BAB I PENDAHULUAN. golongan pedagang adalah orang-orang yang dalam pekerjaan sehari-harinya

dokumen-dokumen yang mirip
PEKERJA SEKTOR INFORMAL. Oleh. Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo.

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja yang

FENOMENA PASAR KREMPYENG MALAM HARI PETERONGAN KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR TKP 481. Oleh: VERA P.D. BARINGBING L2D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya jumlah tenaga kerja yang tidak seimbang dengan sempitnya

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosiologi pada hakikatnya bukanlah semata-mata ilmu murni yang hanya

BAB I PENDAHULUAN. otoriter juga dipicu oleh masalah ekonomi dan adanya perubahan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan maupun di pedesaan. Eksisnya pasar tradisional di tengah-tengah

IDENTIFIKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI TAMAN SERIBU LAMPU KOTA CEPU TUGAS AKHIR. Oleh: IKA PRASETYANINGRUM L2D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian terhadap perlindungan sosial bagi para pekerja di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Pasar adalah tempat yang mempunyai unsur-unsur sosial, ekonomi, kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila. Salah satu cara mencapai keadaan tersebut diprioritaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seli Septiana Pratiwi, 2014 Migran PKl dan dampaknya terhadap ketertiban sosial

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan investasi dan ekspor. Pertumbuhan ekonomi tahun 2015, berasal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DALAM BERAKTIVITAS DAN MEMILIH LOKASI BERDAGANG DI KAWASAN PERKANTORAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang

melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah. Sehingga kebijakan tidak bersifat satu arah. Kebijakan bisa dibilang

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen diduga muncul dikarenakan harga dan store atmosphere

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan cita-cita bangsa yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Sehingga lebih memilih bekerja di sektor informal.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di negara berkembang, seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin telah menyusun

BAB I PENDAHULUAN. Apalagi, seperti yang terjadi saat ini, mall mall berkembang dengan sangat pesat di pusat

BAB I PENDAHULUAN. peran pasar yang menopang kehidupan para pengusaha kecil. menengah. Dengan terus memperhatikan kinerja pedagang dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar modern. Lokasi yang strategis, area

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan di daerah tersebut. Tinggi-rendahnya aktivitas perdagangan

Kewirausahaan II. Menjalankan Usaha ( Bagian 2 ) Penentuan Lokasi Usaha Studi Kasus : Restoran. Rizal, S.ST., MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu pasar mengalami evolusi bentuk tempat dan cara

BAB I PENDAHULUAN. sistem pemerintahan di negara Indonesia khususnya dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. Gaya hidup secara luas didefenisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Apalagi untuk kehidupan di kota-kota besar, seperti: Jakarta, Bandung, Semarang,

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PECINAN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengelola tanah hingga menanam bibit sampai menjadi padi semuanya dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor-sektor yang dapat memperlihatkan tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. angka pertumbuhan penduduk kota yang sangat tinggi, utamanya terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. formal tahun 1942, Gorontalo belum ada. Saat itu yang ada adalah linula-linula yang

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum pasar adalah sebuah tempat bertemunya pihak penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. Proses perkembangan dan pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Lima yang dilakukan oleh aparat pemerintah, seakan-akan para Pedagang

BAB 1 PENDAHULUAN. berhasil dimasuki adalah sektor informal. Akibatnya jumlah migrasi yang

BAB I PENDAHULUAN. informal ini menunjukan bukti adanya keterpisahan secara sistemis-empiris antara

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT MANIS KIDUL DALAM MENUNJANG PENDIDIKAN FORMAL DI OBJEK WISATA CIBULAN KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera Utara setelah Medan. Karena letak Kota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Sektor informal merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam kota-kota besar di

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dan semakin luas di berbagai kota di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah pembangunan dapat mendatangkan dampak berupa manfaat yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kondisi perekonomian negara tidak stabil, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. diferensiasi social yang tercipta dari relasi konsumsi. 1 Konsumsi pada era ini

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang masih kental. Tidak mengherankan bahwa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Demikian pula dengan pembangunan pasar dalam arti

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari jenjang pendidikan terdiri atas Diploma-1, Diploma-2, Diploma-3,

BAB I PENDAHULUAN an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. ekonomi yang lebih besar justru tumbang oleh krisis.

