BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

Disampaikan oleh: Sulistiyani, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga merupakan aktivitas untuk meningkatkan stamina tubuh yang

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

SURVEI KONSUMSI PANGAN

LAMPIRAN. Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

ROLE OF NUTRITION TO WIN A MATCH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang Penelitian

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

BAB II Pembahasan Kajian teoritis

LEMBAR PERSETUJUAN...

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut:

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri)

BAB 5 HASIL PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Serikat pada tahun 1891 dari sebuah sekolah pelatihan fisik (Young Men s

BAB I PENDAHULUAN. karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Manusia dapat hidup

BAB I PENDAHULUAN. golongan, mulai dari golongan muda sampai tua. Sepak bola adalah permainan

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

HASIL DAN PEMBAHASAN

MODUL 10 PEDOMAN MAKANAN BAGI OLAHRAGAWAN


BAB I PENDAHULUAN. kesempatan untuk mendapatkan pemain melalui jaringan orang tua dan

Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Protein Dengan Daya Tahan Tubuh Pada Atlet Pusat Pendidikan Dan Latihan Pelajar Sepakbola Salatiga

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan yang mengandung berbagai macam zat yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. dan kekuatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Tim Nasional PSSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina dan mengembangkan

Specific Dynamic Action

BAB I PENDAHULUAN. Afrian Dhea Fahmi, 2015 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI ATLET SQUASH DENGAN POLA MAKAN PASCA KOMPETISI

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

2015 PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENURUNAN LEMAK TUBUH DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK (VO2 MAX)

Bagan Kerangka Pemikiran "##

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini telah menjadi kebutuhan setiap individu karena

GANGGUAN PERILAKU MAKAN DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI PROTEIN TERHADAP KEBUGARAN JASMANI PEMAIN SEPAK BOLA IKOR FIK UNESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Pemanfaatan Energi dalam Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

STATUS GIZI, ANGKA KECUKUPAN GIZI, DAN PENILAIAN KONSUMSI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Mahardikawati & Roosita 2008). Menurut Kartasapoetra 2002 (dalam. Riwu 2011), aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan kelompok peralihan dari masa anak-anak. menuju dewasa dan kelompok yang rentan terhadap perubahanperubahan

ANALISIS KONDISI FISIK PEMAIN SEPAK BOLA KLUB PERSEPU UPGRIS TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FORM RECALL MAKANAN 3X24 JAM (Untuk Mengukur Tingkat Konsumsi Makanan Atlet PSBL Langsa)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KETAHANAN (ENDURANCE)

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight?

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. anaerobik adalah lari cepat jarak pendek, interval training, lari seratus. yard, renang sprint, serta bersepeda cepat.

Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Protein Dengan Ketahanan Fisik Atlet Sepak Bola Ps Barito Putera Tahun 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daya Tahan Tubuh (Endurance) 1. Pengertian Menurut Toho Cholik Mutohir dan Ali Maksum (2007) daya tahan umum adalah kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas terus-menerus (lebih dari 10 menit). Ketahanan ditinjau dari kerja otot adalah kemampuan kerja otot atau sekelompok otot dalam jangka waktu tertentu, sedang pengertian ketahanan dari sistem energi adalah kemampuan kerja organ-organ tubuh dalam jangka waktu tertentu. Istilah ketahanan atau daya tahan dalam dunia olahraga dikenal sebagai kemampuan peralatan organ tubuh olahragawan untuk melawan kelelahan seelama berlangsungnya aktivitas atau kerja, latihan ketahanan dipengaruhi dan berdampak pada kualitas atlet. Oleh karena itu faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan adalah kemampuan maksimal dalam memenuhi konsumsi oksigen. 2. Hubungan dengan Prestasi Hubungan antara ketahanan dan kinerja (penampilan) fisik olahragawan dengan prestasi diantaranya adalah: a. Kemampuan untuk melakukan aktivitas kerja secara terus menerus dengan intensitas yang tinggi dan dalam jangka waktu lama. b. Kemampuan untuk memperpendek waktu pemulihan (recovery), terutama pada cabang olahraga pertandingan dan permainan. c. Kemampuan untuk menerima beban latihan yang lebih berat, lebih lama, dan berfariasi. 4

