BAB II LANDASAN TEORI. terlebih dahulu dasar-dasar yang akan digunakan nantinya. Dasar-dasar teori

dokumen-dokumen yang mirip
yang akan datang (Anderson et al.,1994). Menurut Hoffman dan Bateson (1997) kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dari suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. revolusi mutu melalui pendekatan manajemen mutu terpadu menjadi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat mencapai

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian, karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Layanan Kesehatan

BAB II LANDASAN TEORI. Instruksi-instruksi tersebut berbentuk perangkat lunak (software).

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Dalam menghadapi situasi tersebut, maka perusahaan

Model Kualitas Pelayanan (SERVQUAL) Parasuraman et al. By Jacobus Rico Kuntag on August 25, 2012

METODE PENELITIAN. Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi : Merupakan data yang langsung didapatkan melalui penyebaran kuisioner

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan di bidang bisnis merupakan kegiatan yang komplek dan beresiko

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : SYAIFUDIN NOOR D

BAB I PENDAHULUAN. nasional, mengakibatkan suatu perusahaan yang ingin berkembang atau paling tidak

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Hal ini disebabkan karena kualitas jasa dapat digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lampung Kantor Cabang Utama Bandar Lampung. Penelitian ini dilakukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Mengukur Kualitas Layanan Dengan SERVQUAL

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel-variabel (hubungan sebab-akibat). Permasalahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Utara No. 9A, Tol Tomang, Kebon Jeruk, Jakarta 11510

USULAN PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN MENGGUNAKAN METODE SERVICE QUALITY

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODELOGI PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PENUMPANG KERETA API BISNIS SENJA KEDIRI PADA PT. KAI (DAOP VII) MADIUN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah Hotel Bintang Griyawisata Jakarta.

PENGUKURAN KEPUASAN PELANGGAN COMLABS INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG (ITB)

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnis atau kegiatan usaha,

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN DENGAN METODE SERVQUAL DAN ZONE OF TOLERANCE

I. PENDAHULUAN. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian, jenis penelitian, definisi konseptual, definisi operasional,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, keinginan dan harapan manusia yang terus-menerus meningkat. Hal ini dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama lima bulan yaitu pada kurun waktu Bulan

III. METODE PENELITIAN

BAB III STUDI KASUS. Penelitian ini difokuskan pada layanan SPEEDY dan subjek penelitian

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang

BAB II KERANGKA TEORITIS. Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. produk atau harapan-harapannya. Kotler (1997: 36). Meningkatnya derajat

BAB III PERUMUSAN MASALAH

SIDANG TESIS MANAJEMEN INDUSTRI MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011

Bab 3 Metodologi Penelitian

* Agus Mansur, ** Intan Wahyu WD Jurusan Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta * **

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia hiburan pada kehidupan sekarang sudah semakin maju, maka

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini adalah Tebing View Resort yang berada di

LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Pemasaran dan Konsep Pemasaran. Menurut (Kotler, 2007), pemasaran adalah :

BAB II LANDASAN TEORI

BEBERAPA MODEL KEBUTUHAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK RACHMAT HIDAYAT, MPA PRODI ADMINISTRASI NEGARA FISIP UNIVERSITAS JEMBER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA PENGARUH KUALITAS JASA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA LEMBAGA PENDIDIKAN ALFABANK DI SURAKARTA

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN FARMASI RSK. ST VINCENTIUS A PAULO SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SERVQUAL DAN QFD

III. METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Mohammad Nazir (1998: 63), metode

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI LABORATORIUM DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA TESIS. Diajukan oleh:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Faizah, Nadia Rizqiyatul. & Suryoko, Sri. & Saryadi. Dengan judul Pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN Jenis dan Pendekatan Penelitian. dan kepuasan yang diberikan perusahan. Sedangkan metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kemajuan dan perkembangan melanda segala aspek. industri jasa, kualitas pelayanan harus dikelola dengan baik.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN LAYANAN (STUDI KASUS DI PT BANK OCBC NISP CABANG PEMUDA SURABAYA)

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk terus meningkatkan daya saingnya agar tidak ketinggalan oleh para

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini orientasi pemasaran untuk setiap bidang usaha mulai terlihat

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

201 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik)

PENGUKURAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA PERPUSTAKAAN PPNS DENGAN MENGGUNAKAN METODE SERVQUAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian kausalitas, yang mana digunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Jasa pada umumnya memiliki karakteristik yang berbeda jika

Analisis Kualitas Layanan dengan Metode Servqual dan AHP di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil di Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. dan penghasilan masyarakat menambah kesadaran pelanggan untuk mendapatkan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode

II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pelayanan menurut Kotler dan Keller (2007:42) merupakan setiap

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Djum di Wijilan Yogyakarta. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kepuasan

BAB V ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN

Analisis Peningkatan Kualitas Pelayanan (Studi Kasus : Humas Sekretariat Daerah Kabupaten Puncak Jaya)

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODE PENELITIAN. Data, Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur, serta (E) Metode Analisa Data. 1. Variabel terikat : Loyalitas Pelanggan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Pelanggan. membandingkan kinerja (hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keunggulan atau keistimewaan suatu produk atau layanan secara menyeluruh

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI Dalam membuat sebuah aplikasi, sangatlah penting untuk mengetahui terlebih dahulu dasar-dasar yang akan digunakan nantinya. Dasar-dasar teori tersebut akan digunakan sebagai landasan berpikir dalam melakukan lebih lanjut sehingga nantinya akan terbentuk suatu aplikasi sesuai dengan tujuan. Adapun landasan teori yang digunakan untuk membuat sistem pengukuran layanan dengan servqual antara lain :.1 Konsep dan Pengertian Jasa Menurut Tjiptono (Tjiptono, 005:15), pada umumnya produk dapat diklasifikasikan menjadi kelompok berikut, yaitu: 1. Barang, adalah suatu benda berwujud terdiri atas barang yang tidak tahan lama (nondurable goods) yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian yang umur ekonomisnya kurang dari satu tahun, dan juga ada barang yang bisa bertahan lama (durable goods) dan memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun.. Jasa, adalah aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Sebenarnya perbedaan secara tegas antara barang dan jasa sukar dilakukan, karena pembelian barang tertentu kerapkali disertai jasa-jasa tertentu, misalnya: garansi terhadap pembelian barang elektronik atau bantuan instalasi. Pembelian suatu jasa juga sering meliputi barang-barang yang melengkapinya. Meskipun demikian, jasa dapat didefinisikan sebagai pemberian suatu kinerja atau tindakan tak kasat mata dari satu pihak ke pihak lain. Pada umumnya 5

6 jasa diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan, dimana interaksi antara pemberi jasa mempengaruhi hasil jasa tersebut.. Manajemen Jasa Menurut M.N Nasution (004:61), Manajemen jasa adalah pendekatan keseluruhan dari perusahaan dalam mewujudkan tercapainya kualitas pelayanan atau jasa sebagaimana yang diinginkan oleh konsumen, dan merupakan faktor pendorong utama dalam operasi bisnis. Perasaan puas, senang, bahagia, nyaman adalah sesuatu yang diharapkan oleh konsumen sehubungan dengan jasa. Pemenuhan rasa puas tersebut dapat melalui jasa transportasi, tempat rekreasi, penginapan, hingga pelayanan yang mengiringi sebuah produk yang ditawarkan. Oleh karena jasa bersifat intangible, tidak mudah bagi perusahaan untuk memberikan jasa yang terbaik bagi konsumen. Pentingnya Manajemen Jasa diantaranya: 1. Jasa Sebagai Keunggulan Kompetitif Jasa merupakan salah satu keunggulan kompetitif yang saat ini digunakan oleh berbagai perusahaan dalam melakukan strategi.. Jasa Sebagai Penentu Jumlah Konsumen Manajemen jasa yang buruk cenderung akan menyebabkan hilangnya konsumen bagi perusahaan. 3. Jasa Sebagai Penentu Profit Berkurangnya jumlah konsumen dengan sendirinya akan menyebabkan berkurangnya profit yang akan diperoleh perusahaan, karena perusahaan tidak bisa mempertahankan konsumennya untuk tetap loyal pada perusahaan, disebabkan jasa yang disajikan buruk.