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang sedang berkembang tidak lepas dari masalah-masalah yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini banyak sekali kemajuan dan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. masih tergolong tinggi. Saat ini jumlah pengangguran di Indonesia terbuka ada 7,7 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. juga cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pemerintah. Titik sentral pada faktor ekonomi didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Undang-undang nomor 9 tahun 1995 tentang usaha kecil dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Kota yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan diperkotaan merupakan masalah sosial yang masih belum

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan pedagang. makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta

I. PENDAHULUAN. dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah. Pedagang Kaki Lima atau yang biasa disebut PKL adalah istilah untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mencari keuntungan, yang termasuk dalam golongan pedagang adalah orang-orang yang dalam pekerjaan sehari-harinya membeli barang yang kemudian untuk dijual kembali. Dalam prinsip ekonomi, pedagangan adalah untuk mencari laba yang sebesar-besarnya dan prinsip ini menjadi simbol kekayaan sebagai adanya status sosial kelas menengah pedagang pada umumnya. 1 Istilah pedagang kaki lima pertama kali dikenal pada zaman Hindia Belanda, tepatnya pada saat Gubernur Jenderal Stanford Raffles berkuasa. Ia mengeluarkan peraturan yang mengharuskan pedagang informal membuat jarak sejauh 5 kaki atau sekitar 1,2 meter dari bangunan formal di pusat kota. Peraturan ini diberlakukan untuk melancarkan jalur pejalan kaki sambil tetap memberikan kesempatan kepada pedagang informal untuk berdagang. Tempat pedagang informal yang berada 5 kaki dari bangunan formal di pusat kota inilah yang kelak dikenal dengan kaki lima dan pedagang yang berjualan pada tempat tersebut dikenal dengan sebutan pedagang kaki lima atau PKL. 2 1 Lia Candra Rufikasari, Dinamika Pedagang Multietnis Pasar Klewer Surakarta Tahun 1958-1998,Skripsi, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010, hlm, 52. 2 Salmina W. Ginting, Pengaruh Keberadaan Pedagang Kaki Lima Terhadap Jumlah Pengunjung Taman Kota di Medan,Jurnal Teknik Simetrika, Volume 3 No.3, tahun 2004, hlm 204.

Pedagang kaki lima sering didefinisikan sebagai suatu usaha yang memerlukan modal yang relatif sedikit, berusaha dalam bidang produksi dan penjualan untuk memenuhi kebutuhan kelompok konsumen tertentu. Usahanya dilaksanakan pada tempat-tempat yang dianggap strategis seperti berada di pinggir-pinggir trotoar, depan toko-toko atau bahkan di tempat-tempat yang dianggap ramai. Sektor informal ini khususnya pedagang kaki lima menjadi sasaran bagi sebagian masyarakat dan pendatang baru untuk membuka usaha seperti itu di tempat-tempat yang dianggap strategis. Hal ini disebabkan karena mudahnya untuk membuka usaha karena tidak memerlukan modal yang besar dan tanpa adanya perizinan dari pemerintah setempat. 3 Keberadaan dan kelangsungan kegiatan sektor informal dalam system ekonomi kotemporer bukanlah gejala negatif, namun lebih sebagai realitas ekonomi kerakyatan yang berperan cukup penting dalam pengembangan masyarakat dan pembangunan nasional. Setidaknya, ketika program pembangunan kurang mampu menyediakan peluang kerja bagian angkatan kerja, sektor informal dengan segala kekurangannya mampu berperan sebagai penampung dan alternatif peluang kerja bagi para pencari kerja. 4 Salah satu sektor informal yang banyak diminati para pengangguran (selain yang memang sudah lama bekerja disektor ini) yaitu pedagang kaki lima. Kelompok pedagang kaki lima sebagai bagian dari kelompok usaha kecil adalah kelompok usaha yang tak terpisahkan dari asset pembangunan nasional yang 3 Yusuf Hidayatur Rohman, Peran Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Pertanian Kota Yogyakarta dalam Pengembangan Komunitas Pasar Klithikan Pacunden,Skripsi, Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009, hlm 5. 4 Patrick C. Wauran, Strategi Pemberdayaan Sektor Informal Perkotaandi Kota Manado, Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah, Volume 7 No.3, Oktober 2012, hlm 1.

berbasis kerakyatan. Mereka yang masuk dalam kategori pedagang kaki lima ini mayoritas berada dalam usia kerja utama (prime-age). Tingkat pendidikan yang rendah dan tidak adanya keahlian tertentu menyebabkan mereka sulit menembus sektor formal. Meskipun dalam era terbatasnya kesempatan kerja saat ini, orang dengan pendidikan tinggipun tidak menutup kemungkinan juga masuk dalam sektor informal. 5 Pedagang kaki lima sampai sekarang dapat eksis karena memiliki kehidupan sosial layaknya masyarakat pedesaan, dimana hal ini tampak dengan adanya proses tawar menawar antara pedagang dan pembeli. Kecenderungan tersebut mengarah kepada hubungan antar individu didalamnya yang kebanyakan saling kenal yang mengarah pada hubungan langganan dagang. Ini menjadi dasar aktivitas-aktivitas sosial yang berhubungan satu sama lain antar aktor didalamnya yang sesuai dengan norma-norma dan tradisi masyarakat setempat dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat. 6 Kesulitan krisis ekonomi yang melanda Indonesia sekarang ini dimana mencari nafkah semakin sulit, tingkat kemiskinan semakin meningkat, lapangan pekerjaan menjadi sulit dan pengangguran merajalela. Membuat masyarakat harus berfikir bagaimana mempertahankan hidup. Dengan modal yang terbatas dan kemampuan skill yang masih terbilang minim menjadikan banyak orang memilih profesi sebagai pedagang kaki lima. Hampir di setiap sudut jalan terotoar kita 5 Endang Hariningsih, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Pedagang Eceran. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Volume 4 No.2, tahun 2008. Hlm 45. 6 Bornok Sinaga, Dinamika Sosial Pasar Tradisional Malam Hari, Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, 2008. Hlm 2.