5 Dengan demikian olahragawan yang memiliki ketahanan baik akan mendapatkan keuntungan selama bertanding, diantaranya mampu : a. Menentukan irama dan pola permainan. b. Memelihara atau mengubah irama dan pola permainan sesuai yang diinginkan. c. Berjuang secara ulet dan tidak mudah menyerah selama bertanding. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Tahan Tubuh a. Latihan (exercise) Tingkat kebugaran dapat diukur dari volume dalam mengkonsumsi oksigen saat latihan pada volume dan kapasitas maksimum. Kelelahan atlet yang dirasakan akan menyebabkan turunnya konsentrasi. b. Makanan Pola makan yang baik penting bagi tenaga. Diet yang benar dan konsisten akan terlihat hasilnya saat berlatih. Baberapa pedoman umum nutrisi olahragawan 1) Makanan mengandung karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. 2) Karbohidrat dan lemak merupakan zat yang digunakan untuk pembakaran. 3) Kebutuhan protein selama latihan tidak terlalu meningkat. 4) Vitamin dan mineral perlu untuk metabolisme, tetapi bila diberikan berlebihan tidak meningkatkan prestasi (Husaini, 2010)

6 4. Cara Pengukuran Daya Tahan Tubuh Daya tahan tubuh menurut Depkes RI (2005) dapat diukur dengan : a. Tes lari 12 menit Cooper Penilaian yang dilakukan dengan melihat jarak yang dapat dicapai selama berlari 12 menit berlari. b. Tes lari 2,4 km Penilaian yang dilakukan dengan melihat waktu yang diperlukan untuk lari 2,4 km. c. Tes dengan Ergocycle Tes ini dilakukan dengan menggunakan suatu sepeda ergometer yang diam/statis, dipergunakan untuk menilai kebugaran berdasarkan kemampuan aerobik (kemampuan menghirup oksigen) seseorang. d. Tes naik turun bangku 1) Harvard step test menggunakan bangku setinggi 45 cm biasanya digunakan khusus untuk laki-laki. Tes ini dikembangkan oleh Luciana Brouha dan kawankawandi University Havard pada tahun 1943. Tujuan dari tes ini adalah mengukur kemampuan tubuh untuk menyesuaikan terhadap beban kerja, dan pulih asal dari kerja tersebut. (Sudarno SP, 2002) 2) Queen s College step test menggunakan bangku setinggi 57 cm. 3) YMCA 3 minute step test menggunakan bangku setinggi 31 cm biasanya digunakan untuk tes masal.

7 B. Zat Gizi Gizi adalah proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, fungsi normal, serta menghasilkan energi. (Supriasa, 2001) Secara umum makanan bagi atlet sama dengan orang biasa, yaitu 60-70% karbohidrat, 10-15% protein, 20-25%. Seorang pemain sepakbola memerlukan energi sekitar 4.500 kkal atau 1,5 lebih banyak kebutuhan energi orang dewasa normal dengan postur tubuh yang relatif sama, sepak bola dikatagorikan melakukan aktifitas berat. (Husaini, 2010) 1. Energi dan Daya Tahan Tubuh Atlet Energi berkaitan dengan aktivitas fisik, menunjukkan kapasitas kerja tubuh. Satuan energi dinyatakan dalam kalori/ kilokalori/ Kkal. Tingkat kebugaran dapat diukur dari volume dalam mengkonsumsi oksigen saat latihan pada volume dan kapasitas maksimum. Kebutuhan energi merupakan prioritas yang utama bagi atlet. Keseimbangan energi untuk menjaga masa jaringan-jaringan, imun dan fungsi-fungsi reproduksi, dan penampilan optimal atlet. Dengan pemasukan energi, lemak dan masa otot dapat digunakan oleh tubuh untuk sumber cadangan energi. Pengeluaran energi dapat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, masa tubuh, berat lemak tubuh, intensitas, frekuensi dan durasi latihan. Sesuai prinsip dasar gizi seimbang yang mengandung cukup karbohidrat, lemak, protein, mineral, air, dan serat. (Husaini, 2010) Sepakbola merupakan aktivitas fisik berat dengan penggunaan energi 7,5-9,9 kal/menit. Pemain sepakbola dalam sehari-harinya juga memerlukan tambahan kalori 4.500 kalori atau 1,5 lebih besar dibandingkan orang yang berumur dan postur tubuh yang relatif sama,