7.3 Prinsip-Prinsip Jasa Konsumen di setiap tahapan kegiatan konsumen, maka perusahaan dapat melakukan upaya untuk mengelola jasa dengan lebih baik, tentunya dengan menerapkan prinsip-prinsip jasa yang penting untuk dilakukan. Karl Albrecht berpendapat bahwa terdapat tiga prinsip jasa yang perlu dilakukan perusahaan sehubungan dengan manajemen jasa. Ketiga prinsip tersebut dinamakan Segitiga jasa dari Albrecht yang terdiri dari: 1. Strategi pelayanan yang baik (well-conceived service strategy) Satu prinsip dasar yang harus dipahami oleh perusahaan jasa adalah bahwa setiap orang ingin diperlakukan dengan baik, oleh karena itu, sudah selayaknya perusahaan menerapkan strategi pelayanan yang baik yang sesuai dengan tingkat kenyamanan dan keleluasaan konsumen, tentunya tanpa mengabaikan sistem pengawasan yang perlu dilakukan.. Penempatan orang-orang yang berorientasi pelanggan untuk berhadapan dengan pelanggan (customer-oriented front-line people). Agar pelayanan atau jasa yang baik ditunjukkan dan dapat dirasakan oleh konsumen, maka perusahaan perlu menempatkan para petugas di depan (frontliner) dari orang-orang yang memiliki orientasi terhadap pelanggan, yaitu orang-orang yang menyadari bahwa pelanggan merupakan aset yang begitu penting bagi perusahaan sehingga perlakuan yang baik bagi pelanggan sangat perlu dilakukan. 3. Penerapan sistem pelayanan yang bersahabat (customer-friendly systems). Konsep sistem pelayanan yang bersahabat ini cukup sederhana. Jika pelanggan merasa bahwa perusahaan telah memperlakukan mereka secara

8 bersahabat, maka perusahaan tidak perlu bersusah payah untuk meyakinkan pelanggan untuk membeli produk mereka. Sebagaimana halnya seorang sahabat kepada sahabat lainnya, jika dia memiliki keperluan, maka sahabamyalah yang pertama kali akan didatangi. Jika perusahaan telah mampu melakukan manajemen jasa yang menerapkan sistem pelayanan yang bersahabat ini, tentunya pelanggan tidak hanya akan membeli produk dari perusahaan, akan tetapi juga loyal kepada perusahaan..4 Servqual (Service Quality) Sejak berkembangnya sektor industri jasa, kualitas pelayanan telah menjadi masalah penting. Lebih-lebih lagi pada saat ini, dengan meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing, maka menuntut setiap perusahaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta berusaha memenuhi apa yang mereka harapkan dengan cara yang lebih memuaskan daripada yang dilakukan oleh para pesaing. Menurut Kottler, salah satu cara utama dalam membedakan sebuah perusahaan jasa adalah memberikan dengan konsisten jasa yang bermutu lebih tinggi daripada pesaing mereka. Parasuraman Zeithaml dan Berry (Parasuraman, et al., 1990) mendefinisikan kualitas pelayanan sebagai berikut:... Service quality as perceived by consumers can be defined as the extent of discrerancy between customers, expectations or desires and their perception. Artinya kualitas pelayanan dapat didefinisikan sebagai tingkat ketidaksesuaian antara harapan/keinginan pelanggan di tingkat persepsi mereka. Jadi menurut mereka, kualitas layanan dapat diperoleh dengan cara

9 membandingkan antara harapan (ekspektasi) pelanggan dengan penilaian mereka terhadap kinerja yang sebenarnya (persepsi). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas layanan adalah layanan yang diharapkan dan layanan yang diterima oleh pihak pengguna jasa. Setelah pelanggan memperoleh pelayanan, secara tidak langsung akan membandingkan antara pelayanan yang diharapkan dengan pelayanan yang diterima. Jika pelayanan yang diterima berada di bawah pelayanan yang diharapkan, pelanggan akan tidak puas dan kehilangan kepercayaan terhadap penyedia jasa tersebut. Sebaliknya, jika pelayanan yang diterima sesuai atau melebihi pelayanan yang diharapkan, pelanggan akan puas. Jadi kuncinya adalah menyesuaikan atau melebihi harapan pelanggan..4.1 Dimensi Servqual Parasuraman, Zeithaml dan Berry mengidentifikasikan 10 (sepuluh) kriteria atau standar yang menentukan kualitas suatu jasa, yaitu: 1. Reliability (keandalan) yaitu kemampuan perusahaan dalam memberikan jasa yang tepat dan dapat diandalkan.. Responsiveness (ketanggapan) yaitu kecepatan dan kesigapan karyawan dalam membantu dan melayani kebutuhan pelanggan dengan cepat. 3. Competence (kemampuan) yaitu tingkat keahlian dan pengetahuan dari karyawan dalam melakukan pelayanan. 4. Access (mudah diperoleh) yaitu kemudahan pelanggan dalam mengakses pelayanan dari penyedia jasa. 5. Courtesy (keramahan) yaitu sikap hormat, sopan dan ramah tamah yang diberikan dalam pelayanan.

