BAB I PENDAHULUAN. Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan

dokumen-dokumen yang mirip
.BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan reproduksi telah menjadi perhatian bersama

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan salah satu aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh :

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis dan sosial (Rudolph, 2014). Batas usia remaja menurut

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU HIGIENIS REMAJA PUTRI PADA SAAT MENSTRUASI

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi pada seorang

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir ke dunia akan mengalami pertumbuhan dan. perkembangan. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

BAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG

BAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat )

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. terutama kesehatan reproduksi (Wulandari, 2012). 2003). Remaja dalam menghadapi kehidupan sehari-hari tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. dan transisi dalam moralitas (Suhud & Tallutondok., 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. itu, orang menyebutnya juga sebagai masa yang paling rawan. Keindahan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan (Manuaba, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB I PENDAHULUAN. usia tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN UKDW. semakin cepat usia menarche. Selain mempengaruhi usia menarche, status gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

Kata kunci : Pengetahuan, remaja puteri, kebersihan, genetalia eksterna PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pesantren berasal dari kata santri yang di awali dengan kata pe- dan diakhiri

BAB I PENDAHULUAN. tumpuan harapan yang akan bisa melanjutkan cita-cita bangsa Indonesia. Sebagai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konferensi di tingkat nasional (International Conference on Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit, kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi dan prosesnya (Depkes, 2005). Kesehatan reproduksi adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat di sini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural (http://www.bkkbn.go.id/viewberita.aspx?beritaid=1293 diakses 24 Maret 2014). Salah satu ruang lingkup kesehatan reproduksi adalah kesehatan reproduksi remaja. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja pada jalur formal dan non formal pada dasarnya bertujuan membekali remaja baik pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi maupun keterampilan dan rasa tanggung jawab yang besar menyangkut fungsi reproduksi mereka (Sudibyo, 2005). Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 jumlah remaja umur 10-24 tahun sangat besar yaitu sekitar 64 juta atau 27,6 persen dari jumlah total penduduk Indonesia sebanyak 237.6 juta jiwa. Melihat jumlahnya yang besar, remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu 1

dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara jasmani, rohani, mental dan spiritual. Faktanya, berbagai penelitian menunjukkan bahwa remaja mempunyai banyak permasalahan seiring dengan masa transisi yang dialami remaja (Mardiya, 2013). Remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial. Perubahan di masa anak-anak menuju dewasa tersebut sering dikenal dengan istilah masa pubertas yang ditandai dengan datangnya menstruasi pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki (http://www.duniapsikologi.com/?s=masa+peralihan+remaja diakses 15 februari 2014). Pada masa remaja khususnya perempuan akan mengalami perubahan fisik yang pesat, sebagai petanda biologis dari kematangan seksual. Tanda fisik pertama yang menunjukkan perkembangan seksual ialah perkembangan payudara, perkembangan ini diikuti oleh tumbunhnya rambut di bagian pubis dan disekitar kelamin, dan terjadinya menstrusi/menarche. Salah satu perilaku Higiene adalah perilaku higiene menstruasi (Niazi, 1966). Menstruasi adalah keluarnya darah dari dalam vagina karena tidak dibuahi sel telur yang dikeluarkan oleh indung telur (Nugroho, 2012). Menstruasi merupakan salah satu ciri perkembangan fisik seorang wanita yang dilantai dengan kematangan sistem reproduksi dan perkembangan karakteristik sekunder (Unger & Crawford, 1992). Perilaku Higiene 2

