V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

V. KEADAAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH. Kecamatan Leuwiliang memiliki empat unit usaha pengolahan limbah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang dibina oleh Kementerian Kehutanan. Koperasi ini didirikan pada tahun 1989.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lapangan untuk mengetahui lokasi dari Dusun Klegung, Desa Ngoro-oro, baik

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kondisi Kebun Buah Mangunan. 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kebun Buah Mangunan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sendiri masuk dalam Tahura WAR. Wilayah Tahura Wan Abdul

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan:

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Transkripsi:

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian yang sangat subur dengan keadaan iklim, hidrologi, dan topografi yang sangat cocok untuk dijadikan lahan pertanian. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani (Pemerintah Kabupaten Bogor, 9). 5.. Letak dan Luas Wilayah Kecamatan Leuwiliang tepatnya Desa Pasir Honje sebagai daerah penerapan sistem agroekologi, terletak antara 6 5 7 Lintang Selatan dan 6 7 57 Bujur Timur. Leuwiliang merupakan salah satu kecamatan yang termasuk daerah pengembangan wilayah Barat yang berada pada ketinggian - 5 m di atas permukaan laut. Kecamatan Leuwiliang dibatasi oleh beberapa daerah, yaitu: Sebelah Utara Sebelah selatan Sebelah barat Sebelah Timur : Kecamatan Rumpin : Kabupaten Sukabumi : Kecamatan Leuwisadeng : Kecamatan Cibungbulang Total luas wilayah Leuwiliang ± 6,59.7 Ha, yang dimanfaatkan sebagai sawah,686. Ha, pekarangan 7. Ha, perumahan,474.6 Ha, ladang,. Ha, empang 4.8 Ha, kuburan 89.8 Ha, dan 77.7 Ha. Wilayah Lewiliang ini lebih banyak dimanfaatkan sebagai lahan ladang dan sawah karena sesuai dengan keadaan iklim daerah tersebut. Keadaan iklim dan cuaca di Leuwiliang sangat cocok untuk menanam padi dan tanaman ladang. 7

5... Iklim dan Hidrologi Kondisi iklim Kecamatan Leuwiliang didapat dari data sekunder hasil pendataan kecamatan Leuwiliang. Rata-rata curah hujan yang tercatat per tahun sekitar 5.9 mm, dengan jumlah hari curah hujan terbanyak sebanyak.9 hari. Suhu maksimum daerah ini adalah 5 C dan suhu minimum adalah C. Keadaan suhu yang relatif panas dan dengan sebaran curah hujan yang cukup mendukung untuk daerah ini menjadi kawasan pertanian yang potensial bagi penduduk masyarakat setempat. Sebagian besar dari penduduk Leuwiliang memanfaatkan lahan sebagai lahan persawahan karena sesuai dengan iklim yang ada, padi dapat tumbuh dengan baik di daerah ini. Selain itu, petani juga memanfaatkan tanaman lain yang diduga cocok pada iklim yang ada seperti tanaman duku, durian, pete, dan lain-lain. 5... Topografi Kondisi topografi Leuwiliang cukup beragam, dengan ketinggian yang berbeda. Bentuk wilayah terdiri dari 7% dataran, % berombak sampai berbukit, dan % berbukit sampai bergunung. 5..4. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Ruang lingkup kondisi sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat dari aspek pendidikan, pekerjaan, dan kesehatan. Kecamatan Leuwiliang terdiri dari 48 dusun dan 6 RW dan 48 RT yang tercakup dalam desa. Penduduk Kecamatan Leuwiliang sampai akhir bulan Desember 9 tercatat sebanyak 6,47 Kepala Keluarga, dengan jumlah penduduk terbanyak,45 jiwa yang terdiri dari laki-laki 58,6 jiwa dan perempuan 54,96 jiwa, rata-rata kepadatan penduduk.5 jiwa/km dan rata-rata penyebaran penduduk 4 jiwa/km. 8

