ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA KUALITAS SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT PADA DIVISI TEMPA & COR PT. X (PERSERO) BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka, Konstruksi, dan Variabel Penelitian. Menurut Carter dan Usry (2006:198) menyatakan bahwa pengertian biaya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis telah uraikan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring kondisi perekonomian Indonesia yang saat ini sudah mulai pulih

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dalam persaingan pasar yang semakin ketat.

PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP TINGKAT PENJUALAN PADA PT MITRA SEJATI MULIA INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia menunjukkan persaingan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini telah secara praktis mengubah wajah dunia kearah

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini persaingan bisnis semakin ketat. Setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, bagi negara-negara di dunia memasuki fase baru yang membuat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Asean Free Trade Area (AFTA) yang berlaku pada tahun 2003 dan

BAB I PENDAHULUAN. dimana mereka semakin sadar biaya (cost conscious) dan sadar nilai (value

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tjiptono (2003:4) Total Quality Management dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perusahaan untuk mempertahankan keadaan going concern atau suatu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk tetap eksis dalam dunia bisnis yang kompetitif ini. Suatu produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELAPORAN BIAYA KUALITAS SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PT PEMBANGKITAN JAWA BALI

BAB I PENDAHULUAN. nasional kini harus bersaing dengan perusahaan-perusahaan di seluruh dunia.

PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP PENGENDALIAN PRODUK CACAT (STUDI PADA CV. EKA PUTRA LAS)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Masyarakat akan semakin kritis memilih barang dan jasa yang

PENGARUH HARGA POKOK PRODUKSI DAN BIAYA KUALITAS TERHADAP HARGA JUAL (Studi Kasus Pada Perusahaan Sagitria Kelom Geulis Tasikmalaya)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan yang ketat, peningkatan permintaan dan penghematan biaya

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PERUSAHAAN CAHAYA BARU PUTRA

BAB I PENDAHULUAN. kecocokan untuk pemakaian (fitness for use). Definisi lain yang lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 2003, bagi Indonesia, adalah memasuki fase baru yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Cooperation (APEC) pada tahun 2010 serta Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK. Kata kunci: biaya kualitas, aktivitas pengendalian kualitas, dan efisiensi biaya produksi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai biaya-biaya yang berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasian,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini bermunculan usaha-usaha baru baik meniru usaha yang telah

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, perlu memahami biaya kualitas Mulyadi (2010:73 ). Menurut Hansen dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut dapat bersaing dalam era perdagangan bebas

BAB I PENDAHULUAN. dengan itu, organisasi dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Penerapan Biaya Kualitas Dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi Pada Catering ABC

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan perusahaan sangat pesat pada masa perdagangan bebas

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi globalisasi yang semakin cepat kemajuannya memicu persaingan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian Indonesia dan dimulainya era pasar bebas

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam negeri, namun juga luar negeri. Perusahaan harus memproduksi barang / jasa

PENGARUH BIAYA DESAIN PRODUK DAN BIAYA KUALITAS PRODUK TERHADAP PROFITABILITAS (Studi Kasus Pada Perusahaan Sandal Sepvia Tasikmalaya)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena

PENGENDALIAN BIAYA KUALITAS DENGAN PENDEKATAN ZERO DEFECT UNTUK MENINGKATKAN LABA PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada CV. Tri Mulya Onix, Tulungagung)

ABSTRAK PENGARUH PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP HASIL PRODUKSI PADA PERUSAHAAN BRILLIANTE ETHNIC HOMADE TASIKMALAYA. Oleh : AGIL ALI ALATAS

BAB I PENDAHULUAN. mengadopsi Total Quality Management (TQM) kerena TQM membutuhkan usaha

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menempuh berbagai macam agar tetap survive. Saat ini sumber daya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era perdagangan bebas saat ini, perkembangan teknologi dan kondisi

Penerapan Total Quality Management (TQM) Dalam Perusahaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. untuk mampu mempertahankan eksistensinya. Untuk mengatasi persaingan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

Bab I PENDAHULUAN. Total Quality Management (TQM) adalah sebuah pendekatan yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam suatu instansi pemerintah maupun swasta sangat diperlukan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia saat ini, kehidupan manusia di

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kualitas telah menjadi dimensi kompetitif yang penting bagi

PENGARUH BIAYA KUALITAS DAN VOLUME PENJUALAN TERHADAP LABA OPERASIONAL (Studi Kasus pada pada UD. Harapan Makaroni Dua saudara Top Ciamis)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat ini tentunya membawa