temui pedagang kaki lima yang berjualan dengan berbagai macam jenis makanan dari nasi campur, nasi kuning, permen, air mineral,dan lain-lain. Sebagaimana diketahui, kehidupan yang menjadi dambaan masyarakat adalah kondisi yang sejahtera. Dengan demikian, kondisi yang menunjukkan adanya taraf hidup yang rendah merupakan sasaran utama usaha perbaikan dalam rangka perwujudan kondisi yang sejahtera tersebut. 7 Kota sebagai tempat hidup manusia hendaknya merupakan suatu lingkungan yang sesuai dengan hakekat manusia itu sendiri. Harus kita simak dengan seksama, bahwa kegiatan pedagang hendaknya dipandang sebagai bagian dari rangkaian kehidupan kota yang tumbuh secara alamiah. Oleh karena itu, kehadirannya perlu diberi tempat sebagai salah satu unsur kota secara keseluruhan. Pedagang sebagai salah satu profesi atau pekerjaan sosial. Pekerjaan sosial sebagai suatu ilmu menfokuskan intervensinya pada proses interaksi antara manusia (people) dengan lingkungannya, guna meningkatkan taraf hidup (homan well-being). 8 Para pedagang mempunyai fungsi sebagai tempat terjadinya kehidupan yang mempunyai nilai ekonomis serta mempunyai fungsi sosial dapat merupakan salah satu media bagi pembentukan suasana kehidupan kota secara hakiki. Keuntungan dan keberhasilan perdagangan menjadi tujuan utama bagi pedagang dalam melakukan suatu usaha. Namun, sebagai mahluk sosial tentunya manusia selalu memerlukan orang lain bahkan tidak dapat hidup tanpa 7 Baca di Soetomo, Masalah Sosial Dan Upaya Pemecahannya, 2013. Pustaka Pelajar, Yogyakarta,. Hal 307 8 Baca di Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial, 2013.PT Rajagrafindo Persada. Depok. Hal 18

berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya. Kehidupan para pedagang yang sebagian besar di habiskan dalam lingkungan tempat berjualan menjadikan mereka memiliki suatu ikatan-ikatan khusus yang terbina dari interaksi seharihari. 9 Gaya hidup manusia di zaman sekarang ini bisa kita lihat dari cara mereka bertahan hidup khususnya pada pola makan. Seperti kenyataan yang ada selama ini, begitu banyak fenomena-fenomena yang terjadi dalam hal menyajikan suatu makanan baik itu makanan yang dibuat sendiri maupun makanan yang siap saji. Bagi para pegawai kantoran, pengusaha, dan sebagian orang yang menghabiskan waktunya lebih banyak dengan bekerja tentunya mereka akan lebih memilih untuk makan makanan yang sudah siap saji mau itu di restoran mahal, sampai di kaki lima pun. Terlebih buat mereka yang sering merasakan bermalam (lembur) dalam bekerja, mereka tentu akan memilih membeli makanan pada pedagang-pedagang kaki lima yang berjualan di atas jam 22.00 malam. Begitu banyak para penikmat dunia malam disini, yang mana banyak kita jumpai para anak muda (remaja) yang berkeliaran di batas waktu yang sudah larut malam, dari sinilah peluang penjualan para pedagang tengah malam mengumpulkan uang. Para pedagang tengah malam disini bukanlah pekerjaan yang mudah dimana mereka selaku penjual rela menjalani proses kehidupan mereka yang seharusnya pada waktu malam hari dihabiskan untuk beristirahat, mereka justru memilih untuk mencari nafkah untuk keluarga. 9 Annisa, Pengaktifan Identitas Kedaerahan Oleh Sekelompok Pedagang Perantauan, Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Jakarta, 2012, hlm 2.