populasi penduduk tersebut sekitar 5,989 berumur antara 9-6 tahun yang merupakan usia angkatan kerja produktif. Masyarakat Kecamatan Leuwiliang sebagian besar bermata pencaharian sebagai pedagang yaitu 9, orang (4.8%), dan buruh 7,974 orang (.%). Masyarakat yang hidupnya dari bertani yaitu,59 (.9%) dan.% lainnya adalah bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan bekerja di bagian jasa. Penelitian ini difokuskan pada masyarakat yang bekerja sebagai petani. Masyarakat petani yang menjadi responden menyatakan bahwa mereka sedikit sekali yang dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah, dan sebagian besar masyarakat hanya berpindidikan tamatan SD. Kondisi kesehatan masyarakat petani dapat terpenuhi karena di wilayah ini dikembangkan berbagai sarana kesehatan seperti puskesmas, bidan desa, balai pengobatan, dokter praktek swasta, apotek serta laboraturim. Disamping itu, telah dikembangkan juga sarana upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat, pada saat ini tercatat posyandu dengan jumlah kader aktif 99 orang. Selanjutnya ada rumah sakit yang mempunyai sarana rawat inap yaitu rumah sakit daerah Leuwiliang. Persediaan prasarana kesehatan ini sangat membantu masayarakat untuk selalu dapat menjaga kesehatan mereka. Kondisi sosial dapat dilihat dari kategori penduduk miskin yang ada di daerah ini dengan alasan ekonomi dan non ekonomi. Kondisi sosial kesejahteraan keluarga Leuwiliang dapat dikategorikan sebagai keluarga pra KS berjumlah 4,895 KK (8,78) jiwa dan keluarga KS I berjumlah 4,877 (,94) jiwa, keluarga KS II berjumlah 6,58 KK (,94) jiwa, kategori keluarga KS III berjumlah,496 KK dan keluarga sejahtera III plus 95 KK. 9

5..5. Sarana dan Prasarana Kebutuhan sarana fisik yang dirasakan oleh masyarakat Leuwiliang adalah jalan penghubung antar desa. Prasarana yang disediakan pemerintah Leuwiliang dirasakan sudah cukup memenuhi untuk kelancaran aktivitas masyarakat. Sarana yang disediakan seperti prasarana pengairan dan alat transportasi, jalan, dan jembatan. Kebutuhan di bidang prasarana ekonomi yang dibutuhkan dan disediakan oleh pemerintah Leuwiliang adalah fasilitas pemodalan. Selama ini masyarakat Leuwiliang mendapat modal dari sistem koperasi, di daerah ini terdapat dua koperasi unit desa. Sumber modal yang lain berasal dari penjualan hasil panen dan bantuan dari kelompok usahatani yang mereka miliki. Selain itu, sarana perekonomian yang disediakan pemerintah agar petani dapat menjual hasil panen dengan mudah yaitu pasar umum, di daerah ini terdapat lima pasar umum yang terjangkau oleh petani sehingga petani dapat menjual hasil panen secara langsung. 5.. Kecamatan Rumpin Penelitian juga dilakukan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Rumpin merupakan kawasan pertanian yang sangat subur dengan keadaan iklim, hidrologi, dan topografi yang sangat cocok untuk dijadikan lahan pertanian. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani (Pemerintah Kabupaten Bogor, 9). 5... Letak dan Luas Kecamatan Rumpin terletak pada koordinat georgrafis antara 6 6-6 55 Lintang Selatan dan 6 6-6 69 Bujur Timur. Berdasarkan administrasi 4

pemerintahan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat memiliki luas,56,46 Ha. Kecamatan Rumpin dibatasi oleh beberapa wilayah, yaitu: Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Utara Sebelah Barat : Provinsi Banten : Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Leuwiliang : Kecamatan Gunung Sindur dan Kecamatan Parung : Kecamatan Parung Panjang dan Cigudeg Secara administratif Kecamatan Rumpin meliputi desa yaitu Desa Leuwibatu, Cidokom, Gobang, Cibodas, Rabak, Kp. Sawah, Rumpin, Cipinang, Sukasari, Tamansari, Sukamulya, Kertajaya, dan Mekarsari. Kecamatan Rumpin yang terdiri dari beberapa desa ini mempunyai satu kesatuan yang kuat dan sistem kekeluargaan yang tinggi. 5... Iklim dan Hidrologi Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, Kecamatan Rumpin termasuk dalam iklim A yaitu daerah yang sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropik dengan rata-rata jumlah bulan kering adalah dua dan jumlah bulan basah adalah sepuluh. Kecamatan Rumpin memiliki suhu minimum 8 C dan suhu maksimum C. Adapun curah hujan terbanyak sebanyak 5 hari, dengan curah hujan 944 mm/tahun. 5... Tanah dan Geologi Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil laporan Topografi Kecamatan Rumpin, terdapat beberapa jenis tanah. Jenis tanah yang memiliki luasan terbesar yaitu asosiasi latosol merah dan latosol coklat kemerahan (5.6%) dan kompleks latosol merah kekuningan, latosol coklat dan litosol (.6%). Tanah di Rumpin juga mempunyai variasi yaitu datar sampai berombak (75%), berombak sampai 4

