POLITIK HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG POLITIK DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah)

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

Berdasarkan Pasal 22E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,

d. Mendeskripsikan perkembangan politik sejak proklamasi kemerdekaan.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

Usulan Perbaikan Pasal-pasal Keuangan Politik Di Dalam Undang-undang tentang Pemilihan Umum anggota DPR/DPRD dan DPD (UU No.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.

TATA CARA PENGADUAN PENYALAHGUNAAN WEWENANG PEJABAT PP 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PNS

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM

Reformasi Kelembagaan MPR Pasca Amandemen UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

APA DAN BAGAIMANA PEMILU 2004?

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

DEMOKRASI PANCASILA. Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN TENTANG

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum, selanjutnya disebut pemilu adalah sarana pelaksanaan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

BAB I PENDAHULUAN. Hasil amandemen Undang-undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. adanya pemerintah yang berdaulat dan terakhir yang juga merupakan unsur untuk

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

UU 4/2000, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KOMISI PEMILIHAN UMUM,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEDOMAN TEKNIS VERIFIKASI SYARAT CALON PENGGANTI ANTARWAKTU ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA

POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI)

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

2016, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang; b. bahwa Pasal 22B huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tent

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

Transkripsi:

1 POLITIK HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG POLITIK DI INDONESIA Oleh : TRI HERMINTADI, SH, MH 1. A. Pengantar Jika konfigurasi politik demokratis maka akan melahirkan karakter hukum yang responsif. Konfigurasi partisipasi rakyat secara penuh untuk ikut aktif menentukan kebijaksanaan umum, 2 partisipasi ini dapat di tentukan atas dasar mayoritas oleh wakilwakil rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan di selenggarakan dalam suasana terjadinya kebebasan politik. Begitupun jika konfigurasi politik otoriter akan melahirkan karakter hukum yang konservatif atau ortodoks. Konfigurasi politik otoriter adalah susunan sistem politik yang lebih memungkinan negara berperan sangat aktif serta mengambil hampir seluruh inisiatif dalam pembuatan kebijakan negara. 3 Konfigurasi ini ditandai oleh dorongan elit kekuasaan untuk memaksakan persatuan, penghapusan oposisi terbuka, dominasi pimpinan negara untuk menentukan kebijaksanaan negara dan dominasi kekuasaan politik oleh elit politik. Dalam mengidentifikasi apakah suatu konfigurasi politik demokratis atau otoriter, maka indikator-indikator yang dipergunakan adalah peranan partai politik dan lembaga perwakilan rakyat, kebebasan pers dan peranan pemerintah. Untuk mengidentifikasi apakah suatu produk hukum resfonsif atau ortodoks, maka indikatorindikatornya yang dipergunakan adalah proses pembuatannya sifat dan fungsinya dan kemungkinan penafsirannya. Perundang-undangan di bidang politik dalam hal ini Undang-undang No.12 tahun 2003 tentang Pemilu Anggota DPR,DPD dan DPRD, dan Undang-undang Nomor 23 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. 1 Penulis adalah Peneliti Pada Puslitbang Kumdil MARI/sebagai struktural di Badilag MARI. 2 Arianto, Satya. Kumpulan Materi Kuliah Politik Hukum. Jakarta. Universitas Indonesia. Hal.7 3 Ibid. Hal. 7