8 maka perlu diperhatikan keseimbangan gizinya untuk menghindari kekurangan maupun kelebihan gizi. (Husaini, 2010) 2. Protein dan Daya Tahan Tubuh Atlet Makanan tinggi protein sebaiknya dihindarkan, sebab dari metabolisme protein akan terjadi sisa zat yang bersifat toksik, seperti amonia dan urea. Asupan protein yang berlebihan akan memaksa ginjal dan hati bekerja ekstra untuk detoksikasi (penawar racun). Amonia dan asam organik sisa metabolisme protein akan menjadi diuretika yang memudahkan kita mengeluarkan urine, sehingga akan memberatkan atlet selama bertanding. Pembuangan sisa metabolisme protein ini diikuti hilangnya berbagai mineral penting, seperti potasium, kalsium dan magnesium yang pada akhirnya akan menyebabkan dehidrasi, daya tahan menurun dan juga bisa menyebabkan terjadinya stroke atau gangguan otak. Protein juga bukanlah sumber energi instan yang siap pakai, sebab untuk menjadi energi harus menghilangkan unsur nitrogen terlebih dahulu yang memerlukan rangkaian proses cukup panjang. Makanan menjelang bertanding sebaiknya terdiri atas menu ringan yang sudah dikenal atau biasa dikonsumsi atlet, sebab makanan mempunyai arti emosional dan harus diingat bahwa ketegangan menjelang bertanding akan berpengaruh terhadap prestasi. Disamping itu pilihlah makan yang mudah dicerna, hindarkan makanan berlemak, karena karena akan membebani percernaan pada saat hari pertandingan. Protein berfungsi memelihara pertumbuhan dan memperbaiki jaringan tubuh, untuk perkembangan otot selama periode pembinaan dan latihan serta sebagai sumber energi selama olahraga pada saat cadangan energi berkurang. Kebutuhan protein untuk atlet yang berolahraga ringan = 1,0 gram/ kg BB/ hari, sedangkan kebutuhan protein untuk atlet yang rutin berlatih = 1,2 gram/ kg BB/ hari, atlet remaja (sedang tumbuh) 1,5

9 gram/ kg BB/ hari, dan atlet yang memerlukan otot 1,5 gram/ kg BB/ hari. (Husaini, 2010) C. Cara Pengukuran Tingkat Konsumsi Tingkat konsumsi diukur menurut klasfikasi yang ditetapkan oleh Suparisa, dkk (2001) diantaranya : 1. Tingkat Nasional Untuk pengukuran konsumsi makanan pada tingkat nasional dengan cara Food Balance Sheet (FBS). Data Food Balance Sheet (FBS) tidak dapat memberikan informasi tentang distribusi dari makanan yang tersedia tersebut untuk berbagai daerah, apalagi gambaran distribusi ditingkat rumah tangga atau perorangan. Selain itu juga tidak menggambarkan perkiraan konsumsi pangan masyarakat berdasarkan status ekonomi, keadaan ekologi, keadaan musim dan sebagainya. Oleh karena itu FBS tidak boleh dipakai untuk menentukan status gizi masyarakat suatu negara atau wilayah. 2. Tingkat Rumah Tangga a. Metode Pencatatan (food account) Metode pencatatan dilakukan dengan cara keluarga mencatat setiap hari semua makanan yang dibeli, diterima dari orang lain maupun yang di produksi sendiri. b Metode Pendaftaran Makanan (food list method) Metode pendaftaran ini dilakukan dengan menanyakan dan mencatat seluruh bahan makanan yang digunakan keluarga selama periode survei dilakukan (biasanya 1-7 hari). Pencatatan dilakukan berdasarkan jumlah bahan makanan yang dibeli, harga dan nilai

10 pembelinya, termasuk makanan yang dimakan anggota keluarga diluar rumah. c. Metode inventaris (infentory method) Metode inventaris ini juga sering disebut log book method. Prinsipnya dengan cara menghitung atau mengukur semua persediaan makanan di rumah tangga (berat dan jenisnya) mulai dari awal sampai akhir survei. d. Pencatatan makanan rumah tangga (household record) Pengukuran dengan metode household food record ini dilakukan dalam periode satu minggu oleh responden sendiri. Dilaksanakan dengan menimbang atau mengukur dengan URT seluruh makanan yang ada di rumah termasuk cara pengolahannya. e. Metode Telefon Survei konsumsi dengan metode telefon semakin banyak digunakan terutama untuk daerah perkotaan dimana sarana komunikasi telefon sudah cukup tersedia. 3. Tingkat Individu atau Perorangan a. Metode Recall 24 jam Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini responden, ibu atau pengasuh (bila anak masih kecil) yang berperan aktiv, ibu disuruh menceritakan semua yang dimakan dan diminum anaknya selama 24 jam yang lalu (kemarin).