berbukit (%), dan berbukit sampai bergunung (5%). Tanah yang ada di rumpin juga ada bermacam sesuai dengan penggunaannya, diantaranya tanah sawah, tanah kering, tanah hutan, tanah perkebunan, tanah keperluan fasilitas umum dan tanah makam. secara geologis sebagian besar lahan Kecamatan Rumpin tersusun dari batuan endapan permukaan (5.4%), gunung api muda berupa endapan bereaksi, lahar, lava, tufa (6.6%), batu gamping (6.4%) dan batuan tersier (4.8%). 5..4. Topografi Kecamatan Rumpin mempunyai ketinggian yang bervariasi yaitu antara -5 mdpl. Karakteristik topografi Kecamatan Rumpin secara umum berada pada daerah dengan kemiringan lereng beragam. wilayah dengan kelerengan datar (-8%) memiliki luasan terbesar yakni meliputi 65.7% dari total wilayah, agak curam (5-5%) sebesar.84% dari total wilayah dan sangat curam.8% dari total wilayah. 5..5. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Keadaan sosial ekonomi masyarakat Rumpin dapat digambarkan melalui pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan. penduduk Kecamatan Rumpin adalah 6,4 jiwa, yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yaitu,9 jiwa dan sisanya adalah sebagai pegawai negeri sipil, pegawai swasta, wiraswasta/berdagang, pensiunan, dan buruh bangunan. Selanjutnya, digambarkan juga dari tingkat pendidikan, bahwa sebagian besar penduduk berpendidikan hanya sampai tingkat Sekolah Dasar (SD) yaitu,89 jiwa, tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yaitu 6,97 jiwa, tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu 8, dan tamatan akademi 7 4

jiwa dan tamatan perguruan tinggi 44 jiwa, selebihnya tidak tamat sekolah dan buta huruf. 5..6. Sarana dan Prasarana Kebutuhan sarana fisik yang dirasakan oleh penduduk adalah jalan penghubung antar desa. Prasarana yang disediakan pemerintah dirasakan sudah cukup memenuhi untuk kelancaran aktivitas masyarakat. Sarana yang disediakan seperti prasarana pengairan dan alat transportasi, jalan, dan jembatan. Kebutuhan di bidang prasarana ekonomi yang dibutuhkan dan disediakan oleh pemerintah adalah fasilitas pemodalan. Selama ini masyarakat Rumpin mendapat modal dari sistem koperasi, di daerah ini terdapat koperasi. Sumber modal yang lain berasal dari penjualan hasil panen dan bantuan dari kelompok usahatani yang mereka miliki. Sarana dan prasarana pertanian di Kecamatan Rumpin tergolong masih sangat rendah. Sehingga, masyarakat petani di daerah ini belum bisa mengoptimalkan produksi yang mereka dapat dari sistem pertanian yang mereka lakukan. Selain itu, sarana perekonomian yang disediakan pemerintah agar petani dapat menjual hasil panen dengan mudah yaitu pasar umum, di daerah ini terdapat lima pasar umum yang terjangkau oleh petani sehingga petani dapat menjual hasil panen secara langsung. 5.. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian yang dilakukan di Desa Cidokom dan desa Pasir Honje adalah petani agroekologi yang berjumlah 5 responden yaitu 5 responden dari Desa Cidokom dan 5 responden dari Desa Pasir Honje. Karakteristik responden yang dapat diketahui adalah umur, pendidikan, 4

pengalaman bertani, luas lahan yang digarap, dan jumlah tanggungan dalam keluarga. Variasi umur petani yang menjadi responden cukup lebar, yaitu dari umur 5 hingga 75 tahun. Responden petani di Cidokom lebih banyak dari responden petani di Pasir Honje. Hal ini terjadi karena petani yang telah menerapkan agroekologi di Cidokom lebih banyak dari petani yang ada di Pasir Honje. Petani Cidokom banyak yang menerapkan agroekologi karena mengikuti kebiasaan masyarakat dan kondisi tanah yang lebih subur serta ketersediaan input (pupuk kandang) untuk menerapkan agroekologi lebih banyak di Cidokom. Selain itu, penerapan agroekologi juga dipengaruhi oleh umur petani. Berikut Tabel 6. Rentang umur petani responden. Tabel 6. Rentang Umur Petani Responden di Pasir Honje dan Cidokom Tahun No Rentang Umur (Tahun) Pasir Honje Cidokom (orang) (orang) 5-5 5. 6-45 4 6.67 5 5 46-55 4 6.67 6 4 56-65 6 5 6 66-75 75-85. 5 Total 5 Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis Melalui Survei () Tabel 6 di atas memperlihatkan rentang umur responden, yang menunjukkan bahwa petani di Pasir Honje relatif lebih muda dibandingkan petani di Cidokom. Terlihat dari jumlah responden yang memiliki rentang umur 5-5 tahun bahwa di Pasir Honje ada lima responden (%), sedangkan di Cidokom tidak ada (%). Hal ini juga menunjukkan bahwa petani Rumpin relatif lebih tua, 44

sehingga memiliki pengalaman bertani dan pengetahuan dari orang zaman dahalu tentang cara bertani yang lebih banyak dibandingkan dengan petani Pasir Honje. Responden yang memiliki umur di atas 46 tahun adalah sebanyak enam orang (4%) untuk wilayah Pasir Honje dan 5 orang (75%) untuk wilayah Cidokom. Umur juga dapat menggambarkan status pendidikan responden, bahwa responden yang lebih tua atau responden pada zaman dulu pada umumnya tidak tamat SD. Tabel 7. Status Pendidikan Responden di Pasir Honje dan Cidokom Tahun No Status Pasir Honje Cidokom Pendidikan Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD 7 7 7 47 47 8 5 4 Total 5 Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis dari Survei () Berdasarkan Tabel 7, dari status pendidikan yang terlihat, sebagian besar responden memiliki pendidikan yang rendah yang mungkin mempengaruhi kemampuan petani untuk menyerap atau menerima pengetahuan yang baru dalam hal pembangunan atau perkembangan pertanian termasuk juga dalam penerapan agroekologi yang sebenarnya dapat membantu petani meningkatkan hasil produksi pertanian mereka. Selanjutnya, responden dalam penelitian memiliki pengalaman bertani yang bervariasi. Responden petani Pasir Honje pada umumnya mempunyai pengalaman bertani antara -5 tahun yaitu orang (67%) sedangkan responden petani Cidokom mempunyai pengalaman bertani yang lebih lama yaitu antara 6 sampai tahun. Responden Cidokom yang mempunyai pengalaman 6 sampai tahun sebanyak orang (55%) dari responden. 45

Tabel 8. Rentang Pengalaman Bertani Responden di Pasir Honje dan Cidokom Tahun No Rentang Pasir Honje Cidokom Pengalaman Bertani (Tahun) 4-5 6- -45 46-6 67 7 4 5 55 5 Total 5 Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis dari Survei () Responden petani yang melakukan usaha tani, pada umumnya melakukan usahatani di atas lahan milik sendiri. Petani dari Pasir Honje yang menggarap lahan milik pribadi adalah sebanyak orang (7.%) sedangkan yang menggarap lahan milik orang laian hanya empat orang (6.67%). Responden di Cidokom hampir semua petani menggarap lahan milik pribadi yaitu 9 orang (95%) dan responden yang menggarap lahan milik orang lain yaitu satu orang responden (5%). Tabel 9. Status Kepemilikkan Lahan Responden di Pasir Honje dan Cidokom Tahun No Kepemilikkan Pasir Honje Cidokom Pribadi Milik Orang Lain 4 7. 6.67 9 95 5 Total 5 Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis dari Survei () Status kepemilikkan lahan mencerminkan pendapatan atau penghasilan yang diperoleh petani. Pendapatan petani yang menggarap lahan milik sendiri akan memiliki pendapatan yang lebih besar dari pada pendapatan petani yang menggarap lahan milik orang lain. Hal ini terjadi karena, petani yang menggarap lahan milik orang lain akan membagi hasil yang diperoleh dengan pemilik lahan. Proporsi pembagian hasil yang biasa dilakukan petani adalah :4 yaitu empat 46

bagian dari hasil untuk pemilik lahan dan satu bagian dari hasil untuk penggarap. Pendapatan petani juga dipengaruhi oleh luas lahan yang dimiliki atau digarap oleh petani. Tabel. Rentang Luas Lahan yang dimiliki Responden di Pasir Honje Tahun Pasir Honje Cidokom No Rentang Luas (ha) 4,5-,5,6-,,-,5,6-, 6 4 9 9 45 45 Total 5 Sumber: Dikumpulkan Oleh Penulis dari Survei () Luas lahan yang dimiliki petani di lokasi penelitian masih dikatakan sangat kecil dan hasil yang diperoleh dari hasil bertanipun hanya cukup untuk mencukupi keperluan sehari-hari. Pada umumnya responden memiliki luas lahan kurang dari ha. Tabel menunjukkan bahwa hanya % petani Pasir Honje yang memiliki luas lahan lebih dari.6 ha sedangkan petani Rumpin tidak ada yang memiliki luas lahan lebih dari.6 ha. Petani Cidokom memiliki luas lahan pada umumnya adalah,5-,5 ha yaitu sembilan orang (45%). Luas lahan total sebagian besar besar responden antara.5 ha hingga.5 ha. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata petani responden Pasir Honje dan Cidokom merupakan petani kecil. 47