kontitusi. 4 Prinsip kehidupan ketatanegaraan yang berkedaulatan rakyat di tandai bahwa 2 Menurut hemat penulis Perundang-undangan tersebut dibuat di era reformasi yang menjunjung tinggi semangat kebebasan dan keterbukaan serta demokratisasi baik pada tataran eksekutif, legeslatif serta masyarakat Indonesia pada umumnya, atas dasar tersebut dapat ditafsirkan bahwa UU No.12 tahun 2003, UU No.23 tahun 2003 dan PP No.9 tahun 2004 termasuk berciri konfigurasi politik demokratis yang melahirkan karakter hukum yang responsif. Meskipun dalam praktek proses pembuatan dan pelaksanaannya masih di jumpai penyimpangan-penyimpangan yang mengurangi nilainilai keadilan dan demokratisasi. Pandangan Ilmu Hukum Tata Negara terhadap Pemilu, merupakan obyek bahasan yang menarik salah satu kajian ilmu hukum tata negara adalah hal-hal yang ada kaitannya dengna masalah-masalah kekuasaan. Dalam kaitannya dengan kekuasaan maka dari sudut pandang ilmu hukum tata negara, pemilu merupakan proses pergantian kekuasaan yang di lakukan secara berkala dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan prinsip-prinsip yang digariskan oleh setiap warga negara berhak ikut aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan ketatanegaraan. Oleh Karena itu, dari kajian Hukum tata Negara, pemilu merupakan proses pengambilan keputusan oleh rakyat dalam kehidupan ketatanegaraan sebagai sarana pengemban kedaulatan rakyat dalam rangka pembentukan lembaga-lembaga perwakilan, di samping pemilu memiliki fungsi rekrutmen pemimpin dan legitimasi pelaksanaan kekuasaan. Begitu mendasarnya pemilu sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dapat kita telusuri sejak awal berdirinya republik ini hingga kurun waktu orde baru sampai dengan orde reformasi sekarang yang telah dilaksanakan pada tanggal 5 April 2004 untuk pemilihan legislatif dan 5 Juli 2004 untuk pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Oleh karena itu dapatlah dipahami bahwa pemilu merupakan kegiatan ketatanegaraan yang sangat penting dalam proses penyelenggaraan kekuasaan negara 4 Muhammad, Asrun dan Nurtjahjo, Hendra, 70 tahun Prof.Dr.Harun Alrasid. Jakarta. Fakultas Hukum UI.2000.Hal 17.

3 Indonesia yang menganut prinsip-prinsip kedaulatan rakyat sebagaimana di tegaskan dalam Pembukaan UUD 1945. Adanya perubahan Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, kedaulatan rakyat tidak lagi dilaksanakan oleh MPR, akan tetapi menurut ketentuan Undang-undang Dasar sesuai Pasal 1 ayat (2) yang menyatakan bahwa : Kedaulatan berada di tangan rakyat dan di laksanakan menurut Undang-undang Dasar. Salah satu wujud dari kedaulatan rakyat adalah pemilihan umum baik untuk anggota DPR, DPD dan DPRD maupun untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden atas dasar itu rakyat dapat memilih langsung wakil-wakilnya di DPR sesuai Pasal 19 ayat (1) UUD 1945 sebagai berikut : Anggota dewan perwakilan rakyat di pilih melalui pemilihan umum, dengan ketentuan ini semua anggota DPR,DPD dan DPRD harus di pilih oleh rakyat tidak ada lagi yang di angkat seperti sebelumnya. Begitupun Presiden dan Wakil Presiden di pilih secara langsung oleh rakyat. Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden di usulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu seperti dinyatakan dalam Pasal 6 A Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia sebagai berikut : Presiden dan wakil Presiden di pilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat dan pasangan calon presiden dan wakil presiden di usulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta Pemilu sebelum pelaksanaan pemilihan umum. 5 Pemilu Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat di laksanakan setiap lima tahun sekali secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil oleh sebuah komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri. 6 Pemilu Presiden dan wakil Presiden merupakan proses politik bagi bangsa Indonesia menuju kehidupan politik yang lebih demokratis dan bertanggung jawab, dan hal tersebut untuk menjamin pelaksanaan Pemilu Presiden dan wakil Presiden yang berkualitas, memenuhi derajat kompetisi yang sehat, partisipatif dan dapat di pertanggung jawabkan. 5 RI Undang-undang dasar 1945. 6 Lembaga Informasi Nasional. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Jakarta:LIN.2004). Hal viii

