PENGARUH KONSELING INDIVIDUAL BEHAVIORISTIK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 2 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. dimana ada pemberian perlakuan (treatment) terhadap variabel dependent.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini dilakukan pre-test atau tes awal

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

PENGARUH BIMBINGAN KLASIKAL TEKNIK CINEMA THERAPY TERHADAP ETIKA PERGAULAN PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 2 KOTA GORONTALO

BAB III METODE PENELITIAN. dimana ada pemberian perlakuan (treatment) terhadap variabel dependent.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Gorontalo. Penelitian ini adalah eksperimen semu yang menggunakan one group

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

/*f Meiske Puluhulawa M.Pd

PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH

KOMPARASI HASIL BELAJAR KIMIA ANTARA SISWA YANG DIBERI METODE DRILL DENGAN RESITASI

Psikologi Konseling Gestalt Therapy and Behavior Therapy

Pengaruh Penerapan Metode Stimulus-Respon Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi Kelas XI MAN 2 Kota Bima

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TUGAS PADA SISWA KELAS V SDN 5 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 6 (enam) bulan yaitu dari bulan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang ada di lapangan, maka peneliti mulai menyusun instrumen penelitian yang

Penerapan Metode Resitasi dengan Teknik Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA N 1 Getasan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dirancang dengan menggunakan metode eksperimen, dengan

Fitri Agustina Lubis. Abstact. Kata Kunci : Model Pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), Aktivitas, Sistem Pencernaan Pada Manusia.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

EFEKTIVITAS PEMBERIAN APERSEPSI DAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN GAYA SMP NEGERI 13 PURWOREJO

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA (PEER TEACHING) TERHADAP MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Meity Fitri Yani 1 Syarifuddin Dahlan 2 Yusmansyah 3

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SUMBER BUNYI DI KELAS IV SD NEGERI 145/IX MUHAJIRIN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. data mentah dari pelaksanaan Pre-Test atau tes awal dapat dilihat pada lampiran 2

Furry Aprianingsih, Elsje Theodore Maasawet, Herliani Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Mulawarman Samarinda

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. eksperimen semu, maka dilakukan Pre-Tes atau bisa juga dikatakan tes

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE WINDOW SHOPPING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA-FISIKA PADA MATERI HUKUM NEWTON

Oleh Lila Amana Nim

Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Terpadu Di Kelas IX MTs Negeri Bolangitang Timur

JURNAL EFEKTIFITAS LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR SISWA SMPN 2 GURAH KABUPATEN KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak

Puji Asih Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRAK

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS VIII MTS NEGERI 1 PANGANDARAN

Surono, Pengaruh model pembelajaran inquiry...

Indah Nursuprianah, Aan Ani

Wiwik Andriyani 1), Dr.H. Suratno, M.Pd 2), Rosmiati, S.Pd, M.Pd 3)

Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Subang Kabupaten Kuningan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

Lailly Ramadhani dan Tri Harsono. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan.Jl.Willem Iskandar Pasar V Medan ABSTRAK

PEMBELAJARAN ILMU FISIKA BUMI ANTARIKSA DENGAN PENDEKATAN SAVI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

SULUH Jurnal Bimbingan Konseling, April 2017, Volume 3 Nomor1 (18-25)

BAB III METODE PENELITIAN

Peningkatan Motivasi Belajar Anak Asuh Melalui Layanan

Rina Yulianti, Eko Setyadi Kurniawan, Sriyono

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

Satrio Rahmat Muslim 1, Yaspin Yolanda 2, Ahmad Amin 3 Skripsi ini berjudul Penerapan model Collaborative Teamwork Learning pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Skor Tes Awal Xi (Pre-Test) Perilaku Sopan Santun Siwa. Skor Pre-Tes. No

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK CINEMA THERAPY TERHADAP KONSEP DIRI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 8 KOTA GORONTALO

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL DENGAN MEDIA HANDOUT PADA KOMPETENSI GAMBAR TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan proses pembentukan

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Putria Maharani 1 Yusmansyah 2 Shinta Mayasari 3

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. semu, sebelum treatment diadakan Pre-Test atau tes awal. Data hasil tes awal ini

