PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSUD KABUPATEN SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP RESPON KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH DALAM MENJALANI HOSPITALISASI DI RUANG SERUNI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

Inggrith Kaluas Amatus Yudi Ismanto Rina Margaretha Kundre

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

Perbedaan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar dengan Bermain Puzzle Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah di IRNA Anak RSUP Dr.M.

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN ANAK PRASEKOLAH DI RUMAH SAKIT ANAK DAN BERSALIN (RSAB) MUHAMMADIYAH KOTA PROBOLINGGO

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

PENGARUH CERITA MELALUI AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA TODDLER

TERAPI BERMAIN : GAMES PENGARUHI TINGKAT ADAPTASI PSIKOLOGIS ANAK USIA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP KECEMASAN AKIBAT HOSPITALISASI PADA ANAK USIA SEKOLAH YANG DI RAWAT DI RSUD dr.pirngadi MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERILAKU KOPING ORANGTUA DENGAN KEJADIAN STRES HOSPITALISASI PADA ANAK USIA SEKOLAH YANG DIRAWAT DI RSUD DR

Setiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda beda. Dimana

TEKNIK ORANG KETIGA DENGAN EKSPLORASI PERASAAN ANAK USIA SEKOLAH SELAMA DIRAWAT DI RSUD Dr.PIRNGADI MEDAN


BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

SKRIPSI. Oleh : MUTIARA SIBURIAN

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. adanya bahaya (Mulyono, 2008). Beberapa kasus kecemasan (5-42%),

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

PENGGUNAAN BIDAI INFUS BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU ADAPTIF ANAK

PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

ejournal keperawatan (e-kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

PENGARUH TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH TERHADAP KEHILANGAN KONTROL DALAM HOSPITALISASI DI RUANG ANAK RSUD NGUDI WALUYO WLINGI

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

PENGARUH TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP PERILAKU KOOPERATIF ANAK USIAPRASEKOLAH SELAMA HOSPITALISASI DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Mutia Yusuf, Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Kondisi Psikologis 149

KENDALI STRES MENGHADAPI HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRA- SEKOLAH MELALUI TERAPI MEWARNAI

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK PRASEKOLAH DI RUANG PERAWATAN ANAK RSUD AMBARAWA

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan krisis yang sering dimiliki anak. Anak-anak, terutama saat

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

EFFECT OF PLAYING THERAPY USING STORY TELLING TECHNIQUE TO ANXIETY CAUSED BYHOSPITALIZATION IN PRESCHOOL CHILDREN AT MENUR WARD OF DR

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN RESPON HOSPITALISASI ANAK USIA TODDLER DI RUANG RAWAT INAP ANAK RSUD DI WILAYAH KABUPATEN SEMARANG

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN

Katinawati*) Ns. Sri Haryani, S.Kep**), Ns. Syamsul Arif, S.Kep.,M.Kes, Biomed**) ABSTRAK ABSTRACT

TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP RESPON PENERIMAAN OBAT PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

AKTIVITAS BERMAIN MEWARNAI DAPAT MENINGKATKAN MEKANISME KOPING ADAPTIF SAAT MENGHADAPI STRES HOSPITALISASI PADA ANAK

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: MARTHA AYU RACHMADANI

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP HOSPITALISASI ANAK DI RSUD Dr. MOEWARDI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Diah Luki Yunita Sari J

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Media Ilmu Kesehatan Vol. 1, No. 3, Desember 2012 MENGGAMBAR DAN MEWARNAI MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN ANAK YANG DIRAWAT. Widiyono 1, Atik Badi ah 2

KOMUNIKASI PERAWAT DENGAN DAMPAK HOSPITALISASI PADA ANAK COMMUNICATION WITH IMPACT OF NURSE HOSPITALISASI IN CHILDREN

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dunia, seperti yang disampaikan oleh UNICEF sebagai salah. anak, perlindungan dan pengembangan anak (James, 2000).

