PENGARUH PENGGUNAAN KOMBINASI EKSTRAK BAWANG PUTIH

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 2 Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Suharmiati Betty Roosihermiatie Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Jl. Indrapura 17 Surabaya

BAB 2 BAHAN, SUBJEK, DAN METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai sediaan obat uji, subjek uji dan disain penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

LAMPIRAN. I. Data Demografi 1. Nama : 2. Umur dan tanggal lahir : 3. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 MATERI METODE PENELITIAN. Surakarta / Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi Surakarta. 1. Populasisasaran:Pasien DM tipe 2.

Diabetes Mellitus Type II

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB 3 METODE PENELITIAN

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM)

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. darah / hiperglikemia. Secara normal, glukosa yang dibentuk di hepar akan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

Pasien DM dengan penyakit arteri koroner dan > 40% LVEF. 22 orang. Cek darah. 15 mg pioglitazone slm 12 mgg. Cek darah

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang)

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Oleh. Indah Kusuma Wardani

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi).

Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan. RSUD Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB I PENDAHULUAN. protein yang disebabkan insufisiensi sekresi ataupun aktivitas endogen

Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi dua bagian yaitu penyakit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin. Insulin merupakan hormon yang mengatur metabolisme. dalam tubuh menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

Departemen Oral Biologi-Farmakologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran; 2

I. PENDAHULUAN. banyak penyakit yang muncul. Salah satu penyakit yang muncul akibat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. baik secara mutlak maupun relatif (Schoenfelder, et al., 2006). Terapi insulin dan

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan ilmu penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB III METODE PENELITIAN. mengaitkan aspek paparan (sebab) dengan efek. Pendekatan yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

LAMPIRAN 1. Universita Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

mengalami obesitas atau kegemukan akibat gaya hidup yang dijalani (Marilyn Johnson, 1998) Berdasarkan data yang dilaporkan oleh WHO, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

LAPORAN KASUS PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN PENDEKATAN DOKTER KELUARGA DI PUSKESMAS JELAMBAR 1. Edwin


BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 PENGARUH PENGGUNAAN KOMBINASI EKSTRAK BAWANG PUTIH DAN KUNYIT TERHADAP HASIL LABORATORIUM KLINIK PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 1 Umi Yuniarni, 2 Elin Yulinah Sukandar, 3 I Ketut Adyana, dan 4 Primal Sudjana 1 Jurusan Farmasi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 2,3 Jurusan Farmasi, Institut Teknologi Bandung, Jl. Tamansari Bandung 40116 4 Rumah Sakit Hasan Sadikin Bagian Spesialis Penyakit Dalam, Jl. Pasteur Bandung e-mail : 1 uyuniarni@gmail.com Abstrak. Uji klinik sebelumnya menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak bulbus bawang putih (Allium sativum Linn.) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.). pada dosis 2,4 mg/hari dilaporkan dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa secara bermakna pada penderita diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2). Penelitian ini bertujuan menganalisis keamanan penggunaan kombinasi ekstrak tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium klinik terhadap parameter fungsi organ dibandingkan dengan obat standar glibenklamid dosis 5 mg/hari. Penilaian dilakukan terhadap parameter fungsi hati, ginjal, jantung dan tekanan darah, lipid serta hematologi antara sebelum dan sesudah terapi setiap 2 minggu sekali selama 3 bulan. Desain penelitian dilakukan secara acak, paralel dan tersamar ganda. Kriteria inklusi meliputi penderita DM tipe-2 dengan atau tanpa disertai dislipidemia yang belum pernah mendapatkan terapi dengan obat antidiabetes ataupun insulin sebelumnya pada pria atau wanita usia > 35 tahun. Subyek yang mengikuti penelitian berjumlah 32 orang pasien intention to treat. Hasil pemeriksaan minggu ke-12 setelah terapi dibandingkan terhadap minggu ke-2 setelah diet menunjukkan tidak adanya perubahan terhadap hasil pemeriksaaan laboratorium klinik pada pasien Diabetes mellitus Tipe 2 yang menggunakan kombinasi ekstrak bawang putih dan kunyit. Kata kunci : kombinasi ekstrak bawang putih dan kunyit, diabetes melitus tipe 2, antidiabetes oral. 1. Pendahuluan Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan adanya hiperglikemi karena abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang dapat diperparah dengan komplikasi mikrovaskular, makrovaskular dan neuropati (DiPiro dkk., 2002). Penemuan obat baru untuk terapi antidiabetes berkembang dengan cepat baik untuk antihiperglikemia oral maupun preparat insulin baru saat ini. Pengobatan yang bersifat kembali ke alam kembali meningkat di masyarakat saat ini karena obat tradisonal pada penggunaannya dipercaya tidak menimbulkan efek samping. Kombinasi ekstrak bulbus bawang putih dan rimpang kunyit telah dibuktikan baik secara praklinik maupun klinik memiliki efek sebagai antidiabetes. (Dewi, 2007; Ame, 2008). Penelitian uji klinik mengenai aktivitas kombinasi ekstrak bulbus bawang putih dan rimpang kunyit telah dilakukan dengan tujuan mencari dosis yang memberikan khasiat antidiabetes pada penderita DM tipe-2. Berdasarkan studi klinik tersebut diketahui penggunaan kombinasi ekstrak bawang putih dan kunyit dapat 81

