Yuli Hendra Saputra, M. Syahrir R. dan Anugrah Aditya B.

dokumen-dokumen yang mirip
J. Aquawarman. Vol. 3 (1) : April ISSN : AQUAWARMAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

3. METODE PENELITIAN

Indeks Gonad Somatik Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr.) Yang Masuk Ke Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak

3. METODE PENELITIAN

ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

III. METODE PENELITIAN

STUDI ASPEK REPRODUKSI IKAN BAUNG (Mystus nemurus Cuvier Valenciennes) DI SUNGAI BINGAI KOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

Reproductive Biology of Featherback Fish (Notopterus notopterus Pallas, 1769) from the Sail River, Pekanbaru Regency, Riau Province

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

ASPEK REPRODUKSI IKAN KAPASAN (Gerres kapas Blkr, 1851, Fam. Gerreidae) DI PERAIRAN PANTAI MAYANGAN, JAWA BARAT

Randy Aditya, Paulus Taru dan Adnan

Naskah Publikasi TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN WADER. (Rasbora argyrotaenia) DI SEKITAR MATA AIR PONGGOK KLATEN JAWA TENGAH

3. METODE PENELITIAN

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan lokasi

HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN REPRODUKSI IKAN KEMBUNG LELAKI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi

3. METODE PENELITIAN

oaj STUDI PERTUMBUHAN DAN BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LEMEDUK (Barbodes schwanenfeldii) DI SUNGAI BELUMAI KABUPATEN DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842)

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

Titin Herawati, Ayi Yustiati, Yuli Andriani

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

Berk. Penel. Hayati: 15 (45 52), 2009

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN PELANGI MERAH (Glossolepis incisus Weber, 1907) DI DANAU SENTANI LISA SOFIA SIBY

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

Pertumbuhan Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) Di perairan Sungai Aek Alian Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara

Keyword: Osteochilus wandersii, Rokan Kiri River, GSI, fecundity, and eggs diameter

Biologi reproduksi ikan belanak (Moolgarda engeli, Bleeker 1858) di Pantai Mayangan, Jawa Barat

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG (Decapterus russelli) DAN IKAN BANYAR (Rastrelliger kanagurta) YANG DIDARATKAN DI REMBANG, JAWA TENGAH

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)

Gambar 4. Peta lokasi pengambilan ikan contoh

FEKUNDITAS DAN DIAMETER TELUR IKAN GABUS (Channa striata BLOCH) DI DAERAH BANJIRAN SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN

HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN INDEKS KEMATANGAN GONAD IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata) DI PERAIRAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA

LIRENTA MASARI BR HALOHO C SKRIPSI

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN SENGARAT (Belodontichtys dinema, Bleeker 1851) DI SUNGAI TAPUNG, PROVINSI RIAU ABSTRACT

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

Reproduksi ikan rejung (Sillago sihama Forsskal) di perairan Mayangan, Subang, Jawa Barat

POTENSI UDANG DOGOL (Metapenaeus ensis) DI KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH. Abstrak

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN SEPATUNG, Pristolepis grootii Blkr (NANDIDAE) DI SUNGAI MUSI

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) VII (1): ISSN:

Gambar 3 Peta Lokasi Penelitian

TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN TEMBANG (Clupea platygaster) DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH, GRESIK, JAWA TIMUR 1

I. PENDAHULUAN. No.45 tahun 2009 tentang perikanandisebutkan dalam Pasal 1,perikanan

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan Lumo (Labiobarbus ocellatus) menurut Froese R, Pauly D

ABSTRACT CHARLES P. H. SIMANJUNTAK

ASPEK REPRODUKSI IKAN PARANG-PARANG (Chirocentrus dorab Forsskal 1775) DI PERAIRAN LAUT BENGKALIS KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

ASPEK REPRODUKSI IKAN LAIS DANAU (Ompok hypophthalmus Bleeker, 1846) DI SUNGAI TAPUNG HILIR PROVINSI RIAU

Beberapa contoh air, plankton, makrozoobentos, substrat, tanaman air dan ikan yang perlu dianalisis dibawa ke laboratorium untuk dianalisis Dari