Oleh: Hadi Sahman Pendidikan Teknik Otomotif, FKIP, Universitas Muhammadiyah Purworejo

Program studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL KEEFEKTIFAN TEKNIK SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GROGOL TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Kelas VIII SMP Negeri 1 Bulawa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SELF MANAGEMENT UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR MAHASISWA. Masnurrima Heriansyah, Dydik Kurniawan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI JAMUR DI KELAS X SMK NEGERI 1 RAMBAH TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PENGARUH MINAT DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP. Tri Astuti Arigiyati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswa Sekolah Menengah Pertama merupakan tahap anak berada pada masa

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

JURNAL EFEKTIVITAS TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 2 MUARO JAMBI

EFEKTIVITAS METODE KUIS INTERAKTIF DAN EXPLICIT INTRUCTION PADA PRESTASI BELAJAR MAHASISWA STKIP PGRI NGAWI

Pengaruh Penggunaan Media Tanam Hidroponik Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Terong (Solanum melongena) Fahruddin

LISMAWATI MOHAMAD Meyko Panigoro Agil Bachsoan. Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP PEMAHAMAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS X UNTUK PERENCANAAN KARIER DI SMK TUNAS HARAPAN JAKARTA

PENERAPAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

UPAYA MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR MELALUI KONSELING KELOMPOK REALITA PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 PRAMBON NGANJUK TAHUN PELAJARAN

KEMAMPUAN KONSELOR DALAM MENGELOLA KONSELING BEHAVIORAL MELALUI ALAT PENILAIAN

Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep

Volume 1 Nomor 1, Oktober ISSN

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI STUDENT LED REVIEW SESSION DENGAN METODE KONVENSIONAL

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SUBTEMA GERAK DAN GAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 16 BANDA ACEH

JURNAL. Oleh: EFI IDA RIANTI Dibimbing oleh : 1. Dr. Atrup, M.Pd.,MM. 2. Risaniatin Ningsih, S.Pd.M.Psi

PENGARUH MEDIA TELEVISI MY TRIP MY ADVENTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GEOGRAFI DENGAN STRATEGI DISCOVERY- INQUIRY. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

Kata Kunci : Layanan Informasi Karir, Pemilihan Karir

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakkan seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberi perlakuan

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU GIZI PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 8 MEDAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling a. Bimbingan Kelompok 1) Pengertian Bimbingan

BAB I PENDAHULUAN. terwujud jika pendidikan mampu melahirkan peserta didik yang cakap dan

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 2 No.1 Pebruari 2016 ISSN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen semu (quasi experiment). Kelompok

Transkripsi:

PENGARUH KONSELING INDIVIDUAL BEHAVIORISTIK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 2 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO Oleh : Melisa R. Hasanati Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing I : Dra. Rena L.Madina, M.Pd Pembimbing II : Dra. Maryam Rahim, M.Pd ABSTRAK Permasalahan yang dihadapi di SMA Negeri 2 Limboto adalah adanya siswa yang mengalami masalah motivasi belajar rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konseling individual behavioristik terhadap motivasi belajar siswa. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) yang menggunakan desain "One Group Pre-Test and Post Test Design". Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel X (Konseling Behavioristik) dan variabel Y (Motivasi Belajar). Anggota sampel adalah siswa kelas X yang berjumlah 10 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah angket. Angket yang disebarkan sebanyak dua kali yakni sebelum pemberian tindakan dan sesudah pemberian tindakan. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dan diuji hipotesis digunakan uji t. Dari hasil perhitungan diperoleh harga sebesar -28,76 Sedangkan dari daftar distribusi t pada taraf nyata 5% diperoleh 0,975 (18) = 2,10. Artinya bahwa hipotesis yang berbunyi terdapat pengaruh konseling individual behavioristik terhadap motivasi belajar siswa kelas X Di SMA Negeri 2 Limboto Kabupaten Gorontalo, dapat diterima. Berdasarkan hasil penelitian maka dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa, hendaknya digunakan layanan konseling individual behavioristik Kata kunci : Konseling Individual Behavioristik dan Motivasi Belajar 1

Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan sehingga tingkah laku individu berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Slameto (2010:2) berpendapat belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam kegiatan pembelajaran motivasi tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Data awal yang diperoleh peneliti selama 3 (tiga) bulan melakukan Praktek Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling (PPL-BK) kurang lebih 45% dari jumlah keseluruhan siswa kelas X SMA Negeri 2 Limboto yang berjumlah 267 siswa menunjukkan motivasi belajar rendah. Hal ini ditandai dengan adanya siswa yang nilainya tidak memenuhi standar ketuntasan pada beberapa mata pelajaran, tidak hadir pada saat kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung, tidak memahami materi yang diajarkan oleh guru, tidak mengerjakan tugas, serta tidak memiliki catatan. Adapun mata pelajaran yang paling banyak nilainya tidak memenuhi standar ketuntasan yakni pelajaran matematika, fisika, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Penyebab terjadinya fenomena di atas disebabkan oleh rendahnya motivasi belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Rendahnya motivasi 2

belajar siswa merupakan salah satu masalah yang sangat memerlukan pemecahan secara tepat dan benar. Sebab motivasi merupakan salah satu faktor penunjang dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Tugas membimbing dan memotivasi siswa guna mencapai tujuan, selain harus diemban oleh guru mata pelajaran, juga menjadi salah satu tugas pokok guru bimbingan konseling. Dalam hal ini guru bimbingan dan konseling harus menjalankan fungsi-fungsi bimbingan serta memainkan peranannya sebagai pembimbing sekaligus konselor dalam menumbuhkan dan memelihara, serta meningkatkan motivasi belajar siswa. Guru pembimbing memiliki peran penting dalam hal mengentaskan masalah yang dihadapi oleh siswa khususnya siswa yang memiliki motivasi belajar rendah salah satunya melalui layanan konseling individual. Menurut Shertzer dan Stone (dalam Willis: 2010 :36) konseling individual adalah interaksi antara seseorang dengan orang lain yang dapat menunjang dan memudahkan secara positif bagi perbaikan orang tersebut. Dalam proses konseling individual terdapat delapan pendekatan, yakni pendekatan psikoanalisis, humanistik, behavioristik, client centered, gestalt, realitas, rational emotive, dan traid and factor. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa digunakan pendekatan behavioristik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Latipun (dalam Lubis : 2011 :170) bahwa pendekatan behavioristik bertujuan untuk menciptakan suatu kondisi baru yang lebih baik melalui proses belajar sehingga perilaku negatif dapat dihilangkan dan berusaha menemukan cara-cara bertingkah laku yang baru. Sehingga melalui konseling individual behavioristik diharapkan siswa termotivasi untuk belajar lebih giat lagi. 3

Tujuan konseling behavioristik menurut Komalasari (2011:156) yakni berori entasi pada pengubahan atau modifikasi perilaku konseli diantaranya untuk (1) menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar, (2) membantu konseli membuang respons-respons yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respons-respons yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive), (3) konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptif, memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan, (4) penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara konseli dan konselor. Oleh karena itu, untuk membantu siswa memiliki motivasi dalam belajar, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian eksperimen dengan judul Pengaruh Konseling Individual Behavioristik Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Limboto Kabupaten Gorontalo. Untuk memberi arah dalam analisis dan pembahasan, dirumuskan masalah Apakah terdapat pengaruh layanan konseling individual behavioristik terhadap motivasi belajar siswa? Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh konseling individual behavioristik terhadap motivasi belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Limboto. Manfaat dari penelitian ini yakni (a) hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian tentang penerapan layanan konseling individual dalam upaya membantu siswa untuk menyelesaikan permasalahannya. khususnya yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan 4