GAMBARAN RESPON ANAK USIA PRASEKOLAH DALAM MENGHADAPI PROSES HOSPITALISASI KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia

NASKAH PUBLIKASI. DISUSUN OLEH: Richa Suswati

DEFENISI HOSPITALISASI Suatu keadaan sakit dan perlu dirawat di Rumah Sakit yang terjadi pada anak maupun keluarganya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah

HUBUNGAN PENDAMPINGAN ORANG TUA DENGAN KECEMASAN PADA ANAK SAAT PENGAMBILAN DARAH DI RUANGAN ANAK RSUD NOONGAN KABUPATEN MINAHASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAMPAK TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF PADA ANAK USIA PRASEKOLAH SELAMA MENJALANI PERAWATAN DI RS. ISLAM KLATEN. Widiawati, Suyami.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

PENGARUH PROGRAM BERMAIN TERHADAP RESPON PENERIMAAN PEMBERIAN OBAT PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH

Performance Hospital Service Against The Level Of Anxiety In Child. Performance Pelayanan Rumah Sakit Terhadap Tingkat Kecemasan Anak

EFEKTIVITAS TERAPI BERMAIN PUZZLE DENGAN MEWARNAI GAMBAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH DI RSUD 45 KUNINGAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

FLORENTIANUS TAT 1, SELFIANA A. SING 2. Abstract

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

PENGARUH STORY TELLING TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRASEKOLAH YANG MENJALANI HOSPITALISASI DI RSUP DR.M.DJAMIL PADANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

Emi Agustina 1, Artie Puspita 2 1 Dosen Akademi Keperawatan Pamenang 2 Perawat RSUD Pare ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

Hubungan Antara Peran Orang Tua 1

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

HUBUNGAN FREKUENSI HOSPITALISASI ANAK DENGAN KEMAMPUAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRE SCHOOL PENDERITA LEUKEMIA DI RSUD Dr.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KONSEP HOSPITALISASI. BY: NUR ASNAH, S.Kep.Ns.M.Kep

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF SELAMA HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau

Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK) Vol IX No 1, Maret 2016 ISSN

Transkripsi:

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSUD KABUPATEN SEMARANG Mudrikah*) Rosalina, S.Kp., M.Kes **), Gipta Galih Widodo, S.Kp., M.Kep, Sp.KMB **) *) Mahasiswa Prodi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen Prodi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Hospitalisasi merupakan salah satu penyebab stress baik pada anak maupun keluarganya, terutama disebabkan oleh perpisahan dengan keluarga, kehilangan kendali, perlukaan tubuh dan rasa nyeri. Kecemasan merupakan pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan mengenai kekhawatiran, atau ketegangan berupa perasaan cemas, tegang, dan emosi yang dialami oleh seseorang. Terapi bercerita merupakan terapi yang dapat dimanfaatkan untuk menarik kembali keceriaan dan kebahagiaan anak selama hospitalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bercerita terhadap kecemasan anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan non equivalent control group design dengan jumlah sampel 24 responden yang diambil dengan teknik quota sampling. Data penelitian diambil dengan melakukan observasi kepada responden, setelah terkumpul data dianalisa dengan Uji Mann Whitney. Berdasarkan uji statistik terdapat pengaruh terapi bercerita terhadap kecemasan anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi, dengan tingkat kesignifikansinya, dimana ρ<,5. Hal ini menunjukkan bahwa terapi bercerita di rumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegang, nyeri dan anak akan lebih kooperatif terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan. Kata Kunci : Terapi bercerita, Kecemasan, Hospitalisasi Daftar pustaka : 49 Pustaka (2-214) Mudrikah STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,216 1