ASPEK BIOLOGI IKAN LAYUR (Trichiurus lepturus) BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN DI PPP MORODEMAK

KEPADATAN POPULASI DAN REPRODUKSI IKAN BELANAK (Mugil dussumieri) DI PERAIRAN BELAWAN, SUMATERA UTARA TESIS OLEH ALI RAMADHAN /BIO

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN SUMPIT (Toxotes microlepis Gunther 1860) DI PERAIRAN SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI

Biologi Reproduksi Ikan Belida (Notopterus notopterus Pallas, 1769) di Kolong-Bendungan Simpur, Pulau Bangka

Tingkat Kematangan Gonad Ikan Lais (Ompok hypopthalmus) yang Tertangkap di Rawa Banjiran Sungai Rungan Kalimantan Tengah

Reproductive Biology of Trichogaster pectoralis From Flood Plane captured in the Tangkerang Barat District and Delima District.

Reproductive Biology of Mystacoleucus padangensis in Waters Naborsahan River and Toba Lake Tobasa Regency Province North Sumatra.

ASPEK REPRODUKSI IKAN LIDAH, Cynoglossus lingua H.B DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH, JAWA TIMUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

POTENSI REPRODUKSI IKAN LALAWAK (Barbodes sp) PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. : Actinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Barbichthys laevis (Froese and Pauly, 2012)

3. METODE PENELITIAN

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1) :22-26 (2016) ISSN :

Muhammad Syahrir R. Keywords: fish growth pattern, allometric, isometric, condition factor, Muara Ancalong, Muara Bengkal.

BAB I PENDAHULUAN UMUM

Aspek reproduksi ikan banyar, Rastrelliger kanagurta (Cuv. 1817) di perairan utara Aceh

SIKLUS REPRODUKSI TAHUNAN IKAN RINGAN, TIGER FISH (Datnioides quadrifasciatus) DI LINGKUNGAN BUDIDAYA AKUARIUM DAN BAK

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal) DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Febyansyah Nur Abdullah, Anhar Solichin*), Suradi Wijaya Saputra

I. PENDAHULUAN. tengah dan selatan wilayah Tulang Bawang Provinsi Lampung (BPS Kabupaten

ANALISIS BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI KEPITING BAKAU (SCYLLA SERRATA) DI PERAIRAN SEGARA ANAKAN, KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH

Kajian Aspek Reproduksi Ikan Lais Ompok hypophthalmus di Sungai Kampar, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Prosedur Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengenai fenomena alam yang ada disekitar. Kurangnya sumber belajar seperti

PROFIL REPRODUKSI IKAN SUNGAI LOGAWA WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Klasifikasi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai dari April hingga September

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

UJI VARIABEL FEKUNDITAS, VARIABEL TKG DAN IKG DALAM SKALA RASIO KELAMIN PADA IKAN NOMEI (HARPODON NEHEREUS)

5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI

Aspek Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Sebagai Landasan Pengelolaan Teknologi Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal

Transkripsi:

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii, Bleeker 1851) DI RAWA BANJIRAN SUNGAI MAHAKAM KECAMATAN MUARAWIS KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Reproduction Biology of Mad Barb (Leptobarbus hoevenii, Bleker 1851) In Floods Plaints Mahakam Rivers Subdistrict Muara Wis District Kutai Kartanegara Province East Kalimantan) YULI HENDRA SAPUTRA 1), M. SYAHRIR R. 2) dan ANUGRAH ADITYA B. 2) 1) Mahasiswa Jurusan MSP-FPIK, Unmul 2) Staf Pengajar Jurusan MSP-FPIK, Unmul Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman Jl. Gunung Tabur No. 1 Kampus Gunung Kelua Samarinda E-mail: yulihendrasaputra@gmail.com ABSTRACT Study of reproduction aspect of mad barb was conducted on March until April 2016 at 11 point sampling in flood plaints Mahakam Rivers. The result of the study was showed that sex ratio dominated by male in 5:1 (5 male and 1 female). Based on gonad somatic level (GSL) was assumed this fish have length maturnity since 26-32 cm. The results of gonad somatic index (GSI) from all sample aproximately 0,16-2,67 % with GSI male fish 0,16-2,67 % and female fish 0,16-0,96 %. There only one female fish was captured in this research with gonad somatic level (GSL) III, the weight of the body is 700 gram with total lenght 37 cm and weight of the gonad is 4 gram this female produce 3060 eggs. Keywords: Leptobarbus hoevenii, mad barb, GSI, GSL, flood plaints Mahakam Rivers. PENDAHULUAN Rawa Banjiran Sungai Mahakam merupakan salah satu bagian dari perairan umum yang memegang peranan penting dalam menghasilkan ikan air tawar (Samuel et al., 2002).Ikan jelawat (Leptobarbus hoevenii)merupakan salah satu ikan asli Indonesia yang terdapat di beberapa sungai di Kalimantan dan Sumatera (Kottelat et al., 1993).Di Kalimantan Timur yang memiliki luas wilayah daratan 127.267,52 km 2 (Bappeda Kaltim, 2014), terdapat habitat dari ikan jelawat yang tersebar di berbagai wilayah perairan umum, salah satunya berada di rawa banjiran Sungai Mahakam Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Ikan jelawat merupakan salah satu komoditas perikanan tangkap yang penting bagi nelayan di Muara Wis karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Telah dikembangkan kegiatan budidaya ikan jelawat menggunakan keramba jaring apung (KJA) namun kebutuhan benihnya masih mengandalkan benih dari hasil penangkapan. Hasil dari penangkapan selain sebagai benih untuk budidaya KJA oleh nelayan digunakan sebagai pakan alami untuk ikan-ikan karnivora yang dibudidayakan seperti ikan toman (Channa micropeltes), termasuk didalamnya ikan jelawat sebagai pakannya. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis. Vol. 21. No. 2, April 2016: 048 054 Diterima 16 November 2015. Semua hak pada materi terbitan ini dilindungi. Tanpa izin penerbit dilarang untuk mereproduksi atau memindahkan isi terbitan ini untuk diterbitkan kembali secara elektronik atau mekanik. 48

Besarnya nilai manfaat dari ikan jelawat dan model eksploitasi pemanfaatannya serta kondisi habitat yang menurun memungkinkan terjadinya tekanan populasi pada ikan jelawat sehingga di khawatirkan akan terjadi kepunahan terhadap ikan jelawat. Dibutuhkan data-data yang berkaitan dengan biologi reproduksi ikan ini sebagai dasar pengelolaannya dan pengembangan ikan jelawat dimasa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beberapa aspek reproduksi ikan jelawat di Rawa Banjiran Sungai Mahakam, Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.Aspek tersebut meliputi Nisbah Kelamin, Tingkat Kematangan gonad (TKG), Indeks Kematangan Gonad (IKG), dan Fekunditas. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan ± 2 bulan mulai bulan Maret hingga April 2016 di rawa banjiran Sungai Mahakam Kecamatan Muarawis, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Ikan contoh yang dikumpulkan di dapatkan dari tangkapan nelayan dan diambil seluruh hasil tangkapannya.alat tangkap yang digunakan adalah ancau, sawaran dan belat. Gambar 1. Lokasi penelitian Ikan contoh kemudian dimasukkan stirifoam yang di isi dengan formalin 10 % dan selanjutnya dibawah ke Laboratorium Ekobiologi Perairan untuk selanjutnya di analisis.nisbah kelamin dianalisis dengan menggunakan perbandingan antara jumlah ikan jantan dan ikan betina yang diperoleh selama penelitian. Nisbah kelamin yaitu jumlah ikan jantan perjumlah ikan betina atau sebaliknya (Kandel et al., 2013) atau perbandingan jumlah ikan jantan dan ikan betina dengan rumus: 49

