PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. Abidin, Z Meningkatkan Produktivitas Ayam Kampung Pedaging. AgroMedia Pustaka.

OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR

TINJAUAN PUSTAKA. (Gallus gallus gallus) dan Ayam Hutan Merah Jawa ( Gallus gallus javanicus).

POTENSI BUDIDAYA AYAM KAMPUNG SECARA INTENSIF DAN RAMAH LINGKUNGAN DI PROVINSI JAMBI

PERTUMBUHAN AYAM-AYAM LOKAL SAMPAI DENGAN UMUR 12 MINGGU PADA PEMELIHARAAN INTENSIF

PENGEMBANGAN AYAM LOKAL DAN PERMASALAHANNYA DI LAPANGAN

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

AYAM HASIL PERSILANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGEMBANGAN USAHA TERNAK UNGGAS

OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR

DAFTAR PUSTAKA. Cresswell, H. and B. Gunawan. 1982b. Poultry Production of Native Chickens. J. of Poult. Sci. 58: 1059.

HASIL-HASIL PENELITIAN DAN SUMBANGAN PEMIKIRAN PENGEMBANGAN AYAM KEDU

Lokakarya Fungsional Non Peneiti 1997 Sistem Perkandangan 1. Dari umur sehari sampai dengan umur 2 mingggu digunakan kandang triplek + kawat ukuran 1

KONSUMSI RANSUM, PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN KONVERSI RANSUM AYAM LOKAL DI JIMMY S FARM CIPANAS KABUPATEN CIANJUR

KIAT PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM BURAS

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

PERSILANGAN AYAM PELUNG JANTAN DENGAN AYAM BURAS BETINA UNTUK MENINGKATKAN AYAM BURAS PEDAGING

PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS

BOBOT POTONG, BOBOT BAGIAN EDIBLE DAN IN EDIBLE AYAM LOKAL JIMMY S FARM CIPANAS KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal

EVALUASI HASIL-HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PADA AYAM BURAS

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PEMBENTUKAN UNIT USAHA PEMBIBITAN PENGHASIL ANAK AYAM BURRS

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

PENGEMBANGAN AYAM NUNUKAN DAN PERMASALAHANNYA DI KALIMANTAN TIMUR

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

PROGRAM VILLAGEBREEDING PADA ITIK TEGAL UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI TELUR: SELEKSI ITIK TEGAL GENERASI PERTAMA DAN KEDUA ABTRACT ABTRAK

Kata kunci: penetasan, telur itik Tegal, dan mesin tetas

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

POTENSI AYAM GALUR BARU KUB LITBANG PERTANIAN DALAM MENDUKUNG RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI JAMBI.

PENGKAJIAN PEMANFAATAN TEPUNG DAUN PISANG TERHADAP PERFORMAN AYAM BURAS DI JAYAPURA

KAJIAN EFEKTIVITAS PELATIHAN TEKNOLOGI USAHA AYAM HIBRIDA BAGI PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN PETANI

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

KERAGAAN PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL DITINGKAT PETERNAK DAN UPAYA PENINGKATANNYA DALAM MENDUKUNG KECUKUPAN PANGAN HEWANI

PELUANG BUDIDAYA AYAM BURAS DI PEDESAAN SEBAGAI PENYANGGA INDUSTRI BOGA

BOBOT BADAN BERBAGAI JENIS AYAM SENTUL DI GABUNGAN KELOMPOK TANI TERNAK CIUNG WANARA KECAMATAN CIAMIS KABUPATEN CIAMIS

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM BALI DENGAN POLA SELEKSI PRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

BOBOT AKHIR, BOBOT KARKAS, DAN INCOME OVER FEED AND CHICK COST AYAM SENTUL BAROKAH ABADI FARM CIAMIS

POTENSI PENGEMBANGAN AYAM BURAS DI KALIMANTAN SELATAN

PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS

1. PENDAHULUAN. Salah satu produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi. menghasilkan telur sepanjang tahun yaitu ayam arab.