Kehidupan sosial masyarakat sebagai sistem sosial harus dilihat sebagai suatu keseluruhan atau totalitas dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan satu sama lain, saling bergantung dan berada dalam satu kesatuan. Fungsi dikaitkan sebagai segala kegiatan yang diarahkan kepada memenuhi kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan dari sebuah sistem. 10 Kehidupan pedagang tergolong sebagai pedagang tradisional, Dimana pada umumnya pedagang kaki lima merupakan pedagang yang mayoritas menggunakan modal usaha sendiri yang terbatas. Pedagang-pedagang tersebut dalam kondisi sosial ekonomi mengalami hambatan dikarenakan tempat dagang yang berada diluar area pasar tradisional tidak memadai banyaknya kendaraan berlalu lalang dengan modal usaha yang sedikit tidak mungkin mendapatkan tempat yang startegis seperti di pasar modern maupun di pasar tradisional. 11 Pedagang yang ada dipinggir jalan mereka mengais rejeki dengan menjajakan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh para pembeli. Para pembeli kerap kali membutuhkan makanan-makanan, kejadian seperti itu dimanfaatkan oleh para pedagang tengah malam untuk menjual dagangan. Mereka berusaha untuk menjadi penjual dengan ramah,untuk dapat menarik minat para calon pembeli. Para pedagang berusaha menyediakan makanan siap saji buat pembeli, maksudnya ialah agar dagangan mereka dapat laku, dan mereka bisa mendapat keuntungan dari situ. Keuntungan yang mereka dapat mungkin tidak 10 Kamardi Arief, Fungsi Sosial-Ekonomi Pasar Tradisional, Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sriwijaya, 2013. Hlm 21. 11 Muhammad Zunaidi, Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional pasca relokasi dan pembangunan pasar modern,jurnal Sosiologi Islam, Volume 3 No.1, April 2013. Hlm 6.

besar, tapi kehidupan mereka sangat bergantung dari keuntungan dagangan tersebut. Banyaknya pedagang kaki lima sekarang ini khususnya di Kota Gorontalo, membuat saya pribadi ingin meneliti kehidupan sosial mereka, apakah yang membuat mereka sampai rela berjualan sampai larut malam, dan apakah mereka tidak tersiksa harus berusaha melawan takdir, mereka mampu mengambil resiko, mereka mau berjualan di waktu malam hari yang kita ketahui pada malam hari tentu banyak kejahatan yang suatu saat bisa terjadi. Dari uraian latar belakang tersebut, peneliti mencoba untuk menggali lebih dalam persoalan kehidupan sosial para pedagang malam hari. 1.2 Identifikasi Masalah Melihatlatar belakang diatas maka perlu adanya tinjauan khusus tentang bagaimana dinamika sosial ekonomi pedagang makanan dan minuman malam hari khususnya Di Kota Gorontalo maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang ada, antara lain: 1.2.1 Bagaimana kehidupan sosial dari pedagang makanan dan minuman malam hari di Kota Gorontalo? 1.2.2 Bagaimana kehidupan ekonomi dari pedagang makanan dan minuman malam hari di Kota Gorontalo? 1.2.3 Bagaimana peran pemerintah dalam melakukan pembinaan usaha di sektor informal dalam hal ini pedagang makanan dan minuman malam hari di Kota Gorontalo?

1.2.4 Bagaimana pola interaksi antara pedagang makanan dan minuman malam hari dengan pembeli di Kota Gorontalo? 1.3 Rumusan Masalah Dari beberapa masalah yang timbul, diperlukan sebuah perumusan masalah adalah penelitian ini lebih fokus, dalam hal ini Bagaimanakah dinamika sosial ekonomi pedagang makanan dan minuman malam hari di Kota Gorontalo? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penyusuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengetahui aktivitas dan segala permasalahan yang dihadapi oleh pedagang makanan dan minuman malam hari di Kota Gorontalo. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. Adapun manfaat tersebut dapat diurakan sebagai berikut: 1) Manfaat Teoritis adalah diharapkan penelitian ini dapat memberikan penjelasan atau masukan bahan Studi Sosiologi. Pengembangan Studi Sosiologi berkaitan dengan penerapan teori Sosiologi dalam menganalisis fenomena-fenomena sosial. 2) Manfaat Praktis a) Bagi Peneliti yaitu penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam mengkaji fenomena sosial, serta dapat memberikan wawasan bagi peneliti dalam mengkaji permasalahan Alienasi masyarakat di kecamatan dalam bidang ekonomi, sosial budaya, geografis.

b) Bagi pembaca yaitu penelitian ini diharapkan dapat mengungkap dan memberikan pemahaman berbagai fenomena sosial kepada pembaca sebagai bahan refleksi. 3) Bagi Lembaga Pendidikan yaitu penelitian ini guna untuk dijadikan arsip dari penelitian Sosiologi, dengan demikian penelitian ini dapat memberikan sumbangsih yang positif bagi Jurusan Sosiologi terkait penerapan teori Sosiologi.