menstruasi adalah perilaku menjaga kebersihan diri terutama menjaga kebersihan alat reproduksi, alat kelamin, frekuensi penggantian pembalut, dan perlakuan terhadap pembalut bekas pakai (Tarigan, 2013). Peristiwa menstruasi pertama atau menarche dapat menjadi peristiwa yang traumatis apabila seorang wanita, khususnya remaja secara fisik maupun mental tidak dipersiapkan dengan baik (wisnu wardhani & Agustina, 1997). Persiapan mental ini membuat sikap, dimana pada umumnya sikap terhadap menarche dipengaruhi sikap ibu terhadap menstruasi. Pada umumnya usia menarche berkisar 11 hingga 16 tahun (depkes, 1999). Pada usia tersebut remaja belajar tentang menstruasi dari ibunya, hampir semua remaja memberi tahu menarche kepada ibu. Menurut Santrock & John, 1993 dalam sebuah penelitian terdapat 20 % remaja memberitahu menarche kepada teman. Secara psikologis wanita remaja yang pertama sekali mengalami haid akan mengeluh rasa nyeri, kurang nyaman dan mengeluh perutnya berasa begah, tetapi ada beberapa remaja keluhan tersebut tidak dirasakan, hal ini dipengaruhi oleh nutrisi yang adekuat yang biasa di konsumsi selain olah raga yang teratur (Ambarwati, 2011). Pemahaman seseorang tentang sistem maupun fungsi reproduksinya sangat penting. Seseorang yang tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang cukup, akan cenderung menghasilkan kesehatan reproduksinya dan pada akhirnya ia akan melakukan tindakan yang membahayakan bagi dirinya sendiri. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku higiene 3

perempuan pada saat menstruasi. Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi akan memungkinkan perempuan terhadap berperilaku higiene pada saat menstruasi (BKKBN, 2003). Rendahnya perilaku higiene saat menstruasi dapat menimbulkan beberapa penyakit berupa infeksi alat reproduksi seperti candidiasis, vaginitis (radang Vagina), trichomioniaris (Infeksi Vagina), leukorea (keputihan), pedikuloris (infeksi kutu dan toxic shock syndrome. Beberapa penyakit di atas dapat disebabkan oleh infeksi intogenik atau infeksi yang terjadi karena sudah penanganan pada alat reproduksi, dimana sering terjadi salah penanganan pada alat reproduksi saat menstruasi (Rejaningsih, 2004). Menurut Depkes, kemandulan (infertilitas) berhubungan dengan rendahnya pengetahuan mengenai menstruasi (Adelia, 2009). Menurut Handayani (2011), hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa kurangnya perilaku higiene saat menstruasi dapat menyebabkan berbagai penyakit yaitu kanker serviks. Kanker serviks menurut Departemen Kesehatan (2010), adalah kanker yang terjadi pada daerah leher rahim. Kanker ini merupakan kanker ke dua paling sering terjadi pada perempuan, dan paling sering disebabkan karena infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Rejaningsih pada siswi kelas 2 MTS Pondok pesanteren Darunnajah Jakarta Selatan menunjukkan 46,6% responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang higiene menstruasi, begitu juga hasil penelitian yang dilakukan Adelia, 2009 pada siswi kelas 7 dan 8 SMPN 7 Depok menunjukkan 42,7% responden memiliki pengetahuan kurang tentang higiene menstuasi. Dari hasil base- 4

line survey yang dilakukan oleh LDUI di 4 provinsi (Jatim, Jabar, Jateng dan Lampung) hanya 45,1% remaja yang mempunyai pengetahuan baik tentang organ reproduksi, pubertas, menstruasi dan kebersihan dari (kebijakan dan strategi Nasional Kespro di Indonesia, 2005). Data SKKRI (Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia) tahun 2007 menyatakan bahwa Secara nasional remaja yang perilaku higiene dengan benar sebesar 21,6 persen. Hasil survei menunjukkan remaja yang terpapar informasi PIK-Remaja (Pusat Informasi dan Konseling Remaja) mencapai 28 persen. Berarti hanya 28 dari 100 remaja yang akses dengan kegiatan yang berkaitan dengan informasi kesehatan reproduksi yang berkaian dengan menstruasi. Perilaku higienis remaja pada saat menstruasi masih rendah, diperlihatkan oleh sebuah penelitian Widyantoro (Mohammad, 1998) mengenai higienitas menstruasi pada perempuan pengunjung rumah sakit di Subang dan Tangerang mengungkapkan bahwa sebagian besar (77,5% di Tangerang dan 68,3 % di Subang) mempunyai status higienitas menstruasi yang buruk. Dalam hal higienitas individu, masih terdapat responden yang salah dalam mencuci alat kelaminnya yaitu dari arah belakang ke depan (20,1 % pada hari biasa dan 19,8 % pada saat menstruasi). Penelitian ini memperlihatkan bahwa responden di Subang memperlihatkan higienitas menstruasi cenderung lebih tinggi dibanding responden di Tangerang. Seperti halnya sekolah, peranan pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan yang sangat intensif membahas masalah agama islam yang berguna bagi masyarakat luas, sudah semestinya membahas seksualitas 5

