BAB IV ANALISIS DATA. data tersebut. Peneliti menemukan beberapa hal mengenai bahasa harian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN. telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

sebagai penjembatan dalam berinteraksi dan berfungsi untuk

ETIKA DALAM BERKOMONIKASI

Modul ke: TEORI INTERPRETIF 15FIKOM INTERAKSIONAL SIMBOLIK. Fakultas. Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

Materi Minggu 1. Komunikasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam video konser Super Junior bertajuk Super Show World Tour 1-5 banyak

BAB II LANDASAN TEORI

5 KEY ELEMENT SERVICE

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB IV ANALISIS PROSES KOMUNIKASI VIRTUAL PADA KOMUNITAS WOSCA. Proses komunikasi virtual pada komunitas women online community

BAB II KAJIAN TEORITIS. a. Pengertian Komunikasi Interpersonal

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

05FIKOM. Pengantar Ilmu Komunikasi. Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

Komunikasi. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30).

BAB IV ANALISIS DATA. proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HAKIKAT PESAN DALAM KOMUNIKASI Danus Ardiansah 5F31 B

BAB V PENUTUP. yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Kesimpulan tersebut meliputi

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB IV ANALISIS DATA.

ETIKA DAN ETIKET DALAM KOMUNIKASI

Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si.

BAB IV ANALISIS DATA. data dalam penelitian kualitatif, yang diperoleh dari beberapa informan yang

APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS

BAB IV ANALISIS DATA. bermanfaat untuk menalaah data yang diperoleh dari beberapa informan yang. dengan proses pengumpulan data dilapangan

BAB I PEBDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI BAGI PENGEMBANGAN DIRI MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari berbagai data dan fakta yang telah diperoleh dari lapangan,

BAB IV PEMBAHASAN. antara ayah dan anak remaja pasca perceraian, berikut peneliti memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SKALA AKTUALISASI DIRI REMAJA DITINJAU DARI KELEKATAN REMAJA DAN IBU

BAB IV ANALISIS DATA. menjelaskan dan memastikan kebenaran temuan penelitian. Analisis data

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Eksistensi Budaya Komunikasi Blater Di Desa Tambuko. dan memilih melakukan aksi kriminal di luar lingkungan desa mereka.

BAB II LANDASAN TEORI

BENTUK DASAR KOMUNIKASI. mencakup berbagai macam bentuk komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal

KOMUNIKASI BISNIS DALAM ORGANISASI

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang lain, bahkan memecahkan suatu permasalahan. 1 Kelompok adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data adalah bagian dari tahap penelitian kualitatif yang berguna

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.

A. DASAR-DASAR KOMUNIKASI BISNIS BAB I

BAB IV ANALISA DATA. data sekunder yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui proses. wawancara dan observasi secara langsung di lokasi penelitian.

Komunikasi: Suatu Pengantar. Tine A. Wulandari, M.I.Kom.

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB IV ANALISI DATA. A. Temuan Penelitian. Dari sajian data yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya,

SARANA BERFIKIR ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,

BAB IV ANALISIS DATA. dikumpulkan, diklasifikasikan dan dianalisis. mewawancarai secara mendalam kepada responden.

Angket 1 No Pernyataan SS S TS STS

KONSEP DASAR KOMUNIKASI

ABSTRAK. Kata Kunci : Gaya Komunikasi, Karang Taruna.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISIS DATA. untuk menelaah semua data yang telah diperoleh peneliti. Selain itu, juga

BAB I PENDAHULUAN. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh

UNSUR, PRINSIP, MODEL KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar

KOMUNIKASI DAN ETIKA PROFESI

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

ABSTRAK. Kata kunci: stakeholder, pelanggan, proses komunikasi interpersonal, tahapan penetrasi sosial

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa

Komunikasi Non-Verbal Pustakawan sebagai Penyaji Informasi. Sri Andayani Magister Ilmu Perpustakaan dan Informasi

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

BAB IV ANALISIS DATA. (Blackberry Messenger), penelitian yang berguna untuk mengkaji data yang

BAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB V PENUTUP. orang tua dan anak remaja pemabuk untuk dapat meminimalisir dampak. masalah dan mampu menemukan solusi dari permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya dapat hidup berkembang dan

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Selamat pagi / siang /sore, Saudara dan Saudari yang saya hormati,

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

77 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Merujuk pada hasil penyajian data yang peneliti sajikan pada sub bab sebelumnya, saat ini secara mendetail dan sistematis dapat kami sampaikan temuan-temuan apa saja yang diperoleh dari hasil penyajian data tersebut. Peneliti menemukan beberapa hal mengenai bahasa harian santri dalam membangun keakraban di lingkungan ponok pesantren sunan drajat. Dan berikut ini merupakan temuan inti yang diperoleh dari penyajian data tersebut: 1. Bahasa harian santri dalam pondok pesantren sunan drajat a. Bentuk komunikasi verbal yang biasa digunakan santri yaitu bahasa yang diadopsi dari bahasa gaul atau bahasa slang sebagai simbol komunikasi dalam membangun keakraban. Seperti aku rapopo (aku tidak apa-apa) bahasa ini berasal dari bahasa jawa yang sekarang sedang ngetren di media massa untuk menyatakan perasaan sedih seseorang dan bahasa ini digunakan para santri dalam berkomunikasi, kepo yang berarti orang yang selalu ingin tahu, masbulo yang berarti masalah buat loe atau kamu dan banyak lagi bahasa-bahasa gaul atau slang yang digunakan para santri dalam berkomunikasi. Tidak hanya itu, bahasa santri di adopsi dari bahasa-bahasa daerah yang digunakan oleh santri lain yang berasal dari daerah 77

78 berbeda yang kemudian disepakati sebagai bahasa bersama seperti bento yang berarti menyatakan orang itu gila, ngetoyeng yang menyatakan bahwa orang itu ngotot atau ingin menang sendiri, ndombos yang berarti melakukan sesuatu dengan sesuka hatinya, ngeremboso yang berarti jelek, ngenjot juga berarti ngotot atau ingin menang sendiri dan perek yang berarti dekat. b. Penggunaan bahasa akrab dengan menggunakan istilah-istilah yang dihasilkan dari interaksi para santri yaitu cs panggilan seseorang yang dekat dengan mereka atau bisa disebut teman akrab, soulmate, saudara, cinta, bebeb itu untuk orang yang akrab dengan kita atau bisa disebut sahabat. Eves itu biasanya panggilan seseorang karena kagum sama orang lain atau ngefens, calte itu calon r.t maksudnya ketika ada seseorang yang berpacaran dengan orang yang sama daerahanya dengan kita tetapi dia berbeda wilayah dengan kita, r.t ya maksudnya satu desa atau satu kota. Sedangkan adik-adikan dan mbakmbakan itu biasanya berawal dari kagum atau ngefens yang kemudian akrab dan memiliki umur yang berbeda seperti adik dan kakak. c. Pendekatan dan perhatian merupakan salah satu bentuk bahasa verbal yang digunakan santri dalam berkomunikasi yaitu memberikan dukungan emosional seperti ketika mereka saling mengingatkan atau menanyakan kabar, makan dan keadaan

79 mereka, menenangkan teman saat mengalami kesulitan dan lainnya. d. Bentuk- bentuk komunikasi non verbal adalah simbol-simbol non verbal yang digunakan selama kegiatan komunikasi berlangsung. Adapun komunikasi non verbal yang dilakukan oleh santri dalam kesehariannya dilingkungan pondok pesantren sunan drajat adalah sebagai berikut: a) Ekspresi wajah Penyampaian pesan komunikasi non verbal yang dilakukan oleh santri yaitu ketika melakukan interaksi mereka mengungkapkan apa yang dirasakan dengan menggunakan ekspresi wajah. Ekspresi adalah suatu sifat ungkapan dari berbagai kombinasi bahasa tubuh. Bisa saja dalam keadaan tidur, makan, senang, susah, gembira, bangga, selebrasi, iri, tidak suka, jahat, cinta, baik, nakal, dan lainnya. Ekspresi wajah merupakan hal yang sangat penting karena ekspresi wajah merupakan hal pertama yang dilihat oleh komunikan atau lawan bicara dan hal ini sangat mempengaruhi arti atau makna dari pesan yang disampaikan. Marah merupakan reaksi terhadap sesuatu hambatan yang menyebabkan Gambar 4.1 : Ekspresi Wajah Marah

80 gagalnya suatu usaha atau perbuatan. Sedih salah satu merupakan emosi akibat berhadapan dengan situasi Gambar 4.2 : Ekspresi Wajah Sedih yang mengecewakan, dan muncul akibat penderitaan kerana luka, derita dan sakit. Senyum merupakan ekspresi wajah yang terbentuk oleh tertariknya otot-otot di sudut-sudut mulut. Ekspresi biasanya Gambar 4.3 : Ekspresi Wajah Senang menggambarkan senang dan gembira. perasaan Mata terlihat melirik ke samping yang dapat menggambarkan bahwa Gambar 4.4 : Ekspresi Wajah Benci keadaan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, seperti

81 tidak menyukai akan suatu hal. b) Bahasa tubuh atau gerak tubuh Anggota tubuh yang sering digunakan santri dalam komunikasi ini adalah tangan dan kepala. Ketika saat bertemu saling berjabat tangan, menganggukkan kepala tanda setuju, menggelengkan kepala dan mengangkat jari telunjuk dengan menggerakkannya kekanan dan kekiri merupakan tanda menolak atau tidak, menepuk pundak teman, merangkul bahu teman dan menyapa teman dengan mengangkat tangan kanan. Mengangkat tangan kanan dengan tersenyum merupakan bentuk komunikasi non verbal saat santri Gambar 4.5 : saling sapa dengan santri lainnya. Mengangkat Tangan Menunjuk dengan jari tangan merupakan salah satu bahasa tubuh yang digunakan santri Gambar 4.6 : Menunjuk Dengan Jari dalam berkomunikasi. Mengacungkan jari telunjuk dan menggerakkan ke kanan dan ke kiri yang berarti tanda Gambar 4.7 : Mengacungkan Jari Telunjuk

82 penolakan atau tidak setuju yang merupakan salah satu bahasa tubuh dari santri dalam berkomunikasi dengan santri lainnya. Gambar 4.8 : Saling Merangkulkan Tangan Saling merangkulkan tangan merupakan simbol komunikasi dalam membangun keakraban antar santri di pondok pesantren sunan drajat. Gambar 4.9 : Berjabat Tangan Gambar 4.10 : Cipika Cipiki Saat bertemu dengan santri lain para santri saling menyapa dengan cara berjabat tangan dan cium pipi kanan cium pipi kiri. Hal ini merupakan bahasa tubuh yang digunakan para santri dalam membangun keakraban di

83 pondok pesantren sunan drajat yang menandakan hubungan mereka sangatlah akrab dan dekat. Gerakan yang mereka gunakan merupakan bentuk dari pengungkapan pesan yang mempunyai beragam makna. Makna-makna yang digunakan sebagai simbol dari komunikasi mereka. Selain itu, gerakan kepala dapat mendukung pesan verbal yang disampaikan. Begitu juga dengan menggunakan tangan yang berfungsi sebagai memberi arti dan penjelasan dari pesan yang dilakukannya. c) Penampilan Tubuh Penampilan tubuh meliputi tipe tubuh dan daya tarik fisik. Penampilan dari santri terlihat sebagian kecil memiliki tampilan fisik yang terkesan seperti seorang lelaki yaitu berambut pendek dan berjalannya pun terkesan sepaerti lelaki yang memang dijelaskan bahwa dengan berpenampilan seperti itu dapat menambah teman akrab atau sekedar mengikuti tren gaya masa kini. Dengan berpenampilan seperti itu, para santri akan memiliki banyak teman dan mempererat hubungan keakraban diantara mereka. Gambar 4.11 : Penampilan Fisik

84 d) Pakaian Pakaian merupakan bentuk dari bahasa non verbal yang terkadang seseorang tidak sadar bahwa pakaian mereka memiliki makna yang terkandung didalamnya. Gambar 4.12 : Kesamaan Pakaian Dalam hal ini, para santri terkadang terlihat menggunakan pakaian yang berwarna senada atau sama ketika berkumpul dengan teman atau sahabat mereka. meskipun para santri tidak sadar akan apa yang mereka lakukan, namun pakaian mereka menunjukkan makna bahwa identitas mereka sama atau mereka menunjukkan identitas mereka dalam sebuah kelompok yang ditandai dengan intensitas kebersamaan mereka sebagai sebuah pembangun keakraban. Gambar 4.13 : Intensitas Kebersamaan Gambar 4.14 : Jubah Sebagai Identitas Santri

85 Dan juga terlihat ketika mereka selalu bersama dalam hal apapun seperti tidur, makan, berjama ah, ngaos, dan mencuci. Semua aktivitas yang dilakukan dalam lingkungan pondok hampir dilakukan bersama-sama. Semua itu merupakan bagian dari simbol komunikasi yang digunakan para santri dalam membangun keakraban. Gambar 4.15 : Makan Bersama Gambar 4.16 : Tidur Bersama 2. Penggunaan bahasa harian dalam membangun keakraban a. Komunikasi digunakan sebagai proses interaksi santri di Lingkungan Pondok Pesantren Putri Sunan Drajat. Bahasa digunakan dalam berkomunikasi sebagai penjembatan dalam berinteraksi dan komunikasi yang digunakan berfungsi untuk menyampaikan pesan yang efektif berupa pertukaran informasi, mempererat hubungan dan hanya sekedar mengisi waktu luang. b. Bahasa non verbal sebagai pendukung pemaknaan suatu pesan. Bentuk dari bahasa non verbal yang digunakan para santri dalam berinteraksi merupakan suatu pendukung dalam

86 menyampaikan pesan. Para santri menggunakan bahasa non verbalnya untuk menguatkan dan melengkapi bahasa verbal mereka. yang mana terkadang bahasa verbal kurang efektif digunakan komunikator dalam mengirim pesan, seperti perbedaan bahasa yang memang dalam lingkungan pondok pesantren terdapat santri yang tinggal di daerah yang berbedabeda dan hal ini dapat menimbulkan miss comunication. Pesan non verbal dapat digunakan sebagai pendukung komunikator saat memberikan pesan kepada komunikan sehingga komunikasi bisa berjalan dengan efektif. c. Bahasa harian santri putri digunakan untuk mempererat hubungan santri di lingkungan Pondok Pesantren Putri Sunan Drajat. Bahasa yang digunakan para santri dalam lingkungan Pondok Pesantren Putri Sunan Drajat yang berbentuk verbal dan non verbal digunakan untuk mempererat hubungan dan membangun kepercayaan. dalam hal ini hubungan erat ditandai dengan tingkat kebersamaan mereka sehingga hubungan yang mereka bangun menjadi sangat dekat. Hal ini dikarenakan bahasa yang digunakan sangat mudah dan nyaman digunakan dan para santri sudah mengerti arti dari bahasa tersebut dan terkadang bahasa tersebut digunakan untuk berkomunikasi dengan satu kelompok agar kelompok lain tidak mengetahui arti yang dibicarakan oleh suatu kelompok tersebut.

87 Penggunaan bahasa tersebut digunakan dalam hal pertukaran informasi mempererat hubungan atau hanya sekedar mengisi waktu luang sebagai pembangun hubungan diantara para santri. B. Konfirmasi Temuan Dengan Teori Pada sub bab ini akan dibahas satu persatu temuan-temuan yang didapat dari lapangan. Pembahasan ini dengan cara mengkonfirmasikan temuan yang didapat dilapangan dengan teori yang digunakan oleh peneliti. Hal ini dikarenakan di dalam penelitian kualitatif pada dasarnya adalah secara maksimal harus dapat menampilkan teori baru. Tetapi jika itu tidak dimungkinkan maka tindakan seorang peneliti adalah melakukan konfirmasi dengan teori yang telah ada. Dalam penelitian Bahasa Harian Santri Putri Dalam Membangun Keakraban di Lingkungan Pondok Pesantren Sunan Drajat ini, peneliti mengacu pada Teori Interaksionalisme Simbolik. Setiap orang menggunakan suatu bahasa dalam berkomunikasi karena salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata atau pesan verbal, perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan perkembangan bahasa dan

88 menangani hubungan antar manusia dan objek (baik nyata ataupun abstrak) tanpa kehadiran manusia dan objek tersebut. 1 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori interaksionalisme simbolik yang mana Teori interaksionalisme simbolik merupakan suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna, yang di maksud dari simbol tersebut adalah bahasa. Dari bahasa ini lah maka memunculkan makna yang akan disampaikan oleh komunikan kepada komunikator sehingga dapat terjadinya respon dari komunikator tersebut, namun jika tidak ada respon dalam komunikasi maka komunikasi tersebut dianggap gagal atau tidak berhasil. 1. Bahasa sebagai komunikasi efektif dalam berinteraksi Komunikasi merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakpastian dengan jalan berbagai tanda-tanda informasi. Umpan balik memberikan konstribusi pada fungsi ini dengan jalan membuat komunikasi menjadi efektif. Tanpa umpan balik atau respon, informasi yang mengalir dalam satu arah, tanpa ada jaminan untuk mengetahui apakah komunikasi telah terjadi atau berjalan dengan efektif. 2 Komunikasi dikatakan efektif apabila yang dikirim oleh komunikator kepada komunikan dapat diterima oleh komunikan tanpa ada hambatan dalam komunikasi tersebut. Dalam hal ini 1 Mulyana Dedy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Pt Remaja Rosda Karya, 2010), hlm. 92. 2 Lukiati Komala, Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses, Dan Konteks (Padjajaran: Widya, 2009), hlm. 117.

89 pesan yang disampaikan santri dengan santri lainnya berbentuk bahasa verbal dan non verbal yang didalamnya akan terjadi pertukaran simbol atau lambang-lambang yang mengharuskan para santri memberikan makna pada simbol tersebut. Dalam hal ini, George Herbert Mead, yang dikenal sebagai pencetus awal Teori Interaksionisme simbolik, sangat mengagumi kemampuan manusia untuk menggunakan simbol; dia menyatakan bahwa orang bertindak berdasarkan makna simbolik yang muncul di dalam sebuah situasi tertentu. Interaksionisme simbolik membentuk sebuah jembatan antara teori yang berfokus pada individu-individu dan teori yang berfokus pada kekuatan sosial. Dan penjembatan dari interaksi tersebut adalah komunikasi yang didalamnya dapat terjadi pertukaran simbol bahasa baik itu verbal maupun non verbal. Didalam lingkungan Pondok Pesantren Putri Sunan Drajat, komunikasi digunakan sebagai penjembatan proses interaksi antar santri di pondok pesantren sunan drajat. Komunikasi yang digunakan berupa bahasa verbal dan non verbal yang berfungsi untuk menyampaikan pesan yang berupa pertukaran informasi, mempererat hubungan dan sekedar mengisi waktu luang. Setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep-diri, aktualisasi-diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan

90 ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain. 2. Pemaknaan simbol (bahasa) komunikasi Pertukaran lambang atau bahasa yang dilakukan oleh para santri merupakan suatu proses komunikasi. Secara kodrati manusia senantiasa terlibat dalam komunikasi. Manusia paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lainnya, karena berhubungan menimbulkan interaksi sosial. Terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. Melalui proses interaksi dan komunikasi antar individu dan antar kelompok dengan menggunkan simbol-simbol yang dipahami maknanya merupakan melalui proses belajar. Tindakan seseorang dalam proses interaksi itu bukan semata-mata merupakan suatu tanggapan yang bersifat langsung terhadap stimulus yang datang dari lingkungannya atau dari luar dirinya, melainkan merupakan hasil dari proses belajar dalam memahami simbol-simbol dan saling menyesuaikan makna dari simbol-simbol tersebut. Oleh karena itu meskipun terkadang terdapat hambatan dalam komunikasi dapat diselesaikan karena adanya proses interaksi yang digunakan sebagai proses menyesuaikan makna dari simbol-simbol di tengah interaksi yang nantinya akan menghasilkan maknamakna yang baru. Dengan demikian makna yang ditafsirkan akan menuai kesepakatan yang saling dipahami dan dapat mengurangi dampak konflik pemaknaan.

91 Interaksionisme simbolik melihat makna sebagai sesuatu yang terjadi di antara orang-orang. Makna adalah produk sosial atau ciptaan yang dibentuk dalam dan melalui pendefinisian aktivitas manusia ketika mereka berinteraksi. Ketika dua individu yang berbeda budaya sedang berinteraksi, sangat penting bagi kedua individu tersebut untuk berbagi bahasa yang sama dan sepakat pada denotasi dan konotasi dari simbol-simbol yang mereka pertukarkan, guna mendapatkan makna yang sama dari pembicaraan tersebut. Dari adanya proses interaksi seseorang akan memiliki atau mendapat pengalaman mengenai sesuatu yang didapat dari interaksi tersebut. Sehingga dari pengalaman yang diperoleh seseorang akan dapat menginterpretasikan sesuatu atau objek menurut hasil pengalamnya selama ini, jadi pengetahuan seseorang mengenai makna suatu objek tidak serta merta dimiliki seseorang melainkan suatu proses yaitu interaksi. Dalam lingkungan pondok pesantren yang santrinya berasal dari daerah berbeda berinteraksi menggunakan bahasa-bahasa berbeda sesuai dengan pengalaman mereka sendiri yang kemudian melalui proses interaksi didalam lingkungan pondok pesantren mengharuskan mereka melakukan proses interaksi dengan lingkungan baru yang kemudian melalui proses interaksi itu akan melahirkan bahasa yang memiliki makna baru dan beragam.

92 Proses pergeseran makna melalui simbol-simbol dilakukan di tengah interaksi bertujuan untuk membentuk pemaknaan yang baru yang dapat disepakati secara bersama di tengah masyarakat. Dalam penggunaan bahasa sehari-hari para santri mengadopsi dari bahasa gaul dan bahasa yang diadopsi dari bahasa daerah sehingga memunculkan bahasa-bahasa baru yang memiliki makna yang beragam dan di jadikan bahasa khas dari para santri yang mendiami lingkungan pondok tersebut. Mereka menggunakan bahasa tersebut karena memiliki kesamaan frame berfikir yang diawali pula dengan kesamaan frame bahasa dan pengetahuan yang dibangun melalui interaksi. Teori interaksionalisme simbolik mengungkapkan bahwa pentingnya makna dan membentuk makna bagi perilaku manusia. Dimana dalam teori interaksionalisme simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya dan dengan melalui proses interaksi tersebut muncullah makna bahasa yang dihasilkan dari pengalaman para santri lain yang berbeda daerah dan memiliki budaya yang berbeda yang kemudian bersama-sama membuat makna dari bahasa baru yang mereka sepakati bersama. 3. Perilaku merupakan simbol komunikasi non verbal Komunikasi adalah suatu interaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama melalui pertukaran informasi

93 untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu. 3 Manusia atau individu hidup dalam suatu lingkungan yang dipenuhi oleh simbol-simbol. Tiap individu yang hidup akan memberikan tanggapan terhadap simbol-simbol yang ada, seperti penilaian individu menanggapi suatu rangsangan dari suatu yang bersifat fisik. Pemahaman individu terhadap simbol-simbol merupakan suatu hasil pembelajaran dalam berinteraksi di tengah lingkungannya, dengan cara mengkomunikasikan simbol-simbol yang ada disekitar mereka. Pada akhirnya proses kemampuan berkomunikasi, belajar, serta memahami suatu makna di balik simbol-simbol yang ada, menjadi keistimewaan tersendiri bagi manusia. Ciri khas dari interaksionalisme simbolik terletak pada penekanan manusia dalam proses saling menterjemahkan, dan saling mendefinisikan tindakannya, tidak dibuat secara langsung antara stimulus-response, tetapi di dasari pada pemahaman makna yang diberikan terhadap tindakan orang lain melalui penggunaan simbol-simbol, interpretasi, dan akhirnya tiap individu tersebut akan saling berusaha memahami maksud dan tindakan masingmasing untuk mencapai kesepakatan bersama. Proposisi paling mendasar dari interaksi simbolik adalah perilaku interaksi manusia yang dapat dibedakan karena 3 Ibid, hlm. 73.

94 ditampilkan lewat simbol dan maknanya. Pertukaran simbol yang diberi makna ini dapat membentuk suatu hubungan yang erat ini maka dapat membangun pengungkapan diri dan dapat membangun hubungan. Ketika seseorang menjalin hubungan akrab, maka simbol seperti bahasa yang digunakan dalam komunikasi menimbulkan interaksi dan perilaku yang merupakan bahasa non verbal yang memiliki fungsi sebagai pendukung dalam penyampaian bahasa verbal. Seperti asumsi dari Barbara Ballis Lal mengidentifikasi cara pandang interaksionalisme simbolik yang menyatakan bahwa tindakan manusia didasarkan pada penafsiran-penafsiran dimana objek-objek yang relevan serta tindakan-tindakan tertentu diperhitungkan dan didefinisikan. Penggunaan bahasa non verbal yang dilakukan oleh santri merupakan salah satu bentuk simbol komunikasi yang merupakan tindakan manusia yang didasarkan pada penafsiran diperhitungkan dan didefinisikan. Dalam hal ini, bahasa non verbal di tandai dengan banyak cara yaitu penggunaan bahasa tubuh atau body language seperti ekspresi wajah, penggunaan obyek seperti pakaian dan lainnya. Bahasa-bahasa tersebut berfungsi sebagai pendukung atau penjelas dari maksud suatu pesan yang tidak berjalan dengan efektif.

95 4. Bahasa sebagai pembangun hubungan Interaksi simbolik pada intinya menjelaskan tentang kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang lain, menciptakan dunia simbolik dan bagaimana cara dunia membentuk perilaku manusia, memberikan pengertian bahwa setiap manusia berbeda, oleh karena itu diperlukan sebuah pemahaman tentang manusia lainnya. Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia, mengenai diri, dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat atau lingkungan dimana individu tersebut menetap. Dalam lingkungan Pondok Pesantren Putri Sunan Drajat hubungan yang dibangun didalam suatu interaksi bertujuan untuk menginterpretasikan makna ditengah-tengah masyarakat pondok atau di dalam lingkungan santri tersebut yang mana dalam membentuk hubungan itu tidak hanya menggunakan bahasa verbal saja, namun dalam membentuk hubungan itu santri menggunakan simbol-simbol komunikasi berupa sikap atau tindakan yang memiliki makna-makna yang berbeda dalam menjalin hubungan dengan santri lainnya yang mendiami lingkungan pondok pesantren tersebut. Makna dari suatu simbol komunikasi atau bahasa dapat menumbuhkan suatu keakraban di dalam suatu hubungan.

96 Kualitas hubungan dua orang juga diukur oleh derajat keakraban mereka. Keakraban dapat menimbulkan kebersamaan dan saling ketergantungan. Melalui kesaling bergantungan kedua orang belajar mengenai dengan cara bagaimana mereka dapat bergantung satu kepada yang lainnya untuk memperoleh dukungan, kepercayaan, sumberdaya, pengertian, dan tindakan. Rasa percaya adalah komitmen, suatu perluasan yang menyebabkan dua orang memandang hubungan mereka sebagai berlangsung tanpa batas, dan berusaha untuk meyakinkan bahwa hal ini akan terus berlanjut, dan perhatian tentu saja berkenaan dengan kepedulian terhadap orang lain dan menunjukkan afeksi pada orang tersebut. Dalam berhubungan dengan orang lain dan dalam berinteraksi harus berjalan mulus, santai dan menyenangkan. Sebuah persahabatan tidak akan terjalin antara dua orang yang jarang berinteraksi atau interaksinya tidak memuaskan. Proses interaksi itulah yang menjembatani hubungan tersebut melalui komunikasi baik itu komunikasi antar pribadi atau kelompok. Pemberian dukungan emosional merupakan simbol prilaku dari para santri dalam menjalin keakraban atau persahabatan mereka. Ketergantungan satu sama lain dalam keakraban muncul pada saat mereka sering saling membutuhkan dan saling mempengaruhi, mereka memberikan pengaruh yang kuat satu dan lainnya, saling mempengaruhi dalam banyak cara yang berbeda, dan bertahan dengan saling mempengaruhi dalam jangka waktu yang lama.

97 Ketika hubungan itu saling tergantung satu sama lain, perilaku yang satu dapat mempengaruhi yang lainnya. Sebagaimana diamati oleh Kenneth J. Smith dan Linda Liska Belgrave, Interaksionisme simbolik beragumen bahwa masyarakat dibuat menjadi nyata oleh interaksi individu-individu, yang hidup dan bekerja untuk membuat dunia sosial mereka bermakna. Pada argumentasi ini dapat dilihat meyakinan Mead bahwa individu merupakan partisipan yang aktif dan reflektif terhadap konteks sosialnya. Dalam hal ini, konteks sosial santri adalah hubungan yang terjalin di dalam lingkungan tersebut. Dengan menjalin hubungan tersebut muncullah makna-makna beragam yang dihasilkan dari proses interaksi para santri yang disepakati bersama sebagai bahasa-bahasa yang digunakan dalam keseharian mereka. Meskipun dalam suatu komunitas atau kelompok terkadang terdapat suatu pembaharuan sikap yang menjadi suatu trend yang akan dipertahankan, dihilangkan, atau dipebaharui maknanya dan itu terus melekat pada suatu komunitas atau kelompok, interaksi simbolik juga dapat menjadi suatu alat penafsiran untuk menginterpretaskan suatu masalah atau kejadian. Seperti bahasabahasa yang diadopsi dari perkembangan zaman. Memang bahasabahasa lama terkadang terkubur atau dihilangkan dari kelompok tersebut sesuai dengan bagaimana kelompok tersebut menyikapi perkembangan.