BAB I PENDAHULUAN. dunia bisnis bagi suatu perbankan. Dunia perbankan yang dulu bersaing hanya

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN (ASEAN Free Trade. Perdagangan Bebas ASEAN China (ASEAN China Free Trade

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN

ANALISIS PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT, SISTEM PENGHARGAAN, DAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini berada dalam situasi yang bergejolak, berubah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen mutu terpadu yang biasa dikenal dengan istilah Total

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DALAM PENDIDIKAN. Suto Prabowo

PENERAPAN BIAYA KUALITAS MENGGUNAKAN METODE ZERO DEFECT DALAM MENINGKATKAN LABA PERUSAHAAN PADA CV. BAHANA KARYA GRESIK

BAB5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dari bah sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. manapun. Dengan adanya globalisasi yang didukung oleh kemampuan teknologi

MUTU. Disusun: Ida Yustina

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi secara efektif dan efisien serta tetap memiliki usaha bisnis yang

PENGARUH PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA LANGSUNG TERHADAP HARGA POKOK PRODUK (Study Kasus Pada Perusahaan Galunggung Raya Blok) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia usaha dihadapkan pada era globalisasi dimana pasar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor penentu kelangsungan hidup perusahaan adalah kualitas, seperti

PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI ( Studi Pada PT. JAMU AIR MANCUR Surakarta )

TQM IMPLEMENTATION. The Need for Change Background. The New Manufacturing Environment 03/06/2015

BAB I PENDAHULUAN. itu perusahaan jasa berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen,

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

HUBUNGAN ANTARA BIAYA KUALITAS DAN PRODUK CACAT Studi Kasus di PT. Kanisius Yogyakarta SKRIPSI

BAB 1` PENDAHULUAN. Apapun yang dikerjakan oleh manusia baik secara individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menuntut setiap perusahaan untuk dapat bersaing dalam dunia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. persaingan dan jumlah pesaing menuntut setiap produsen memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bela kang Pene litian

BAB II ANALISIS BIAYA MUTU. meningkatkan permintaan pelanggan dan mengurangi biaya. Mutu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang semakin tidak menentu, khususnya perbankan yang termasuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lain : Haryono Jusuf (1997:24), biaya adalah harga pokok barang yang

Tata Yustia Putra

BAB I PENDAHULUAN. mencapai laba yang maksimal. Maka, manajemen perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus pula bersaing dengan perusahaan-perusahaan dari seluruh

Transkripsi:

ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA KUALITAS SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT PADA DIVISI TEMPA & COR PT. X (PERSERO) BANDUNG STIE STAN Indonesia Mandiri ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi Total Quality Management (TQM) pada Divisi Tempa & Cor pada suatu perusahaan publik (PT. X) di Bandung, dengan mengkaji perbedaan antara sebelum dan sesudah implementasi biaya kualitas TQM. Teknik analisis yang digunakan adalah t-test related-sample. Sampel yang diambil adalah data biaya kualitas 5 tahun sebelum implementasi TQM dan 5 tahun biaya kualitas sesudah implementasi TQM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: implementasi TQM yang dilaksanakan pada Divisi Tempa & Cor sudah memadai. Biaya kualitas yang terjadi pada Divisi Tempa & Cor dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori biaya yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian dan biaya kegagalan. Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan metode uji hipotesis diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,413, jika dibandingkan dengan nilai t- tabel sebesar 2,132, maka t-hitung > t-tabel sehingga kesimpulannya H 0 ditolak. Ini berarti bahwa hipotesis bahwa biaya kualitas sebelum implementasi TQM lebih besar dari biaya kualitas sesudah implementasi TQM. Kata kunci : total quality management, biaya kualitas, implementasi, t-test related-sample. I. PENDAHULUAN Dewasa ini globalisasi telah menjangkau berbagai aspek kehidupan. Sebagai akibatnya persaingan pun semakin tajam. Dunia bisnis sebagai salah satu bagiannya juga mengalami hal yang sama. Organisasi/perusahaan yang dulu bersaing hanya pada tingkat lokal, regional atau nasional kini harus pula bersaing dengan perusahaanperusahaan dari seluruh penjuru dunia (Sularso dan Murdijanto, 2004:72) 36

Globalisasi merupakan tantangan namun sekaligus memberikan peluang pada mereka untuk tumbuh dan berkembang sehingga memiliki daya saing yang makin kuat. Perusahaan perlu membuat perencanaan untuk kelangsungan hidupnya di arena persaingan global karena tidak ada tempat bagi perusahaan untuk bersembunyi dari pesaing-pesaingnya (Ellitan dan Anatan, 2007:2). Persaingan global ini memberikan banyak pilihan kepada konsumen, dimana mereka semakin sadar biaya (cost conscious) dan sadar nilai (value conscious) dalam meminta produk dan jasa yang berkualitas tinggi (Blocher et al., 2000:204). Untuk dapat bertahan dan berhasil dalam lingkungan seperti itu, perusahaan harus menciptakan value bagi konsumen dalam bentuk produk dan jasa serta pelayanan yang berkualitas, sehingga perusahaan juga memperoleh value. Untuk menghasilkan kualitas yang terbaik diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap manusia, proses dan lingkungan. Cara terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan komponen-komponen tersebut secara berkesinambungan adalah dengan mengimplementasikan TQM. Thompson dan Strickland dalam Sri Hadiati (2007:145) menyatakan bahwa untuk menjamin kemampuan suatu industri bertahan dalam era global ini, maka penerapan TQM bukan lagi merupakan suatu pilihan, tetapi suatu keharusan. TQM merupakan paradigma baru dalam menjalankan bisnis yang berupaya memaksimumkan daya saing organisasi melalui: fokus pada kepuasan konsumen, keterlibatan seluruh karyawan, dan perbaikan secara berkesinambungan atas kualitas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan organisasi (Krajewski et al., dalam Setiawan, 2006:2). Faktor yang sangat penting untuk keberhasilan TQM adalah adanya ukuran yang benar-benar mencerminkan kebutuhan dan harapan pelanggan, baik internal maupun eksternal. Sistem pengukuran yang baik untuk TQM juga harus membuat semua karyawan mengetahui perkembangan yang telah dicapai menuju kualitas total dan perbaikan lain yang dibutuhkan (Blocher et al., 2000:215). Salah satu sistem pengukuran kinerja kualitas yang sering digunakan adalah dengan mengukur biaya kualitas. Ross (1994) dalam Tjiptono dan Diana (2003:41) menyatakan bahwa salah satu manfaat dari informasi biaya kualitas adalah untuk dijadikan ukuran kinerja yang objektif. 37

Dalam paradigma lama, dikatakan bahwa kualitas itu mahal, hal ini dikarenakan paradigma tersebut beranggapan bahwa kesalahan tidak dapat dihindari dan oleh karena itu sangatlah mahal biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki semua defect. Sebaliknya TQM berpendapat bahwa zero defect seharusnya menjadi sasaran perusahaan, quality is free, tidak berdampak pada peningkatan biaya kualitas bahkan akan menghemat biaya tersebut (Tjiptono dan Diana, 2003:44-45; Dorothea (2003:29). Blocher et al., (2000:225) memberikan contoh mengenai kekeliruan paradigma lama tersebut. Berdasarkan kajiannya terhadap sebuah perusahaan pemanufakturan kecil, Blocher et al., mendemonstrasikan penurunan biaya kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal dan biaya kualitas total semua menurun. Untuk kasus Indonesia, salah satu perusahaan di Indonesia yang telah mengimplementasikan TQM adalah PT. X yang dimulai tahun 1993. Berbagai motivasi cukup mendorong agar PT. X mengimplementasikan TQM, diantaranya adalah mutu, produktivitas dan efisiensi, serta tantangan di masa yang akan datang. Berdasarkan uraian diatas yang menyatakan masih adanya perbedaan pandangan terhadap biaya kualitas, maka melihat perbedaan mengenai biaya kualitas antara sebelum dan sesudah implementasi TQM menjadi penting. II. REVIEW LITERATUR DAN HIPOTESIS TQM merupakan paradigma baru dalam menjalankan bisnis yang berupaya memaksimumkan daya saing organisasi melalui: fokus pada kepuasan konsumen, keterlibatan seluruh karyawan, dan perbaikan secara berkesinambungan atas kualitas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan organisasi (Krajewski et al., dalam Setiawan, 2006:2). Menurut Tjiptono dan Diana (2003:10) dasar pemikiran perlunya TQM sangatlah sederhana yakni bahwa cara terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan kualitas yang terbaik. Untuk menghasilkan kualitas terbaik diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, dan lingkungan. Cara terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan komponen-komponen tersebut secara berkesinambungan adalah dengan menerapkan TQM. 38

Menurut Feigenbaum dalam Nasution (2001:72), tujuan pencapaian TQM adalah (1) meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas perusahaan; (2) untuk memberikan kepuasan yang lebih besar kepada konsumen; (3) untuk meningkatkan kerjasama dan semangat kerja karyawan; dan (4) untuk meningkatkan dan menjaga citra perusahaan. Dalam melakukan perbaikan kualitas secara terus-menerus dan pencegahan kerusakan produksi, diperlukan biaya kualitas. Biaya kualitas yang makin menurun merupakan salah satu indikasi kualitas barang atau jasa makin baik, yang dapat memberi kepuasan kepada pelanggan (Nasution, 2005:172) Biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena kualitas yang buruk (Tjiptono dan Diana, 2003:34). Biaya kualitas dapat dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu (1) biaya pencegahan (prevention cost); (2) biaya deteksi/penilaian (detection/appraisal cost); (3) biaya kegagalan internal (internal failure cost); dan (4) biaya kegagalan eksternal (eksternal failure cost). Claude dan Sanjay (2001) dalam Hatane (2008), mengemukakan bahwa setiap dana yang dikeluarkan untuk prevention costs akan kembali beberapa kali lipat melalui penurunan failure costs. Dana yang dikeluarkan untuk corrective action (prevention and appraisal costs) umumnya merupakan biaya utama bagi perusahaan yang berusaha mengurangi masalah-masalah yang timbul karena kualitas, karena semakin lama masalah kualitas tidak dapat diselesaikan, semakin besar failure costs yang harus ditanggung perusahaan. Namun, keuntungan yang diperoleh dari aktivitas pencegahan tersebut (prevention activities) tidak dapat langsung dirasakan dan diukur. Dalam cost of quality management, manajemen perusahaan harus dapat mengontrol besarnya costs yang harus dikeluarkan untuk setiap kategeri cost of quality. Shank dan Govindarajan (1994) dalam Hatane (2008) mengindikasikan bahwa ketika perusahaan menghabiskan dana yang cukup besar untuk kegiatan failure (internal and external failure costs), total quality costs berkisar 25% dari total penjualan. Sebaliknya, ketika perusahaan menghabiskan sebagian besar dananya untuk kegiatan prevention, total quality costs berada dalam kisaran 5% dari total penjualan. Selain itu hasil studi Pike dan Barnes (1994) pada European Materials Group menunjukkan bahwa setelah diimplementasikannya TQM dalam lima tahun jumlah 39

keluhan berkurang 45%, returns dan allowance berkurang 40%, scrap menurun 35%, tingkat ketidakhadiran menurun 25% dan biaya kualitas berkurang 25%. Hasil studi kasus yang dilakukan oleh Pheng dan Theo (2004) pada Perusahaan Konstruksi di Singapura menunjukkan bahwa setelah diimplementasikannya TQM, Perusahaan Konstruksi tersebut mengalami pengurangan biaya kualitas. Supriyono (2007) mengungkapkan bahwa sebelum penerapan TQM, biasanya biaya dan produk yang tidak memenuhi persyaratan konsumen jumlahnya relatif tinggi. Namun setelah penerapan TQM, biaya mutu dan produk serta pelayanan yang tidak memenuhi persyaratan konsumen diharapkan jumlahnya relatif semakin kecil, bahkan dicita-citakan sebesar nol. Oleh karena itu, timbul istilah quality is free. Bebas dari kerusakan, bebas dari kesalahan, bebas biaya (dalam arti biaya menjadi relatif sangat kecil), bebas ketidaktepatan waktu. Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, maka dapat diajukan hipotesis nol: Biaya kualitas sebelum implementasi TQM lebih kecil atau sama dengan biaya kualitas sesudah implementasi TQM. III. METODE DAN PROSEDUR Dalam penelitian ini metode penelitian yang akan digunakan adalah studi komparatif. Sampel adalah data biaya kualitas 5 tahun sebelum implementasi TQM yaitu biaya kualitas tahun 1988, 1989, 1990, 1991,dan 1992 dan 5 tahun biaya kualitas sesudah implementasi TQM yaitu1994, 1995, 1996, 1997, dan 1998. Teknik analisis yang digunakan adalah uji beda rata-rata, yang membandingkan biaya rata-rata sebelum dan sesudah implementasi TQM, dengan menggunakan t-test sample related, pada tingkat signifikansi 5%. Untuk melakukan uji beda rata-rata akan digunakan rumus sebagai berikut: dan Kalkulasi nilai t hitung menggunakan rumus t-test sample related: 40