melalui pendidikan seks atau pendidikan kesehatan reproduksi. Akan tetapi realitasnya, bahasan kesehatan reproduksi masih tergolong tema yang sangat jarang dan sensitif dikalangan pesantren serta kurang mendapat porsi yang memadai dalam program pendidikan pesantren. Masalah kesehatan reproduksi remaja khususnya mengenai menstruasi sangat penting untuk diinformasikan kepada remaja putri di pesantren. Mengingat bahwa pola kehidupan di pesantren yang mewajibkan santri untuk tinggal di pondok selama masa pendidikan dan segala aktifitas sehari-hari dilakukan di areal pesantren tidak terkecuali saat menghadapi menstruasi. Tinggal dalam sebuat pondokan atau kamar yang biasanya terdiri atas 7 sampai 8 orang santri sesama umur didalamnya dengan sarana yang terkadang kurang memadai dapat membuat suatu pola perilaku tertentu terkait dengan kesehatan, khususnya saat mereka mengalami menstruasi. Pesantren Arrisalah berlokasi di Air Dingin RT 01 RW 09 Kelurahan balai Gadang kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Sebagian besar santri yang bersekolah di pesantren tersebut merupakan keluarga yang memiliki ekonomi menengah ke atas. Peneliti akan mencoba mengangkat permasalahan tentang bagaimana hubungan pengetahuan remaja mengenai Menstruasi dengan perilaku Higiene menstruasi di Pesantren Arrisalah tersebut. 1.2. Identifikasi Masalah Perilaku higiene adalah perilaku seseorang yang berhubungan dengan tindakannya dalam memelihara dan meningkatkan status 6

kesehatannya antara lain higiene pribadi, sanitasi lingkungan, pencegah penyakit, kebersihan diri, serta pemeliharaan makanan sehat dan bergizi. Rendahnya perilaku higiene saat menstruasi dapat menimbulkan beberapa penyakit berupa infeksi alat reproduksi, keputihan yang dapat mengakibatkan bau amis sehingga dijauhi oleh teman-temannya. Sehingga pemeliharan higiene sangat penting untuk menjaga kebersihan alat vital pada remaja. Perilaku dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi pengetahuan, tingkat pendidikan, tingkat emosional dan faktor eksternal yang meliputi lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik. Seseorang yang tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang cukup, akan cenderung mengabaikan kesehatan reproduksinya dan pada akhirnya ia akan melakukan tindakan yang membahayakan bagi dirinya sendiri. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku higienis perempuan pada saat menstruasi. Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi akan memungkinkan perempuan tidak berperilaku higiene pada saat menstruasi yang dapat membahayakan kesehatan reproduksinya sendiri. 1.3. Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas terlihat bahwa begitu banyak faktor yang mempengaruhi perilaku higienis saat menstruasi, sehingga peneliti membatasi pengetahuan remaja tentang menstruasi dengan perilaku higiene saat menstruasi. 7

1.4. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian adalah Apakah ada hubungan pengetahuan Remaja putri tentang Menstruasi dengan Perilaku Higiene menstruasi di Pesantren Arrisalah? 1.5. Tujuan Penelitian 1.5.1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri tentang Menstruasi dengan Perilaku Higiene menstruasi di Pesantren Arrisalah. 1.5.2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pengetahuan remaja tentang Menstruasi di Pesantern Arrisalah. b. Mengidentifikasi perilaku higiene menstruasi di Pesantern Arrisalah. c. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan Perilaku Higiene Menstruasi di Pesantern Arrisalah. 1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat bagi peneliti a. Dapat memperdalam pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. b. Dapat menambah ilmu dan mendapatkan teori yang diperoleh selama menjalankan pendidikan di Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul. 8

1.6.2 Manfaat bagi Akademik Dapat menambah dan melengkapi kepustakaan khususnya mengenai hubungan antara pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi dengan perilaku higienis saat menstruasi. 1.6.3 Manfaat bagi Institusi Pendidikan Dapat menjadi bahan masukan dalam upaya peningkatan pengetahuan santri dalam hal kesehatan reproduksi khususnya hygiene menstruasi melalui program kesehatan reproduksi remaja yang dapat dimasukkan dalam kurikulum pendidikan. 9