X = J / B atau X = J : B Keterangan : X = Nisabah Kelamin J = Jumlah ikan jantan (ekor) B = Jumlah ikan betina (ekor) Penentuan tingkat kematangan gonad (TKG) ikan jantan dan betina ditentukan secara morfologis mencakup warna, bentuk, dan ukuran gonad.perkembangan gonad secara kualitatif ditentukan dengan mengamati TKG I-V berdasarkan morfologi gonad, mengacu pada diskripsi menurut Effendi (1979). Indeks kematangan gonad adalah suatu nilai dalam persen yang merupakan perbandingan antara bobot gonad dan bobot tubuh ikan (termasuk gonad) dikalikan 100%: IKG = Bg / Bt x 100% Keterangan : IKG = Indeks Kematangan Gonad (%) Bg= Bobot Gonad (gr) Bt= Bobot Tubuh (gr) Fekunditas diasumsikan sebagai jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan yang telah mencapai TKG IV.Cara mendapatkan telur yaitu dengan mengambil telur dari ikan betina, dengan mengangkat seluruh gonadnya dari dalam perut ikan yang telah di awetkan. Fekunditas dapat dihitung dengan metode gravimetrik dengan rumus (Effendi, 1997): G F= x N Q Keterangan : F = Fekunditas (butir) G = Berat gonad (g) Q = Gonad contoh (g) N = Jumlah telur setiap gonad contoh Sebagai data pendukung diukur berbagai parameter kualitas air yang berperan penting dalam kehidupan ikan. Alat dan metode pengukuran parameter fisika dan kimia perairan dengan kajian perbandingan kriteria mutu air kelas 3 (Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur No. 02 Tahun 2011). HASIL DAN PEMBAHASAN Nisbah Kelamin Nisbah kelamin ikan jelawat dari 96 sampel yang diukur, diperoleh perbandingan ikan jantan dan betina sebesar 5:1.Ikan jantan sebanyak 79 ekor dan ikan betina sebanyak 17 ekor. Dari perbandingan ini diketahui bahwa untuk proses pemijahan di alam jumlah ikan jantan dan betina tidak seimbang. Menurut Ball & Rao (1984) untuk mempertahankan kelangsungan hidup dalam suatu populasi, perbandingan jantan dan betina diharapkan berada dalam kondisi seimbang, setidaknya ikan betina lebih banyak. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perbandingan jumlah ikan jantan dan betina di alam sangat jauh, apabila kondisi ini terus berlangsung dikhawatirkan kondisi ikan jelawat di alam akan berkurang dan dapat terjadi kepunahan. 50

Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Dalamproses reproduksi, sebelum terjadi pemijahan, sebagian besar hasil metabolisme tubuh ditujukan untuk perkembangan gonad. Perkembangan gonad semakin meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat kematangan gonad (TKG) (Sjafei et al. 1992). Tabel 1. Jumlah ikan jelawat ( Leptobarbus hoevenii ) pada tingkat kematangan gonad yang diperoleh selama penelitian berserta kisaran bobot tubuh dan panjang tubuh. Jenis Kelamin TKG Jumlah (Indivudu) Kisaran Bobot Tubuh (g) Kisaran Panjang Tubuh (cm) Jantan I 34 3,2-15,3 2,3-16,3 II 2 219,5-229,5 26,6-27,2 III 33 276-710 26,7-37,8 IV 8 419-1266 32,3-44,7 V 2 870-1150 40,2-43,6 Jumlah 79 Betina I 16 2,9-13.2 3,6-17,5 III 1 700 37 Jumlah 17 Keterangan: TKG = Tingkat Kematangan Gonad Tingkat kematangan gonad ikan dapat dipergunakan sebagai pendunga status reproduksi ikan, umur, dan ukuran pertama kali matang gonad (Effendi, 1997).Sebagian besar hasil dari penelitian masuk dalam kategori TKG I dan masih tergolong juvenil.komposisi ikan jantan lebih banyak dibandingkan dengan ikan betina yaitu 79 ekor ikan jantan dan 17 ekor ikan betina. Gambar 2. Tingkat kematangan gonad ikan jelawat jantan dan betina selama penelitian berlangsung 51