Dimana: dan dan IV. TEMUAN-TEMUAN Suatu produk yang berkualitas dapat dicapai apabila semua pihak dalam perusahaan dapat bekerjasama dengan baik untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang dapat merusak kualitas suatu produk yang dihasilkan, baik itu pada saat pemilihan pemasok, proses produksi sampai kepada proses pemasaran produk. Sementara itu seorang manajer memerlukan suatu ukuran kualitas yang dapat membantu mereka memenuhi tujuan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Salah satu informasi yang sering digunakan dalam rangka meninjau kualitas yang dihasilkan adalah dengan menghitung biaya kualitas. Biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena kualitas yang buruk. Biaya kualitas yang terjadi pada Divisi Tempa & Cor PT. X adalah sebagai berikut: 1. Biaya Pencegahan. Biaya pencegahan merupakan biayabiaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mencegah produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya. 2. Biaya Penilaian. Biaya penilaian adalah biaya-biaya yang terjadi dalam mendeteksi produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi. Biaya penilaian terdiri dari:. Gaji dan Tunjangan Bagian Quality Control 41

. Upah Lembur Bagian Quality Control. Biaya Perlengkapan dan Peralatan Bagian Quality Control 3. Biaya Kegagalan. Adalah biaya yang terjadi ketika produk tidak sesuai dengan spesifikasi. 4.1. Perbandingan Biaya Kualitas Sebelum dan Sesudah Implementasi TQM berikut: Data biaya kualitas sebelum implementasi TQM selama lima tahun dalam tabel Tabel 1. Biaya Kualitas 1988-1992 (Dalam Rp.000) BIAYA 1988 1989 1990 1991 1992 BIAYA PENCEGAHAN Gaji dan Tunjangan Bag. Teknik Cor 17,888.45 19,030.26 20,244.96 22,747.15 25,274.61 Gaji dan Tunjangan Bagian PPC 14,055.44 14,952.60 15,907.02 17,873.06 19,858.95 Gaji dan Tunjangan Bagian Pemeliharaan Mesin 12,777.65 13,593.24 14,460.89 16,248.20 18,053.55 Biaya Research & Depelovement 2,170.57 2,345.26 3,313.64 3,653.73 3,961.05 Biaya Training 6,392.47 6,522.93 6,656.05 6,791.89 6,930.50 Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan Mesin Produksi 24,049.40 24,793.20 25,560.00 28,252.00 32,549.00 Biaya Peralatan Bagian Teknik Cor 2,751.00 2,836.00 2,924.00 3,014.00 3,108.00 Biaya Peralatan Bagian PPC 3,283.00 3,384.00 3,489.00 3,597.00 3,708.00 Upah Lembur Bagian Teknik Cor 3,807.71 3,885.42 3,964.71 4,045.62 4,128.19 Upah Lembur Bagian Pemeliharaan Mesin 2,991.82 3,052.88 3,115.18 3,178.76 3,243.63 Upah Lembur Bagian PPC 2,719.83 2,775.34 2,831.98 2,889.77 2,948.75 TOTAL BIAYA PENCEGAHAN 92,887.34 97,171.13 102,467.43 112,291.17 123,764.23 BIAYA PENILAIAN Gaji dan Tunjangan Bagian Quality Control 17,569.84 19,522.04 21,934.88 24,372.09 27,080.10 Upah Lembur Bagian Quality Control 3,875.77 3,995.64 4,119.21 4,246.61 4,377.95 Biaya Peralatan Bagian Quality Control 2,635.48 3,123.53 4,531.13 4,671.27 4,815.74 TOTAL BIAYA PENILAIAN 24,081.09 26,641.21 30,585.22 33,289.97 36,273.79 BIAYA KEGAGALAN Afkir 55,475.65 38,701.02 26,998.68 18,834.87 13,139.62 Pengerjaan Ulang 184,919.27 135,219.58 98,877.39 72,302.68 52,870.31 TOTAL BIAYA KEGAGALAN 240,394.92 173,920.60 125,876.07 91,137.55 66,009.92 42