ABSTRACT Hospitalization is a cause of stress for children and family, especially parting with the family environment, loss conduct, body hurt and feel pain in bone. Anxiety is subjective experience of inconvenience about afraid, or stress in the form of feeling worry, strained, and natural emotion by someone. Telling story therapy is therapy able to be exploited to take back cheerful and bliss of child during hospitalization. This study aims to determine the effect of telling story therapy against anxiety in preschool age childrens due hospitalization. Research design approach with in non equivalent control group design with a sample of 24 responden who obtained using quota sampling technic. Research data taken by observing to respondents, after the collected data is analyzed with the Mann Whitney test. Based on statistical tests are influences telling story therapy with anxiety in preschool age childrens due hospitalization, with signification, level where ρ <.5. This indicates that telling story therapy in the hospital will not only give pleasure to the children, but also will help the child to express feelings and thoughts of anxiety, fear, sadness, tension, pain and the child will be more cooperative given to nursing actions that are expected to accelerate healing process. Keywords : Telling story therapy, Anxiety, Hospitalization References : 49 References (2-214) PENDAHULUAN Hospitalisasi pada anak merupakan suatu proses terapi dan perawatan yang dapat menyebabkan pengalaman yang sangat trauma dan penuh dengan stres pada anak yang dilakukan secara berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit sampai pemulangan kembali ke rumah (Supartini, 24). Hospitalisasi (rawat inap) pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada semua tingkatan usia. Kecemasan merupakan pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan mengenai kekhawatiran, atau ketegangan berupa perasaan cemas, tegang, dan emosi yang dialami oleh seseorang (Ghufron dan Rini, 214). Menurut Hidayat (25), apabila anak mengalami kecemasan tinggi saat dirawat di rumah sakit maka besar sekali kemungkinan anak akan mengalami disfungsi perkembangan. Menurut Supartini (24), anak usia prasekolah memandang hospitalisasi sebagai sebuah pengalaman yang menakutkan dan sering dipersepsikan sebagai sebuah hukuman atas tindakan mereka. Anak memerlukan media untuk dapat mengekspresikan perasaannya sehingga mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam perawatan salah satunya adalah dengan terapi bercerita. Bercerita adalah salah satu terapi bermain yang merupakan aktivitas yang sesuai dengan perkembangan emosi anak. (Hurlock, 25). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 7 Oktober 215 di ruang perawatan Mudrikah STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,216 2

anak ( Melati ) RSUD Ungaran pada bulan Juli - September 215 jumlah anak usia prasekolah yang dirawat berkisar 67 anak dan di RSUD Ambarawa berkisar 8 anak. Anak menunjukkan ketakutannya saat melihat perawat, anak menangis, menendang, dan memukul saat dilakukan tindakan invasif sehingga menyebabkan terhambatnya proses perawatan anak. Berdasarkan hasil observasi peneliti, di ruang perawatan anak RSUD Kabupaten Semarang belum ada tindakan yang optimal untuk mengurangi kecemasan anak saat hospitalisasi sementara kecemasan anak perlu dikurangi agar mempercepat proses penyembuhan, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul pengaruh terapi bercerita terhadap kecemasan anak usia pra sekolah yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kabupaten Semarang. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan yaitu quasi exsperiment design dengan rancangan penelitian menggunakan kelomopok pembanding (non equivalent control group design). Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia prasekolah yang dirawat di Ruang Anak RSUD Kabupaten Semarang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan quota sampling. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 24 responden yang terbagi menjadi responden untuk masing-masing kelompok intervensi dan kontrol. Penelitian ini dilaksanakan pada pada tanggal 15-23 Januari 215 di Ruang Anak RSUD Kabupaten Semarang. Alat pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi berjumlah 2 item yang sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis dari masingmasing variabel yang diteliti yaitu gambaran tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah sebelum dan sesudah terapi bercerita pada kelompok intervensi dan kontrol. Uji statistik yang digunakan pada analisis bivariat adalah mann whitney karena data berdistribusi tidak normal dan data berasal dari kelompok yang tidak berpasangan. HASIL 1. Analisis Univariat Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kecemasan Anak Usia Prasekolah Sebelum Diberikan Terapi Bercerita pada Kelompok Intervensi dan Kontrol di RSUD Kabupaten Semarang, 216 Kelompok Kelompok Kecemasan Intervensi Kontrol Sedang Berat Panik f % f % 4 33,3 2 16,7 8 66,7 7 58,3 3 25, Total 1 1 Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa dari responden anak usia prasekolah kelompok intervensi sebelum diberikan terapi bercerita responden mengalami kecemasan sedang, yaitu sejumlah 4 orang (33,3%) dan pada kelompok kontrol 2 orang (16,7%), kecemasan berat pada kelompok intervensi 8 orang (66,7%) sedangkan kelompok kontrol 7 orang (58,3%). Mudrikah STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,216 3

