sudah redup atau tidak menyala, lampu penerangan tidak dapat menerangi pada malam hari, pagar pembatas kondisinya buruk; lampu penerangan dan pagar pembatas kondisinya buruk menurut Kurang Selamat Tidak seluruh dari syarat lebar terbangun dan efektif trotoar kurang dari 2 meter, trotoar menerus, - Tidak seluruh dari syarat lampu penerangan yang dapat menerangi di malam hari, dan kondisi pagar pembatas yang baik, dan lampu penerangan dan pagar pembatas yang berkondisi baik Reka Loka 5

Enni Lindia Mayona S.T., M.T. Ari Moravian S.T., M.T. Rizky Azhari Indikator Selamat Fasilitas Pejalan Kaki yang Dinilai Trotoar Penyeberangan Street Furniture kondisi permukaan trotoar tidak rusak/baik terpenuhi, dan lebar trotoar ideal dan kondisi permukaan baik menurut responden terpenuhi. Lebar terbangun dan efektif trotoar sebesar 2 meter, menerus, dan kondisi permukaan tidak rusak/baik; lebar trotoar ideal dan kondisi permukaan baik menurut Kondisi cat penyeberangan zebra masih utuh dan dapat terlihat, kondisi cat dapat terlihat (terang) menurut menurut responden terpenuhi. Lampu-lampu penerangan dapat menerangi pejalan kaki ketika malam hari; Pagar pembatas kondisinya baik; Lampu penerangan dan pagar pembatas berkondisi baik menurut Keamanan Tidak Aman Kurang Aman Aman - - Lebar efektif jembatan penyeberangan kurang dari 2 meter, dan lebar keseluruhan kurang dari 2,6 meter; lebar jembatan kurang lebar atau sedang menurut Tidak tersedia lampu penerangan/lampu penerangan banyak yang sudah redup atau tidak menyala, lampu penerangan tidak dapat menerangi pada malam hari; Lampu penerangan kondisinya buruk menurut - - - Lebar efektif jembatan penyeberangan 2 meter, dan lebar keseluruhan 2,6 meter; lebar jembatan ideal menurut Lampu-lampu penerangan dapat menerangi pejalan kaki ketika malam hari; Lampu penerangan kondisinya baik menurut Sumber:Perencanaan Trotoar (1990), Tata Cara Perencanaan Jalur Pejalan Kaki di Perkotaan (1995), Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Ruang Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan Analisa Kenyamanan Fasilitas Pejalan Kaki Penentuan tingkat kenyamanan fasilitas pejalan kaki di Kota Pontianak dilakukan dengan menggabungkan hasil pengamatan langsung dan persepsi masyarakat, kemudian dilakukan pengelompokan dan pembobotan. Untuk kondisi tidak nyaman diberi nilai 1, kurang nyaman bernilai 3, dan nyaman bernilai 5. Poin tingkat kenyamanan trotoar, penyeberangan, dan street furniture digabungkan kemudian dilihat nilai totalnya. Nilai total inilah yang kemudian akan menentukan tingkat kenyamanan fasilitas pejalan kaki keseluruhan. Poin total fasilitas kenyamanan fasilitas pejalan kaki tidak sama di tiap ruas jalannya, karena ada ruas jalan yang tidak tersedia trotoar dan penyeberangan. Pada ruas jalan Tanjungpura, poin total 1-5 akan dikategorikan Tidak Nyaman, 6-10 Kurang Nyaman, dan 11-15 dikategorikan Nyaman. Pada ruas Jalan HRA Rahman, Imam Bonjol, dan Prof M. Yamin yang tidak tersedia penyeberangan di dalamnya pembagian kategori sedikit berbeda, poin total 1-3 akan dikategorikan Tidak Nyaman, 4-7 Kurang Nyaman, dan 8-10 dikategorikan Nyaman. Pada ruas Jalan Gajahmada dan Adi Sucipto yang tidak tersedia trotoar dan penyeberangan di dalamnya kategorinya adalah: poin total 1 akan dikategorikan Tidak Nyaman, 3 Kurang Nyaman, dan 5 dikategorikan Nyaman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini : Reka Loka 6

Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Pejalan Kaki di Kota Pontianak Tabel 2 Bobot Penilaian Kenyamanan Fasilitas Pejalan Kaki di Ruas Jalan Studi Ruas Jalan Fasilitas Pejalan Kaki HRA Rahman Gajahmada Imam Bonjol Gusti Situt Machmud Adi Sucipto Prof M Yamin Tanjungpura Trotoar 3-1 1-5 3 Penyeberangan - - - - - - 1 Street Furniture 3 1 3 1 3 3 1 Total 6 1 4 2 3 8 5 Sumber: Hasil Analisis, 2012 Analisa Keselamatan Fasilitas Pejalan Kaki Penentuan tingkat keselamatan fasilitas pejalan kaki di Kota Pontianak dilakukan dengan menggabungkan hasil pengamatan langsung dan persepsi masyarakat, kemudian dilakukan pengelompokan dan pembobotan. Untuk kondisi tidak selamat diberi nilai 1, kurang selamat bernilai 3, dan selamat bernilai 5. Poin tingkat keselamatan trotoar, penyeberangan, dan street furniture digabungkan kemudian dilihat nilai totalnya. Nilai total inilah yang kemudian akan menentukan tingkat keselamatan fasilitas pejalan kaki keseluruhan. Poin total fasilitas keselamatan fasilitas pejalan kaki tidak sama di tiap ruas jalannya, karena ada ruas jalan yang tidak tersedia trotoar dan penyeberangan. Pada ruas jalan Tanjungpura dan Imam Bonjol, poin total 1-5 akan dikategorikan Tidak Selamat, 6-10 Kurang Selamat, dan 11-15 dikategorikan Selamat. Pada ruas Jalan HRA Rahman, Gajahmada, Gusti Situt Mahmud, dan Prof M. Yamin yang tidak tersedia salah satu antara trotoar ataupun penyeberangan di dalamnya pembagian kategori sedikit berbeda, poin total 1-3 akan dikategorikan Tidak Selamat, 4-7 Kurang Selamat, dan 8-10 dikategorikan Selamat. Pada ruas Adi Sucipto yang tidak tersedia trotoar dan penyeberangan di dalamnya kategorinya adalah: poin total 1 akan dikategorikan Tidak Selamat, 3 Kurang Selamat, dan 5 dikategorikan Selamat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini : Tabel 3 Bobot Penilaian Keselamatan Fasilitas Pejalan Kaki di Ruas Jalan Studi Fasilitas Pejalan Kaki HRA Rahman Gajahmada Imam Bonjol Ruas Jalan Gusti Situt Machmud Adi Sucipto Prof M Yamin Tanjungpura Trotoar 5-1 1-5 5 Penyeberangan - 1 5 - - - 1 Street Furniture 1 5 1 5 1 5 5 Total 6 6 7 6 1 10 11 Sumber: Hasil Analisis, 2012 Analisa Keamanan Fasilitas Pejalan Kaki Penentuan tingkat keamanan fasilitas pejalan kaki di Kota Pontianak dilakukan dengan menggabungkan hasil pengamatan langsung dan persepsi masyarakat, kemudian dilakukan pengelompokan dan pembobotan. Untuk kondisi tidak aman diberi nilai 1 dan aman bernilai 5. Poin tingkat keamanan trotoar, penyeberangan, dan street furniture digabungkan kemudian dilihat nilai totalnya. Nilai total inilah yang kemudian akan menentukan tingkat keamanan fasilitas pejalan kaki keseluruhan. Reka Loka 7