10 6. Communication (komunikasi) yaitu kemudahan berkomunikasi dengan pelanggan termasuk kesediaan dalam mendengar keluhan pelanggan. 7. Credibility (dapat dipercaya) yaitu kepercayaan yang diberikan kepada penyedia jasa. 8. Security (keamanan) yaitu rasa bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan terhadap penyedia jasa. 9. Understanding (memahami) yaitu kemampuan atau usaha untuk mengerti kebutuhan dan keinginan pelanggan. 10. Tangibles (bukti nyata) yaitu kemampuan penyedia jasa memberikan bukti nyata terhadap pelayanan. Kesepuluh dimensi tersebut dapat disederhanakan lagi menjadi lima dimensi servqual sebagai standar baru dalam peningkatan kualitas pelayanan, yaitu: 1. Tangibles (bukti nyata) Suatu bukti nyata dari pelayanan yang diberikan merupakan aspek penting yang sangat komprehensif. Pelanggan akan menggunakan indra penglihatan untuk menilai suatu kualitas pelayanan.. Reliability (keandalan) Dimensi yang mengukur keandalan dari perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggannya. 3. Responsiveness (ketanggapan) Dimensi kualitas pelayanan di mana mengutamakan kecepatan dari pelayanan itu sendiri. 4. Assurance (jaminan)

11 Dimensi kualitas yang berhubungan dengan kemampuan perusahaan dan perilaku front-line staff dalam menanamkan keyakinan kepada pelanggannya. 5. Emphaty (perhatian) Secara umum, dimensi ini memang dipersepsi kurang penting dibandingkan dimensi lainnya di mata kebanyakan pelanggan, akan tetapi untuk kelompok pelanggan dengan tingkat ekonomi menengah ke atas, dimensi ini bisa menjadi dimensi yang paling penting..4. Model Kesenjangan Servqual Kualitas jasa dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Hal ini berarti bahwa cerita kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang dari penyedia jasa, melainkan berdasarkan persepsi pelanggan. Terbentuknya harapan pelanggan dipengaruhi oleh saran atau rekomendasi dari orang lain dari mulut ke mulut (word of mouth), karakteristik dan kebutuhan individu (personal need), pengalaman yang pernah dirasakan masa lalu (past experience), serta promosi yang dilakukan oleh penyedia jasa (external communication). Harapan inilah yang akan dijadikan sebagai tolok ukur dalam menilai kualitas suatu jasa. Perbedaan antara yang diharapkan dan yang diterima pelanggan merupakan suatu kesenjangan yang harus dijembatani penyedia jasa. Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan antara pelanggan dan penyedia jasa tersebut disajikan dalam model gap. Model gap menggambarkan faktor interorganisasi yang mempengaruhi setiap jenis kesenjangan, dimana model gap dapat menganalisis apa yang menyebabkan terjadinya kesenjangan dan bagaimana menguranginya.