dapat bermanfaat sebagai referensi bagi penelitian lebih lanjut, khususnya yang meneliti lebih dalam tentang permasalahan yang terkait dengan motivasi belajar siswa dan layanan konseling individual, (b) memberikan sumbangan pengetahuan yang lebih kepada guru pembimbing (konselor) mengenai cara meningkatkan motivasi belajar siswa, lebih memanfaatkan jam bimbingan konseling seefektif mungkin untuk membantu siswa meningkatkan motivasi belajar, serta dijadikan sebagai wahana untuk menambah bahan referensi dalam mengembangkan profesionalisasi kompetensi guru Bimbingan dan Konseling dalam pelaksanaan layanan konseling individual. Hipotesis dalam penelitian ini yakni : Terdapat pengaruh layanan konseling individual behavioristik terhadap motivasi belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Limboto Kabupaten Gorontalo. Kajian Teori Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan. Sebab, seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Menurut Djamarah (2011 : 148) motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Uno (2006 : 1) motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. 5

Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu perbuatan seseorang di dasarkan atas motivasi tertentu yang mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan motivasi merupakan sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai suatu tujuan. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa ada motivasi. Djamarah (2011 : 153) mengemukakan prinsip motivasi dalam belajar yaki (1) Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar, (2) Motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar, (3) Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman, (4) Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar, (5) Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar, (6) Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar. Fungsi Motivasi Belajar Sardiman (2011 : 85 ) mengemukakan tiga fungsi motivasi yakni: (1) Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, (2) motivasi berfungsi sebagai pengarah., (3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. 6

Konseling Behavioristik Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui konseling individual salah satunya melalui terapi tingkah laku (behavioristik). Menurut Hartono (2012 : 119) aliran behavioristik selalu mencoba untuk mengubah tingkah laku manusia secara langsung. Rahman dan Wolpe (dalam Lubis : 2011 : 167) mengatakan bahwa teori behavioristik dapat menangani kompleksitas masalah klien mulai dari kegagalan individu untuk belajar, merespon secara adaptif hingga mengatasi masalah neorosis. Adapun aspek penting dari terapi behavioristik adalah bahwa perilaku dapat didefinisikan secara operasional, diamati, dan diukur. Selanjutnya Corey (dalam Lubis : 2011 : 168) menyebutkan ciri-ciri khas terapi behavioristik sebagai berikut : (1) Berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik, (2) Cemat dan jelas dalam menguraikan treatmen, (3) Perumusan prosedur treatmen dilakukan secara spesifik dan sesuai dengan masalah klien, (4) Penafsiran hasil-hasil terapi dilakukan secara obyektif Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan teori behavioristik merupakan pendekatan yang mengutamakan hal-hal yang nampak pada individu yang dapat diamati sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang bertujuan mengubah tingkah laku manusia secara langsung dengan cara mengajarkan perilaku yang baru sehingga kesulitan yang dihadapi dapat dihilangkan. 7

Langkah-Langkah Konseling Behavioristik Komalasari (2011 : 157) menyatakan bahwa konseling behavioristik memiliki empat tahap yaitu (1) Melakukan asesmen (assessment). Tahap ini bertujuan untuk menentukan apa yang dilakukan oleh konseli pada saat ini. Asesmen dilakukan adalah aktivitas nyata, perasaan dan pikiran konseli. Kanfer dan Saslow (dalam Komalasari : 2011 : 158) mengemukakan terdapat enam informasi yang digali alam asesmen yaitu (a ) analisis tingkah laku yang bermasalah yang dialami konseli saat ini, (b ) analisis tingkah laku yang didalamnya terjadi masalah konseli, (c) analisis motivasional (d ) analisis self kontrol, yaitu tingkatan kontrol diri konseli terhadap tingkah laku bermasalah ditelusuri atas dasar bagaimana kontrol itu dilatih atas dasar kejadian-kejadian yang menentukan keberhasilan self kontrol, (e ) analisis hubungan sosial, yaitu orang lain yang dekat dengan kehidupan konseli diidentifikasi juga hubungannya orang tersebut dengan konseli, (f) analisis lingkungan fisik-sosial budaya. Analisis ini atas dasar norma-norma dan keterbatasan lingkungan. (2) Menentukan tujuan (goal setting). Burks dan Engelkes (dalam Komalasari : 2011 : 159) mengemukakan bahwa fase goal setting disusun atas tiga langkah, yaitu (a ) membantu konseli untuk memandang masalahnya atas dasar tujuan-tujuan yang diinginkan, (b) memperhatikan tujuan konseli berdasarkan kemungkinan hambatan-hambatan situasional tujuan belajar yang dapat diterima dan dapat diukur, (c ) memecahkan tujuan ke dalam sub-tujuan dan menyusun tujuan menjadi susunan yang berurutan. (3) Mengimplementasikan teknik ( technique implementation). Setelah tujuan konseling dirumuskan, konselor dan konseli 8

menentukan strategi belajar yang terbaik untuk membantu konseli mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan Konselor dan konseli mengimplementasikan teknik-teknik konseling sesuai dengan masalah yang dialami oleh konseli (tingkah laku excessive atau deficit). (4) Evaluasi dan mengakhiri konseling ( evaluation termination) Terminasi lebih dari sekedar mengakhiri konseling. Terminasi meliputi (a) menguji apa yang konseli lakukan terakhir, (b ) eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan, (c ) membantu konseli mentransfer apa yang dipelajari dalam konseling ke tingkah laku konseli, (d ) memberi jalan untuk memantau secara terus menerus tingkah laku konseli. Selanjutnya, konselor dan konseli mengevaluasi implementasi teknik yang telah dilakukan serta menentukan lamanya intervensi dilaksanakan sampai tingkah laku yang diharapkan menetap. Teknik-Teknik Konseling Behavioristik Teknik konseling behavioristik menurut Lubis (2011 : 172) yaitu (1) Skedul penguatan, yakni suatu teknik pemberian penguatan pada konseli ketika tingkah laku baru selesai dipelajari dan dimunculkan oleh konseli. (2) Shaping adalah teknik konseling behavioristik yang dilakukan dengan mempelajari tingkah laku baru secara bertahap. (3) Ekstingsi adalah teknik konseling yang berupa penghapusan penguatan agar tingkah laku maladaptif tidak berulang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa melalui konseling behaviorististik diharapkan siswa yang motivasi belajarnya rendah dapat diubah dengan cara belajar lebih giat lagi melalui teknik-teknik konseling behavioristik yang dilakukan oleh konselor. 9

Kerangka Berfikir Indikator Motivasi Belajar : 1. Tidak tekun mengerjakan tugas 2. Kurang ulet menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa) 3. Rendahnya kemauan untuk berbuat 4. Tidak suka bekerja mandiri MOTIVASI BELAJAR RENDAH KONSELING INDIVIDUAL BEHAVIORISTIK MOTIVASI BELAJAR MENINGKAT Penyebab: 1. Lingkungan sosial Treatment 2. Lingkungan keluarga 10

Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Limboto Kabupaten Gorontalo yang dilaksanakan dari bulan November 2012 sampai bulan April 2013. Penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel, yaitu (1) motivasi belajar sebagai variabel terikat ( dependent variable) dan (2) konseling behavioristik sebagai variabel bebas ( independent variable). Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah angket. Angket disebarkan sebanyak dua kali yakni sebelum pemberian tindakan dan sesudah pemberian tindakan sedangkan observasi sebagai penunjang untuk melengakapi data yang diperoleh melalui angket. Teknik analisis data dalam penelitian ini yakni melalui uji normalitas data dan uji hipotesis Hasil Penelitian dan Pembahasan Deskripsi Hasil Penelitian Variabel (Pre-Test) Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen semu, sebelum treatment diadakan Pre-Test atau tes awal. Data hasil tes awal ini simbol X 1 (pre-test). diperoleh skor tertinggi 188 dan skor terendah 148. Sedangkan skor rata-rata diperoleh sebesar 173,3 dan standar deviasi sebesar 12,33. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel (Post-Test) Setelah pemberian treatment dengan konseling individual behavioristik, kemudian diadakan Post-Test atau tes akhir terhadap motivasi belajar siswa. Dari hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan untuk variabel X (Post-Test), 11