TOTAL BIAYA KUALITAS 357,363.35 297,732.94 258,928.72 236,718.69 226,047.94 (Sumber : Bagian Keuangan Divisi Tempa & Cor PT. X ) Tabel berikut menyajikan data biaya kualitas sesudah implementasi TQM: Tabel 2. Biaya Kualitas 1994-1998 (Dalam Rp.000) BIAYA 1994 1995 1996 1997 1998 BIAYA PENCEGAHAN Gaji dan Tunjangan Bagian Teknik Cor 30,873.50 32,603.00 36,162.50 36,162.50 39,917.50 Gaji dan Tunjangan Bagian PPC 24,471.80 25,832.50 28,627.50 28,627.50 32,006.50 Gaji dan Tunjangan Bag.Pemlhraan Mesin 22,348.00 23,575.00 26,116.00 26,116.00 29,369.90 Biaya Research & Depelovement 4,300.00 6,075.50 6,641.00 7,199.60 7,233.50 Biaya Training 11,132.50 12,189.50 12,273.00 13,257.00 13,390.70 Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan Mesin Produksi 30,210.00 30,779.00 28,185.50 28,589.00 25,623.50 Biaya Peralatan Bagian Teknik Cor 3,974.20 2,998.35 1,230.70 1,227.50 1,090.50 Biaya Peralatan Bagian PPC 4,873.80 2,997.65 1,050.80 1,172.75 973.55 Upah Lembur Bagian Teknik Cor 3,940.50 2,962.50 2,108.00 1,996.00 1,556.08 Upah Lembur Bagian Pemeliharaan Mesin 3,642.50 2,660.50 1,687.00 2,755.04 1,724.80 Upah Lembur Bagian PPC 2,994.00 2,811.50 1,840.50 1,866.50 1,881.60 BIAYA PENILAIAN TOTAL BIAYA Gaji dan Tunjangan Bagian PENCEGAHAN 142,760.80 145,485.00 145,922.50 148,969.39 154,768.13 Quality Control 33,007.00 35,862.50 42,673.40 42,673.40 46,554.50 Upah Lembur Bagian Quality Control 4,135.00 4,995.70 4,220.75 3,266.50 2,450.30 Biaya Peralatan Bagian Quality Control 4,816.00 4,773.50 3,885.70 4,459.05 3,775.25 TOTAL BIAYA PENILAIAN 41,958.00 45,631.70 50,779.85 50,398.95 52,780.05 BIAYA KEGAGALAN Afkir 7,639.98 5,853.42 4,515.83 2,854.56 1,130.74 Pengerjaan Ulang 29,350.06 24,276.64 18,354.79 14,881.17 9,547.47 TOTAL BIAYA KEGAGALAN 36,990.04 30,130.06 22,870.62 17,735.73 10,678.21 TOTAL BIAYA KUALITAS 221,708.84 221,246.76 219,572.97 217,104.07 218,226.39 43

(Sumber: Bagian Keuangan Divisi Tempa & Cor PT. X ) Dari informasi data biaya kualitas yang disajikan dalam tabel 1 dan tabel 2 penulis dapat membandingkan total biaya kualitas sebelum dan sesudah implementasi TQM, dan perbandingan biaya tersebut disajikan dalam tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Perbandingan Biaya Kualitas Sebelum dan Sesudah Implementasi TQM (Dalam Rp.000) Keteranga Sebelum Implementasi TQM n 1988 1989 1990 1991 1992 Jumlah % Biaya Pencegahan 92,887.34 97,171.13 102,467.43 112,291.17 123,764.23 528,581.30 38.39% Biaya Penilaian 24,081.09 26,641.21 30,585.22 33,289.97 36,273.79 150,871.28 10.96% Biaya Kegagalan 240,394.92 173,920.60 125,876.07 91,137.55 66,009.92 697,339.06 50.65% Total Biaya Kualitas 357,363.35 297,732.94 258,928.72 236,718.69 226,047.94 1,376,791.64 100.00% Keteranga Sesudah Implementasi TQM n 1994 1995 1996 1997 1998 Jumlah % Biaya Pencegahan 142,760.80 145,485.00 145,922.50 148,969.39 154,768.13 737,905.82 67.21% Biaya Penilaian 41,958.00 45,631.70 50,779.85 50,398.95 52,780.05 241,548.55 22.00% Biaya Kegagalan 36,990.04 30,130.06 22,870.62 17,735.73 10,678.21 118,404.66 10.79% Total Biaya Kualitas 221,708.84 221,246.76 219,572.97 217,104.07 218,226.39 1,097,859.03 100.00% Dari tabel diatas terlihat bahwa sebelum implementasi TQM distribusi proporsi biaya kualitas yang terbesar adalah biaya kegagalan dengan persentase dari total biaya kualitas sebesar 50,65%, dan proporsi terbesar kedua adalah pada biaya pencegahan sebesar 38,39% dan proporsi biaya penilaian sebesar 10,96%. Angka persentase tersebut menunjukkan bahwa sebelum diimplementasikannya TQM biaya yang dikeluarkan untuk produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi sangat besar dan menjadi biaya terbesar jika dibandingkan dengan elemen biaya kualitas lainnya. Sedangkan setelah implementasi TQM distribusi proporsi masing-masing elemen biaya kualitas berbeda dibandingkan dengan sebelum diimplementasikannya TQM dimana proporsi terbesar terjadi pada biaya pencegahan dengan persentase 67,21% dari total biaya kualitas, kemudian proporsi biaya penilaian sebesar 22,00% dan 44