82 Umi Yuniarni, et al. menurunkan glukosa darah pada dosis optimal 2,4 g setiap hari dibandingkan dengan dosis 1,2 g dan 1,6 g per hari (Dewi, 2007). Penelitian lanjutan mengenai khasiat kombinasi ekstrak kunyit dan bawang putih dibandingkan dengan obat standar glibenklamid pada penderita DM tipe-2 dengan atau tanpa disertai dislipidemia menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak kunyit dan bawang putih pada dosis 2,4 g setiap hari dapat menurunkan glukosa darah puasa, glukosa dua jam post prandial dan HbA1C secara bermakna walaupun efeknya tidak sekuat glibenklamid (Ame, 2008). Untuk dapat digunakan sebagai obat selain harus memiliki efikasi juga harus bersifat aman pada penggunaannya. Penelitian ini merupakan kelanjutan dari uji klinik sebelumnya yang bertujuan mempelajari keamanan kombinasi ekstrak bawang putih dan kunyit dengan melihat ada atau tidaknya perubahan pada hasil pemeriksaan laboratorium klinik yaitu terhadap parameter fungsi organ sebelum dan sesudah terapi. 2. Metode Penelitian 2.1 Bahan Sediaan obat yang digunakan terdiri atas dua jenis. Obat uji mengandung 200 mg ekstrak rimpang kunyit dan 200 mg ekstrak bulbus bawang putih. Sedangkan obat standar adalah glibenklamid 5 mg. 2.2 Subyek Uji Subyek uji adalah penderita DM tipe-2 laki-laki atau perempuan, usia diatas 35 tahun yang berobat ke poliklinik endokrin, poliklinik penyakit dalam laki-laki dan wanita di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Kriteria inklusi meliputi penderita DM tipe-2 dengan kadar glukosa plasma sewaktu 200 mg/dl, glukosa plasma puasa 126 mg/dl dengan atau tanpa disertai dislipidemia (kolesterol total > 200 mg/dl dan kolesterol LDL > 130 mg/dl) yang belum pernah mendapatkan terapi dengan obat hipoglikemia oral ataupun insulin sebelumnya; pria atau wanita usia > 35 tahun. Kriteria eksklusi meliputi pasien DM tipe-1 atau penderita yang telah mendapatkan terapi antidiabetes sebelumnya, penderita dengan gagal ginjal dan hati, penggunaan steroid atau pil kontrasepsi yang dapat mempengaruhi glukosa darah, penderita yang disertai komplikasi ketoasidosis dan ulkus atau gangren diabetikum serta wanita hamil dan menyusui. 2.3 Desain Penelitian Uji klinik ini merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya untuk mengkaji keamanan kombinasi ekstrak dengan melihat perubahan pada parameter fungsi organ dalam sebelum dan pada saat terapi selesai. Parameter yang diamati meliputi pemeriksaan kolesterol (kolesterol total, HDL, LDL dan trigliserida); profil darah meliputi kadar hematokrit, hemoglobin, lekosit dan trombosit; PT, APTT dan INR; fungsi organ ginjal (ureum dan kreatinin); fungsi organ jantung (EKG); serta fungsi organ hati (SGOT dan SGPT); dan pemeriksaan tekanan darah. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode intention to treat (ITT). Intention to treat adalah analisis menggunakan seluruh data subyek tanpa memperhatikan ketaatan subyek terhadap protokol uji klinik. Analisis ITT memberikan perkiraan Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM : Sains, Teknologi dan Kesehatan

Pengaruh Penggunaan Kombinasi Ekstrak Bulbus Bawang Putih... 83 informasi mengenai efek terapi yang mungkin terjadi pada populasi sebenarnya di masyarakat. Uji klinik dilakukan secara acak, prospektif, paralel dan tersamar ganda (double blind). Uji klinik ini telah mendapat izin dari Komite Etik RSHS dan dilakukan dengan mengikuti prinsip cara uji klinik yang baik (Good Clinical Practice) dan deklarasi Helsinki. 2.4 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Poliklinik Endokrin dan Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung bulan Juni 2008 sampai dengan September 2009. 2.5 Tata Cara Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Penderita yang memenuhi kriteria inklusi diberikan terapi gizi medis (TGM) sesuai kebutuhannya selama 14 hari. 2. Setelah diet selama 14 hari (dihitung sebagai hari ke-0 = H0), dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan dua jam setelah makan. Bila hasilnya kadar gula darah terkendali (gula darah puasa 126 mg/dl dan gula darah dua jam setelah makan 200 mg/dl), penderita tidak diikutsertakan dalam penelitian ini dan TGM dilanjutkan. Penderita dengan kadar gula darah tidak terkendali diikutsertakan dalam penelitian sebagai subyek uji dan menandatangani Informed Consent (IC). Subyek uji dibagi dalam dua kelompok, yaitu: a. Kelompok I diberi obat uji dengan dosis 2,4 g setiap hari. Obat uji berupa kapsul 400 mg yang mengandung 200 mg bulbus bawang putih dan 200 mg rimpang kunyit. Aturan dosis 2 x 3 kapsul uji (pagi dan sore) setelah makan. b. Kelompok II diberi obat standar : glibenklamid 5 mg dengan aturan dosis/ hari adalah 2 X 3 kapsul, 1 kapsul berisi glibenklamid dan 2 kapsul plasebo (pagi setelah makan) dan 3 kapsul plasebo (sore setelah makan) Subyek uji diberi obat sesuai dengan pengelompokkannya dan tetap melanjutkan TGM. 3. Subyek uji dievaluasi setiap dua minggu sekali selama 12 minggu. Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada setiap kunjungan. Pemeriksaan hematologi dan lipid dilakukan pada hari ke 0, 14, 28, 42, 56, 70 dan 82. Pemeriksaan fungsi hati dan fungsi ginjal dilakukan pada awal dan akhir penelitian. 2.6 Uji Statistik Uji statistik yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan uji statistik t test untuk melihat keamanan obat berdasarkan parameter-parameter fungsi organ sebelum dan sesudah terapi didalam setiap kelompok uji dan signifikansi perbedaan antara kelompok uji dengan kelompok standar. ISSN:2089-3582 Vol 3, No.1, Th, 2012

84 Umi Yuniarni, et al. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Subyek Uji Subjek uji adalah pasien penderita diabetes melitus tipe-2 dengan profil glukosa darah tidak terkontrol setelah melakukan terapi diet selama dua minggu. Terapi diet merupakan tahap pertama dalam pengolaan DM sesuai dengan panduan pengelolaan dan pencegahan bagi penyandang diabetes melitus tipe-2 menurut PERKENI. Jumlah pasien yang mengikuti penelitian adalah 32 orang (intention to treat/itt) terdiri atas 27 orang menyelesaikan uji klinik sesuai protokol dan lima orang pasien dieksklusi dari penelitian. Pasien yang dieksklusi dari penelitian dikarenakan satu orang tidak datang kembali pada saat jadwal pemeriksaan; satu orang mengkonsumsi obat kortikosteroid; dua orang tidak mengalami perbaikan gejala klinis dengan kadar glukosa darah tidak menurun setelah minggu keempat dan kedelapan terapi dan memerlukan penanganan terapi kombinasi obat atau insulin; dan satu orang pasien tidak lagi memenuhi kriteria inklusi karena mengalami kenaikan kadar SGOT tiga kali diatas normal akibat interaksi obat. 3.2 Karakteristik Demografi Pasien Uji Klinik Data demografi seluruh pasien uji klinik ITT dapat dilihat pada tabel 1. Jumlah pasien wanita terdiri atas 23 orang (72%) dan jumlah pasien laki-laki terdiri atas sembilan orang (28%). Pasien kelompok BP-K terdiri atas 13 orang perempuan dan enam orang laki-laki, sedangkan pada kelompok glibenklamid terdiri atas 10 orang perempuan dan tiga orang pasien laki-laki. Karakteristik demografi menunjukkan bahwa diantara kedua kelompok uji memiliki persamaan karakteristik kecuali pada nilai ureum tetapi nilai ureum kedua kelompok masih dalam rentang normal. 3.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik Pada Pasien Uji Klinik Hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien uji klinik intention to treat dapat dilihat pada Tabel 2. Pengamatan terhadap profil lipid menunjukkan bahwa pada kelompok 1 terjadi peningkatan kadar kolesterol (p=0,644), LDL (p=0,731) serta HDL (p= 0,670) dan penurunan kadar trigliserida (p= 0,869) yang tidak bermakna secara statistik. Pada kelompok 2, terjadi penurunan kadar kolesterol total (p<0,001), LDL (p<0,001) dan HDL (p=0,303) serta peningkatan kadar trigliserida (p=0,974). Perbaikan profil lipid pada kelompok 2 dikarenakan pasien juga menggunakan obat simvastatin bukan karena efek dari glibenklamid. Pengamatan terhadap tekanan darah menunjukkan profil tekanan darah pada kelompok 1 maupun kelompok 2 tidak mengalami perubahan yang signifikan secara statistik dan masih dalam batas normal. Karakteristik Tabel 1. Karakteristik demografi pasien uji klinik ITT N Total X ± SEM Kelompok I Kelompok II N X ± SEM N X ± SEM Usia (tahun) 32 52,78 ± 1,42 19 53,21 ± 1,89 13 52,15 ± 2,22 0,721 Tekanan darah (mmhg) TD sistolik 29 125,52 ± 2,71 16 127,19 ± 3,41 13 123,46 ± 4,44 0,504 TD diastolik 29 80,52 ± 0,94 16 80,94 ± 1,14 13 80,00 ± 1,60 0,629 Lipid Darah Kolesterol 32 227,28 ± 6,67 19 224,42 ± 10,62 13 231,46 ± 5,75 0,565 P Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM : Sains, Teknologi dan Kesehatan

Pengaruh Penggunaan Kombinasi Ekstrak Bulbus Bawang Putih... 85 LDL 32 147,88 ± 5,90 19 146,58 ± 9,43 13 149,77 ± 5,08 0,768 HDL (%) 32 46,31 ± 10,50 19 47,58 ± 2,74 13 44,46 ± 2,23 0,418 Trigliserida (pmol/l) 32 165,31 ± 12,07 19 151,21 ± 11,76 13 185,92 ± 23,73 0,161 Hematologi Hemoglobin (g/dl) 24 14,56 ± 0,27 12 14,79 ± 0,39 12 14,33 ± 0,39 0,412 Hematokrit (%) 24 41,83 ± 0,97 12 42,17 ± 1,72 12 41,50 ± 0,98 0,740 Lekosit (10 3 /mm 3 ) 24 8,15 ± 0,38 12 7,99 ± 0,57 12 8,30 ± 0,53 0,696 Trombosit (10 3 /mm 3 ) 23 279,35 ± 15,26 11 284,09 ± 26,11 12 275,00 ± 17,92 0,774 PT (detik) 19 12,58 ± 0,10 9 12,66 ± 0,16 10 12,52 ± 0,14 0,529 APTT (detik) 19 29,17 ± 0,63 9 29,17 ± 0,99 10 29,18 ± 0,85 0,992 INR 19 0,94 ± 0,01 9 0,94 ± 0,014 10 0,93 ± 0,01 0,447 Fungsi Hati SGOT (U/L 37 0 C) 26 23,73 ± 1,91 13 24,77 ± 2,57 13 22,69 ± 2,90 0,596 SGPT (U/L 37 0 C) 26 26,00 ± 2,40 13 22,92 ± 3,28 13 29,08 ± 3,41 0,206 Fungsi Ginjal Ureum 26 24,27 ± 1,06 13 22,08 ± 1,42 13 26,46 ± 1,36 0,035 Kreatinin 27 0,81 ± 0,03 14 0,84 ± 0,04 13 0,77 ± 0,05 0,241 Keterangan : X = rata-rata, SEM = standard error mean, P = probabilitas antar kelompok, = nilai P berbeda bermakna antar kelompok Nilai P dihitung berdasarkan metode Independent T test, Kelompok 1 = kelompok bawang putih kunyit, kelompok 2 = kelompok glibenklamid. Missing data dikarenakan faktor teknis. Tabel 2. Hasil pemeriksaan parameter fungsi organ pada pasien uji klinik ITT Kelompok 1 Kelompok 2 Pengamatan p b Minggu ke-2 Minggu ke-14 N p a Minggu ke-2 Minggu ke-14 N X±SEM X±SEM X±SEM X±SEM Tekanan darah (mmhg) TD sistolik 16 127,19±3,41 125,56±3,85 0,649 13 123,464,44 119,62±4,40 0,217 0,641 TD diastolik 16 80,94±1,14 81,19±2,40 0,868 13 80,00±1,60 78,08±1,75 0,293 0,641 Lipid Darah Kolesterol < 19 224,42±10,62 227,37±8,34 0,644 13 231,46±5,74 174,31±6,62 0,001 LDL < 19 146,58±9,43 148,84±7,05 0,731 13 149,77±5,08 94,92±9,54 0,001 Nilai rujukan p a P L < 0,001 <200 < 0,001 <130 HDL (%) 19 47,58±2,74 48,68±2,47 0,670 13 44,46±2,22 42,08±2,82 0,303 0,339 >50 >40 Trigliserida (pmol/l) 19 151,21±11,76 149,05±12,63 0,869 13 185,92±23,73 187,00±47,49 0,974 0,443 <130 Hematologi Hemoglobin (g/dl) 12 14,79±0,39 13,71±0,43 0,037* 12 14,33±0,39 13,65±0,69 0,341 0,563 12,0-16,0 Lekosit (10 3 /mm 3 ) 12 7,99±0,57 7,92±0,54 0,675 12 8,30±0,53 8,12±0,81 0,723 0,876 3,8-10,6 Trombosit (10 3 /mm 3 ) 11 284,09±26,11 261,09±13,63 0,240 12 275,00±17,92 262,58±24,00 0,535 0,697 150-440 PT (detik) 9 12,66±0,16 12,82±0,18 0,240 10 12,52±0,14 12,60±0,20 0,734 0,967 11,5-15,5 APTT (detik) 9 29,17±0,99 29,79±0,66 0,393 10 29,18±0,85 31,41±1,00 0,057 0,220 24,6-44,6 INR 9 0,94±0,013 0,95±0,02 0,434 10 0,93±0,01 0,94±0,02 0,737 0,822 0,81-1,20 Fungsi Hati SGOT (U/L sd sd 37 0 13 24,77±2,57 18,69±1,29 0,010* 13 22,69±2,90 30,54±5,94 0,176 0,034* C) 31 37 SGPT (U/L sd sd 37 0 13 22,92±3,28 16,77±1,66 0,060 13 29,08±3,41 46,69±15,05 0,227 0,061 C) 31 40 Fungsi Ginjal Ureum 13 22,08±1,42 26,69±1,63 0,041* 13 26,46±1,36 27,77±1,82 0,507 0,227 15-50 Kreatinin 0,5-0,7-14 0,84±0,04 0,93±0,12 0,490 13 0,77±0,05 0,79±0,04 0,305 0,669 0,9 1,2 Keterangan : Kelompok 1 = kelompok bawang putih kunyit, kelompok 2 = kelompok glibenklamid; p a, probabilitas dalam setiap kelompok; p b, probabilitas antara kedua kelompok; *, perubahan bermakna secara statistik;, berbeda bermakna; X= rata-rata, SEM= standar error mean. Penurunan profil lipid pada kelompok glibenklamid dikarenakan pasien uji klinik juga menggunakan obat simvastatin. Dari 12 orang pasien hanya 2 orang yang tidak menggunakan simvastatin. ISSN:2089-3582 Vol 3, No.1, Th, 2012

86 Umi Yuniarni, et al. Profil darah baik pada kelompok 1 maupun 2 dalam batas normal. Baik glibenklamid maupun kombinasi ekstrak tidak berpengaruh terhadap profil darah. Pengamatan parameter fungsi hati pada kelompok 1 subjek cenderung mengalami penurunan SGOT yang bermakna secara statistik pada p = 0,010, sedangkan penurunan SGPT tidak bermakna secara statistik (p= 0,060). Penurunan SGOT dan SGPT pada penggunaan kombinasi ekstrak kunyit dan bawang putih disebabkan oleh efek keduanya sebagai hepatoprotektor. Studi pada hewan menunjukkan bahwa allicin bersifat sebagai hepatoprotektor, menurunkan kadar SGOT dan SGPT pada tikus yang diinduksi galaktosamin. Hal ini berhubungan dengan efek bawang putih sebagai antioksidan (Vimal V. et al, 2004). Aktivitas antioksidan curcumin terbukti mengurangi stress oksidatif yang ditimbulkan oleh etanol dan memproteksi sel liver secara invitro (Naik, R.S. dkk, 2004). Pada kelompok 2 terjadi kecenderungan kenaikan parameter tersebut walaupun masih dalam batas normal. Kenaikan nilai SGPT sedikit diatas nilai normal karena satu orang pasien mengalami peningkatan SGPT 3 x diatas normal akibat interaksi obat. Pengamatan terhadap parameter fungsi ginjal menunjukkan bahwa baik glibenklamid maupun ektrak kunyit dan bawang putih menunjukkan nilai dalam rentang batas normal setelah terapi selama 14 minggu. 4. Kesimpulan Penggunaan kombinasi ekstrak bawang putih dan kunyit sebagai antidiabetes oral tidak mempengaruhi tekanan darah, profil hematologi, ginjal ataupun fungsi hati pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan sesudah terapi. 5. Alur Penelitian Selanjutnya Perlu dilakukan uji klinik kombinasi ekstrak bawang putih-kunyit pada penderita diabetes mellitus tipe-2 dengan jumlah pasien yang lebih banyak untuk melihat efektifitas dan keamanannya pada populasi yang lebih besar. 6. Daftar Pustaka Ame Suciati (2008). Uji Khasiat Antidiabetes Kombinasi Ekstrak Bulbus Bawang Putih (Allium sativum Linn.) dan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) dengan Pembanding Glibenklamid pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2, Tesis, Institut Teknologi Bandung. Dewi Mardiah (2007). Khasiat Penurunan Kadar Glukosa Darah Kombinasi Ekstrak Bulbus Bawang Putih dan Rimpang Kunyit pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang disertai Dislipidemia, Tesis, Institut Teknologi Bandung. DiPiro J.T., Talbert R.L., Yee G.C., Matzke G.R., Wells B.G. dan Posey L.M. (2002). Pharmacotheraphy : A Patophysiologic Approach, Mc Graw Hill, New York, 1335-1355. Naik R.S., Mujumdar A.M. dan Ghaskadbi S. (2004). Protection of Liver Cells from Ethanol Cytotoxicity by Curcumin in Liver Slice Culture in Vitro, Journal of Ethnopharmacology, 95 : 31-37. PERKENI (2006). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Vimal V. dan Devaki T (2004). Hepatoprotective Effect of Allicin on Tissue Defense System in Galactosamine/Endotoxin Challenged Rats, Journal of Ethnopharmacology, 90, 151 154. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM : Sains, Teknologi dan Kesehatan