diperoleh skor tertinggi 212 dan skor terendah 202. Sedangkan skor rata-rata diperoleh sebesar 208,1 dan standar deviasi sebesar 2,85. Pengujian Normalitas Data Variabel (Pre-Test) Berdasarkan uji kriteria tersebut didapatkan bahwa L 0 < L daftar, atau 0,117 < 0,258 sehingga dapat disimpulkan bahwa data pre-test berdistribusi normal. Pengujian Normalitas Data Variabel (Post-Test) Berdasarkan uji kriteria tersebut didapatkan bahwa L 0 < L daftar, atau 0,1783 < 0,258 sehingga dapat diimpulkan bahwa data pre-test berdistribusi normal. Pengujian Hipotesis Dari hasil perhitungan diperoleh harga sebesar -28,76. Sedangkan dari daftar distribusi t pada taraf nyata 5% diperoleh, (18) = 2,10. Ternyata harga memperoleh harga lain, atau harga telah berada di luar daerah penerimaan H, sehingga dapat disimpulkan bahwa H ditolak dan menerima H. Artinya bahwa hipotesis terdapat pengaruh konseling individual behavioristik terhadap motivasi belajar siswa, dapat diterima. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa adanya peningkatan motivasi belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Limboto setelah memperoleh layanan konseling individual behavioristik. Dengan kata lain konseling individual behavioristik dapat membantu siswa untuk meningkatkan motivasi belajar. 12

Dapat disimpulkan konseling individual behavioristik memberikan pengaruh atau dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Dalam hal ini guru bimbingan dan konseling harus menjalankan fungsi-fungsi bimbingan serta memainkan peranannya sebagai pembimbing sekaligus konselor dalam menumbuhkan dan memelihara, serta meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Suherman (2008 : 89) mengemukakan bahwa guru pembimbing (konselor) perlu menciptakan hubungan yang berkualitas dengan siswanya yakni mampu menciptakan kondisikondisi yang dapat memudahkan bagi siswa untuk dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungkin yang terwujud dalam perilakunya yang efektif. Namun demikian perlu ditunjang oleh kemauan dan kesadaran dari dalam diri siswa itu sendiri untuk melakukan perubahan dan menyadari bahwa motivasi belajar sangat penting dalam mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, mengarahkan perubahan untuk mencapai tujuan yang diinginkan serta mencapai pribadi sesuai dengan apa yang diharapkan. Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan eksperimen, yakni berupa keterbatasan waktu. Karena tidak adanya jam khusus untuk bimbingan konseling di dalam kurikulum sekolah. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti melakukan negosiasi dengan konseli agar konseli merasa aman, senang dan mau diajak bicara tentang dirinya. Setelah negosiasi, peneliti membuat perjanjian dengan konseli kapan dan dimana dapat mengadakan hubungan konseling (konseling individual). Disepakati bahwa pelaksanaan konseling dilakukan diluar jam pelajaran dan diluar jam sekolah. 13

Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang berbunyi : terdapat pengaruh konseling individual behavioristik terhadap motivasi belajar siswa diterima, atau dengan kata lain konseling individual behavioristik dapat membantu siswa untuk meningkatkan motivasi belajar. Saran Dengan memperhatikan hasil pembahasan dan kesimpulan, maka dikemukakan beberapa saran yakni (a) u ntuk meningkatkan motivasi belajar siswa, sangat tepat jika dilakukan layanan konseling individual teknik behavioristik. Pemberian layanan konseling individual dengan baik dan sesuai dengan prosedur yang ada serta karakteristik siswa agar dapat meningkatkan motivasi belajarnya, (b) u ntuk lebih meningkatkan motivasi belajar siswa, guru harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa, baik dari faktor lingkungan sekolah maupun keluarga. 14

DAFTAR PUSTAKA Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Hartono. 2012. Psikologi Konseling. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Komalasari, Gantina. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta : PT INDEKS Lubis, Namora Lumongga. 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan Praktik. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Prayitno. 2008. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta Sardiman. 2010. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers Slameto. 2010. Belajar & Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta Sudjana. 2005. Metoda Statistik. Bandung: TARSITO Suherman. 2008. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Jakarta : PT Remaja Rosdakarya Uno, Hamzah. 2011. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara Willis, Sofyan. 2011. Teori & Praktek Konseling Individual. Bandung: Alfabeta 15