Pada penelitian ini ditemukan ikan jelawat dengan panjang maximum 44,7 cm dan panjang rata-rata 20,83 cm, hal ini berbeda dengan data ikan jelawat yang berada di Sungai Mekong, Kamboja yang memiliki panjang maximum 100 cm dan panjang rata-rata 50 cm (Fishbase, 2004). Length maturnity pada penelitian ini kemungkinan dimulai dari ukuran 26 cm pada awal TKG III sampai 32 cm pada awal TKG IV. Pola sebaran TKG menunjukkan bahwa musim pemijahan ikan jelawat kemungkinan terjadi pada saat musim penghujan. Hal ini terlihat dengan ditemukannya ikan jelawat yang telah matang gonad dan siap memijah (TKG III dan TKG IV) pada saat itu curah hujan tinggi pada pertengahan sampai akhir bulan april 2016, curah hujan pada saat itu tinggi sehingga terjadi luapan air sungai atau banjir. Melimpahnya air pada suatu perairan akan mempengaruhi ketinggian permukaan air sehingga terjadi perubahan suhu yang akan merangsang ikan untuk melakukan pemijahan (Lagler, 1972). Dari hasil pengamatan secara morfologi ditemukan pada ikan jantan kisaran IKG terkecil pada TKG I sekitar 0,16-0,59 % dan yang terbesar pada TKG IV sekitar 0,72-2,67 %, sedangkan pada ikan betina TKG I sekitar 0,16-0,69 % dan pada TKG III sebesar 0,57 %. Indeks Kematangan Gonad (IKG) Tabel 2.Indeks kematangan gonad ikan jelawat selama penelitian. Jenis Kelamin TKG Jumlah Individu Kisaran IKG ( %) Jantan I 24 0,16-0,59 II 2 0,57-0,82 III 33 0,45-1,68 IV 8 0,72-2,67 V 2 0,32-0,54 Betina I 15 0,16-0,69 III 1 0,57 Keterangan: IKG = Indeks Kematangan Gonad Pada umumnya kisaran IKG ikan betina lebih besar dibandingkan dengan IKG ikan betina lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan (Effendi, 1997). Hal ini juga terlihat pada penelitian ini kisaran IKG ikan betina TKG I lebih besar daripada IKG ikan jantan TKG I. Perbedaan ukuran gonad ikan jantan dan betina menjadi penyebabnya, biasanya ovarium ikan betina akan lebih berat dibandingkan testis ikan jantan. Pada umumnya pertambahan berat gonad ikan betina berkisar 10-25 % dari berat tubuhnya, sedangkan pada ikan jantan berkisar antara 10-15 % (Effendi, 1997). Indeks kematangan gonad akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan berat gonad berat gonad ikan tersebut (Effendi, 1997). Fekunditas Fekunditas pada ovari secara morfologi dapat dideteksi pada telur yang telah mencapai tingkat kematangan gonad IV, akan tetapi pada penelitian ini tidak ditemukan ikan betina pada TKG IV. Ikan jelawat betina yang didapat yaitu paling besar pada TKG III sebanyak satu ekor, yang mana bobotnya gonadnya sebesar 4 g, panjang tubuh 37 cm, dan bobot tubuh sebesar 700 g. Hasil perhitungan fekunditas dari bobod gonad 4 g adalah 3.360 butir. Nilai tersebut menunjukkan potensi telur yang nanti akan dihasilkan dalam proses pemijahan. 52