4 Dalam tulisan ini di arahkan untuk memfokuskan pada politik hukum khususnya yang terdapat dalam Undang-undang No. 12 tahun 2003 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, Undang-undang No. 23 tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Pada awal tulisan di perdalam pembahasan tentang kebijakan pemberlakuan ketentuan perundang-undangan, yaitu UU No.12 tahun 2003 tentang PEMILU Anggota DPR,DPD dan DPRD, UU no.23 tahun 2003 tentang PEMILU Presiden dan Wakil Presiden dan PP No.9 tahun 2004 tentang Kampanye oleh Pejabat Negara, selanjutnya akan diuraikan berbagai permasalahan menyangkut ketiga ketentuan perundangundangan tersebut. B. Kebijakan Pemberlakuan Menurut Prof. Hikmahanto Juwana, SH,LLM,Ph.D, undang-undang Pemilihan Umum di samping mengatur tentang bagaimana seorang individu dapat mewakili rakyat dalam lembaga legislatif, bisa juga ditujukan untuk memberi legitimasi adanya demokrasi di suatu negara. 7 Memilih Presiden dan wakil Presiden secara langsung tanpa paksaan dari pihak manapun. Hal ini akan memberikan label demokrasi terhadap Indonesia, begitu juga terhadap PP No.9 tahun 2004 yang mengatur tentang ketentuan kampanye pemilu yang di lakukan oleh pejabat negara seolah-olah akan tergambarkan bahwa pejabat negara harus memenuhi persyaratan tertentu jika ingin melakukan kampanye pemilu. Kondisi ini juga akan melahirkan stigma positif bagi pemerintah. Pertimbangan-pertimbangan di atas merupakan kebijakan pemberlakuan yang memang memiliki muatan politis dan berpihak kepada pembuat Perundangan-undangan, sedangkan kebijakan dasar dari perundangan-undangan tersebut relatif lebih netral dan bergantung pada nilai universal dari tujuan dan alasan pembuatan perundang-undangan tersebut. 7 Hikmahanto, Juwana, Politik Hukum Undang-undang Bidang Ekonomi di Indonesia. Makalah. 2004. Hal 4

5 Kebijakan dasar UU No.12 tahun 2003 tentang Pemilu Legislatif untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis kuat dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana di amanatkan UUD 1945. Selain itu untuk mengakomodasi daerah di pilih anggota DPD yang pesertanya perorangan, dan kebijakan dasar UU No.23 tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan wakil Presiden untuk memilih Presiden dan wakil Presiden agar memperoleh dukungan yang kuat dari rakyat, sehingga mampu menjalankan fungsi-fungsi kekuasaan pemerintahan negara dalam rangka tercapainya tujuan nasional sebagaimana di amanatkan UUD 1945, sedangkan kebijakan dasar PP No.9 tahun 2004 tentang Kampanye Pemilihan Umum oleh Pejabat Negara agar para pejabat negara pada saat melakukan kampanye memenuhi ketentuan penggunaan fasilitas negara yang melekat dan terkait dengan jabatannya, disamping itu, cuti bagi pejabat negara untuk melaksanakan kampanye serta untuk tetap memelihara terselengaranya misi dan kelancaran tugas-tugas pemerintahan. Kebijakan pemberlakuan suatu perundang-undangan memiliki muatan politis dan kerap di pengaruhi oleh faktor, baik faktor internal (dalam negeri) dan faktor eksternal (luar negeri) faktor internal bisa berasal dari, keinginan individu, keinginan partai politik, keinginan LSM dan bahkan keinginan masyarakat. Sedangkan faktor eksternal berasal dari keinginan negara donor yang mempunai kepentingan tertentu. C. Ragam Kebijakan Pemberlakuan UU Bidang Politik 1. Faktor Internal Faktor internal terpenting yang mempengaruhi proses pembuatan UU No.23 tahun 2003 adalah sebagai berikut : a. Adanya tuntutan pelaksanaan pemilihan langsung oleh rakyat sejalan dengan era reformasi yang mengedepankan kebebasan dan keterbukaan serta demokratisasi menuju kedaulatan rakyat yang sesungguhnya. Adanya pemilihan anggota legislatif, Presiden dan Wakil Presiden secara langsung di harapkan akan terpilih

6 wakil-wakil rakyat sehingga memiliki legitimasi yang kuat untuk menjalankan pemerintahan. b. Mengganti ketentuan yang lama, sebelum UUD 1945 di amandemen, dalam sistem ketatanegaraan, Presiden dan wakil Presiden di pilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) selaku pemegang kedaulatan rakyat. Setelah di amandemen UUD 1945 dan di tetapkan UU No.23 tahun 2003 Presiden dan wakil Presiden dapat di pilih secara langsung oleh rakyat yang telah di laksanakan pada tahun 2004. Adanya kepentingan Politik, dalam proses pembuatan UU No.12 tahun 2003 di indikasi penuh dengan nuansa politis, sehingga banyak pihak menilai UU No.12 tahun 2003 kurang demokratis dan cenderung memihak kelompok tertentu. Bahkan ada juga kelompok yang mengatakan bahwa UU tersebut cacat hukum, namun meskipun demikian UU No.12 tahun 2003, dan UU No.23 tahun 2003 tetap menjadi payung hukum pelaksanaan Pemilu 2004. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal terpenting yang mempengaruhi proses pembuatan UU No.23 tahun 2003 tentang Pemilihan Presiden secara langsung adalah sebagai berikut : a. Menarik simpati dunia internasional Gelombang demokratisasi yang melanda negara-negara di belahan dunia menarik minat Indonesia untuk turut serta, demokrasi seolah telah menjadi mata uang yang berlaku di negara manapun, penegakan demokrasi (dan juga HAM) di suatu negara menjadi tolok ukur kemajuan suatu bangsa di mata dunia internasional. Salah satu wujud demokrasi yang menarik perhatian dunia internasioanl pada saat-saat ini adalah pemilihan langsung anggota legislatif, Presiden dan wakil Presiden di Indonesia. Indonesia di nilai banyak pengamat internasional telah mengalami kemajuan dibidang demokratisasi yang pesat, terutama sejak pemilu, legislatif dan pemilu Presiden dan wakil Presiden yang terbilang lancar dan aman. Jadi tak dapat di sangkal bahwa proses pembuatan UU No.23 tahun 2003 oleh pemerintah dan DPR juga di arahkan untuk menarik simpati dunia internasional.

7 b. Melakukan Harmonisasi Hukum di Indonesia. Harmonisasi hukum di negara berkembang merupakan suatu hal yang penting untuk dicapai. Harmonisasi yang menjerumus pada keseragaman di bidang infrastruktur hukum akan berdampak pada kenyaman untuk berinvestasi dari pelaku usaha negara maju di Indonesia yang berkembang. Harmonisasi hukum di Indonesia, seperti harmonisasi UU di Bidang politik di tuntut oleh negara maju dalam rangka kampanye demokratisasi yang beraroma western yang melegalkan pemilihan anggota legislatif, presiden dan wakil presiden secara langsung, tampaknya perundang-undangan kita tentang Pemilu mengadopsi dari hukum barat dalam hal ini khususnya Amerika Serikat, negara yang selama ini mempunyai kepentingan besar di Indonesia. Harmonisasi UU politik ini memang cukup mengakomodir kepentingan asing di Indonesia. Hal ini karena pertimbangan opini internasional tentang perkembangan demokratisasi dan penegakan HAM di Indonesia. c. Merespon Kebutuhan Masyarakat Dalam banyak kesempatan, negara-negara donor mempunyai kepentingan untuk mempengaruhi pemerintah Indonesia untuk membentuk suatu Undangundang. Kepentingan asing tersebut membungkus kepentingannya dengan mengatakan bahwa apa yang di lakukan adalah kebutuhan masyarakat Indonesia. Bahkan pesan-pesan sponsor asing telah menyusup menjadi agenda kerja para pejabat dan politisi. Dalam UU No.23 tahun 2003 secara tersirat tidak tertutup kemungkinan mengandung pesan sponsor yang mempunyai kepentingan di Indonesia. D. Permasalahan Seputar Pelaksanaan Rangkaian Pemilu Permasalahan seputar UU No.23 tahun 2003 lebih besar pada aspek pelanggaran pada pelaksanaan rangkaian pemilu, kurang sosialisasi atau memang ketaatan masyarakat pada undang-undang masih sangat rendah. Pelanggaranpelanggaran tersebut antara lain sebagaimana berikut :

8 a. Melakukan Politik Uang Untuk Mempengaruhi Pemilih. Praktek-praktek politik uang selama masa kampanye putaran pertama melanggar beberapa peraturan seperti, Pasal 77 ayat (1) UU No. 12 tahun 2003, selama masa kampanye sampai di laksanakan pemungutan suara, calon DPR, DPD Propinsi dan DPRD Kabupaten/Kota di larang menjanjikan dan/atau memberikan uang atau materi lainnya untuk mempengaruhi pemilih. Dalam Pasal 39 SK KPU 701 tahun 2003 menyebutkan bahwa selama masa dilaksanakan pemungutan suara, calon anggota DPR, DPD dan DPRD Propinsi, serta DPRD Kabupaten/Kota di larang menjanjikan dan atau/ memberikan uang atau materi lainnya untuk mempengaruhi pemilih. b. Melakukan Kampanye di luar Jadwal Kampanye Pemilu legislatif yang telah dilaksanakan pada tahun 2004 lalu banyak terjadi pelanggaran dimana para Parpol melaksanakan kampanye di luar jadwal, padahal Pasal 138 ayat (3) UU No.12 tahun 2003 mengatakan antara lain sebagai berikut : Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kampanye di luar jadwal waktu yang telah ditetapkan oleh KPU untuk masing-masing peserta Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (3), di ancam dengan pidana penjara paling singkat 15 (lima belas) hari atau paling lama 3 (tiga) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.100.000,00 (seratus ribu rupiah) atau paling banyak Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah). Hal tersebut di atas menimbulkan polemik di masyarakat apakah yang dilakukan parpol termasuk kampanye atau bukan. Untuk menjelaskan hal ini, dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) No. 07 tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD pada ketentuan umum di sebutkan lima unsur mengenai batasan apa itu yang disebut kampanye, baik untuk Parpol ataupun calon anggota DPD. Kelima unsur tersebut adalah pertama dilakukan oleh pengurus parpol dan atau calon anggota DPR/DPRD. Kedua meyakinkan pemilih yang bukan anggota

9 (keanggotaan di tandai oleh kartu tanda anggota). Ketiga untuk mendapatkan dukungan sebesar-besarnya (misal ajakan tertulis atau lisan untuk mencoblos tanda gambar dan nama calon tertentu) dengan menawarkan program. Keempat melalui media/ruang terbuka/ruang tertutup. Kelima dilaksanakan pada 11 Maret 2004 hingga 1 April 2004, sedangkan untuk calon anggota DPD ada perbedaan yakni tidak ada unsur meyakinkan pemilih bukan anggota dan bersifat komulatif artinya harus memenuhi semua unsur tersebut bila dikategorikan pelanggaran. c. Penyalahgunaan Fasilitas Jabatan, Fasilitas Pemerintah dan fasilitas Umum. Penyalahgunaan fasilitas jabatan, fasilitas pemerintah dan fasilitas umum, termasuk pelanggaran yang cukup banyak pada pelaksanaan kampanye pemilihan anggota legislatif, pada tahun 2004. Selanjutnya apa yang dimaksud dengan fasilitas jabatan, fasilitas pemerintahan dan fasilitas umum? Pasal 75 ayat (2) huruf a UU No.12 tahun 2003 menyebutkan bahwa : Pejabat negara yang berasal dari partai politik yaitu, Presiden/wakil Presiden/Menteri/Gubernur/Wakil Gubernur/Bupati/wakil Bupati/Wali kota/wakil Walikota. Dalam kampanye harus memenuhi ketentuan tidak menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatannya, fasilitas yang terkait dengan jabatannya adalah semua bentuk kewenangan, barang, jasa dan fasilitas lainnya yang melekat pada jabatan, dibiayai sebagian atau seluruhnya oleh APBN/APBD yang pemanfaatannya berada dibawah wewenang dan tanggung jawab jabatannya dan untuk mendukung kegiatan penyelenggaraan negara, pemerintah dan pembangunan. E. Penutup Kesimpulan Identifikasi suatu konfigurasi politik demokratis atau otoriter, indikatorindikator yang di pergunakan adalah peranan partai politik dan Lembaga Perwakilan Rakyat, kebebasan pers dan peranan pemerintah. Sedangkan untuk mengidentifikasi apakah suatu produk hukum responsif atau ortodoks, maka indikatornya-indikatornya

10 yang dipergunakan adalah proses pembuatannya, sifat dan fungsinya dan kemungkinan penafsirannya. Undang-undang No.12 tahun 2003 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, Undang-undang No.23 tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, dan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 2004 tentang kampanye oleh Pejabat Negara berciri konfigurasi politik demokratis yang melahirkan karakter hukum yang responsif. Pemilu merupakan proses pengambilan keputusan oleh rakyat dalam kehidupan ketatanegaraan sebagai sarana pengemban kedaulatan rakyat dalam rangka pembentukan lembaga-lembaga perwakilan, disamping Pemilu memiliki fungsi rekrutmen pemimpin dan legitimasi pelaksanaan kekuasaan. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden merupakan suatu proses politik bagi bangsa Indonesia menuju kehidupan politik yang lebih demokratis dan bertanggung jawab, untuk menjamin pelaksanaan pemilu Presiden dan wakil Presiden yang berkualitas, memenuhi derajat kompetisi yang sehat, partisipasi dan dapat dipertanggung jawabkan. Memilih Presiden dan wakil Presiden secara langsung tanpa paksaan dari pihak manapun, akan memberikan label demokrasi terhadap Indonesia, sedangkan kampanye Pemilu yang dilakukan oleh pejabat negara akan tergambarkan bahwa pejabat negara harus memenuhi persyaratan tertentu jika ingin melakukan kampanye pemilu. Kondisi tersebut juga akan melahirkan stigma positif bagi Indonesia. Faktor internal terpenting yang mempengaruhi pelaksanaan langsung oleh rakyat adalah sejalan dengan era reformasi yang mengedepankan kebebasan, keterbukaan dan demokratisasi menuju kedaulatan rakyat yang sesungguhnya, mengganti ketentuan lama yang dinilai kurang demokratis maupun dikatakan cacat hukum dengan ketentuan yang baru yang menjadi payung hukum pelaksanaan pemilu.tahun 2004. Faktor eksternal terpenting yang mempengaruhi proses pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung adalah, menarik simpati dunia internasional, melakukan harmonisasi hukum di Indonesia, merespon kebutuhan masyarakat

11 Permasalahan seputar Undang-undang No.23 tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden lebih besar pada aspek pelanggaran dalam rangkaian Pemilu, kurang sosialisasi atau memang ketaatan masyarakat pada undang-undang masih rendah.

12 Daftar Pustaka Arianto, Satya. Kumpulan Materi Kuliah Politik Hukum. Jakarta. Universitas Indonesia. 2002.. Muhammad, Asrun dan Nurtjahjo, Hendra. 70 tahun Prof.Dr.Harun Alrasid. Jakarta. Fakultas Hukum UI. 2000. Himahanto, Juwana. Politik Hukum Undang-undang Bidang Ekonomi di Indonesia. Makalah.2004. Lembaga Informasi Nasional. Pemilihan Presiden dan wakil Presiden. Jakarta :LIN.2004. RI. Undang-undang Dasar 1945 Amandemen. RI. Undang-undang No.12 tahun 2003 tentang PEMILU Anggota DPR,DPD dan DPRD. RI. Undang-undang No. 23 tahun 2003 tentang PEMILU Presiden dan Wakil Presiden. Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 2004 tentang Kampanye oleh Pejabat Negara.