BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin Gereja di Jemaat GPM Hative Besar. Selain latar belakang, penulis juga menjelaskan rumusan dan tujuan penulisan, sumbangsihnya terhadap fakultas teologi dan masyarakat, dan metode atau jenis penelitian apa yang digunakan penulis untuk melengkapi penulisan ini. Dalam penulisan ini menjadi sistematis dan bermanfaat bukan untuk penulisan saja namun bagi orang lain yang membacanya. 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Protestan Maluku sebagai institusi maupun persekutuan sangat membutuhkan pola penataan pelayanan. Hal itu dilakukan demi pengembangan pelayanan ke arah yang lebih baik. Hal ini tergambar dalam peraturan GPM yang di dalamnya terkandung Disiplin Gereja. Disiplin gereja lahir dari kesadaran sungguh bahwa sebagai Tubuh Kristus di dunia, gereja dalam pelaksanaan tugas dan panggilannya harus selalu berjalan dalam tuntunan Roh dan Firman Allah sebagaimana disaksikan dalam Alkitab dan terungkap dalam pengakuan dan ajaran gereja. Namun, di sisi lain ada kecenderungan setiap warga gereja, baik anggota, pegawai, dan pelayan khusus menyimpang dari apa yang seharusnya dilakukan. Di situlah kemudian disiplin gereja akan berfungsi untuk mengembalikan citra setiap warga gereja, dengan penuh cinta kasih. 1 2007), 83. 1 Lihat, Buku Himpunan Peraturan GPM bagian Penggembalaan dan Disiplin (Ambon: BPH Sinode GPM,
Tujuan disiplin gereja yang dilakukan kepada anggota, pegawai, dan pelayan khusus gereja, idealnya adalah untuk menghasilkan suatu pertobatan penuh dan berbalik kepada Firman Allah yang secara nyata terwujud dalam sikap dan perilaku. Dengan tujuan ini maka dapat dipahami bahwa seseorang yang berdosa kemudian harus dilihat sebagai orang-orang yang jauh dari kehendak Allah, yang harus dituntun untuk bertobat dan kembali ke jalan Allah. Allah yang diimani adalah Allah yang penuh kasih dan selalu memberikan kesempatan bagi umatnya untuk mengalami pertobatan. Bertolak dari situ, maka dapat dikatakan bahwa ketika gereja memberikan tindakan disiplin kepada seorang anggota, pegawai, dan pelayan khusus gereja maka sebenarnya gereja sedang melakukan suatu proses penggembalaan terhadap orang yang bersalah, supaya dari proses itu orang tersebut dapat berbalik kepada jalan Allah. Salah satu azas disiplin gereja sebagaimana tertuang dalam Ketetapan Sinode Gereja Protestan Maluku: Nomor 2 Tahun 1995 tentang Penggembalaan dan Disiplin Gereja adalah asas gembala. 2 Yang dimaksud dengan asas gembala adalah bahwa peraturan disiplin ini merupakan wujud dan semangat menggembalakan diri anggota Tubuh Kristus untuk dibangun secara rapi tersusun. Disiplin gereja ini selanjutnya sejalan dengan pemikiran Clebsch yang mana di dalamnya terkandung fungsi-fungsi pastoral, yakni penyembuhan (healing), penopangan (sustaining), pembimbingan (guiding), dan pendamaian (reconsiling). 3 Semua fungsi pastoral ini tentu bermuara pada pemeliharaan dan pelayanan demi hidup yang berkualitas. Warga gereja, siapa pun dia, harus ditolong untuk memahami dan memaknai disiplin gereja sebagai wujud penggembalaan dan di sisi lain, gereja sebagai persekutuan maupun institusi harus melaksanakan disiplin gereja sesuai dengan substansinya, yakni penggembalaan agar umat yang melakukan pelanggaran benar-benar mengalami tindakan disiplin gereja sebagai wujud penggembalaan. 2 Ibid, 84. 3 William A. Clebsch, Charles R. Jaekle, Pastoral Care in Historical Perspective (Englewood Cliffs. N.J. : Premtice-Hall, 1964), 33-66.