Tabel 3. Perhitungan fekunditas ikan jelawat betina No. Berat Gonad (gr) Berat Gonad Contoh (gr) Jumlah Telur Gonad Contoh (Butir) Fekunditas (Butir) 43 4 0,2 153 3060 Informasi mengenai reproduksi ikan jelawat matang gonad berukuran bobot tubuhnya antara 1,4 2,9 kg untuk ikan betina, dan 1 2,6 kg untuk ikan jantan, dengan fekunditas rata-ratanya adalah sebanyak 140.438 butir. Sedangkan pada perairan alami bobot ikan jelawat yang memijah di perairan Muara Tebo, Jambi berkisar antara 3,7 5 kg, dengan ukuran panjang 46 58 cm. Di Sungai Tembeling, Malaysia bobot rata-rata ikan jelawat yang memijah adalah 2,5 kg (Anonim, 2009). Fekunditas yang diperoleh selama penelitian sebanyak 3.060 butir berbeda dengan fekunditas ikan jelawat ditempat lain sebanyak 140.438 butir, selain itu perbedaan berat tubuh ikan jelawat yang telah matang gonad selama penelitian juga menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini mungkin terjadi karena kondisi habitat ikan jelawat selama penelitian mulai berkurang dan eksploitasi penangkapan yang berlebihan sehingga reproduksi ikan jelawat mengalami penurunan. Kondisi kualitas air disekitar danau melintang hampir sama dengan kondisi rawa pada umumnya, pada saat penelitian terdapat banyak tumbuhan air yang memenuhi danau dan nelayan sekitar memasang alat tangkap berada disekitar tumbuhan air. Tabel 4.Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia disekitar lokasi penelitian. Parameter Satuan Stasiun Baku mutu Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 kelas III Fisika Suhu 0 C 29 28 29 Deviasi 3 Kedalaman Cm 230 30 340 Kecerahan Cm 30 30 45 Kimia ph 5,51 5,53 5,58 6-9 DO mg/l 1,6 0,85 1,3 3 Perairan rawa banjiran sungai Mahakam banyak ditumbuhi oleh tumbuhan air seperti dalam daftar tabel berikut: Tabel 5.Jenis tumbuhan yang berada disekitar lokasi penelitian. No. Jenis Tumbuhan Lokasi Habitat 1 Enceng gondok (Eichornia Disekitar alat tangkap Rawa banjiran crassippes) sawaran dan ancau 2 Kumpai minyak (Panicium Disekitar alat tangkap Rawa banjiran stagnium) sawaran dan ancau 3 Babatungan (Polygonum Disekitar alat tangkap Rawa banjiran barbatum) sawaran dan ancau 4 Luteng (Hydnocarpus anthelminticus) Disekitar alat tangkap bubu Sekitar Sungai 53

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Nisbah Kelamin ikan jelawat (Leptobarbus hoevenii) selama penelitian jumlah yang ditemukan tidak seimbang antara jumlah ikan jantan dan betina dengan perbandingan 5:1. 2. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) pada ikan jelawat (Leptobarbus hoevenii) jantan yaitu TKG I, II, III, IV dan V sedangkan pada ikan betina yaitu TKG I dan III. Ikan jelawat betina mempunyai Indeks Kematangan Gonad (IKG) relatif lebih kecil dibandingkan ikan jantan disetiap tingkat kematangan gonad (TKG). Ikan jelawat betina dengan TKG IV tidak ditemukan dalam penelitian ini, yang diperoleh adalah ikan betina dengan TKG III dengan fekunditas sebanyak 3.060 butir. Saran 1. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk memperoleh data yang lebih akurat. 2. Perlu diadakan penelitian lanjutan supaya mendapatkan data tentang tingkat kematangan gonad ikan jelawat betina mulai dari TKG I-V. 3. Perlu diadakan tindakan pelestarian untuk menjaga keberadaan ikan jelawat yang merupakan ikan asli Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2009. Ikan Jelawat. Online :http://per-ikan-an.blogspot.co.id/2009/08/ikan-jelawat.html. Diakses pada tanggal 10 Mei 2016. Bal, D. V. & K. V. Rao. 1984. Marine fisheries. Tata McGraw-Hill Publishing Company, New Delhi, 51-73 pp BAPPEDA KALTIM, 2015. Profil Daerah PROV. KALTIM. Online: http://www.bappedakaltim.com/profil/profil-daerah-kaltim.html. Di akses pada tanggal 17 Desember 2015. Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara Effendi,M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 Halaman. FISHBASE, 2004.Leptobarbus hoevenii (Blekeer, 1851). Online: http://www.fishbase.org/summary/speciessummary Kandel, K E, Mohammad, S.2, mostafa A M dan Abd. Alla, MA. 2013. Reproductive biology of the cockle Cerastoderma glanser (Bivalvia : Cardiidae) from lake Qarun, Egypt. The Egyptian Journal of Aquatic Research 3(4) : 249-260. Lagler, K. F. 1972. Freshwater Fishery Biology. W. M. C. Hal. 371-191. BrownCompany Publisher Dubuque. Iowa. Peraturan Daerah Kalimantan Timur. No 02 Tahun 2011. Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Samuel, Adjie, S. & Nasution, Z. 2002. Aspek lingkungan dan biologi ikan di Danau Arang-arang, Provinsi Jambi. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 8(1): 1-11. Sjafei, D.S. 1992. Fisiologi Ikan II. Reproduksi Ikan IPB. Bogor. 54