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

CIRI - CIRI FISIK TELUR TETAS ITIK MANDALUNG DAN RASIO JANTAN DENGAN BETINA YANG DIHASILKAN ABSTRACT ABSTAAK

Beberapa Kriteria Analisis Penduga Bobot Tetas dan Bobot Hidup Umur 12 Minggu dalam Seleksi Ayam Kampung

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

PERSILANGAN PADA AYAM LOKAL (KUB, SENTUL, GAOK) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAGING UNGGAS NASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung paling banyak menyebar di Indonesia, ayam kampung

RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN AYAM BURAS DI KABUPATEN BENGKULU UTARA

Bobot Potong, Karkas, dan Income Over Feed Cost... Wahyu Indra

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG

PREFERENSI DAN NILAI GIZI DAGING AYAM HASIL PERSILANGAN (PEJANTAN BURAS DENGAN BETINA RAS) DENGAN PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

PROGRAM PEMBIBITAN ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN: SELEKSI PADA POPULASI BIBIT INDUK ITIK ALABIO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

Produksi dan Karakteristik Telur Ayam Merawang dengan Sistem Pemeliharaan Secara Intensif di Kebun Percobaan Petaling Kepulauan Bangka Belitung

Pemberian Pakan Ayam KUB Berbasis Bahan Pakan Lokal

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

Karakteristik Kuantitatif dan Kualitatif Hasil Persilangan Beberapa Ayam Lokal

KARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI

SELEKSI GENERASI KELIMA (G5) UNTUK PRODUKSI TELUR TINGGI DAN STABIL DENGAN CIRI FENOTIPIK KHAS PRODUKSI

PROSPEK USAHA AYAM LOKAL MENGISI PANGSA PASAR NASIONAL

I PENDAHULUAN. dari generasi ke generasi di Indonesia sebagai unggas lokal hasil persilangan itik

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner ARGONO R. SET10K0 1 dan ISTIANA 2

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

ADAPTASI TEKNOLOGI BUDIDAYA AYAM BURAS DI LAMPUNG

Performa Awal Produksi Ayam Lokal Jimmy Farm Cipanas Cianjur Jawa Barat...M. Zhafran Ammar

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 49/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL YANG BAIK (GOOD NATIVE CHICKEN BREEDING PRACTICE)

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

lebih dari 219 juta ekor (1992) dan merupakan 63,79% dari jumlah semua unggas yang dibudidayakan di Indonesia secara nasional dengan kontribusi daging

BOBOT BADAN, KARKAS, DAN INCOME OVER FEED AND CHICK COST AYAM LOKAL JIMMY S FARM CIPANAS KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

PRODUKTIVITAS ITIK TEGAL DI DAERAH SENTRA PENGEMBANGAN PADA PEMELIHARAAN INTENSIF

KARAKTERISTIK POLA PEMBIBITAN ITIK PETELUR DI DAERAH SENTRA PRODUKSI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS)

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KENCUR SEBAGAI FEED SUPLEMEN TERHADAP KARKAS AYAM PETELUR JANTAN

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

Transkripsi:

PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF HETI RESNAWATI dan IDA A.K. BINTANG Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor ABSTRAK Pengembangan ternak ayam lokal sebagai penghasil daging dan telur perlu segera dilakukan dengan didukung teknologi tepat guna untuk mencapai target produktivitas ternak yang diharapkan. Produktivitas ayam lokal dapat ditingkatkan melalui perbaikan mutu genetik dan sistem pemeliharaan. Persilangan ayam lokal dengan ayam ras dan ayam lokal unggul dapat meningkatkan pertumbuhan dari 11,47 sampai 1,39%. Sistem pemeliharaan ayam lokal secara intensif dapat menghasilkan produksi telur rata-rata 5-115 butir/ ekor/tahun yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeliharaan secara tradisional (30-0 butir/ekor/tahun). Keadaan ini menunjukkan bahwa ayam lokal mempunyai potensi yang baik sebagai lahan agribisnis. Kata kunci : Ayam lokal, produktivitas, pemeliharaan secara intensif PENDAHULUAN Salah satu sumberdaya alam yang dimiliki oleh masyarakat perdesaan adalah ayam lokal. Pengembangan ayam lokal merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan pendapatan petani. Ayam lokal sudah beradaptasi dengan lingkungan perdesaan. Umumnya setiap rumah tangga petani memelihara ayam lokal walaupun dalam jumlah yang sedikit. Beberapa faktor yang memberi kemudahan pemeliharaan ayam lokal, antara lain tidak membutuhkan lahan yang luas, penyediaan pakan mudah dan murah serta siklus produksi lebih singkat sehingga lebih cepat dirasakan manfaat ekonominya. Namun demikian, dalam usaha mengembangkan ayam lokal masih menghadapi berbagai kendala, antara lain sistem pemeliharaan masih tradisional, produktivitas rendah, baik produksi daging maupun produksi telur, variasi mutu genetik, tingkat kematian tinggi, pemberian pakan belum sesuai dengan kebutuhan baik kuantitas maupun kualitasnya (SIREGAR dan SABRANI, 190). Pola pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki produktivitas ayam lokal (CRESWELL dan GUNAWAN, 192). Usaha pengembangan ayam lokal dengan tujuan meningkatkan produktivitas perlu ditunjang oleh teknologi yang tepat. Berbagai aspek teknis dapat dilakukan seperti perbaikan mutu genetik dan cara pemeliharaan dari tradisional ke semi intensif dan intensif. Dalam tulisan ini disampaikan beberapa informasi baik hasil penelitian dan pengalaman peternak ayam lokal. Informasi tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam membangun model pengembangan ayam lokal sekaligus sebagai peluang agribisnis. Disamping itu, penyebarluasan informasi untuk pengembangan ayam lokal diperlukan adanya kerja sama antar instansi penelitian, pembuat kebijakan dan peternak ayam lokal itu sendiri. PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL Produksi telur Ayam lokal berperanan penting sebagai sumber produksi daging dan telur untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat, disamping sebagai sumber pendapatan tambahan. Akan tetapi, dalam memproduksi daging dan telur, produktivitas ayam lokal lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas ayam ras pedaging maupun petelur. Dengan pemeliharaan secara tradisional dengan kondisi pedesaan, produksi telur ayam kampung rata-rata -11 butir per satu periode bertelur (SUGANDI et al., 196). Sedangkan bobot telur ayam kampung hasil penelitian MANSJOER dan MARTOYO (1977) berkisar antara 32,75 36,96 gram. 1

SIREGAR dan SABRANI (190) mengemukakan bahwa produksi telur ayam kampung 30-0 butir per tahun dengan bobot telur rata-rata 37,5 gram; sedangkan ayam ras yang dipelihara secara intensif dapat berproduksi 200-250 butir per tahun dengan bobot telur rata-rata 55,6 gram. Secara lebih rinci WIHANDOYO et al. (191) melaporkan mengenai produksi, daya tetas dan kualitas telur ayam kampung pada dua periode penelitian ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Produksi, daya tetas dan kualitas telur ayam kampung Uraian Jumlah telur (butir) Berat telur (gram) Daya tetas (%) Tebal kerabang (mm) Warna kuning Hough unit (%) Sumber: WIHANDOYO et al. (191) I,92 + 1,54 39,96 + 4,44 61,75 + 21,97 0,34 + 0,09 6,62 + 1,60 7,47 +,50 Periode peneluran II,92 + 1,73 42,36 + 4,22 7,14 + 22,49 0,30 + 0,07 7,60 + 1,64 5,31 + 7,47 Tabel 2. Produksi dan bobot telur ayam kampung dan ayam ras petelur yang dipelihara secara tradisional dan intensif Jenis ayam tradisional Pola pemeliharaan intensif Ayam kampung Produksi telur (butir/tahun) Bobot telur (gram/butir) Umur masak kelamin (hari) Ayam ras petelur Produksi telur (butir/tahun) Bobot telur (gram/butir) Umur masak kelamin (hari) 30 60 37,50 157 229 5 151 45,27 166,76 200 250 55,6 164,0 Sumber: HARDJOSUBROTO dan ATMODJO (1977), WIHANDOYO dan MULYADI (196) Produksi telur ayam kampung yang dipelihara secara intensif dapat mencapai 151 butir/ekor/tahun (CRESWELL dan GUNAWAN, 192). Sedangkan TEGUH et al. (195) melaporkan bahwa ayam kampung dengan pemeliharaan secara tradisional hanya menghasilkan produksi telur 5 butir/ekor/ tahun. Lebih lanjut TEGUH et al (195) dikemukakan bahwa ayam kampung yang mengasuh anaknya sampai lepas sapih, produksi telur hanya mencapai 52 butir/ekor/ tahun, tapi bila dipisahkan anaknya sejak menetas dapat mencapai 115 butir/ekor/tahun. Rata-rata produksi telur dan bobot telur ayam kampung yang dipelihara secara tradisional dan intensif tercantum pada Tabel 2. Bobot telur dipengaruhi oleh ukuran tubuh induk ayam. Induk ayam yang besar menghasilkan telur yang besar. GOODWIN (1961) mengemukakan bahwa dari telur yang besar akan dihasilkan anak ayam dengan pertumbuhan yang cepat. Setiap kenaikan satu gram bobot telur tetas meningkatkan 5 gram bobot badan ayam pedaging pada umur 9 minggu. Telur yang ditetaskan dari berbagai umur induk ayam mempengaruhi sifat-sifat reproduksi ayam kampung. Semakin tinggi umur induk, daya tetas telur yang dihasilkan semakin tinggi, seperti ditunjukkan pada Tabel 3. 2