Kecemasan panik pada kelompok intervensi orang (%) dan pada kelompok kontrol 3 orang (25%). Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kecemasan Anak Usia Prasekolah Sesudah Diberikan Terapi Bercerita pada Kelompok Intervensi dan Kontrol di RSUD Kabupaten Semarang, 216 Kecemasan Ringan Sedang Berat Panik Kelompo Kelompok k Intervensi Kontrol f % f % 7 5 58,3 41,7 3 8 1 25, 66, 7 8,3 Total 1 1 Berdasarkan tabel 4.4, diketahui bahwa dari responden anak usia prasekolah kelompok intervensi sebelum diberikan terapi bercerita responden mengalami kecemasan ringan, yaitu sejumlah 7 orang (58,3%) dan pada kelompok kontrol orang (%), kecemasan sedang pada kelompok intervensi 5 orang (41,7%) sedangkan kelompok kontrol 3 orang (25%). Kecemasan berat pada kelompok intervensi orang (%) dan pada kelompok kontrol 8 orang (66,7%). Kecemasan panik pada kelompok intervensi orang (%) dan pada kelompok kontrol 1 orang (8,3%). 2. Analisis Bivariat Tabel 4.5 Perbedaan Kecemasan Anak Usia Prasekolah Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Bercerita pada Kelompok Intervensi di RSUD Kabupaten Semarang, 216 Kecemasan n Median p (Min-Max) Pretest Posttest 3, (2,-3,) 1, (1,-2,),1 Berdasarkan tabel 4.5, didapatkan data bahwa pretest pada kelompok intervensi dengan nilai median 3, (kecemasan berat), nilai minimum 2, (kecemasan sedang), nilai maximum 3, (kecemasan berat). Pada posttest kelompok intervensi didapatkan nilai median 1, (kecemasan ringan), nilai minimum 1, (kecemasan ringan), nilai maximum 2, (kecemasan sedang). Berdasarkan uji wilcoxon, didapatkan nilai dengan p-value (,1) < (,5), ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan kecemasan anak usia prasekolah sebelum dan sesudah diberikan terapi bercerita pada kelompok intervensi di RSUD Kabupaten Semarang. Tabel 4.6 Perbedaan Kecemasan Anak Usia Prasekolah Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Bercerita pada Kelompok Kontrol di RSUD Kabupaten Semarang, 216 Kecemasan n Median p Pretest Posttest (Min-Max) 3, (2,-4,) 3, (2,-4,),83 Berdasarkan tabel 4.6, didapatkan data bahwa pretest pada kelompok kontrol dengan nilai median 3, (kecemasan berat), nilai minimum 2, (kecemasan sedang), nilai maximum 4, (kecemasan panik). Pada posttest kelompok kontrol didapatkan nilai median 3, (kecemasan berat), nilai minimum 2, (kecemasan sedang), nilai maximum 4, (kecemasan panik). Mudrikah STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,216 4

Berdasarkan uji wilcoxon, didapatkan nilai p-value (,83) > (,5), ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan kecemasan anak usia prasekolah sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol di RSUD Kabupaten Semarang. Tabel 4.7 Pengaruh Terapi Bercerita terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah yang Mengalami Hospitalisasi Di RSUD Kabupaten Semarang, 216 Kecemasan n Median p Posttest Intervensi Kontrol 1, 3,, Berdasarkan tabel 4.7, bahwa hasil uji Mann Whitney, terlihat bahwa nilai p-value (,) < (,5), ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan terapi bercerita terhadap kecemasan anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kabupaten Semarang. PEMBAHASAN Gambaran Kecemasan Anak Usia Prasekolah Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Bercerita pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kabupaten Semarang didapatkan pasien sebelum diberikan terapi bercerita pada kelompok intervensi ditemukan 8 orang (66,7%) mengalami kecemasan berat dan 7 orang (58,3%) mengalami kecemasan berat pada kelompok kontrol. Anak prasekolah menganggap bahwa hospitalisasi merupakan pengalaman baru dan sering membingungkan yang dapat membawa dampak negatif terhadap perkembangan normal. Kecemasan berat berhubungan dengan ketegangan dalam proses perawatan di rumah sakit dimana kecemasan pada tingkat ini menyebabkan seorang anak cenderung lebih berfokus pada sesuatu yang rinci dan tidak berfikir tentang hal lain yaitu anak hanya berfokus pada tindakan keperawatan yang menyakitkan yang menyebabkan nyeri sehingga membuatnya trauma terhadap hospitalisasi dan mengalami kecemasan. Reaksi yang muncul pada anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi dengan kecemasan berat yaitu menangis saat jauh dari orang tua, meminta selalu ditemani orang tua, nada bicara pelan ketika diajak bicara, selalu meminta pulang ke rumah, tampak mudah berkeringat, dan tidak tertarik dengan lingkungan sekitarnya. Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya. Pada umumnya reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kabupaten Semarang didapatkan pasien sesudah diberikan terapi bercerita pada Mudrikah STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,216 5

kelompok intervensi ditemukan 7 orang (58,3%) mengalami kecemasan ringan. Perawatan di rumah sakit sering kali dipersepsikan anak sebagai hukuman sehingga anak akan merasa malu, bersalah, atau takut. Hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat. Reaksi kecemasan ringan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor adanya pendampingan orang tua saat dilakukan tindakan, kondisi lingkungan sekitar yang tenang akan membuat anak yang diberi intervensi tidak mengalami cemas. Hal tersebut akan mempermudah proses perawatan pada anak karena anak yang cenderung kooperatif. Perbedaan Kecemasan Anak Usia Prasekolah Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Bercerita pada Kelompok Intervensi Hasil penelitian didapatkan data bahwa kecemasan sebelum diberikan terapi bercerita pada kelompok intervensi dengan nilai median 3, (kecemasan berat), nilai minimum 2, (kecemasan sedang), nilai maximum 3, (kecemasan berat). Pada kecemasan sesudah diberikan terapi bercerita pada kelompok intervensi didapatkan nilai median 1, (kecemasan ringan), nilai minimum 1, (kecemasan ringan), nilai maximum 2, (kecemasan sedang) ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi bercerita pada kelompok intervensi di RSUD Kabupaten Semarang dengan p-value (,1) < (,5). Kecemasan pada anak akibat hospitalisasi adalah hal yang normal dialami, tetapi jika tidak diatasi dalam waktu yang panjang akan mempengaruhi proses penyembuhannya. Anak yang mengalami kecemasan mereka akan berontak, menangis, menjerit, tidak kooperatif bila dilakukan tindakan keperawatan. Perlu dilakukan berbagai upaya untuk mengurangi kecemasannya agar anak dapat kooperatif dan mempercepat proses penyembuhan. Hasil penelitian Hale (214), bahwa berdasarkan uji Wilcoxon diperoleh hasil (p=,) < (,5) dimana ada perbedaan derajat kecemasan anak sebelum dan sesudah terapi bermain. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hidayat (25), bahwa bermain dapat menjadikan diri anak menjadi lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan ketegangan dapat dihindari, karena dengan bermain dapat menghibur anak terhadap dirinya sendiri. Perbedaan Kecemasan Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Bercerita pada Kelompok Kontrol Hasil penelitian didapatkan data bahwa kecemasan sebelum pada kelompok kontrol dengan nilai median 3, (kecemasan berat), nilai minimum 2, (kecemasan sedang), nilai maximum 4, (kecemasan panik). Pada kecemasan sesudah pada kelompok kontrol didapatkan nilai median 3, (kecemasan berat), nilai minimum 2, (kecemasan sedang), nilai maximum 4, (kecemasan panik) ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan Mudrikah STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,216 6

antara kecemasan sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol di RSUD Kabupaten Semarang dengan p-value (,83) > (,5). Secara statistik tidak terdapat perbedaan kecemasan sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol tapi karena adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi seperti faktor lama hari rawat anak, anak sudah terbiasa akrab dengan orang lain yang tidak dikenal seperti perawat dan petugas kesehatan lainnya sehingga dapat menurunkan kecemasannya. Semakin lama hari rawat kecemasan mulai menurun sehingga anak sudah terbiasa dengan kondisi rumah sakit. Meskipun itu tidak dialami oleh seluruh anak. Kecemasan yang dialami anak selama dilakukan tindakan keperawatan dipengaruhi oleh kecemasan hospitalisasi, yang terdiri dari tiga fase. Pertama fase protes, ditunjukkan dengan reaksi anak seperti menangis, menjerit, mencari dan memegang erat orang tua, menolak bertemu dan menyerang orang yang tidak dikenal. Kedua adalah fase putus asa yang ditandai dengan anak tidak aktif, menarik diri dari orang lain, sedih, tidak tertarik terhadap lingkungan, tidak komunikatif, dan menolak makan atau minum. Pada fase ketiga yaitu fase penerimaan, anak mulai menunjukkan ketertarikan pada lingkungan dan berinteraiksi dangkal dengan orang lain atau perawat (Wong, 24). Reaksi anak terhadap sakit dan rawat inap di rumah sakit berbeda-beda pada masing-masing individu. Menurut Supartini (24), hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perkembangan usia anak. Semakin muda anak semakin sukar baginya untuk menyesuaikan diri dengan pengalaman dirawat di rumah sakit. Hal ini tidak berlaku sepenuhnya bagi bayi yang masih sangat muda, walaupun tetap dapat merasakan adanya pemisahan. Pengalaman anak terhadap hospitalisasi, apabila anak pernah mengalami pengalaman tidak menyenangkan dirawat di rumah sakit sebelumnya akan menyebabkan anak takut dan trauma. Sebaliknya jika anak mendapatkan perawatan yang baik dan menyenangkan anak akan lebih kooperatif pada perawat dan dokter. Sistem pendukung (support system), anak membutuhkan dukungan yang ada dari orang lain untuk melepaskan tekanan akibat penyakit yang dideritanya. Anak akan minta dukungan kepada orang tua atau saudaranya untuk menunggu selama anak sakit. Pengaruh Terapi Bercerita Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah yang Mengalami Hospitalisasi Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh terapi bercerita terhadap kecemasan anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di RSUD Kabupaten Semarang dengan p-value, < (,5). Hal ini karena dipengaruhi oleh terapi bercerita tersebut yang membuat anak menjadi senang bahwa orang asing peneliti/perawat bukanlah orang yang menyeramkan. Anak yang merasa jenuh akibat hospitalisasi akan menjadi senang ketika dibacakan cerita karena secara tidak langsung efek cerita yang menarik akan mengalihkan Mudrikah STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,216 7

perhatiannya terhadap proses hospitalisasi yang menurut anak adalah proses yang menyakitkan. Terapi bercerita merupakan terapi pemberian pengalaman bagi anak dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan harus menarik, dan mengundang perhatian anak (Moeslichatoen, 26). Anak-anak akan merasakan senang ketika mendengarkan cerita. Anak-anak juga dapat dilibatkan secara aktif untuk bergerak (misalnya mengikuti gerak tokoh binatang yang sedang diceritakan), berpikir (misalnya menebak jalan cerita), tertawa (misalnya karena cerita yang lucu). Semua aktivitas itu menyenangkan bagi anak-anak, sehingga hal tersebut dapat mengurangi kecemasannya. Kebanyakan anak lebih menyukai cerita tentang orang dan hewan yang dikenalnya. Mereka menyukai karakter ini karena kualitas pribadi atau humornya. Karena mereka mampu mengidentifikasi diri dengan hewan, mereka memperoleh kegembiraan yang besar dari mendengar hal-hal yang dilakukan karakter itu (Hurlock, 25). Karakter yang lucu dari isi cerita akan menyebabkan anak merasa senang dan bahagia sehingga dapat menyebabkan ekspresi muka terlihat rileks. Terapi bermain (bercerita) dapat menurunkan tingkat kecemasan anak usia prasekolah, dari tingkat kecemasan sedang menjadi tingkat kecemasan ringan. Terapi bercerita dapat memberikan efek bahagia karena dengan pembawaan cerita yang menarik anak akan menikmati jalannya cerita. Pembawaan cerita yang menarik akan menghasilkan anak merasa senang yang dapat merangsang pengeluaran endorphin dan serotonin. Menurut Saphiro (21), tertawa dan tersenyum memberi manfaat bagi anak. Ketika tersenyum maka otot-otot wajah berkontraksi dan mengurangi aliran darah ke pembuluh darah terdekat. Hal ini akan membuat darah menjadi dingin, menurunkan temperatur batang otak, dan memicu produksi serotonin. KESIMPULAN 1. Sebelum diberikan terapi bercerita sebagian besar responden mengalami kecemasan berat sebanyak 8 orang (66,7%) pada kelompok intervensi, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 7 orang (58,3%). 2. Sesudah diberikan terapi bercerita sebagian besar responden mengalami kecemasan ringan sebanyak 7 orang (58,3%) pada kelompok intervensi, sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar responden mengalami kecemasan berat yaitu sebanyak 8 orang (66,7%). 3. Ada perbedaan yang signifikan antara kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi bercerita pada kelompok intervensi di RSUD Kabupaten Semarang. 4. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kecemasan sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol di RSUD Kabupaten Semarang. 5. Ada pengaruh terapi bercerita terhadap kecemasan anak usia prasekolah yang mengalami Mudrikah STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,216 8

hospitalisasi di RSUD Kabupaten Semarang. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengingat keterbatasan peneliti dalam penelitian ini, maka ada beberapa saran yang akan disampaikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi Perawat Hasil penelitian dapat diterapkan oleh perawat bahwa kecemasan anak akibat hospitalisasi dapat berkurang dengan diberikan terapi bercerita menggunakan cerita yang menarik disertai dengan gambar yang lucu. Terapi bercerita ini agar bisa dilakukan secara kontinyu dan terprogram agar manfaatnya benar-benar dirasakan oleh pasien. 2. Bagi Institusi Rumah Sakit Pihak rumah sakit dapat memfasilitasi dengan adanya ruang bermain dan berbagai alat dan bahan untuk terapi bercerita agar dapat digunakan perawat ruangan dalam menurunkan kecemasan anak yang mengalami hospitalisasi. 3. Bagi Orang Tua Responden Hendaknya orang tua untuk memilih terapi bercerita dan selalu mendampingi anak saat tindakan keperawatan dan pengobatan untuk mengurangi kecemasan anak. Mengingat manfaat terapi bercerita yang besar maka diharapkan orang tua anak dapat memanfaatkan terapi bercerita ini. 4. Bagi Peneliti Yang Lain Dari hasil penelitian ini diharapkan sebagai data dasar bagi peneliti lain dan mengembangkan lebih lanjut pada faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan anak selama hospitalisasi dan solusi lain yang dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak selama perawatan di rumah sakit. DAFTAR PUSTAKA Ghufron dan Rini. (214). Teoriteori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Hale. (214). Pengaruh Terapi Bermain terhadap Kecemasan Anak yang Mengalami Hospitalisasi Di Ruang Mirah Delima Rumah Sakit William Booth Surabaya. http://www.stikeswilliambooth. ac.id// diakses tanggal 28 Januari 216 Hidayat, A. A. A. (25). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba Medika. Hurlock, E. B. (25). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Moeslichatoen. (26). Metode Pengajaran di Taman Kanakkanak. Jakarta: Rhineka Cipta. Nursalam. (28). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Saphiro, L. E. (21). Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak. Jakarta: Gramedia. Supartini, Y. ( 24). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC. Wong, D.L, Hockenberry, M, et al. (24). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Alih Mudrikah STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,216 9

bahasa: Monica Ester; (6th.ed). volume 2. Jakarta: EGC. Mudrikah STIKES Ngudi Waluyo Ungaran,216 1