1 Untuk menjelaskan bahwa kualitas jasa yang baik itu dipandang dari persepsi pelanggan, bukan dari persepsi penyedia jasa, Parasuraman et al (1990) membentuk model servqual yang dapat memperlihatkan bahwa kesenjangan antar persepsi manajemen penyedia jasa dengan persepsi pelanggan ternyata bisa terjadi di banyak sisi. Adapun model servqual tersebut disajikan pada gambar.1. Komunikasi dari mulut ke mulut Pelanggan Penyedia Jasa gap 1 gap 3 gap gap 5 Kebutuhan personal Jasa yang diharapkan Jasa yang dirasakan Penyampaian jasa Penjabaran spesifikasi Persepsi manajemen gap 4 Gambar.1 Servqual Model (Parasuraman, Zeithaml dan Berry, 1990) Berdasarkan gambar diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut: Pengalaman masa lalu Komunikasi eksternal 1. Gap 1 menunjukkan adanya perbedaan antara harapan pelanggan dengan persepsi manajemen penyedia jasa. Pihak manajemen tidak sepenuhnya dapat

13 memahami keinginan pelanggan, sehingga hasil sistem pelayanan yang disajikan tidak memenuhi harapan pelanggan.. Gap menunjukkan perbedaan antara persepsi manajemen dengan standar kualifikasi yang disusun. Manajemen mungkin memahami keinginan pelanggan tetapi tidak dapat menerapkan standar yang spesifik, sehingga jasa yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapan pelanggan. 3. Gap 3 menunjukkan perbedaan antara kualitas jasa yang disampaikan dengan spesifikasi kualitas yang telah ditetapkan sebagai akibat dari kelambanan petugas mengikuti perkembangan internal perusahaan. 4. Gap 4 menunjukkan perbedaan-perbedaan antara penyampaian jasa dengan komunikasi eksternal (ke pengguna jasa). Harapan pelanggan sangat dipengaruhi oleh promosi atau iklan perusahaan. 5. Gap 5 menunjukkan perbedaan persepsi antara jasa yang diharapkan dengan jasa yang dirasakan pelanggan. Model servqual dapat digunakan untuk mengetahui besarnya kesenjangan yang terjadi dan faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kesenjangan, kemudian dianalisis untuk memperkecil gap tersebut. Dengan mengetahui besarnya kesenjangan, maka pihak penyedia jasa dapat melakukan antisipasi terhadap kinerja yang dilakukannya dan juga terus melakukan perbaikan terhadap faktor yang mengalami kesenjangan yang cukup besar dan pada akhirnya akan berakhir pada peningkatan kualitas pelayanan..5 Analisa Deskriptif Analisa deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran secara singkat mengenai karakteristik pelanggan. Jawaban dari masing-masing pertanyaan

14 disajikan dalam bentuk prosentase. Misalnya untuk mengetahui paket yang sedang digunakan oleh pelanggan saat ini, apakah paket Jempol, Bebas atau Xplor, dari sini, dapat diketahui paket apa yang paling banyak diminati pelanggan. Selain gambaran mengenai karakteristik pelanggan, analisa deskriptif juga digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan PT. Excelcomindo Pratama melalui customer care XL Jl. Pemuda Surabaya. Hasilnya berupa frekuensi dari masing-masing tingkatan kepuasan pelanggan, dalam hal ini diberikan 5 tingkat kepuasan yaitu sangat puas, puas, biasa, tidak puas dan sangat tidak puas..6 Analisa Gap Analisa gap digunakan untuk mengetahui besarnya kesenjangan antara tingkat harapan dari pelayanan yang diinginkan pelanggan dengan kenyataan pelayanan yang dirasakan pelanggan. Nilai gap didapat dari menghitung selisih antara tingkat kepuasan yang diharapkan pelanggan dengan yang dirasakan pelanggan dari setiap pertanyaan. Nilai gap (nilai kualitas layanan) diperoleh dengan rumus : Nilai Gap (Servqual) = Nilai Persepsi Nilai Harapan... (.1) (Tjiptono, 005 : 157) Berdasarkan perhitungan selisih antara tingkat kepuasan yang diharapkan pelanggan dengan yang dirasakan pelanggan, dapat diketahui faktor dari masingmasing dimensi yang paling dianggap kurang sesuai dengan harapan pelanggan. Sebagai contoh, diberikan 4 pertanyaan mengenai dimensi reliability yaitu mengenai kualitas kekuatan sinyal, ketersediaan jaringan, keberhasilan tersambungnya panggilan atau pengiriman SMS, dan kualitas fitur tambahan

15 selain voice dan SMS. Dari masing-masing pertanyaan tersebut dihitung nilai gapnya, misalnya diketahui nilai gap terbesar dalam dimensi reliability terdapat dalam ketersediaan jaringan, maka dapat disimpulkan bahwa masalah ketersediaan jaringanlah yang harus diprioritaskan untuk diperbaiki oleh PT. Excelcomindo Pratama..7 Uji Validitas Dalam penelitian, variabel-variabel yang diteliti sifatnya abstrak sehingga sukar untuk dilihat dan divisualisasikan, atau dijamah secara realita. Oleh karena itu variabel-variabel yang berasal dari konsep perlu diperjelas dan diubah bentuknya sehingga dapat diukur dan dipergunakan secara operasional. Selain itu, bentuknya yang abstrak mengakibatkan prosespengukuran sangat cenderung kepada kekeliruan. Untuk itulah uji validitas diperlukan sebagai upaya untuk memaksimalkan kualitas alat ukur, agar kecenderungan keliru tadi dapat diminimalkan. Menurut Husein Umar (003:80-81), Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sekiranya periset menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data periset, kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya. Setelah kuesioner tersebut tersusun dan teruji validitasnya, dalam praktek belum tentu data yang terkumpulkan adalah data yang valid. Banyak hal hal lain yang akan mengurangi validitas data, misalnya, apakah si pewawancara yang mengumpulkan data betul betul mengikuti petunjuk yang telah ditetapkan dalam kuesioner. Selain itu, validitas data akan ditentukan oleh keadaan responden sewaktu diwawancarai. Bila sewaktu menjawab semua pertanyaan ternyata responden

16 merasa bebas tanpa ada rasa malu atau rasa takut, maka data yang diperoleh akan valid dan reliabel, tetapi bila si responden merasa malu, takut dan, dan cemas akan jawabannya, maka besar kemungkinan dia akan memberikan jawaban yang tidak benar). Menurut Sumantri (006:3), suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Uji validitas dilakukan untuk menguji ketepatan tiap butir pertanyaan kuesioner. Formula yang digunakan adalah Koefisien Korelasi Product Moment dari Karl Pearson, yaitu : dimana : n X i r xy = X i X i X i Y Y i X i Y i n X i Y i - X i. Y i [ n X i - ( X i ) ] [ n Y i - ( Y i ) ]...(.) : Jumlah responden : Nomor item ke i : Jumlah item ke i : Kuadrat item ke i : Jumlah dari kuadrat item ke i : Total dari jumlah skor yang diperoleh tiap responden : Kuadrat dari jumlah skor yang diperoleh tiap responden (Arikunto, 001 : 49) : Jumlah hasil kali item ke i dengan jumlah skor yang diperoleh tiap responden Selanjutnya untuk melihat taraf nyata dari item, dipergunakan nilai koefisien korelasi. Jika n < 50 orang maka nilai tabel r xy dengan α 0,05 didapat

17 angka 0,444. sedangkan jika n > 50 orang, perlu dilakukan statistik uji t atau uji z dengan kriteria H 0 jika nilai hitung z lebih besar dari nilai tabel z atau z 1 > z a/. Untuk uji t tolak H 0 jika nilai hitung t lebih besar dari nilai tabel t atau t 1 > t a/ dan db = n. Pada penelitian tugas akhir ini, penulis menggunakan 36 responden sehingga dapat dinyatakan bahwa n < 50 orang maka nilai tabel r xy yang digunakan sebagai pembanding adalah 0,444..8 Uji Reliabilitas Menurut Sumantri (006:19), suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel jika pengukuran konsisten dan cermat akurat. Jadi uji reliabilitas ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari variable sebagai alat ukur, sehingga hasil dari pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Dalam hal ini, relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil dari beberapa pengukuran. Formula yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini adalah koefisien alfa (α) dari Cronbach (1951) yang dikutip dari buku karangan Suharsimi (001:46) yaitu : k r 1 b 11 k 1 t...(.3) dimana : X n X n... (.4)

18 r 11 k : Reliabilitas instrumen : banyaknya butir soal σ b : Jumlah varians butir soal σ t n : Varians total : Jumlah responden Berdasarkan perhitungan diatas maka diketahui nilai r 11. Jika nilai hitung r 11 lebih besar dari nilai tabel r xy maka instrumen dikatakan reliabel.