proporsi biaya kegagalan sebesar 10,79%. Dari informasi biaya tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan proporsi biaya pencegahan dibandingkan sebelum implementasi TQM dari 38,39% menjadi 67,21%, hal ini menunjukkan bahwa dengan diimplementasikannya TQM perusahaan lebih banyak mengeluarkan biaya pencegahan untuk mencegah terjadinya produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi. Biaya penilaian setelah diimplementasikannya TQM menjadi lebih besar dibandingkan dengan sebelum implementasi dari 10,96% menjadi 22,00%, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan juga lebih banyak mengeluarkan biaya untuk menilai atau mendeteksi produk yang dihasilkan sesuai atau tidak dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Selain itu, setelah diimplementasikannya TQM terjadi penurunan proporsi biaya kegagalan dimana sebelum implementasi TQM proporsi biaya kegagalan ini sebesar 50,65% setelah diimplementasikannya TQM proporsinya turun menjadi 10,79%, hal ini mengindikasikan terjadi penurunan produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi. Dan secara keseluruhan jumlah biaya kualitas sebelum implementasi TQM lebih besar dibandingkan dengan biaya kualitas sesudah implementasi TQM. 4.2. Pengujian Hipotesis Untuk menguji hipotesis yang diajukan maka berikut ini akan diuraikan rangkaian proses pengujian hipotesis: Uji beda rata-rata. Tabel 4 merupakan perhitungan dari uji beda rata-rata dan tabel 5 dan 6 merupakan alat bantu penghitungan simpangan baku dan varians. Tabel 4. Perhitungan Uji Beda Rata-rata No 1 357,363.35 221,708.84 2 297,732.94 221,246.76 3 258,928.72 219,572.97 4 236,718.69 217,104.07 5 226,047.94 218,226.39 Σ 1,376,791.64 1,097,859.03 n 5 5 275,358.33 219,571.81 45

Tabel 5. Perhitungan Simpangan Baku No 1 357,363.34 221,708.84 6,724,823,633.22 4,566,914.317 2 297,732.94 221,246.76 500,623,262.15 2,805,470.902 3 258,928.73 219,572.96 269,932,019.03 1.3548966 4 236,718.69 217,104.06 1,493,021,624.77 6,089,720.966 5 226,047.94 218,226.39 2,431,514,364.71 1,801,144,213 Σ 1,376,791.64 1,097,859.02 11,419,914,903.89 15,272,251.75 n 5 5 275,358.33 219,571.81 Tabel 6. Perhitungan Varians No 1 357,363.34 221,708.84 6,724,823,633.22 4,566,914.317 2 297,732.94 221,246.76 500,623,262.15 2,805,470.902 53,432.0009 5 1,953.98642 3 258,928.73 219,572.96 269,932,019.03 1.3548966 4 236,718.69 217,104.06 1,493,021,624.77 6,089,720.966 5 226,047.94 218,226.39 2,431,514,364.71 1,801,144,213 1,097,859.0 Σ 1,376,791.64 2 11,419,914,903.89 15,272,251.75 2,854,978,7 25.97 062.94 3,818, n 5 5 275,358.33 219,571.81 Tabel 7. Perhitungan Koefisien Korelasi No 1 357,363.34 221,708.84 79,230,613,787.01 127,708,563,923.222 49,154,809,734.1456 2 297,732.94 221,246.76 65,872,448,320.27 88,644,903,561.044 48,950,128,810.4976 3 258,928.73 219,572.96 56,853,748,068.70 67,044,082,040.838 48,212,289,154.6209 4 236,718.69 217,104.06 51,392,591,044.07 56,035,738,195.316 47,134,177,210.5649 5 226,047.94 218,226.39 49,329,625,913.14 51.097.671.178,244 47,622,757,292.4321 302,679,027,133.1 Σ 1,376,791.64 1,097,859.02 9 390,530,958,898.66 241,074,162,202.26 46