Tabel 3. Daya tetas telur ayam kampung pada berbagai umur induk Umur induk (bulan) Daya tetas (%) 6- -11 11-14 14-17 2,33,32,65 95,53 Sumber: DIRDJOPRANOTO dan ROZANY (196) Peningkatan bobot telur dan produksi telur dengan memperbaiki cara pemeliharaan dilaporkan oleh WIHANDOYO dan MULYADI (196). Dengan pemeliharaan secara tradisional bobot badan 1450,63 gram sampai umur bulan dengan produksi telur 60 butir, sedangkan dengan pemeliharaan secara intensif bobot badan mencapai 1674,96 gram dengan produksi telur 5 butir. Menurut SARTIKA (2005) melaporkan bahwa hasil seleksi selama 3 generasi terjadi peningkatan produksi telur setiap generasi. Produksi telur selama 6 bulan pada generasi G 0 (54,32 butir/induk atau 29,53%), G 1 (6,99 butir/induk atau 3,%), G 2 (76,22 butir/induk atau 42,17%) dan G 3 (9, butir/induk atau 4,96%). Sedangkan GUNAWAN (2002) melaporkan bahwa produksi telur ayam kampung selama satu tahun hanya 41%. Bobot badan Rata-rata bobot badan ayam lokal, ayam hasil silangan dan persentase kenaikan bobot badan dibandingkan dengan ayam kampung disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Bobot badan rata-rata ayam lokal, ayam silang dan persentase kenaikannya dibandingkan ayam kampung pada berbagai umur pemeliharaan Jenis persilangan Umur (minggu) Bobot badan (gram) Persen kenaikan (%) Kampung x Kampung Kampung x Kampung Kampung x Kampung Kampung x RIR Kampung x WL Kampung x Broiler Kampung x Kedu Kampung x Pelung Pelung x Pelung Pelung x H&N Pelung x ARKAS Bangkok x H&N Bangkok x ARKAS Kedu x Kedu Broiler x Broiler Kedu x Brolier 549,97 552,30 751,57 737,00 71,49 15,74 795,27 00 25 962,15 1114,20 962,50 1117,15 644,97 2130,16 91,32 33,44 15,96 4,69 5,1 59,67 36,3 74,21 1,74 74,27 2,27 17,27 27,32 9,43 Sumber : RUBINO (1976), HARDJOSUBROTO dan ATMODJO (1977), MANSJOER dan MARTOYO (1977), MULYADI et al. (1979), MULYADI et al. (191), NATAAMIJAYA (195) dan JARMANI et al. (1999) Bobot ayam kampung pada umur 90 hari yang dipelihara secara tradisional 425,19 gram lebih rendah dibandingkan dengan jika dipelihara secara semi intensif 531, gram (PRASETYO et al., 195) dan secara intensif 70,0 gram pada umur minggu (CRESWELL dan GUNAWAN, 192). Sementara pertumbuhan ayam kampung dengan pemeliharaan secara intensif sampai umur minggu memberikan respon positif, yaitu bobot badan rata-rata 6,30 gram ayam jantan dan 636,16 gram ayam betina (ASTUTI, 1979). Bobot badan ayam kampung pada umur minggu adalah 559,97 gram yang lebih rendah dibandingkan dengan hasil persilangan ayam kampung dengan broiler yaitu 15,74 gram 3