Kata disiplin berasal dari akar kata yang sama dengan kata murid (disciple) yang artinya bersekolah atau melatih diri sendiri. Pada suatu ketika pendisiplinan murid kristen berarti latihan untuk menjadi murid seseorang, yaitu latihan di dalam kekristenan. 4 Disiplin gereja sebagai bentuk penggembalaan merupakan suatu pembinaan untuk membentuk watak seseorang dan mendidik mereka menjadi murid. 5 Dengan demikian maka ketika tindakan disiplin gereja dikenakan kepada seseorang maka sesungguhnya orang yang melakukan kesalahan itu sementara berada di dalam proses menjadi murid dalam terang kekristenan. Hal di atas memperlihatkan bahwa disiplin gereja sesunguhnya bertujuan untuk mengembalikan seseorang dari jalan yang salah ke jalan yang Allah kehendaki. Namun di jemaat Gereja Protestan Maluku (GPM) Hative Besar kenyataannya lain, ada anggota jemaat dan pelayan khusus yang ketika dikenakan disiplin gereja karena melakukan pelanggaran tidak mengalami perubahan sikap sesuai dengan apa yang diharapkan. Keadaan yang terjadi adalah tindakan disiplin memberikan dampak negatif bagi orang yang mengalaminya. Stres, emosi, dan menjauhkan diri dari setiap ibadah dan persekutuan adalah dampak yang terjadi. Pelanggaranpelanggaran yang atasnya seseorang dapat dikenakan disiplin gereja adalah setiap ucapan, tulisan, perilaku dan perbuatan yang bertentangan dengan Firman Allah, serta pengakuan dan ajaran gereja. 6 Jemaat GPM Hative Besar berada di wilayah dekat dengan pusat kota menambah luasnya daerah berinteraksi antar sesama. Masyarakat tidak hanya ada dan berinteraksi di dalam kampung tetapi juga di kota Ambon. Dekat dengan daerah kota juga memberi kemudahan dalam mengakses informasi-informasi sesuai dengan apa yang dibutuhkan, entah itu kebutuhan yang 4 Tjaard G Hommes dan Gerrit E. Singgih, Teologi dan Praksis Pastoral (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 133. 5 Aart Van Beak, Pendampingan Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 11. 6 William A Clebsch dan Charles R Jaekle, Op. cit, 84.
diperlukan atau pun tidak. Secara ekonomi, masyarakat Hative Besar sebahagian besar tergantung pada hasil tanaman, dengan demikian maka penghasilan mereka pun tergantung sepenuhnya oleh tanaman. Di samping itu juga ada hal lain yang biasa dilakukan di dalam cara bertingkah laku sebagian masyarakat Hative Besar. Hal tersebut seperti suka mengkonsumsi minuman keras, dan selingkuh. Dengan demikian maka bukan tidak mungkin konteks seperti ini sangatlah mempengaruhi siapa saja yang tinggal dan menetap di sana. Beberapa fakta yang terjadi di jemaat GPM Hative Besar, yakni ada umat dan pelayan khusus gereja dengan sengaja melakukan perselingkuhan, suka mengkonsumsi minuman keras, dan hamil di luar ikatan pernikahan. Pelanggaran yang dilakukan selanjutnya diketahui. Oleh karena itu menjadi tanggug jawab gereja agar tetap menjaga kesucian gereja, serta ketaatan kepada peraturan gereja maka orang tersebut dikenakan disiplin gereja. Ada pun isi dari tindakan disiplin adalah sebagai berikut: Sebagai anggota jemaat, menasihati yang bersangkutan untuk tidak mengikuti perjamuan kudus juga menasihati yang bersangkutan untuk tidak menerima dan melakukan tanggung jawab sebagai pelayan dan pengurus pada wadah-wadah pelayanan dan organisasi gerejawi dan Sebagai pelayan khusus gereja, yaitu menasihati yang besangkutan untuk dengan sadar tidak mengambil bahagian dalam pelaksanaan perjamuan kudus dan baptisan kudus, membebaskan yang bersangkutan dalam jangka waktu tertentu dari pelayan dan jabatan gereja, serta memberhentikan tidak dari permintaan sendiri. Isi dari tindakan disiplin yang dilakukan sesuai dengan peraturan gereja, menyangkut penggembalaan dan disiplin GPM, bab V tentang tindakan disiplin bagi anggota, pegawai, dan pelayan khusus gereja, pasal 7 (tindakan disiplin bagi anggota gereja), dan pasal 9 (bagi pegawai dan pelayan khusus gereja)
Ada pun proses penggembalaan itu dilakukan, dalam proses yang dijalankan sebelum dan sesudah tindakan disiplin dikenakan kepada seseorang. 7 Maksud dari proses ini adalah untuk memungkinkan terjadinya perubahan sikap dari orang tersebut. Masalahnya ialah, dari proses yang dilakukan ternyata orang yang dikenakan disiplin gereja tidak mengalami sebuah perubahan, artinya dapat menyadari kesalahannya dan bertobat. Kecenderungan yang dilakukan setelah dikenakan disiplin gereja adalah sering minum minuman keras, kasar, malas beribadah dan susah bersosialisasi dengan orang lain. Dari kenyataan ini, maka praktek disiplin gereja yang dilakukan dilihat tidak menghasilkan pertobatan seperti yang diharapkan dari tujuan disiplin. Kenyataan yang demikian, tentu menjadi tantangan yang cukup serius bagi pengimplementasian disiplin gereja sebagai salah satu bentuk penggembalaan. Kalau disiplin gereja sesungguhnya merupakan tindakan pemuridan, maka seharusnya tindakan disiplin mengajarkan seseorang yang bersalah untuk belajar memaknai Allah dan berbalik ke jalan Allah melalui tindakan memelihara kemurnian Yesus Kristus, yang kemudian tampak dalam kehidupan setiap warga gereja melalui kesetiaan, kepatuhan, dan ketaatan kepada Firman Allah dan kuasa pembaharuan Roh Kudus. Situasi di mana seseorang tidak mengalami pertobatan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan disiplin gereja, memberi kesan bahwa sebenarnya ada hal yang mesti dilihat secara teliti dan mendalam. Disiplin gereja sudah jelas bersinggungan langsung dengan orang yang mengalaminya. Dengan demikian sangatlah manusiawi kalau hal ini berdampak pada dunia dalam orang tersebut. Atau dengan kalimat lain mau menyebutkan bahwa dampak secara psikologis selalu ada bagi seseorang yang dikenakan tindakan disiplin. Kalau benar demikian, 2010. 7 Hasil wawancara dengan Bpk. N. Titarsole (anggota majelis jemaat GPM Hative Besar), tanggal 3 Mei
apakah soal manusia dengan seluruh keberadaannya sudah dilihat secara baik dalam keseluruhan proses disiplin gereja yang dilakukan? Bertolak dari kenyataan yang demikian, maka menjadi menarik untuk penulis melakukan studi penelitian tentang Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin Gereja di Jemaat GPM Hative Besar. Sehingga dalam pengimplementasiannya, disiplin gereja sedapatnya dapat menghasilkan suatu pertobatan dan membawa seseorang kepada jalan yang dikehendaki Allah. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dikaji dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana dampak psikologis terhadap orang yang dikenakan disiplin gereja? Bagaimana tinjauan teologis terhadap persoalan disiplin gereja? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan ini ialah untuk : Mendeskripsikan dampak psikologis terhadap orang yang dikenakan disiplin gereja di Jemaat GPM Hative Besar. Meninjau hasil penelitian dari sisi teologis terhadap persoalan disiplin gereja. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Memberikan kontribusi pikir bagi Gereja Protestan Maluku dalam hal pastoral, khususnya tentang penanganan pastoral bagi warga gereja yang dikenakan disiplin gereja beserta dampaknya. 2. Memberikan kontribusi pikir bagi Fakultas Teologi tentang pengembangan ilmu pastoral.
1.5 Metode Penelitian 1.5.1 Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan metode kualitatif. Penelitian deskriptif maksudnya ialah menjelaskan seluruh fenomena yang terjadi terkait dengan masalah yang penulis kaji secara sistematis, faktual dan akurat. Dengan kata lain, penelitian deskriptif berusaha menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dan melihat sebab dari sebuah fenomena tertentu. 8 Metode kualitatif lebih memfokuskan pada manusia yang selalu berubah sebagai alat, proses daripada hasil dan perhatian pada kedalaman dan ketepatan data. 1.5.2 Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Jemaat GPM Hative Besar Klasis Pulau Ambon. 1.5.3 Sumber Data a. Sumber data primer penelitian ini adalah informan kunci dalam hal ini beberapa anggota jemaat, dan Mejelis Jemaat (MJ) yang dikenakan disiplin gereja dan juga pelayan khusus (pendeta dan MJ) yang ada di Jemaat GPM Hative Besar Klasis Pulau Ambon. b. Sumber data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini adalah sejumlah dokumendokumen gereja berupa hasil keputusan sidang jemaat, sejumlah referensi lain berupa buku penunjang yang memadai. 1.5.4 Teknik Pengumpulan Data Data-data yang menunjang penulisan ini di dapat melalui wawancara dengan informan kunci yang terdiri dari beberapa anggota jemaat, pegawai, dan pelayan khusus yang ada di Jemaat GPM Hative Besar Klasis Pulau Ambon dan observasi. 8 Hadani H Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta, 2005), 31.
1.5.5 Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa kualitatif yang bertujuan memberi makna terhadap semua data penelitian tentang dampak psikologis yang diperoleh. Datadata yang diperoleh dari hasil wawancara, kemudian dianalisis. Proses analisis yang dilakukan bertujuan untuk memberikan makna dari setiap data yang diperoleh. 1.6 Definisi Operasional Pada bagian ini, beberapa pengertian untuk lebih memahami masalah akan dijelaskan. Pengertian-pengertian tersebut terdiri dari : a. Orang yang dikenakan disiplin gereja adalah orang-orang yang tidak melakukan kehendak Allah. Namun di sisi lain ia juga merupakan makluk ciptaan Allah yang baik, yang memiliki, perasaan, harapan, cita-cita, dan bermartabat. b. Gereja adalah persekutuan orang percaya yang melembagakan dirinya sebagai sebuah institusi yang memiliki sekian banyak rencana strategi pelayanan demi pengembangan pelayanan berdasarkan amanat, visi dan misi pelayanan. c. Disiplin Gereja ialah upaya memelihara sikap kemurnian Yesus Kristus dari setiap anggota dan para penyelanggara pelayanan gereja (pegawai, pelayan Firman, penatua dan diaken) agar selalu setia, patuh dan taat kepada Firman Allah dan kuasa pembaruan Roh Kudus. d. Tindakan Disiplin adalah wujud pelayanan penggembalaan kepada mereka yang melanggar disiplin Gereja Protestan Maluku. e. Konseling pastoral adalah suatu tindakan menolong, menopang, membimbing, mendamaikan warga gereja agar visi dan misi untuk menghasilkan umat yang bahagia dan sejahtera dalam berbagai segi kehidupan manusia dapat terwujud.
f. Pendampingan Pastoral : Suatu bentuk pelayanan terhadap orang yang sedang bermasalah dengan menggunakan metode terencana dan bertujuan untuk membantunya menemukan jalan keluar terhadap permasalahannya itu. 1.7 Sistematika Penulisan Bab I penulis mengawali penulisan ini dengan menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, metode penelitian, dan kerangka penulisan. Dalam bab II penulis akan membahas tentang teori-teori yang menjelaskan tentang: Penjelasan Konsep, Gereja melakukan disiplin Gereja yang meliputi, maksud dan tujuan disiplin Gereja, pengertian disiplin Gereja dan pemahaman Jemaat tentang Disiplin Gereja. Penulis juga membahas tentang pelayanan Pastoral yang di dalamnya menguraikan dampak psikoslogis orang yang dikenakan Disiplin Gereja dan cara menangani orang yang dikenakan Disiplin Gereja. Penulis juga menguraikan penalaran Konsep disiplin Gereja tentang pemahaman umat dan pelayan tentang disiplin Gereja dan proses serta bentuk disiplin Gereja. Dan yang terakhir konsep psikologis meliputi pendampingan pastoral. Dalam Bab III ini akan dibahas hasil penelitian data yang berhasil dikumpulkan yaitu, Deskripsi Gambaran umum Jemaat, Deskripsi mengenai pemahaman Jemaat GPM Hative Besar dan pelayanan tentang disiplin Gereja yang dibuat, dan deskripsi mengenai dampak psikologis bagi orang yang dikenakan Disiplin Gereja. Bab IV akan berisikan analisa data hasil penelitian di Jemaat GPM Hative Besar analisa tentang dampak psikologis bagi orang yang dikenakan disiplin gereja dan analisa tentang pemahaman jemaat GPM Hative Besar dalam tindakan disiplin Gereja. Bab V adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.