Enni Lindia Mayona S.T., M.T. Ari Moravian S.T., M.T. Rizky Azhari Poin total fasilitas keamanan fasilitas pejalan kaki tidak sama di tiap ruas jalannya, karena ada ruas jalan yang tidak tersedia trotoar dan penyeberangan. Pada ruas jalan Tanjungpura, poin total 1-3 akan dikategorikan Tidak Aman, 4-7 Kurang Aman, dan 8-10 dikategorikan Aman. Pada ruas Jalan HRA Rahman, Gajahmada, Imam Bonjol, Gusti Situt Mahmud, Adi Sucipto, dan Prof M. Yamin yang tidak tersedia penyeberangan di dalamnya pembagian kategori sedikit berbeda, poin total 1 akan dikategorikan Tidak Aman, 3 Kurang Aman, dan 5 dikategorikan Aman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini : Tabel 4 Bobot Penilaian Keamanan Fasilitas Pejalan Kaki di Ruas Jalan Studi Fasilitas Pejalan Kaki HRA Rahman Gajahmada Imam Bonjol Ruas Jalan Gusti Situt Machmud Adi Sucipto Prof M Yamin Tanjungpura Penyeberangan - - - - - - 3 Street Furniture 1 5 1 5 1 5 5 Total 1 5 1 5 1 5 8 Sumber: Hasil Analisis, 2012 4. KESIMPULAN Berdasarkan pengamatan dan persepsi preferensi masyarakat, maka dapat disimpulkan bahwa daerah Pasar Kemuning (Jalan Prof. M. Yamin) adalah satu-satunya daerah studi yang fasilitas pejalan kakinya memenuhi seluruh aspek aspek kenyamanan, keselamatan, maupun aspek keamanan (tipologi sidewalk). Ruas jalan lain yang tidak hanya memenuhi salah satu aspek saja adalah ruas Jalan Tanjungpura, yang mana pada ruas jalan ini fasilitas pejalan kakinya memenuhi aspek keselamatan dan keamanan (tipologi arcade). Ruas jalan yang termasuk kategori tidak nyaman adalah ruas Jalan Gajahmada dan daerah Pasar Siantan (Gusti Situt Machmud). Ruas jalan yang termasuk kategori kurang nyaman adalah daerah Pasar Dahlia (Jalan HRA Rahman), Jalan Imam Bonjol, Jalan Adi Sucipto, dan Jalan Tanjungpura. Fasilitas pejalan kaki yang nyaman untuk digunakan secara keseluruhan hanya pada daerah Pasar Kemuning (Jalan Prof M Yamin). Fasilitas pejalan kaki yang memiliki potensi terjadinya kecelakaan terdapat pada ruas Jalan Adi Sucipto. Fasilitas pejalan kaki yang kurang selamat terdapat di daerah Pasar Dahlia (Jalan HRA Rahman), Jalan Imam Bonjol, Jalan Gajahmada, daerah Pasar Siantan (Jalan Gusti Situt Machmud). Fasilitas pejalan kaki yang selamat dari resiko kecelakaan lalu lintas adalah yang berada pada daerah Pasar Kemuning (Jalan Prof M Yamin) dan Jalan Tanjungpura. Pada aspek keamanan, fasilitas pejalan kaki yang dinilai hanya berupa penyeberangan dan street furniture. Fasilitas pejalan kaki yang tidak aman adalah yang terdapat pada daerah Pasar Dahlia (Jalan HRA Rahman), Jalan Imam Bonjol, dan Jalan Adi Sucipto. Fasilitas pejalan kaki yang termasuk dalam kategori aman dari tindakan kriminal adalah fasilitas pejalan kaki pada ruas Jalan Gajahmada, daerah Pasar Siantan (Jalan Gusti Situt Machmud), daerah Pasar Kemuning (Jalan Prof M Yamin), dan ruas Jalan Tanjungpura. Reka Loka 8

Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Pejalan Kaki di Kota Pontianak DAFTAR PUSTAKA Creswell, John W. 2003. Qualitative, Quantitavie, and Mixed Methods Approaches. SAGE. Mohle, Henry R. Murthy, A.S. Narasimha. 2001. Transportation Engineering Basics 2nd Edition. ASCE Riduwan. 2004. Metode & Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta Shirvani, Hamid. 1981. Urban Design Review: A Guide for Planners. Chicago: The Planners Press. Soleh, A. Zanbar. 2005. Ilmu Statistika. Bandung: Rekayasa Sains. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta Wahana Komputer. 2004. SPSS 17 Untuk Pengolahan Data Statistik. Semarang: C.V. Andi Offset. Whyte, William H.1988. City: Rediscovering The Center. New York: Doubleday Reka Loka 9