INVENTORY & ANALISA koleksi data ANALIS A what data atribut database S I G APPLICATION GIS & REMOTE SENSING where MANAGEMENT data spasial INTEGRASI SISTEM PAKAR S I G why PRODUKSI ATURAN PENGETAHUAN DASAR PENCARIAN PENGETAHUAN REFERENC E ENGINE Tahapan aplikasi SIG dan elemen sistem pakar SIG (dimodifikasi dari Kristijono, 1997) SISTEM PENDUKUNG KEPUTAN 1. Badak Jawa cenderung memilih daerah yang tersedia cukup banyak pakan, (faktor pembobot pakan 20%) 2. Penyebaran badak hanya menempati ruang yang sedikit berawa sampai bergelombang (faktor pembobotnya 20%) 3. Salah satu habitat utama badak adalah kubangan (faktor pembobot 15%) 4. Badak tidak menyebar ke daerah sangat curam atau curam tetapi pada daerah-daerah yang relatif datar (faktor pembobot kelerengan sebesar 15%) 5. Badak lebih banyak menggunakan ruangnya pada hutan sekunder sedang walaupun juga digunakan pada hutan sekunder jarang, atau hutan rawa, (penutupan lahan mempunyai faktor pembobot 10%) 6. Ruang badak Jawa juga banyak dipergunakan oleh banteng (faktor pembobot untuk persaingan badak dan banteng sebesar 10%) 7. Badak cenderung menjauhi jalur-jalur yang dilalui oleh manusia (baik untuk patroli maupun untuk wisata) sehingga jarak dari jalur-jalur manusia diberi pembobot sebesar 10%. Sumber : EKS. Harini Muntasib (Dissertation) PROSEDUR PEMODELAN PENGGUNAAN RUANG HABITAT BADAK JAWA Pakan Ketinggian Kubangan Kelerengan Penutupan Vegetasi Persaingan Badak Banteng Jaringan Jalan Pakan Ketinggian Kubangan Kelerengan Vegetasi Persaingan Jalan 1 2 3 4 5 6 7 OVERLAY Analisis Spasial dan Statistik Skor = 0.2(1) + 0.2(2) + 0.15(3) + 0.15(4) + 0.1(5) + 0.1(6) + 0.1(7) PENGGUNAAN RUANG HABITAT BADAK JAWA 1
2
LUAS KESESUAIAN PENGGUNAAN RUANG Kurang Sesuai : 160486071,6 m 2 Sesuai : 248645099,6 m 2 Sangat Sesuai : 76645773,6 m 2 VALIDASI KESESUAIAN PENGGUNAAN RUANG Kurang Sesuai : 0/123 X 100% = 0% Sesuai : 29/123 X 100% = 23,6% Sangat Sesuai : 94/123 X 100% = 76,4% Ket : 123 adalah jumlah total jejak badak yang ditemukan (hasil sensus) low land TERRAIN ridge and low hill Rule 1: IF a terrain is low land, THEN it is not suitable for an endemic primate home range PROXIMITY 800 m > 800 m Rule 2: AND it is located more than 800 m from the ridge edge THEN it is not suitable as a endemic primate home range TERRAIN ridge and low hill Rule 3 : AND its terrain is not a ridge or low hill, THEN it is not suitable as a home range HEXAGONAL CELL > 200 ha < 200 ha Rule 4 : AND its terrain is ridge or low hill, AND its hexagonal cell area is less than 200 ha THEN it is not suitable as a home range < 3 hexagons FRAGMENTATION 3 hexagons Rule 5: AND its terrain is ridge or low hill, AND its hexagonal cell area is less than 200 ha, AND its hexagonal cell is fragmented by less than 3 cells THEN it is not suitable as a home range note : S Rule 6: AND its terrain is ridge or low hill, AND its hexagonal cell area is less than 200 ha, AND its hexagonal cell is fragmented by more than 3 cells Unsuitable THEN it is suitable as a home range U Suitable 3
tematik digital penutupan/ penggunaan lahan kemiringan lereng arah aliran ketinggian jenis tanah dan saluran/sungai 4 Nomor stasiun penakar hujan 5 Microsoft Excel Excel file Excel file Excel file Excel file Excel file Excel file Notepad (txt.file) Intensitas hujan Parameter tanah Elemen Parameter saluran/sungai Parameter penggunaan lahan ANSWERS RAI file SOI file ELM file CHA file CRO file 6 MODEL HIDROLOGI : ANSWER Lereng Tinggi Penutupan Lahan Arah Aliran Sedimentasi/Erosi ENVIRONMENTAL ASSESSMENT : OIL SPILL IDENTIFIKASI AREAL BEKAS TERBAKAR SPOT VEGETATION 1988 NORMALIZED DIFFERENCE WATER INDEX (NIR SWIR)/(NIR + SWIR) (4 3/(4 + 3) 1992 NDVI 1992 2000 2000 TOTAL AFFECTED AREAS IN 1998 3.589 MILLION HECTARE 4
IDENTIFIKASI PADI SECARA LEBIH AKURAT Cidanau Watershed (red boundary) BANTEN PROVINCE, INDONESIA Land-use/land cover based on Landsat 1997 Rawadanau Nature Reserve Study Site, flat area b Flat area, in the middle of watershed 100 m above the sea level JERS-L BAND : STACK 3 band MODEL HIDROLOGI : DAS Ciujung LE Terbagi menjadi 3 Wilayah, yaitu: Wilayah Hulu, Tengah dan Hilir Wil. Hilir Di wilayah hulu terdapat 3 sungai besar yang membentuk 3 Sub Das, yaitu: 1. Sub Das Ciberang, 2. Sub Das Cisimeut, 3. Sub Das Ciujung Hulu Wil. Tengah Gn. Karang Sub Das Ciujung Hulu Wil. Hulu Gn. Endut Sub Das Cisimeut Gn. Halimun Sub Das Ciberang INFORMATION COMBINATION LANDSAT TM AND JERS-L BAND MODEL KERAWANAN TANAH LONGSOR LE A = R K LS CP Analog Digital Atribut Raster A : ton/ha/tahun R K LS CP Rupa Bumi Geologi Jenis Tanah PROSES DIGITASI Rupa Bumi Geologi JenisTanah Curah Hujan Citra Landsat Interpretasi Citra Ground Check EROSI (Tahun 1989, 1998 dan 2004) 1989 1998 2004 Tanah Struktur Geologi Lereng Curah Hujan Penutupan Lahan Analisis Spasial Kerawanan Tanah Longsor 5
3 dimensi kelas kerawanan tanah longsor a) b) Kerawanan Tanah Longsor Model Pendugaan DVMBG (a) dan Model Pendugaan Tim Sebelas (b). 31 32 Digital Elevation Model (DEM) KESESUAIAN LAHAN Model Lahan Kawasan Budidaya Pertanian Lahan Basah Pertanian Lahan Kering Drainase Penutupan Lahan Metoda : MCDM Simple Weight Slope Aspect Variabel : DEM, Drainase, Penutupan lahan, Slope. Aspect! DIAGRAM ALIR ANALISIS TEMATIK PETA settlement Elevation class DEM (grid) countur Landcover Forest extraction slope class road Forest type Forest ecosystem rivers species distribution SPATIAL ANALYSIS KESESUAIAN HABITAT 6
7