11 1) Kelebihan metode Recall 24 jam : a) Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden. b) Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas untuk wawancara. c) Cepat,sehingga dapat mencakup banyak responden. d) Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf. e) Dapat memberikan gambaran nyata yang benar benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari. 2) Kekurangan metode Recall 24 jam: a) Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari hari bila hanya dilakukan recall satu hari. b) Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden. c) The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan bagi responden yang gemuk cenderung untuk melaporkan konsumsinya lebih sedikit (under estimate). d) Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam menggunakan alat alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat. e) Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian. f) Untuk mendapat gambaran konsumsi makanan sehari hari recall jangan dilakukan pada saat panen, hari pasar, akhir pekan, pada saat melakukan upacara-upacara keagamaan, selamatan dan lain lain.

12 b. Estimated Food Record Metode ini disebut juga food records atau diary records, yang dilakukan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang ia makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam Ukuran Rumah Tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (2 4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan pengolahahan makanan tersebut. c. Penimbangan Makanan (Food Weighing) Pada metode ini responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama 1 hari. d. Metode Riwayat Makan ( Dietary History Method) Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama (bisa 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun). d. Metode Frekuensi Makanan (food frequency) Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu. D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penelitian Dalam penelitian ini, telah diusahakan untuk menghindari adanya kemungkinan kesalahan selama melakukan penelitian sehubungan dengan pengambilan data. Maka dibawah ini dikemukakan variabel yang dikendalikan meliputi beberapa faktor dan usaha untuk menghindarinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi penelitian diantaranya adalah:

13 1. Faktor Psikologis Sampel Yang termasuk faktor psikologis di sini yaitu 1) Intelektual/kecerdasan yang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan bakat yang dimiliki oleh sampel, 2) Motivasi baik yang datang dari dalam maupun dari luar diri sampel seperti perasaan harga diri, kepercayaan diri, perasaan sehat, sedangkan yang dari luar adalah penghargaan, pujian dan lain-lain. 2. Faktor Kegiatan Sampel di Luar Penelitian Kegiatan di luar atau sebelum diadakan penelitian sangatlah sulit untuk dipantau sehingga sebelum tes dilaksanakan penulis dengan bantuan pembina program kesehatan dan olahraga memberi pengertian pada testee untuk melakukan kegiatan yang tidak melelahkan kondisi fisiknya. 3. Faktor Alat Alat maupun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diupayakan selengkap mungkin dan dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum tes dimulai. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang kelancaran jalannya penelitian. 4. Faktor Kondisi dan Kemampuan Sampel Kondisi dan kemampuan sampel tidaklah sama sehingga sebelum melakukan test penulis bersama pembina program kesehatan dan olahraga menanyakan kesehatan dan mengelompokkan sampel sehingga lebih mudah untuk mengadakan koreksi.

14 E. Kerangka Teori Budaya Disiplin Exercise/Latihan Kualitas atlet Umur,jenis kelamin, ras, kemampuan, kelincahan, kekuatan Kepatuhan diet Konsumsi gizi, termasuk Energi dan Protein Semangat Daya Tahan Tubuh/Kebugara Diukur Dengan Havard Step Test (Disarikan oleh Depkes RI : 2000)

15 F. Kerangka Konsep Tingkat Konsumsi Energi Daya Tahan Tubuh Atlet Tingkat Konsumsi Protein ( Disarikan oleh Depkes RI : 2000) G. Hipotesis 1. Ada hubungan tingkat konsumsi energi dengan daya tahan tubuh atlet PPLP sepakbola Salatiga. 2. Ada hubungan tingkat konsumsi protein dengan daya tahan tubuh atlet PPLP sepakbola Salatiga.