berikut: = 0.8965 Dari hasil perhitungan sebelumnya maka dihitung besarnya nilai t hitung sebagai = 2,413 Jadi nilai dari t-hitung = 2,413 Menentukan derajat kebebasan (dk). Untuk menentukan derajat kebebasan (dk) maka terlebih dahulu harus diketahui apakah variansnya homogen atau tidak. Oleh karena itu dilakukan uji homogenitas varians dengan uji F. Nilai F hitung tersebut dibandingkan dengan F tabel dengan dk pembilang (5-1=4) dan dk penyebut (5-1=4). Berdasarkan dk tersebut dan harga F tabel untuk kesalahan 5% F tabel=6,39 dan untuk taraf kesalahan 1% maka F tabel=15,98. Karena F hitung > F tabel baik untuk taraf kesalahan 5% maupun 1 % maka artinya bahwa varians tidak homogen. Oleh karena itu derajat kebebasan untuk mencari t-tabel adalah dk=n 1-1 atau n 2-1sehingga nilai dk: dk = n 1-1 atau n 2-1 = 5-1 = 4 1. Menentukan t-tabel 47

Untuk menentukan t-tabel adalah dengan pengujian pihak kanan, dengan tingkat signifikansi (α) yang digunakan adalah sebesar 5% dengan dk = 4, maka diperoleh nilai dari t-tabel = 2,132. 2. Pengujian hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Untuk menguji hipotesis yang diajukan tersebut apakah diterima atau ditolak, maka nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel. Perbandingan nilai t-hitung dan t- tabel disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 8. Perbandingan Nilai t-hitung dan t-tabel t-hitung t-tabel 2,413 2,132 Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai t-hitung (2,413) > t-tabel (2,132), dengan demikian hipotesis nol (Ho) ditolak pada taraf nyata 5%. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hipotesis Biaya kualitas sebelum implementasi TQM lebih besar dari biaya kualitas sesudah implementasi TQM dapat dikonfirmasikan. V. IMPLIKASI Berdasarkan temuan-temuan, sebaiknya, Divisi Tempa & Cor PT. X membagi kategori biaya kegagalan kedalam dua kelompok biaya yaitu biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal sehingga perusahaan bisa menilai seberapa besar biaya yang dikeluarkan untuk produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi sebelum produk tersebut sampai ke tangan konsumen dan seberapa besar biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi dan produk tersebut sudah sampai ke tangan konsumen. Sehingga dengan demikian perusahaan bisa menilai apakah produk yang dihasilkannya sudah sesuai dengan spesifikasi atau tidak, dan perusahaan bisa menilai seberapa besar ketidakpuasan konsumen terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan karena seperti yang diungkapkan oleh Horngren et al. (2008:295) bahwa salah satu ukuran nonfinansial kepuasan pelanggan adalah dengan mengukur jumlah unit cacat yang dikirimkan ke pelanggan sebagai persentasi total unit yang dikirimkan, sehingga hal ini bisa dijadikan masukan bagi perusahaan untuk 48

berproduksi lebih baik lagi agar bisa menghemat biaya dan agar produk yang dihasilkan perusahaan bisa menciptakan kepuasan bagi konsumen. --- 000 --- REFERENSI Ariani, Dorothea Wahyu. 2003. Manajemen Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif. Ghalia Indonesia. Blocher, Edward J., Kung H. Chen, dan Thomas W. Lin. 2000. Manajemen Biaya, Ed.1 Alih Bahasa: Susty Ambarriani. Salemba Empat. Ellitan, Lena., dan Lina Anatan. 2007. Manajemen Operasi dalam Era Baru Manufaktur. Penerbit ALFABETA. Hadiati, Sri. 2007. Pengaruh Faktor-Faktor Manajemen Mutu Terpadu Terhadap Proses Bisnis Internal dan Keunggulan Bersaing Industri Manufaktur yang Memperoleh Iso 9000 Di Jawa Timur. Jurnal Ekonomi Manajemen. Diakses 18 September 2008. Hatane, Semuel. 2003. Penerapan TQM Suatu Evaluasi Melalui Karakteristik Kerja. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan,Vol. 5 No. 1. Diakses 18 September 2008. Horngren, Chrales T., Srikant M. Datar., dan George Foster. 2008. Akuntansi Biaya: Penekanan Manajerial. Ed. 11. INDEKS. Nasution, M.N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu (TQM). Ed. 2. Ghalia Indonesia. Setiawan, Wicaksono. 2006. Pengaruh Implementasi TQM (TQM) Terhadap Budaya Kualitas. Thesis. Diakses 18 September 2008, Web Site www.damandiri.or.id Sularso., dan Murdijanto. 2004. Pengaruh Penerapan TQM Terhadap Kualitas Sumberdaya Manusia. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol.6 No.1. Supriyono. 2007. Manajemen Biaya. BPFE. Tjiptono, Fandi., dan Diana. 2003. TQM. Ed.5. ANDI. 49