(MULYADI, 191). Rata-rata bobot ayam silangan ayam pelung dan ayam kampung pada umur minggu adalah 20 gram untuk jantan dan 979 gram untuk betina (ISKANDAR, et al., 199). Umur masak kelamin ayam kampung dengan pemeliharaan intensif 166,76 hari dengan bobot badan 163,05 gram, yang mendekati sifat ayam ras dengan umur masak kelamin 164,0 hari dan 140 gram bobot badan (MULIA, 1977). Laporan lain seperti SUBROTO, H dan ATMOJO (1977) dewasa kelamin ayam kampung berkisar antara 17-202 hari Menurut SUGANDI et al. (196) umur ayam kampung dewasa kelamin sekitar 6-7 bulan, tapi bila dipelihara secara intensif umur dewasa kelamin lebih dini, yaitu sekitar 5 bulan. Bobot karkas Perbandingan bobot karkas terhadap bobot hidup merupakan salah satu cara pengukuran produksi daging. Persentase bobot karkas ayam bervariasi menurut umur dan sex. Ayam umur muda memiliki persentase karkas lebih tinggi dibandingkan dengan umur dewasa atau tua, sedangkan persentase karkas ayam jantan lebih besar dari pada ayam betina (MORAN dan ORR, 1971). Ayam kampung umur 20 minggu mempunyai persetase karkas 60,6% (HARDJOSUBROTO dan ATMODJO, 1977). Sedangkan MANSJOER dan MARTOYO (1977) melaporkan bahwa bobot ayam kampung umur minggu 552,34 gram dan umur 20 minggu 1441 gram dengan rata-rata persentase bobot karkas dari 3-6 bulan mencapai 75,2%. Hasil penelitian WIHANDOYO et al. (191) menunjukkan bahwa ada kecenderungan menurunnya persentase bobot karkas ayam kampung sejalan dengan bertambahnya umur ayam (umur 6 bulan 61,34%; umur 7 bulan 60,39%: umur bulan 60,39% dan umur 9 bulan 59,39%). Sementara, HARDJOSUBROTO dan ATMODJO (1977) melaporkan bahwa persentase bobot karkas ayam kampung pada umur 20 minggu adalah sebesar 60,6%, sedangkan persilangannya dengan ayam Kedu sebesar 64,16%. Akan tetapi menurut HIDAYAT et al. (1999) persentase bobot karkas ayam kampung pada umur minggu adalah sebesar 6,34% untuk jantan dan 6,03 untuk betina; sedangkan silangan ayam Pelung dan ayam kampung mempunyai persentase bobot karkas sebesar 7,09% untuk jantan dan 6,47% untuk betina. ISKANDAR dan RESNAWATI (1999) melaporkan bahwa bobot karkas kosong tanpa kulit dari ayam silangan Pelung dan kampung berkisar 52,60 55,41%. KESIMPULAN DAN SARAN Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa ayam lokal mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai sumber penghasil daging dan telur. Persilangan ayam kampung dengan ayam ras dan ayam lokal unggul dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi telur. Sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki penampilan produksi ayam lokal dibandingkan dengan pemeliharaan secara tradisional. Model pengembangan ayam lokal perlu dibangun atas dukungan berbagai pihak termasuk kegiatan penelitian dan penyusun kebijakan. Kerjasama yang baik dan terarah diharapkan dapat meningkatkan kinerja usaha peternakan ayam lokal sebagai peluang agribisnis dengan tujuan meningkatkan pendapatan peternak. DAFTAR PUSTAKA ASTUTI, M., H. MULYADI dan J. PURBA. 1979. Pengukuran parameter genetik ayam kampung. Laporan Penelitian 296/PIT/DPM/ 7. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. CRESWELL, D.C. dan B. GUNAWAN. 192. Pertumbuhan badan dan produksi telur dari 5 strain ayam sayur pada sistem peternakan intensif. Pros. Seminar Penelitian Peternakan, Bogor. DIRDJOPRANOTO, W. dan H.R. ROZANY. 196. Beberapa aspek yang mempengaruhi produktivitas ayam buras. Pengembangan ayam buras di Jawa Tengah. Temu Tugas Sub Sektor Peternakan di Sub Balai Penelitian Ternak Klepu. GOODWIN, K. 1961. Effect of hatching egg size and chick size upon subsequent growth rate in chicken. Poult. Sci. 44:110. GUNAWAN. 2002. Model pengembangan usaha ternak ayam buras dan upaya perbaikannya (Kasus di Kabupaten Jombang, Jawa Timur). 4

Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. HARDJOSUBROTO, W. dan S.P. ATMODJO. 1977. Performans dari ayam kampung dan ayam Kedu. Makalah pada Seminar Pertama tentang Ilmu dan Industri Perunggasan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. HIDAYAT, S., SUPRIATI dan D. ZAINUDDIN. 1999. Persilangan ayam lokal Pelung vs buras untuk meningkatkan produksi ayam buras pedaging. Laporan Penelitian. Balai Penelitian Ternak, Puslitbang nak, Bogor. ISKANDAR, S DAN H. RESNAWATI. 1999. Potensi daging ayam silangan (F1) Pelung x kampung yang diberi ransum berbeda protein pada dua masa starter. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. ISSN 04-6320. ISKANDAR, S., H. RESNAWATI, D. ZAINUDDIN, Y.C. RAHARJO dan B. GUNAWAN. 199. Performance of Pelung x kampung (Pelung cross) chickens as influenced by dietary protein. Bulletin of Animal Science, Gadjah Mada University, Yogyakarta. JARMANI, S.N., R. DHARSANA dan A.G. NATAAMIJAYA. 1999. Kemungkinan usaha budidaya ayam buras hasil persilangan dari ayam jantan lokal (Pelung dan Bangkok) dengan ayam betina ras sebagai penghasil daging. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang. MANSJOER, S.S. dan H. MARTOYO. 1977. Produktivitas ayam kampung dan ayam silangan F1 (kampung x RIR) pada pemeliharaan dalam kandang. Laporan penelitian. Fakultas Peternakan IPB, Bogor. MORAN, E.T. and H.R. ORR. 1977. Growth and meat yield in poultry. In: Growth and Poultry Meat Production. British Poult. Sci.:145-172. MULIA, B. 1977. Pengaruh pemberian makanan secara free choice terhadap dewasa kelamin ayam petelur strain Hyline. Skripsi. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta. MULYADI, H., SUPRIYONO dan SUMADI. 1979. Heterosis pertumbuhan anak ayam hasil silangan antara ayam kampung dan ayam Kedu hitam. Prosiding Seminar Penelitian dan Penunjang Pengembangan Peternakan. Lembaga Penelitian Peternakan, Bogor 5- Nopember 1979. MULYADI, H., S.P. ATMODJO dan WIHANDOYO. 191. Penggunaan pejantan broiler dalam usaha peningkatan produksi daging ayam silang luar. Laporan penelitian. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. NATAAMIJAYA, A.G. 195. Ayam Pelung: Performans dan permasalahannya. Prosiding Seminar Peternakan dan Forum Peternak Unggas dan Aneka Ternak. Puslitbang Peternakan, Bogor. PRASETYO, T., SUBIHARTA, WILOETO, D dan M. SABRANI. 195. Pengaruh memisahkan anak ayam dari induknya terhadap kapasitas produksi telur. Seminar Peternakan dan Forum Peternak Unggas dan Aneka Ternak. Balai Penelitian Ternak, Ciawi. Bogor. RUNIO. 1976. Pertumbuhan anak ayam hasil persilangan antara jantan Legorn White dengan ayam betina kampung. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. SARTIKA, T. 2005. Peningkatan mutu bibit ayam kampung melalui seleksi dan penggunaan penanda genetik promotor prolaktin dalam MAS (Marker Assisted Selection) untuk mempercepat seleksi. Ringkasan Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. SUGANDI, D., J. WAHJU, K. GUNARDI, S. RUKADI dan M.M. SUNDARI. 196. Case study unggas. Fakultas Peternakan, IPB. Bogor. SIREGAR, A.P. dan M. SABRANI. 190. Ayam sayur di Indonesia. Perbaikan dan peningkatan kualitas performans dan populasinya. Poultry Indonesia No./thn ke2. TEGUH, P., SUBIHARTA, W. DIRDJOPRANOTO dan M. SABRANI. 195. Pengaruh pemisahan anak ayam dari induknya terhadap kapasitas produksi telur. Seminar Peternakan dan Forum Peternak Unggas dan Aneka Ternak. Ciawi- Bogor 19-20 Maret 195. Balitnak, Bogor. WIHANDOYO, S. SUDARYANTI dan T. YUWANTA. 191. Pertumbuhan ayam kampung jantan dan betina yang hidup berkeliaran serta hubungan antara bobot badan dengan umurnya. Bulletin Fakultas Peternakan No. 4/Thn V, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. WIHANDOYO dan H. MULYADI. 196. Ayam buras pada kondisi pedesaan (tradisional) dan pemeliharaan yang memadai. Pengembangan ayam buras di Jawa Tengah. Temu Tugas Sub sektor peternakan di Sub balai Penelitian Ternak, Klepu. 5

6 Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal